cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia Jl Pramuka No. 27 Kemiling Bandar Lampung, Indonesia
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : 10.33024/hjk
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2023)" : 10 Documents clear
Hubungan waktu tunggu pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien Glenn Gilang Manyering; Minarni Wartiningsih; Billy Daniel Messakh; Hanna Tabita Hasianna Silitonga
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.8876

Abstract

Background: Outpatient patient satisfaction is determined by various indicators, one of them is the service waiting time. Based on data from dr. Mohammad Soewandhie Surabaya hospital in 2022, the service waiting time is 104 minutes which is exceeded the standards set by the Indonesian Ministry of Health.Purpose: Knowing the correlation between duration of waiting time and satisfaction among outpatients in general surgery polyclinic at regional public hospital dr. Mohammad Soewandhie Surabaya.Method: A quantitative study with an analytical observational design and the data was taken by observing and questionnaires to respondents. The samples were 62 respondents (BPJS participants/Indonesia's health coverage program, the National Health Insurance), obtained by systematic random sampling. In this study, the duration waiting time was divided into fast service waiting time (≤60 minutes) and long service waiting time (>60 minutes). Meanwhile, the variable level of patient satisfaction consisted of 5 indicators, which are reliability, responsiveness, assurance, empathy, and physical evidence. The test statistic used the Spearman Correlation test.Results: There were 58 (93.5 percent) respondents with long service waiting times and there were 4 (6.5 percent) respondents with fast service waiting times. Distribution of patient satisfaction based on waiting time for services as many as 7 (11.3 percent) respondents said they were quite satisfied, 41 (66.1 percent) respondents were satisfied and 14 (22.6 percent) respondents were very satisfied. After analysis with the Spearman Correlation test, the value of p = 0.626 (p> 0.05) was obtained.Conclusion: There is no significant correlation between the duration of waiting time and satisfaction among outpatients. Keywords: Services; Waiting time; Satisfaction; Outpatients; (BPJS participants/Indonesia's health coverage programPendahuluan: Kepuasan pasien rawat jalan sendiri ditentukan oleh berbagai indikator, salah satunya adalah waktu tunggu pelayanan. Berdasarkan data RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya pada tahun 2021 menunjukkan bahwa waktu tunggu pelayanan adalah 104 menit sehingga waktu tunggu pelayanan masih diatas standar Kementerian Kesehatan Indonesia.Tujuan: Mengetahui korelasi waktu tunggu pelayanan terhadap tingkat kepuasan pasien BPJS di poli bedah umum instalasi rawat jalan RSUD dr. Mohammad Soewandhie Surabaya.Metode: Kuantitatif dengan observasional analitik. Data dikerjakan dengan observasi dan pemberian kuesioner kepada responden. Sampel penelitian berjumlah 62 yang didapatkan dari teknik sampling yakni systematic random sampling. Pada penelitian ini, variabel waktu tunggu pelayanan dibagi menjadi waktu tunggu pelayanan cepat (≤60 menit) dan waktu tunggu pelayanan lama (>60 menit). Sementara itu, tingkat kepuasan pasien terdiri dari 5 indikator, yaitu reabilitas, daya tanggap, jaminan, empati dan bukti fisik. Analisis yang digunakan adalah Spearman Rank test.Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan sebanyak 58 (93,5 persen) responden dengan waktu tunggu pelayanan lama dan terdapat 4 (6,5 persen) responden dengan waktu tunggu pelayanan cepat. Distribusi kepuasan pasien berdasarkan waktu tunggu pelayanan sebanyak 7 (11,3 persen) responden menyatakan cukup puas, 41 (66,1 persen) responden puas dan 14 (22,6 persen) responden sangat puas. Selanjutnya dikerjakan uji korelasi spearman dengan hasil p=0,626 (p>0,05).Simpulan: Tidak ada korelasi antara waktu tunggu pelayanan dengan tingkat kepuasan pasien. 
Status gizi dan dukungan sosial keluarga terhadap perkembangan anak usia 2-6 tahun Candra Dewinataningtyas
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9426

Abstract

Background: Indonesia is one of the countries with triple-double nutritional problems. The Indonesian population’s food consumption is still dominated by grains. Consumption of animal-derived foodstuffs, vegetables, and fruit is still low. Diet is the first risk factor that contributes to death and disability in Indonesia. Factors related to nutrition contribute about 45 percent to the death of children under the age of 5 years. Malnutrition can cause various diseases that hinder the growth of children’s physical and mental development.Purpose: To determine the relationship between nutritional status and family social support with the development of children aged 2-6 years.Method: Using this type of observational analytic research a with cross-sectional approach. The population in this study were children aged 2-6 years. The sampling technique used the purposive sampling method, the sample size was 60 children aged 2-6 years, consisting of 27 children with wasted and 33 children with normal nutritional status. Assessment of nutritional status with the Z-score indicator, which is based on weight for height, for family social support is obtained through a questionnaire filled out by parents or caregivers. Measurement of child development using Development Pre Screening Questionnaire. Data analysis used the chi-square test and logistic regression.Results: Statistically, there is a relationship between nutritional status and the development of children aged 2-6 years with a Sig. value 0,000. Family social support with child development has a Sig. value of 0,305 based on the results of the chi-square test, there is no significant relationship between family social support and the development of children aged 2-6 years.Conclusion: There is a significant relationship between the nutritional status of children and child development aged 2-6 years, which shows a Sig. value p < 0,05 and there is no significant relationship between family social support and child development with a p > 0,05.Keywords: Nutritional Status; Family; Social Support; Child Development.Pendahuluan: Indonesia merupakan salah satu negara dengan triple ganda permasalahan gizi. Konsumsi pangan penduduk Indonesia masih didominasi oleh padi-padian. Konsumsi bahan pangan hewani, sayur dan buah masih rendah. Pola makan merupakan faktor risiko pertama yang berkontribusi pada kematian dan kecacatan di Indonesia. Faktor yang berhubungan dengan gizi berkontribusi sekitar 45 persen terhadap kematian anak di bawah usia 5 tahun. Kekurangan gizi dapat menyebabkan berbagai penyakit yang menghambat pertumbuhan perkembangan fisik dan mental anak.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan dukungan sosial keluarga dengan perkembangan anak usia 2-6 tahun.Metode: Menggunakan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu anak-anak usia 2-6 tahun. Teknik pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, besar sampel 60 anak usia 2-6 tahun, yang terdiri dari anak dengan status gizi kurang sebanyak 27 anak dan anak dengan status gizi normal sebanyak 33 anak. Penilaian status gizi dengan indikator Z-score yaitu berdasarkan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), untuk dukungan sosial keluarga diperoleh melalui kuesioner yang diisi orangtua atau pengasuh. Pengukuran perkembangan anak menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan). Analisa data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik.Hasil: Secara statistik terdapat hubungan untuk status gizi dengan perkembangan anak usia 2-6 tahun dengan nilai Sig. 0,000. Dukungan sosial keluarga dengan perkembangan anak menghasilkan nilai Sig. sebesar 0,305 berdasarkan hasil uji chisquare tersebut yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan perkembangan anak usia 2-6 tahun.Simpulan: Terdapat Hubungan yang signifikan antara status gizi anak dengan perkembangan anak usia 2-6 tahun yang menunjukkan nilai Sig. p < 0,05 dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dengan perkembangan anak dengan nilai p > 0,05.
Hubungan perilaku hidup sehat dengan distres psikologis pada mahasiswa keperawatan Metty Wuisang; Ferdy Lainsamputty
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9363

Abstract

Background: Healthy lifestyle is very important to implement in order to prevent the occurrence of various diseases. Psychological distress is a negative mental health condition that can affect individuals either directly or indirectly. Changing lifestyle in a positive direction can prevent physical and mental disorders. Poor lifestyles and high levels of stress are common in nursing students.Purpose: To examine the relationship between healthy living behaviors and psychological distress among nursing students.Method: This study employed an analytic observational design with the cross-sectional method. A total of 169 samples were recruited using a consecutive sampling technique. A self-develop instrument and The General Health Questionnaire 12 (GHQ-12) were used to collect the data. Descriptive statistics and the Spearman correlation test were performed to determine the relationship.Results: Healthy living behaviors had a significant and negative relationship with psychological distress (r = -0.37; p<0.001).Conclusion: Nursing students who adopted healthier lifestyles, experienced lower psychological distress.Keywords: Healthy Lifestyle; Psychological Distress; Nursing StudentsPendahuluan: Perilaku hidup sehat sangat penting untuk diterapkan guna mencegah terjadinya berbagai penyakit. Distres psikologis merupakan suatu keadaan kesehatan mental negatif yang dapat mempengaruhi individu baik secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku hidup sehat yang buruk dan tingkat stres yang tinggi sering terjadi pada mahasiswa keperawatan.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara perilaku hidup sehat dengan distres psikologis pada mahasiswa keperawatan.Metode: Penelitian ini berjenis penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang. Sejumlah 169 sampel direkrut menggunakan teknik consecutive sampling. Kuesioner yang dikembangkan oleh peneliti dan The General Health Questionnaire 12 (GHQ-12) digunakan dalam pengambilan data. Statistik deskriptif dan uji korelasi Spearman difungsikan untuk menentukan hubungan.Hasil: Perilaku hidup sehat dan distres psikologis mempunyai hubungan negatif yang signifikan (r = -0,37; p<0.001).Simpulan: Mahasiswa keperawatan yang menerapkan perilaku hidup yang lebih sehat, mengalami tekanan psikologis yang lebih rendah.
Analisa faktor-faktor yang mempengaruhi intention masyarakat menggunakan platform telehealth pasca pandemi Covid-19 Sarah Geltri Harahap; Ellynia Ellynia; Andrianto Widjaja
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9155

Abstract

Background: Telehealth is a form of health service innovation used during the Covid-19 pandemic where users can use this technology without having to go to the hospital for their health. The development of health services towards digitization has begun to develop in health services in Indonesia. Hospitals in Indonesia, especially in Jabodetabek, have adopted many telehealth services.Purpose: To analyze the factors that influence people's intention to use telehealth so that they can develop telehealth innovations by looking at the dimensions of technology and users.Method: The study was conducted using a quantitative approach with a cross-sectional design using primary data. The analysis used was univariate, chi-square test, and multiple linear regression test.Results: From a total of 109 respondents it was found that the factors that most influenced community interest from the technology dimension were social support (p=0.005) and facilities and infrastructure (p=0.005) where the technology dimension obtained an R square of 0.917 while on the user dimension, the most influencing community intentions are perceived usefulness (p = 0.005) and perceived convenience (p = 0.005), where the user dimension factor has an R square of 0.874.Conclusion: There is a relationship between perceived usefulness, perceived ease of use, and intention to use the community in using the telehealth platform in the community of Jabodetabek. The factors of perceived ease to use, perceived usefulness, social influence, and facilitating conditions are the factors that most influence people's intention to use telehealth in Jabodetabek.Suggestion: The technology dimension factor and the user dimension are things that must be considered for the future development of telehealth technology so that patients are more loyal to reusing telehealth applications during the post-Covid-19 pandemic health digitalization.Keywords: Community Intentions; Telehealth; Pandemic; Covid-19.Pendahuluan: Telehealth merupakan bentuk inovasi pelayanan kesehatan yang telah dimanfaatkan di masa pandemi Covid-19 dimana pengguna dapat menggunakan teknologi tersebut tanpa berkunjung ke rumah sakit untuk kesehatannya. Perkembangan pelayanan kesehatan ke arah digitalisasi sudah mulai berkembang di pelayanan kesehatan di Indonesia. Rumah sakit di Indonesia khususnya di Jabodetabek sudah banyak mengadopsi layanan telehealth.Tujuan: Untuk menganalisa faktor- faktor yang mempengaruhi intention masyarakat dalam menggunakan telehealth sehingga dapat mengembangkan inovasi telehealth dengan melihat dimensi technology dan user dimension.Metode: Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data primer. Analisis yang digunakan adalah univariate, uji chi square, uji regresi linear berganda.Hasil: Dari total 109 responden ditemukan bahwa faktor yang paling mempengaruhi intention masyarakat dari dimensi teknologi adalah dukungan social (p= 0.005) dan factor fasilitas sarana dan prasarana dengan (p=0.005) dimana dimensi teknologi diperoleh R square sebesar  0.917 sedangkan pada dimensi user, yang paling mempengaruhi intention masyarakat adalah persepsi kemanfaatan (p =0.005) dan persepsi kemudahan (p=0.005), dimana faktor user dimension memiliki R square 0.874.Simpulan: Terdapat hubungan perceived usefulness, perceived ease of use  terhadap intention to use pada masyarakat dalam menggunakan platform telehealth pada masyarakat di Jabodetabek. Faktor perceived ease to use, perceived usefulness, social influence, dan facilitating condition adalah faktor yang paling mempengaruhi intention masyarakat dalam menggunakan telehealth di Jabodetabek.Saran: Faktor dimensi teknologi dan dimensi pengguna merupakan hal yang harus dipertimbangkan untuk mengembangkan teknologi telehealth di masa yang akan datang sehingga pasien semakin loyal menggunakan kembali aplikasi telehealth di masa digitalisasi kesehatan pasca pandemic Covid-19
Hubungan self – care management dan kualitas hidup pada lansia dengan hipertensi Wahyu Afrilia Nur Kholifah; Suratini Suratini
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9445

Abstract

Background: The number of elderly people continues to increase at the age of over 60 years with an incidence of hypertension of 50-60% with blood pressure greater than or equal to 140/90 mmHg. One of the efforts to prevent complications requires an increase in prevention by carrying out self-care management as an effort to control and control the disease. Good self-care management is obtained when the elderly are able to actively engage in care behavior and make decisions that support health.Purpose: To determine the relationship between self-care management and quality of life among the elderly with hypertension.Method: A descriptive correlation with a correlational research design. The time approach used was cross-sectional. The sampling technique in this study used 2 methods, namely purposive sampling and proportionate stratified random sampling. The number of respondents was 62 people. The research instrument for self-care management variables used the hypertension self-management behavior questionnaire (HSMBQ), while for quality of life WHOQOL-BREF. Statistical test using Kendall Tau.Results: Shows the value of the correlation coefficient () = 0.340 and significance (p) = 0.007 <0.05. Statistically, there is a significant relationship between self-care management and quality of life, with sufficient closeness and a positive relationship.Conclusion: There is a relationship between self-care management and quality of life in elderly hypertensives.Suggestion: It is hoped that the elderly with hypertension can improve their self-care management skills by adopting a healthy lifestyle and routinely monitoring blood pressure at health facilities to achieve a high quality of life.Keywords: Self-Care Management; Quality of Life; Hypertension; ElderlyPendahuluan: Jumlah lansia terus meningkat pada usia diatas 60 tahun dengan angka kejadian hipertensi sebesar 50 – 60% dengan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Salah satu upaya pencegahan komplikasi diperlukan adanya peningkatan pencegahan dengan melakukan self – care management sebagai salah satu upaya pengendalian dan pengontrolan penyakit. Self – care management yang baik didapatkan saat lansia mampu secara aktif terlibat dalam perilaku perawatan dan pengambilan keputusan yang mendukung kesehatan.Tujuan:  Mengetahui hubungan self – care management dengan kualitas hidup pada lansia hipertensi.Metode: Penelitian deskriptif korelasi dengan desain penelitian correlational. Pendekatan waktu yang digunakan cross sectional, teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan 2 metode yaitu purposive sampling dan proportionate stratified random sampling. Jumlah responden sebanayk 62 orang.Instrumen penelitian untuk variabel self – care management menggunakan hypertention self management behaviour questionnaire (HSMBQ), sedangkan untuk kualitas hidup WHOQOL – BREF. Uji statistic menggunakan kendall tau.Hasil: Menunjukan nilai koefisien korelasi ()  = 0,340 dan signifikasi (p) = 0,007 < 0,05. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara self – care management dengan kualitas hidup, dengan keeratan hubungan yang cukup dan hubungan bersifat positif.Simpulan :  Ada hubungan self – care management dengan kualitas hidup pada lansia hipertensi.Saran : Diharapkan lansia dengan hipertensi dapat meningkatkan kemampuan self – care management dengan menerapkan gaya hidup yang sehat serta rutin melakukan pemantauan tekanan darah ke fasilitas kesehatan untuk mencapai kualitas hidup yang tinggi.
Analisis faktor pemanfaatan pelayanan Rumah Sakit Jiwa: Systematic literature review Nabilah Salsabilah; Zahroh Shaluhiyah; Syamsulhuda Budi Mustofa
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9338

Abstract

Background: Mental disorders are illnesses that have an impact on mood, behavior, thinking, or a combination of the three. In Indonesia, there are 236 million people who suffer from mental illnesses, with moderate mental disorders accounting for 6 percent of the population and severe mental illnesses for 0.17 percent of the population, 14.3 percent of whom are shackled. Up to 61.86 percent of individuals with mental illnesses lack access to basic medical care. This is due to the fact that Indonesia's access to mental health care has not been equal, high-quality, or cost-effective.Purpose: Provide an overview of the factors that influence the use of mental hospital services.Method: The Google Scholar, Scient Direct, Spinger, and Proquest databases were used to conduct article searches and were done between 2017 and 2022. The keywords "Utilization of mental hospital services" and "factors that influence mental hospital visits" were used in the article search. Additionally, inclusion and exclusion standards were used when looking for relevant research publications.Results: The utilization of mental hospital services is influenced by several factors, those are: 1) The accessibility of mental health services throughout the world is not evenly distributed. 2) A family's willingness to accept a member who has a mental disorder will boost recovery; 3) A family's ability to deal with a member who has a mental disorder will be improved.4) The family that accompanies them to the mental hospital tends to be male; 5) Families with limited resources may not stick to treatment; and 6) The stigma of society, which results in stigmatization and social exclusion for those with mental illnesses.Conclusion: Accessibility, attitude, knowledge, gender, financial support, and stigma are factors that affect the use of services at mental hospitals.Keywords: Utilization; Patient; Mental Disorders; Mental Hospital.Pendahuluan: Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan yang berpengaruh terhadap pemikiran perilaku, suasana hati, atau kombinasi diantara ketiganya. Di Indonesia, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 236 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 6 persen dari populasi dan 0,17 persen menderita gangguan jiwa berat, dimana 14,3 persen diantaranya mengalami pasung. Sebanyak 61,86 persen penderita gangguan jiwa belum mendapatkan akses layanan kesehatan sesuai dengan standar. Hal ini disebabkan karena kondisi akses pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia belum memenuhi kebutuhan yang bermutu, terjangkau, dan merata.Tujuan: Memberikan tinjauan akan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan rumah sakit jiwa.Metode: Pencarian artikel dilakukan dengan menggunakan database Google Scholar, Scient Direct, Spinger, dan Proquest. Pencarian artikel dilakukan antara tahun 2017 sampai tahun 2022. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel yaitu dengan kata kunci “Utilization of mental hospital service” dan “factors that influence mental hospital visits”. Kriteria inklusi dan ekslusi juga diterapkan dalam pencarian artikel penelitian terkait.Hasil: Pemanfaatan pelayanan rumah sakit jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: Aksesibilitas pelayanan kesehatan jiwa di seluruh dunia belum merata; Sikap positif keluarga dalam menerima anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa akan membantu mempercepat dalam kesembuhan; Pengetahuan keluarga yang baik akan lebih baik dalam menghadapi anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa; Jenis kelamin keluarga yang mengantarkan ke rumah sakit jiwa cenderung laki-laki; Finansial, dimana keluarga yang memiliki finansial yang rendah akan mempengaruhi kepatuhan dalam pengobatan; Dan stigma dari masyarakat dimana seseorang yang mengalami gangguan jiwa akan di diskriminasi dan diabaikan di kelompok masyarakat. Simpulan: Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan ke rumah sakit jiwa diantaranya yaitu aksesibilitas, sikap, pengetahuan yang dimiliki, jenis kelamin, dukungan finansial, serta stigma. 
Hubungan posisi duduk terhadap keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan umum Shahrani Dwanti Pane; Tri Niswati Utami
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9813

Abstract

Background: Public transport drivers work 1 day in a sitting position for long working hours. The wrong sitting position for public transport drivers will cause back pain and interfere with work.Purpose: To determine the relationship between sitting position and back pain complaints and the causes of back pain complaints in public transport drivers.Method: Quantitative observational analytics with cross-sectional study design. This research was conducted in Medan Area District, Medan City, on public transportation 53 which was carried out in November 2022. The population in this study were all drivers of transportation number 53 Medan City totaling 120 respondents. The sample in this study uses a probability sampling technique in which every bus driver has the same opportunity to be the sample. Data collection techniques in this study used a questionnaire. Data analysis was performed using univariate and bivariate tests with chi-square.Results: It is known that there is no significant relationship between working hours p-value 0.446 (> 0.05) and there is a significant relationship between working hours and sitting position with complaints of back pain, working hours p-value 0.042 (<0.05) and sitting position p-value 0.000 (<0.05).Conclusion: There is a significant relationship between working hours and sitting position with complaints of back pain with a p-value <0.05. And there is no relationship between the length of work and complaints of back pain with a p-value > 0.05.Keywords: Sitting Positions; Back Pain; Driver; Public Transportation.Pendahuluan: Pengemudi angkutan umum bekerja 1 harian dengan posisi kerja duduk dengan waktu kerja yang lama, posisi duduk yang salah pada pengemudi angkutan umum akan mengakibatkan nyeri pada punggung dan mengganggu pekerjaan.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan posisi duduk terhadap keluhan nyeri punggung dan penyebab keluhan nyeri punggung pada pengemudi angkutan umum.Metode: Kuantitatif yang bersifat observasional analitik dengan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Area, Kota Medan, pada angkutan umum 53 dilakukan pada bulan November 2022. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengemudi angkutan nomor 53 kota medan berjumlah 120 responden. Sample dalam penelitian ini menggunakan teknik probabiliti sampling dimana setiap supir angkot memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sample. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengguanakan kuisioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji univariat dan bivariat dengan chi-quare.Hasil: Diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama kerja p-value 0.446 (> 0.05) dan terdapat hubungan yang signifikan jam kerja dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung, jam kerja p-value 0.042 (<0.05) dan posisi duduk p-value 0.000 (<0.05).Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara jam kerja dan posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung dengan hasil p-value < 0.05. Dan tidak terdapat hubungan antara lama kerja dengan keluhan nyeri punggung dengan hasil p-value > 0.05.
Pengaruh edukasi “CERDIK” terhadap pengetahuan pra lansia tentang hipertensi Matheus Aba; Devin Mahendika; Noor Diah Erlinawati; Ana Faizah; Erik Hidayat
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9898

Abstract

Background: Hypertension or high blood pressure is a medical condition that continues to increase significantly and is one of the leading causes of death. One of the efforts to prevent hypertension is to increase knowledge.Purpose: To determine the effect of CERDIK education on pre-elderly knowledge about hypertension.Method: A non-equivalent control group. The location of this research is Mengger Community Health Center, Bandung City. The number of samples in this study was 25 participants for each group. The statistical tests used are paired t-test and t-independent test.Results: The results showed that there was a difference in the average knowledge before and after in the intervention group (p = 0.000), and there was a difference in the average knowledge in the comparison group (p = 0.000). There was no effect of ingenious education with posters on pre-elderly knowledge about hypertension (p = 0.496).Conclusion: Pre-elderly knowledge about hypertension is still not effectively improved using CERDIK education using posters.Suggestion: It is recommended to Public Health continue to provide information about hypertension to the public which can be applied in daily activities to prevent hypertension.Keywords: Hypertension; Education; CERDIK; Poster.Pendahuluan: Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi medis yang secara signifikan terus meningkat dan termasuk ke dalam salah satu penyebab utama kematian. Salah satu upaya pencegahan hipertensi adalah dengan meningkatkan pengetahuan.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh edukasi CERDIK terhadap pengetahuan pra lansia tentang hipertensi.Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah non-equivalent control group. Lokasi penelitian ini di Puskesmas Mengger Kota Bandung. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 25 partisipan untuk masing-masing kelompok. Uji statistik yang digunakan adalah uji paired t-test  dan uji t-independen.Hasil: Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan rata-rata pengetahuan sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi (p=0,000), ada perbedaan rata-rata pengetahuan pada kelompok pembanding (p=0,000). Tidak ada pengaruh edukasi cerdik dengan poster terhadap pengetahuan pra lansia tentang hipertensi (p=0,496).Simpulan: Pengetahuan pra lansia tentang hipertensi masih belum efektif di tingkatkan menggunakan edukasi CERDIK menggunakan poster.Saran: Disarankan kepada pihak Puskesmas untuk terus memberikan informasi tentang hipertensi kepada masyarakat dan dapat diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari guna mencegah terjadinya hipertensi.
Faktor- faktor yang mempengaruhi lama rawat pada pasien pasca bedah Coronary Artery Bypass Graft (CABG) Nur Rochayati; Pudji Lestari; Sri Handayani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.8829

Abstract

Background: Monitoring length of stay (LOS) while in the ICCU after CABG and examining risk factors can be a guiding initiative in improving services. Long LOS will not only lead to high costs and utilization but will also worsen outcomes for patients and their families. The length of stay in the ICCU room is an important indicator of the quality of critical care in patients undergoing CABG surgery.Purpose: To determine the factors that affect the length of stay of postoperative Coronary Artery Bypass Graft (CABG) patients in the ICCU ward of RSUP Dr. Kariadi Semarang.Method: Quantitative with a retrospective descriptive research design. The study sample was 69 post-CABG patients who were treated in the ICCU.Results: This shows that the factors that affect the length of stay of post-CABG patients in the ICCU are the length of time using POAF mechanical ventilation, the incidence of AKI, and pneumonia (with a p value <0.05).Conclusion: Post-operative factors such as prolonged use of mechanical ventilation, post-operative atrial fibrillation (POAF), pneumonia, and acute kidney injury (AKI) have an influence on the length of stay in post-CABG patients in the ICCU while preoperative factors (age, sex, comorbidities, LVEF), intraoperative factors (CPB duration, duration of anesthesia, number of grafts and aortic clamping time) and postoperative (potassium values, creatinine values, POCD, pericardial effusion, pleural effusion, and pulmonary edema) did not affect the length of postoperative patient care. CABG in the ICCU room.Keywords: Patient; Length of hospitalization; Coronary Artery Bypass Graft (CABG).Pendahuluan: Monitoring lama rawat (Length of Stay/ LOS) selama di ruang ICCU setelah tindakan CABG dan pemeriksaan terhadap faktor risiko dapat menjadi inisiatif panduan dalam peningkatan pelayanan. LOS yang panjang tidak hanya akan menyebabkan biaya dan utilisasi yang tinggi tetapi juga akan memperburuk outcome bagi pasien dan keluarga. Lama rawat di ruang ICCU merupakan indikator penting terhadap kualitas pelayanan kritis pada pasien yang menjalani operasi CABG.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi lama rawat pasien pasca bedah Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di ruang ICCU RSUP Dr. Kariadi Semarang.Metode: Kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif retrospectif. Sampel penelitian sebanyak 69 pasien pasca CABG yang dirawat di ruang ICCU.Hasil: Menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi lama rawat pasien pasca CABG di ruang ICCU adalah lama pemakaian ventilasi mekanik POAF, kejadian AKI, dan pneumoni (dengan p value <0.05).Simpulan: Faktor post operatif seperti lama pemakaian ventilasi mekanik, kejadian post operatif atrial fibrilasi (POAF), pneumoni dan kejadian Acute Kidney Injury (AKI) memiliki pengaruh terhadap lama rawat pada pasien pasca CABG di ruang ICCU sedangkan faktor pre operatif (usia, jenis kelamin, komorbid, LVEF), faktor intra operatif (lama CPB, lama anestesi, jumlah graft dan lama aorta klem) dan post operatif (nilai kalium, nilai kreatinin, POCD, efusi pericard, efusi pleura, dan edema pulmonary) tidak berpengaruh terhadap lama rawat pasien pasca CABG di ruang ICCU.
Pengaruh senam kaki diabetes terhadap kadar glukosa darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 Asep Badrujamaludin; Oop Ropei; Mentari Dwi Saputri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 2 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i2.9660

Abstract

Background: Diabetes mellitus is a health problem that is increasing every year. Diabetes can be prevented by maintaining a healthy lifestyle and exercising regularly. One of the exercises that can be done is diabetic foot exercise.Purpose: To determine the effect of diabetic foot exercise on blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Method: Quasi-Experimental research with a time series design. Research sampling technique using the method of purposive sampling by 19 participants with type 2 diabetes mellitus in the work area of the Central Cimahi Health Center. The statistical test in this study used the Wilcoxon test. The data collection method used pre and post-observation sheets given diabetic foot exercises.Results: The participants experienced a decrease in blood sugar levels after diabetic foot exercise with a mean value of pre 1 of 193.58 with post 1 of 193.74, pre 2 of 184.89 post 2 of 176.84, pre 3 of 174.95 with post 3 of 172.84, pre 4 of 162.63 with post 4 of 154.89, pre 5 of 149.37 with post 5 of 140.05. The results of the Wilcoxon test analysis obtained a significance value of p-value =0.001 < 0.005 which showed that there was an effect of foot exercise on changes in blood glucose levels in patients with type 2 diabetes mellitus.Conclusion: A diabetic foot exercise can affect changes in blood glucose levels in the body. Diabetic foot exercise can be an input in providing services to people with type 2 diabetes mellitus and to the community. Therefore, they can use it regularly to maintain normal glucose levels and can improve a better quality of life. Keywords: Diabetes Mellitus; Diabetes Foot Exercise; Blood Sugar Level.Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan masalah kesehatan yang tiap tahun mengalami kenaikan. Penyakit diabetes dapat dicegah dengan menjaga pola hidup yang sehat dan rutin melakukan olahraga. Salah satu olahraga yang dapat dilakukan adalah senam kaki diabetes.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh senam kaki diabetes terhadap kadar glukosa penderita diabetes mellitus tipe 2. Metode: Quasi Eksperimen dengan rancangan time series design. Teknik pengambilan sampel penelitian dengan metode purposive sampling yaitu 19 orang partisipan penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah. Uji statistik pada penelitan menggunakan uji Wilcoxon. Metode pengumpulan data menggunakan lembar observasi pre dan post diberikan senam kaki diabetes.Hasil: Pada partisipan yang mengalami penurunan kadar gula darah setelah dilakukan senam kaki diabetes dengan nilai mean pada pre 1 sebesar 193.58 dengan post 1 sebesar 193.74, pre 2 sebesar 184.89 dengan post 2 sebesar 176.84, pre 3 sebesar 174.95 dengan post 3 sebesar 172.84, pre 4 sebesar 162.63 dengan post 4 sebesar 154.89, pre 5 sebesar 149.37 dengan post 5 sebesar 140.05. Hasil Analisis uji Wilcoxon diperoleh nilai signifikasi p-value = 0.001 < 0.005 yang menunjukan terdapat pengaruh senam kaki terhadap perubahan kadar glukosa penderita diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah.Simpulan: Senam kaki diabetes dapat berpengaruh terhadap perubahan kadar glukosa di dalam tubuh apabila dilakukan secara rutin guna mempertahankan kadar glukosa dalam tubuh normal sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Page 1 of 1 | Total Record : 10