cover
Contact Name
Teguh Pribadi
Contact Email
teguh@malahayati.ac.id
Phone
+6282282204653
Journal Mail Official
holistik@malahayati.ac.id
Editorial Address
Universitas Malahayati Bandar Lampung, Indonesia Jl Pramuka No. 27 Kemiling Bandar Lampung, Indonesia
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
Holistik Jurnal Kesehatan
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 19783337     EISSN : 26207478     DOI : 10.33024/hjk
Core Subject : Health,
Berisi kumpulan karya ilmiah dari peneliti diberbagai perguruan tinggi di Indonesia, di bidang ilmu kesehatan khususnya bidang ilmu keperawatan yang berdasarkan kepada kebutuhan pasien secara total meliputi: kebutuhan fisik, emosi, sosial, ekonomi dan spiritual. Adapun penelitiannya mencakup 4 aspek pokok, yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 7 (2023)" : 10 Documents clear
Tingkat pengetahuan dan sikap dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Cibiru Diki Prayugo Wibowo; Andhika Lungguh Perceka; Nurani Ai Erlinawati; Muntasir Muntasir; Riski Dwi Prameswari
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.13086

Abstract

Background: The prevalence of hypertension based on the results of blood pressure measurements in the population aged ≥18 years in Indonesia is 34.11%. Based on the Bandung City Health Service Profile, in the 10 biggest diseases in Bandung City, hypertension ranks third.Purpose: To determine the relationship between knowledge and public attitudes towards the incidence of hypertension.Method: A cross sectional design was used with the population being people aged between 30-70 years. Accidental sampling technique was used and the total sample was 81 people. Data collection uses a questionnaire. Data analysis used the chi square test.Results: The results showed that there was a significant influence between knowledge and the incidence of hypertension (p=0.002). There was a significant influence between attitude and the incidence of hypertension (p=0.043).Conclusion: People who have low knowledge are 4.7 times more likely to experience hypertension and people who have a negative attitude are 2.8 times more likely to experience hypertension.Suggestion: It is recommended that health workers educate the public about hypertension, efforts to prevent it and control hypertension.Keywords: Attitude; Hypertension; KnowledgePendahuluan: Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada penduduk usia ≥18 tahun di Indonesia yaitu sebesar 34,11%. Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Bandung, dalam 10 penyakit terbesar di Kota Bandung, penyakit hipertensi menempati urutan ketiga terbesar.Tujuan: Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kejadian hipertensi.Metode: Desain cross sectional digunakan dengan populasi adalah masyarakat usia antara 30-70 tahun. Teknik accidental sampling digunakan dan jumlah sampel 81 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square.Hasil: Didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian hipertensi (p=0.002). Ada hubungan yang  signifikan antara sikap terhadap kejadian hipertensi (p=0.043).Simpulan: Orang yang memiliki pengetahuan rendah berpeluang 4.7 kali lebih besar mengalami hipertensi dan orang yang memiliki sikap negatif berpeluang 2.8 kali lebih besar mengalami hipertensi.Saran: Diharapkan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang hipertensi, upaya pencegahannya dan pengendalian hipertensi.
Peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa: A scoping review Hendrawati Hendrawati; Iceu Amira; Nina Sumarni; Udin Rosidin; Indra Maulana
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12741

Abstract

Background: Mental disorders often occur in society and are diseases characterized by disturbed emotions, behavior and thoughts that are not logically related. The family is the smallest unit in society and plays a very important role in the healing process for clients with mental disorders. Family experiences in caring for clients with mental disorders often face problems of anxiety, confusion, and daily parenting difficulties.Purpose: To determine the role of the family in caring for people with mental disorders, it is necessary to have a new review that discusses evidence based on the role of the family in caring for people with mental disorders.Method: This research uses a scoping review design which aims to explore the role of the family in providing care for family members with mental disorders. The year range used in searching for scientific articles was 10 years (2013-2022), and researchers used the PRISMA flow diagram study selection guide to assess the quality of research articles.Results: The results of a search for articles regarding the role of the family in caring for ODGJ, found 4 articles discussing the role of the family in caring for ODGJ, 6 articles discussing the burden on families caring for ODGJ, 1 article discussing family burden factors in caring for ODGJ, and 4 articles discussing the support provided necessary to improve the quality of life of families caring for ODGJ.Conclusion: There are many roles for families in caring for ODGJ and there are various useful applications in families to improve care for ODGJ.Keywords: Family; Mental Disorders; Roles.Pendahuluan: Gangguan jiwasering terjadi di masyarakat dan merupakan penyakityang ditandai dengan emosi, perilaku dan pikiran terganggu yang tidak berhubungan secara logis. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat,dan sangatberperan dalam proses penyembuhan klien dengan gangguan jiwa. Pengalaman Keluarga dalammerawat klien gangguan kejiwaan sering menghadapi dengan masalahkecemasan, kebingungan dan kesulitan pengasuhan sehari-hari.Tujuan: Untuk mengetahui peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa, diperlukan adanya suatu review terbaru yang membahas tentang evidence based terkait peran keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa.Metode: Penelitian ini menggunakan desain scoping review yang bertujuan untuk mengeksplorasi peran keluarga dalam pemberian perawatan bagi anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Rentang tahun yang digunakan dalam pencarian artikel ilmiah adalah 10 tahun (2013-2022), dan peneliti menggunakan panduan penyeleksian studi PRISMA flow diagram untuk melakukan penilaian kualitas artikel penelitian.Hasil: Penelusuran artikel mengenai peran keluarga dalam merawat ODGJ, didapatkan 4 artikel yang membahas peran keluarga dalam merawat ODGJ, 6 artikel membahas beban keluarga yang merawat ODGJ, 1 artikel yang membahas faktor beban keluarga dalam merawat ODGJ, dan 4 artikel yang membahas dukungan yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup keluarga yang merawat ODGJ.Simpulan: Banyak peran keluarga dalam merawat ODGJ dan adanya berbagai penerapan yang berguna dalam keluarga untuk meningkatkan perawatan pada ODGJ.
Efektivitas terapi musik dalam menurunkan nyeri pada pasien anak: A literature review Bhekti Yuniarti Rahayu
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12873

Abstract

Background: Handling or caring for children who are hospitalized requires special attention, especially the psychological burden of sick children in feeling pain due to injury or illness. The pain experienced by pediatric patients needs to be treated appropriately to help reduce discomfort and divert the focus of the pain they suffer. Music is a unique form of communication that can convey emotions and feelings deeply. This can have emotional and physical benefits, such as improving mood, reducing stress, reducing pain and anxiety levels.Purpose: To present and analyze the results of research on music therapy as a non-pharmacological intervention for pain management in children.Method: The form of  a literatur review. database searches are carried out through Scopus, Science Direct, Pub med, and ProQuest and to obtain 10 suitable articles.Results: All literature shows that music therapy is very effective as an application in the treatment and care of pediatric patients in hospitals, especially in relation to pediatric patients who suffer from pain. Music therapy can help nurses provide better care to pediatric patients.Conclusion: Music therapy is a non-pharmacological intervention that is safe and acceptable for pediatric patients, reduces pain levels, improves mood, reduces stress, and helps reduce anxiety in hospitalized patients. However, music therapy is ineffective and has less effect on pediatric patients due to burns and pre-operative injuries in early childhood patients (0-3 years).Suggestion: Music therapy is a good choice for pain management in pediatric patients being treated in hospital, further research is needed to examine the effectiveness of music therapy in pediatric patients due to burns and pre-operative patients in early childhood (0-3 years).Keywords: Music Therapy; Pain; Pediatric Patients Pendahuluan: Penanganan atau perawatan anak-anak yang dirawat di rumah sakit diperlukan adanya perhatian secara khusus terutama beban psikologis anak yang sakit dalam merasakan nyeri akibat cedera atau penyakit. Rasa nyeri yang dialami pasien anak perlu ditangani dengan tepat untuk membantu mengurangi rasa ketidaknyamanan dan pengalihan fokus perasaan sakit yang dideritanya. Musik adalah bentuk komunikasi yang unik yang dapat menyampaikan emosi dan perasaan secara mendalam. Hal ini dapat bermanfaat secara emosional dan fisik, seperti meningkatkan mood, mengurangi stres, menurunkan tingkat nyeri serta kecemasan.Tujuan: Memaparkan dan menganalisis hasil-hasil penelitian tentang terapi musik sebagai intervensi non-farmakologis untuk manajemen nyeri pada anak.Metode: Literature review, penelusuran artikel akademik melalui Online Database. Pencarian melalui Online Database diantaranya Scopus, Science Direct, Pub med, dan ProQuest dari tahun 2018-2023 dan didapatkan 10 artikel yang sesuai.Hasil: Semua literatur menunjukkan bahwa terapi musik sangat efektif sebagai aplkasi dalam penanganan dan perawatan pasien anak di rumah sakit terutama terkait dalam pasien anak yang mengalami penderitaan akibat rasa nyeri. Terapi musik dapat membantu perawat dalam memberikan perawatan yang lebih baik pada pasien anak.Simpulan: Terapi musik adalah intervensi non-farmakologis yang aman dan dapat diterima oleh pasien anak, mengurangi tingkat nyeri, meningkatkan mood, mengurangi stres, dan membantu mengurangi rasa kecemasan pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Tetapi terapi musik tidak efektif dan kurang berpengaruh pada pasien anak karena luka bakar dan pra operasi pada pasien anak usia dini (0-3 tahun ).Saran: Terapi musik menjadi pilihan yang baik dalam manajemen nyeri pada pasien anak dalam perawatan di rumah sakit, selebihnya diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk mengkaji efektivitas terapi musik pada pasien anak akibat luka bakar dan pra operasi pasien anak usia dini (0-3 tahun ).
Analisis survival: Pemenuhan kebutuhan penggunakan kontrasepsi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Dewi Aprelia Meriyani; Ketut Putra Sedana; Putu Sukma Megaputri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12600

Abstract

Background: The use of contraception in women with HIV/AIDS is one of the 4 goals of preventing HIV transmission. The use of contraception is done to prevent unwanted pregnancy and prevent transmission. However, currently the number of unmet needs for contraceptive use among WUS with HIV is high and many WUS with HIV are not exposed to contraceptive use.Purpose: To examine the survival of WUS contraceptive use with HIV and to see differences in length of use depending on the type of contraception chosen.Method: The research method uses a retrospective study using secondary data to assess contraceptive visits starting from the first time you become an acceptor and the last visit to receive contraceptive services. The sample taken was 105 respondents (female) from various health centers spread across Buleleng Regency. The analysis used was survival analysis using Kaplan-Meier and Kruskall Wallis to see group differences in types of contraception.Results: The results showed that the mean and median survival was quite wide between the group using condoms, 3-month injections, MOW contraception and the group not using contraception. This is significant with a chi square value of 10.82 and a p value <0.05, namely 0.013. The type of group that uses condom contraception also has the highest mean and is significantly different from other contraceptive groups.Conclusion: In terms of survival, PLWHA women who use condom contraception have a lifespan of 37 months or the equivalent of 3 years to become unmet need.Keyword: Contraception; Female; People Living With HIV/AIDS (PLWHA); Unmet NeedPendahuluan: Penggunaan kontrasepsi pada wanita ODHA merupakan salah satu tujuan dari 4 prong pencegahan penularan HIV. Penggunaan kontrasepsi dilakukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan melakukan pencegahan penularan. Namun saat ini angka unmet need penggunaan kontrasepsi WUS dengan HIV masih tinggi dan banyak WUS HIV tidak terpapar oleh penggunaan kontrasepsi.Tujuan:  Untuk melihat perbedaan lama terhadap survival dalam penggunaan kontrasepsi pada wanita ODHA.Metode: Penelitian menggunakan studi retrospektif menggunakan data sekunder untuk menilai kunjungan kontrasepsi dimulai dari awal menjadi akseptor dan terakhir berkunjung mendapatkan pelayanan kontrasepsi. Sampel yang diambil sebanyak 105 responden (wanita) dari berbagai puskesmas yang tersebar di Kabupaten Buleleng. Analisis yang digunakan adalah survival analisis dengan Kaplan-meier dan kruskall wallis untuk melihat perbedaan kelompok jenis kontrasepsi.Hasil: Hasilnya bahwa mean dan median survival cukup lebar dari kelompok pengguna kontrasepsi kondom, suntik 3 bulan, MOW dan kelompok yang tidak menggunakan kontrasepsi. Hal ini bermakna dengan nilai chi square 10,82 dan nilai p <0,05 yaitu sebesar 0,013. Jenis kelompok pengguna kontrasepsi kondom juga memiliki mean terbanyak serta signifikan berbeda dari kelompok kontrasepsi lainnya.Simpulan: Secara survival wanita ODHA yang menggunakan kontrasepsi kondom memiliki ketahanan selama 37 bulan atau setara 3 tahun untuk menjadi unmet need.
Pemantauan transkutan non invasif: Co2 pada bayi dengan terapi High frequency oscillatory ventilation (HFOV): A literature review Endah Dessirya
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12871

Abstract

Background: High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV) is an effective breathing apparatus in infants to optimize lung volume.  Continuous monitoring of CO2 is required to determine diagnosis and therapeutic evaluation. The best standard method for partial pressure measurement of carbon dioxide (PCO2) is an invasive arterial blood gas analysis. Noninvasive monitoring of transcutaneous CO2 (TCPCO2) is a well-documented, noninvasive method for tracking ventilation in newborns.Purpose: Provide an overview and idea of the results of the literature review on non-invasive monitoring of transcutaneous CO2 in infants with High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV) therapy.Method: The form ofa literatur review. database searches are carried out through Summons, Proquest dan Sciencedirect, Pub Med articles, between 2010-2023. Then filtering was carried out using PICO (Population, Intervention, Comparative, Outcome) to obtain 10 suitable articles.Results: Based on several studies show that the most accurate CO2 monitoring is by blood gas analysis but non-invasive monitoring of transcutaneous CO2 (tcPCO2) can describe CO2 trends without repeated piercing and the results resemble venous blood gas analysis.Conclusion: Non-invasive monitoring of tcPCO2 can be applied to monitoring CO2 in infants using High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV) therapy so that CO2 can be monitored continuously.Keywords: High Frequency Oscillatory Ventilation; Infants;  Non-Invasif Transcutaneous CO2Pendahuluan: High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV) merupakan alat bantu pernapasan yang efektif pada bayi untuk mengoptimalkan volume paru. Diperlukan pemantauan CO2 yang kontinu untuk menentukan diagnosis dan evaluasi terapeutik. Metode standar yang paling baik untuk pengukuran tekanan parsial karbondioksida (PCO2) adalah analisa gas darah arteri yang dilakukan secara invasif. Pemantauan non-invasif transcutaneous CO2 (TCPCO2) adalah metode non-invasif yang terdokumentasi dengan baik untuk melacak ventilasi pada bayi baru lahir. Tujuan: Memberikan gambaran dan gagasan dari hasilliterature review tentang pemantauan non-invasif transcutaneous CO2 pada bayi dengan terapi High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV).Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literature review. Penelusuran artikel akademik melalui Online Database pencarian melalui Summons, Proquest dan Sciencedirect, PubMed dari tahun 2010-2023. Kemudian dilakukan penyaringan dengan PICO (Population, Intervention, Comparative, Outcome) didapatkan 10 artikel yang sesuai.Hasil: Berdasarkan beberapa studi menunjukkan bahwa pemantauan CO2 paling akurat adalah dengan analisa gas darah namun pemantauan non-invasif transcutaneous CO2 (tcPCO2) dapat menggambarkan trend CO2 tanpa penusukan berulang dan hasilnya menyerupai dengan analisa gas darah vena.Simpulan: Pemantauan non invasive tcPCO2 dapat diterapkan untuk pemantauan CO2 pada bayi yang menggunakan terapi High Frequency Oscillatory Ventilation (HFOV) agar CO2 dapat terpantau secara kontinu.
Efektifitas perawat navigator berbasis telenursing dalam meningkatkan pelayanan kesehatan pada pasien kanker paru: A literatur review Ngolu Kasihan Siregar; Sigit Mulyono
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12872

Abstract

Background: Cancer treatment and care require oncology nurse navigators who serve as the primary point of contact for patients and families when undergoing oncology treatment and life after cancer treatment. Tele-nursing-based oncology nurse services are important to facilitate smooth diagnosis, treatment, survival, and end-of-life care to improve cancer patient services.Purpose: To provide an overview and insights from the literature review on the effectiveness of technology-based nurse navigation in improving healthcare services for lung cancer patients.Method: The form of a literatur review. database searches are carried out through ProQuest, Scopus dan Science Direct articles, between 2018-2023 and to obtain 14 suitable articles.Results: Based on the review of 10 selected articles, it can be result that the effectiveness of healthcare services is closely related to the navigator who serves as a long-term link between patients and the healthcare system.Conclusion: the nurse navigation model helps patients facing difficulties in the patient care system with multi morbidity and elderly patients.Keywords: Healthcare Improvement; Lung Cancer; Nurse Navigator; Telenursing.Pendahuluan: Pengobatan dan perawatan kanker membutuhkan perawat navigator (oncology Nurse Navigator) yang menjadi kontak terpenting bagi pasien dan keluarga ketika menjalani perawatan onkologi dan kehidupan setelah pengobatan kanker. Layanan perawat onkologi berbasis telenursing penting untuk memfasilitasi kelancaran diagnosis, pengobatan, kelangsungan hidup dan perawatan akhir hayat untuk meningkatkan pelayanan penderita kanker.Tujuan: Memberikan gambaran dan gagasan dari hasil literature review tentang efektivitas perawat navigator pasien kanker paru berbasis teknologi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan.Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data tinjauan literature-review. Penelusuran jurnal melalui online database diantaranya ProQuest, Scopus dan Science Direct tahun 2018-2023 didapatkan 14 artikel yang sesuai.Hasil: Dari hasil telaah 10 artikel pilihan, didapatkan hasil bahwa Efektifitas pelayanan kesehatan mempunyai hubungan yang erat dengan Navigator yang berfungsi sebagai penghubung jangka panjang antar pasien dan system pelayanan kesehatan. Simpulan: Model navigasi perawat membantu pasien yang mengalami kesulitan dalam system perawatan pasien dengan multi morbiditas dan pasien lansia.
Faktor–faktor yang berhubungan dengan manajemen laktasi pada ibu menyusui yang bekerja di luar rumah Putri Puspita Sari; Wayan Aryawati; Christin Angelina Febriani
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12025

Abstract

Background: The coverage of exclusive breastfeeding in Lampung Province is 67.06 percent, the prevalence in South Lampung is 50.14 percent and the Tanjungsari Natar Health Center is 41.09 percent. Lactation management is an effort that mothers can make to achieve success in breastfeeding their babies.Purpose: To find out the factors related to lactation management for working mothers at the Tanjung Sari Natar Health Center in South Lampung in 2022.Method: Type of quantitative research with a comparative descriptive design. The population in this study were all working mothers who had children aged 6-24 months and residing in the working area of the Tanjung Sari Natar Health Center, South Lampung, consisting of 108 working mothers. The sampling technique uses total sampling. Data were analyzed by chi-square and logistic regression.Results: The results showed that there was a relationship between knowledge of exclusive breastfeeding (p value: 0.025 OR: 3.0), breastfeeding technique (p value: 0.033 OR: 2.53), knowledge of milking techniques (p value: 0.020 OR: 2.57) , husband support (p value: 0.002 OR: 0.26), health workers support (p value: 0.009 OR: 0.24) and family support (p value: 0.001 OR: 0.22) with lactation management of working mothers. There is no relationship between technical knowledge of storing, using expressed breast milk (p value: 0.081 OR: 0.46) and the general environment (p value: 1.000 OR: 1.00) with lactation management of working mothers. The most dominant variable was breastfeeding technique (p-value 0.003; B: 2.939).Conclusion: The factor that has the most influence on the lactation management of working mothers is the breastfeeding technique.Suggestion: It is recommended for health agencies to provide a consultation corner with competent counselors in the field of breastfeeding techniques.Keywords: Breastfeeding; Breast Milk; Lactation Management; Working Mothers.Pendahuluan: Cakupan ASI eksklusif di Provinsi Lampung yaitu sebesar 67,06 persen, prevalensi di Lampung Selatan 50,14 persen dan Puskesmas Tanjungsari Natar sebesar 41,09 persen. Manajemen laktasi adalah upaya yang dapat dilakukan ibu untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen laktasi ibu pekerja di Puskesmas Tanjung Sari Natar Lampung Selatan Tahun 2022.Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptiif komparatif. Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu pekerja yang memiliki anak 6-24 bulan dan bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Sari Natar Lampung Selatan sebanyak 108 ibu pekerja. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Data dianalisis dengan chi-square dan regresi logistik.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan ASI ekslusif (p value: 0,025 OR: 3,0), teknik menyusui (p value: 0,033 OR: 2,53), pengetahuan teknik memerah (p value: 0,020 OR: 2,57), dukungan suami (p value: 0,002 OR: 0,26), dukungan nakes (p value: 0,009 OR: 0,24) dan dukungan keluarga (p value: 0,001 OR: 0,22) dengan manajemen laktasi ibu pekerja. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan teknik menyimpan, menggunakan ASI perah (p value: 0,081 OR: 0,46) dan lingkungan umum (p value: 1,000 OR: 1,00) dengan manajemen laktasi ibu pekerja. Variabel yang paling dominan adalah teknik menyusui (p-value 0,003; B: 2.939).Simpulan: Faktor yang paling berpengaruh terhadap manajemen laktasi ibu pekerja adalah teknik menyusui.Saran: Disarankan untuk instansi kesehatan agar disediakannya pojok konsultasi dengan konselor yang kompeten dibidang teknik menyusui. 
Insulin-pump therapy pada anak dengan diabetes melitus tipe 1: Studi literatur Risna Ningsih; La Ode Abdul Rahman
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12869

Abstract

Background: Diabetes Mellitus (DM) is a metabolic disease characterized by an increase in blood glucose levels above normal values. This is caused by impaired glucose metabolism due to insulin deficiency, both relative and absolute. Diabetes that is often found in children is Diabetes Mellitus Type 1 (T1DM), this case is a disease that cannot be cured and requires lifelong treatment. It is estimated that every year 128,900 children and adolescents are diagnosed with Type 1 Diabetes Mellitus (T1DM). Globally in 2019 around 1,110,000 children and adolescents were diagnosed with T1DM. Nearly 80% of diabetes deaths occur in low- and middle-income countries. According to the World Health Organization (WHO), India is the country with the largest number in the world with more than 32 million diabetes mellitus patients and this number is predicted to increase to 79.4 million by 2030.Purpose: To reduce the risk of long-term complications, maintain HbA1C on target, and provide knowledge, education and skills to care for children with T1DM until adulthood independently.Method: This research uses a literature review design, namely collecting and summarizing various results from previous research to analyze literature that has been selected from various sources to form a conclusion on new ideas or ideas. The literature study selection process was adapted from Preferred Reporting Items for Systematic Reviews (PRISMA-ScR). The journals used in this study are journals that discuss topics with three keyword categories, namely, Insulin Pump, Diabetes Mellitus Type, and Pediatrics. Search for articles via online databases, including Scopus, ProQuest, Clinical Key Nursing, Sage, and Google Scholar, published in the last five years between 2019-2023.Results: The results of the study are based on a literature review that the author found that the use of insulin pumps is very effective in children and adolescents. In several developed countries, the use of insulin pumps is funded by the local government, but in several rural areas the use of this technology still faces many obstacles and Also, the price of an insulin pump is not cheap, which is an inhibiting factor for blood sugar instability for T1DM.Conclusion: Children with T1DM need insulin throughout their lives, the use of an insulin pump is very effective in controlling blood sugar. The use of an insulin pump can reduce punctures for daily blood sugar monitoring checks and is able to read the condition of glycemic levels in the blood equipped with a sensor. However, the high price of insulin pumps makes families think twice about buying insulin pumps. Insulin pumps can only be purchased by those with above average economic conditions. In developed countries such as Canada, the use of insulin pumps is funded by the local government. However, in developing countries, low ability and purchasing power combined with difficult access to technology mean that not all T1DM sufferers receive adequate treatment. In Indonesia, not many pediatric patients use insulin pumps, only patients from well-off families can use this technology. Apart from that, this insulin pump is not covered by insurance, either government insurance such as National Health Insurance (JKN) or private insurance. So this problem needs to be of concern to various elements, both health and government. Keywords: Child; Diabetes Mellitus Type 1 (T1DM); Insulin Pump; Therapy.Pendahuluan: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah diatas nilai normal. Hal ini disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin baik secara relatif maupun absolut. Diabetes yang sering ditemui pada anak-anak adalah Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1), kasus ini merupakan penyakit yang belum dapat disembuhkan dan memerlukan perawatan seumur hidup. Diperkirakan setiap tahun terdapat 128.900 anak-anak dan remaja di diagnosis Diabetes Melitus Tipe 1 (DMT1). Secara global pada tahun 2019 sekitar 1.110.000 anak-anak dan remaja didiagnosis DMT1. Hampir 80% kematian diabetes terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut World Health Organization (WHO), India adalah negara yang mempunyai jumlah terbesar di dunia dengan lebih dari 32 juta pasien diabetes mellitus dan jumlah ini diprediksikan meningkat menjadi  79.4 juta pada tahun 2030.Tujuan: Untuk menurunkan risiko komplikasi jangka panjang, mempertahankan HbA1C sesuai target, dan memberikan pengetahuan, pendidikan, serta keterampilan untuk merawat anak penderita DMT1 hingga dewasa secara mandiri.Metode: Penelitian ini menggunakan rancangan literature review yaitu melakukan pengumpulan dan merangkum berbagai hasil dari penelitian sebelumnya untuk menganalisis literatur- literatur yang telah dipilih dari berbagai sumber hingga menjadi sebuah satu kesimpulan ide atau gagasan baru.  Proses pemilihan studi literatur diadaptasi dari Preferred Reporting Items for Systematic Reviews (PRISMA-ScR). Jurnal yang digunakan dalam studi ini adalah jurnal-jurnal yang membahas topik dengan tiga kategori kata kunci yakni, Insulin Pump, Diabetes Mellitus Type, dan child. Penelusuran artikel melalui online database antara lain, Scopus, ProQuest, Clinical Key Nursing, Sage, dan Google Scholar yang diterbitkan lima tahun terakhir antara 2019-2023.Hasil: Hasil telaah berdasarkan literatur review yang penulis dapatkan Bahwa penggunaan insulin pump sangat efektif digunakan pada anak-anak dan remaja, di beberapa negara maju penggunaan insulin pump di biayai oleh pemerintah setempat, tetapi di beberapa daerah pedesaan penggunaan teknologi ini masih banyak mengalami kendala dan juga harga insulin pump yang tidak murah menjadi faktor penghambat ketidakstabilan gula darah untuk DMT1.Simpulan: Anak-anak dengan DMT1 membutuhkan insulin sepanjang hidup mereka, penggunaan insulin pump sangat efektif di dalam mengontrol gula darah. Penggunaan insulin pump mampu mengurangi tusukan untuk pemeriksaan monitoring gula darah harian dan mampu membaca kondisi kadar glikemik dalam darah dilengkapi dengan sensor. Tetapi harga insulin pump yang mahal membuat keluarga berpikir ulang membeli alat insulin pump, insulin pump hanya mampu dibeli oleh mereka yang mempunyai ekonomi diatas rata-rata. Di negara maju seperti Kanada penggunaan insulin pump didanai oleh pemerintah setempat. Namun di negara berkembang, kemampuan dan daya beli yang rendah ditambah sulitnya akses teknologi sehingga tidak semua penderita DMT1 mendapatkan perawatan yang memadai. Di Indonesia sendiri belum banyak pasien anak yang menggunakan insulin pump, hanya pasien yang berasal dari keluarga mampu yang dapat menggunakan teknologi tersebut. Selain itu, insulin pump ini tidak ditanggung oleh asuransi baik asuransi pemerintah seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) maupun asuransi swasta. Sehingga permasalahan ini perlu menjadi perhatian dari berbagai elemen baik kesehatan maupun pemerintahan.
Pengembangan modul perawatan balita dan deteksi dini stunting secara mandiri Vivianti Dewi; Gusti Lestari Handayani; Abbasiah Abbasiah; Ermiati Ermiati; Triyana Harlia Putri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12601

Abstract

Background: The World Bank in 2006 also stated that stunting, which is chronic malnutrition that occurs in the womb and during the first two years of a child's life, can result in low intelligence and reduced physical capacity, which ultimately leads to reduced productivity, slowed economic growth and prolongation of poverty. The problem is that not all mothers have sufficient knowledge to be able to detect health problems experienced by their family members, especially mothers who have children. For this reason, guidelines are needed that can help mothers detect stunting early in the form of a module.Purpose: To produce educational media products in the form of modules for early detection of stunting which is intended for mothers with children under five.Method: The research was carried out by distributing pre-test and post-test questionnaires and providing a module on early detection of stunting. This research uses Quasi Experiment (Pre-test post-test design). 94 mothers who have children under five who live in the Jambi Province, namely Muaro Jambi, Kerinci and East Tanjung Jabung were sampled using a purposive sampling technique. Analysis used are univariate and bivariate. The statistical test used is the T-Dependent test.Results: The results of the analysis of the average knowledge of respondents before being given the early detection and treatment module for stunting toddlers was 16.26 on early detection of stunting and 17.54 on how to care for stunting toddlers. Meanwhile, the average knowledge of respondents after being given health education was 21.22 on early detection of stunted toddlers and 22.49 on how to care for stunted toddlers. The results of statistical tests obtained a p-value of 0.000, there was a difference in knowledge between before and after being given the module.Conclusion: There is a difference in respondents knowledge before and after being given the early detection and treatment module for stunting toddlers.Keywords: Early Detection; Independent; Module Development; Stunting Incidents.Pendahuluan: World Bank pada tahun 2006 juga menyatakan bahwa stunting yang merupakan malnutrisi kronis yang terjadi didalam rahim dan selama dua tahun pertama kehidupan anak dapat mengakibatkan rendahnya intelegensi dan turunnya kapasitas fisik yang pada akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas, perlambatan pertumbuhan ekonomi, dan perpanjangan kemiskinan. Permasalahannya tidak semua ibu mempunyai pengetahuan yang cukup untuk dapat mendeteksi masalah-masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya, terutama sekali bagi ibu yang memiliki anak. Untuk itu diperlukan pedoman yang dapat membantu ibu dalam mendeteksi dini kejadian stunting berupa sebuah modul.Tujuan: Menghasilkan produk media edukasi berbentuk modul untuk mendeteksi dini kejadian stunting yang diperuntukkan bagi ibu dengan anak balita.Metode: Penelitian dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner pre-test dan post-test diberikannya modul tentang deteksi dini stunting. Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimen (Pre-test post-test design). 94 orang ibu yang mempunyai anak balita yang berdomisili diwilayah Provinsi Jambi yaitu Muarojambi, Kerinci dan Tanjung Jabung Timur dijadikan sampel dengan teknik purposive sampling. Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat. Uji statistic yang digunakan yakni uji T-Dependent.Hasil: Hasil analisis rata-rata pengetahuan responden sebelum diberikan modul deteksi dini dan perawatan pada balita stunting adalah 16,26 pada deteksi dini stunting dan 17,54 pada cara perawatan balita stunting. Sedangkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan adalah 21,22 pada deteksi dini balita stunting dan 22,49 pada cara perawatan pada balita stunting. Hasil uji statistic didapatkan p-value 0,000 terdapat perbedaan pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan modul.Simpulan: Ada perbedaan pengetahuan responden sebelum dan sesudah diberikan modul deteksi dini dan perawatan pada balita stunting.
Efektivitas animal assisted therapy (AAT) ikan cupang dalam meningkatkan kualitas tidur pada anak yang menjalani hospitalisasi Atik Aryani; Widiyono Widiyono; Dhian Riskiana Putri
Holistik Jurnal Kesehatan Vol 17, No 7 (2023)
Publisher : Program Studi Ilmu Keperawata Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/hjk.v17i7.12747

Abstract

Background: Hospitalization is a condition where a child must undergo treatment in hospital to restore health. The impact of hospitalization causes children to feel anxious, afraid of various invasive actions, children feel uncomfortable, decreased appetite, and decreased sleep quality. The hospital environment and health service delivery activities cause sleep problems in children who are undergoing treatment so that they can affect sleep quality. Decreased sleep quality can hinder the healing process and affect a child's growth and development. Treatment of sleep disorders can be done in two ways, namely pharmacological and non-pharmacological. Pharmacologically, sedative drugs can be given, but giving drugs can risk disrupting growth and development if given to children. Therefore, non-pharmacological management is a safe alternative. One of the non-pharmacological therapies that can be provided is through Animal Assisted Therapy (ATT) for Betta Fish.Purpose: To analyze the effectiveness of Animal Assisted Therapy (ATT) betta fish as a nursing intervention in improving sleep quality in children undergoing hospitalization.Method: This research design uses one group pre-test post-test group. The sampling technique used purposive sampling with a total sample of 30 respondents. Data collection used the Standard Operational Procedures for betta fish Animal Assisted Therapy (AAT) interventions and the Children's Sleep Habit Questionnaire (CSHQ) instrument to measure sleep quality. Data analysis used the Paired t-test statistical test.Results: The average quality of sleep before the intervention was given was 43,53 and the average quality of sleep after the intervention was 36,23. The results of the paired t-test obtained a p value of 0.001 (<0.05), which means that betta fish's animal assisted therapy (AAT) is effective in improving sleep quality in children undergoing hospitalization.Conclusion: Giving betta fish with Animal Assisted Therapy (AAT) as a complementary therapy can help improve sleep quality in children undergoing hospitalization.Suggestion: It is hoped that this intervention can be used as a non-pharmacological therapeutic method in treating sleep problems in children.Keywords: Animal Assisted Therapy (AAT); Betta Fish; Children; Hospitalization; Sleep QualityPendahuluan: Hospitalisasi merupakan kondisi dimana anak harus menjalani perawatan di rumah sakit untuk pemulihan kesehatan. Dampak hospitalisasi menyebabkan anak merasa cemas, takut dengan berbagai tindakan invansif, anak merasa tidak nyaman, nafsu makan menurun, dan kualitas tidur menurun.Lingkungan rumah sakit dan aktivitas pemberian pelayanan kesehatan menyebabkan masalah tidur pada anak yang sedang menjalani perawatan sehingga dapat memengaruhi kualitas tidur. Kualitas tidur yang menurun dapat menghambat proses penyembuhan dan memengaruhi tumbuh kembang anak. Penanganan gangguan tidur dapat dilakukan melalui dua cara yaitu farmakologi dan nonfarmakologi. Secara farmakologi dapat diberikan obat-obatan sedative, namun pemberian obat dapat beresiko menganggu tumbuh kembang jika diberikan pada anak.Oleh karena itu penatalaksanaan nonfarmakologi menjadi alternatif yang aman dilakukan.Salah satu terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan melalui Animal Assisted Therapy (ATT) Ikan Cupang.Tujuan: Untuk menganalisis efektivitas Animal Assisted Therapy (ATT) ikan cupang sebagai intervensi keperawatan dalam meningkatkan kualitas tidur pada anak yang menjalani hospitalisasi.Metode: Desain penelitian ini menggunakan one group pre-test post-test group. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 responden. Pengumpulan data menggunakan Standar Operasional Prosedur intervensi Animal Assisted Therapy (AAT) ikan cupang dan instrumen Children’s Sleep Habit Questionnaire (CSHQ) untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data menggunakan uji statistik Paired t-test.Hasil: Menunjukkan rerata kualitas tidur sebelum diberikan intervensi sebesar 43,53 dan rerata kualitas tidur setelah diberikan intervensi sebesar 36,23. Hasil uji paired t-test didapatkan nilai p value sebesar 0,001 (<0,05) yang berarti animal assisted therapy (AAT) ikan cupang efektif dalam meningkatkan kualitas tidur pada anak yang menjalani hospitalisasi.Simpulan: Pemberian Animal Assisted Therapy (AAT) ikan cupang sebagai terapi komplementer dapat membantu dalam peningkatkan kualitas tidur pada anak yang menjalani hospitalisasi.Saran: Intervensi ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai metode terapi non farmakalogi dalam mengatasi masalah tidur pada anak.

Page 1 of 1 | Total Record : 10