cover
Contact Name
Andi Ruhban, S.ST.,M.Kes
Contact Email
ruhbansaja@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
ruhbansaja@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
ISSN : 0854624X     EISSN : 26226960     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Tulisan yang diterima melingkupi rumpun Ilmu Kesehatan Lingkungan dengan diberi kode 359 oleh Kementerian Riset Teknologi Pendidikan Tinggi, yang dapat berupa Artikel Hasil Riset, Book Review, Literatur Review, Komentari/Opini, Berita Ilmiah (Scientific News), dan Letter to Editor. Tulisan tersebut menyangkut Sanitasi Dasar (penyehatan air, pengelolaan limbah cair, pembuangan tinja, penanganan sampah, penyehatan makanan minuman, pengendalian vektor), penyehatan udara, pengamanan pestisida, rumah sehat dan tata graha, perilaku hidup bersih dan sehat, higiene perorangan, sanitasi tempat umum-wisata-matra, sanitasi transportasi, sanitasi industri dan keselamatan kerja, sanitasi rumah sakit, sanitasi kawasan pesisir pantai dan laut, penyakit berbasis lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, manajemen risiko lingkungan, epidemiologi kesehatan lingkungan.
Arjuna Subject : -
Articles 17 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat" : 17 Documents clear
KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MONCOBALANG KECAMATAN BAROMBONG KABUPATEN GOWA lataha lataha; Ryzdayani Ryzdayani
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.729

Abstract

Lingkungan pemukiman sangat besar peranannya dalam penyebaran penyakit menular, hal ini disebabkan karena kondisi perumahan yang tidak memenuhi syarat rumah sehat, terutama dilihat dari kondisi kesehatan lingkungan yang buruk, sehinggah berdampak, masyarakat itu sendiri untuk terjadinya suatu penyakit yang berbasis lingkungan yang dapat menular, adapun penyakit yang diakibatkan oleh keadaan tersebut adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).Jenis penelitian deskriptif,tujuan penelitian yaitu Untuk mengetahui kondisi pencahayaan, ventilasi, kondisi suhu dan kepadatan penghuni dengan kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja puskesamas moncobalan kecamatan barombong kabupaten gowa, adapun jumlah sampel yang di teliti yaitu 196 penderita.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kondisi pencahayaan rumah responden yang ada di Desa Tinggimae kecamatan Barombong kabupate Gowa yakni rumah yang tidak memenuhi 114 penderita dengan persentase 58,16%, Kondisi ventilasi rumah responden yakni ventilasi rumah responden yang tidak memenuhi syarat 83 orang dengan persentase 42,34%, Kondisi suhu yakni 96 orang dengan persentase 48,97 % yang tidak memenuhi syarat dan Kondisi kepadatan penghuni yakni kondisi kepadatan penghuni yang tidak memenuhi syarat  yakni 140 orang dengan persentase 71,42 %.Kesimpulan yaitu kondisi pencahayaan, suhu,ventilasi dan kepadatan penghuni rumah yang ada di desa Tinggimae kecamatan Barombong kabupaten Gowa melihat hasil diatas masih banyak yang belum memenuhi syarat rumah sehat sesuai dengan peraturan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1077/Per/V/2011 tentang Rumah sehat adapun sarannya yaitu Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya melakukan penelitian  terkait dengan bakteriologis yang ada pada ruangan sabagai bahan pembanding antara hasil dari responden, dan bagi masyakat sebaiknya lebih memperhatikan derajat kesehatannya dengan rutin melakukan konseling terhadap petugas klinik sanitasi Kata kunci:Kondisi rumah, ISPA, balita.
HUBUNGAN PERILAKU PEMBUAT SAGU TERHADAP KUALITAS FISIK SAGU DI DESA KAMPUNG BARU KABUPATEN LUWU UTARA hidayat hidayat; Melissa Telaumbanua
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.732

Abstract

Higiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin akan menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Sagu (Metroxylonsp) merupakan salah satu komoditi bahan pangan yang banyak mengandung karbohidrat, sehingga sagu merupakan bahan makanan pokok untuk beberapa daerah di Indonesia seperti Maluku, Irian Jaya dan sebagian di Sulawesi.Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan prilaku pembuat sagu terhadap kualitas fisik dalam pembuatan sagu di desa Kampung Baru Kecamatan Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara.Adapun jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian tentang hubungan perilaku higiene sanitasi pekerja atau penjamah dalam pembuatan sagu dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data di ukur atau di kumpulkan dalam waktu bersamaan.Hasil penelitian dengan mengunakan kuesioner dan observasi menunjukkan bahwa pengetahuan tinggi 28,1% dan pengetahuan rendah 71,9%, sikap baik 31,8% dan buruk 68,2%, serta tindakan baik 20,4% dan tidak baik 79,6%. Dan mendapatkan hasil memakai uji statistic Chi Square sangat berpengaruh terhadap kualitas sagu dan mendapatkan hasil pengetahuan p=0,000 < α= 0,05, sikap p= 0,000 < α= 0,05, dan tindakan p= 0,000 < α=0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan dengan kualitas sagu, ada hubungan antara sikap dengan kualitas sagu, dan adahubungan antara tindakan dengan kualitas sagu di Desa Kampung Baru Kecamatan Mappedeceng Kabupaten Luwu Utara. Adapun saran dari penelitian ini yaitu diharapkan bagi pemerintah setempat untuk rutin melaksanakan penyuluhan tentang cara-cara pembuatan sagu yang bersih dan sehat agar pengetahuan pembuat sagu menjadi lebih baik dan hasil sagu yang mereka produksi menjadi lebih bersih dan diharapkan pembuat sagu untuk meningkatkan kesadaran akan kebersihan pribadi dan kebersihan dalam memproduksi sagu agar kualitas sagu menjadi lebih meningkat dan tidak menyebabkan kerugian. Keyword : Kualitas sagu, perilaku, pembuat sagu.
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KELELAHAN PEKERJA DI PT. TOP SABA MANDIRI FOOD MAKASSAR Mulyadi Mulyadi; Nurwinda Nurwinda
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.722

Abstract

Kelelahan kerja merupakan salah satu permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Kelelahan pada pekerja juga dapat berdampak terhadap penurunan produktivitas. Data dari International Labour Organisation (ILO) menyebutkan hampir setiap tahun sebanyak dua juta pekerja meninggal dunia karena kecelakaan kerja yang disebabkan karena faktor kelelahan. Lingkungan kerja yang tidak nyaman dan tidak memenuhi syarat mengakibatkan tenaga kerja menjadi tidak bergairah untuk bekerja, mempercepat terjadinya kelelahan serta memperbesar risiko timbulnya gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja yang pada akhirnya produktivitas perusahaan pun akan menurun.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis faktor yang memicu terjadinya kelelahan pada pekerja dibagian produksi PT. Top Saba Mandiri Food Makassar. Desain penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study.Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan dilakukan pengujian dengan Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, dikatakan bermakna jika p < α = 0,05. Dari hasil uji statistic terhadap beberapa faktor pemicu kelelehan diperoleh bahwa faktor masa kerja (tahun) pekerja memiliki hubungan  yang signifikan dengan kelelahan pekerja nilai p = 0,04, faktor usia pekerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan pekerja dengan nilai p = 0,046, faktor suhu udara dalam ruangan memiliki hubungan yang signifikan dengan  kelelahan pekerja dengan nilai  p = 0,014, faktor sikap kerja pekerja saat bekerja memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan dengan nilai p = 0,014. Kemudian untuk faktor kelembaban tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kelelahan pekerja dimana nilai p = 0,375.Adapun Kesimpulan yang didapatkan yakni bahwa ada hubungan antara masa kerja, usia, suhu, dan sikap kerja terhadap kelelahan pekerja dan tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kelelahan pekerja. Peneliti menyarankan bagi pihak menejemen PT. Top Saba Mandiri Food Makassar untuk melakukan pengelolaan terhadapa lingkungan dan para pekerja itu sendiri agar kelelehan pekerja itu bisa di atasi dengan menejemen risiko lingkungan di terapkan dengan baik dan benar seperti pengaturan tata letak ruangan, pengaturan pekerjaan sesuai usia dan masa kerja dari pekerja. Kata Kunci : Faktor Kelelahan, Pekerja
ANALISIS KEMANPUAN IKAN HIAS MAANVIS ( Pterophylium Altum ) DAN IKAN HIAS CUPPANG ( Bettasplandens Crow Tail ) SEBAGAI PREDATOR JENTIK NYAMUK Hamsir, Hamsir; Nurbaeti, Nurbaeti
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.725

Abstract

Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau antropoda yang dapat memindahkan,menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host yang rentan.Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan kesehatan manusia. Upaya pengendalian vektor berupa nyamuk  dengan cara biologi control dengan menggunakan predator pemakan jentik nyamuk. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan ikan manvis (Pterphylium Altum) dan ikan hias cupang ( Betta Splendens Crown Tail) dalam memakan jentik nyamuk.  Jenis penelitian ini bersifat eksperimen. Hasil Ikan hias manvis (Pterphylium Altum) pada hari I memakan jentik sebanyak 20 ekor jentik, hari ke-II yaitu 9 ekor dan hari ke-III yaitu 7 ekor sedangkan untuk ikan hias cupang  ( Betta Splendens Crown Tail)  pada hari I, II,dan III masing-masing  memakan sebanyak 20 ekor. Adapun kesimpulan dari penelitian ini yaitu ikan manvis (Pterphylium Altum) dan ikan hias cupang( Betta Splendens Crown Tail) mampu mengendalikan larva Aedes Aegypti.Kata Kunci : Vektor, Jentik, Ikan Manvis (Pterphylium Altum) dan ikan cupang ( Betta Splendens Crown Tail)
KANDUNGAN LOGAM BERAT TIMBAL Pb PADA IKAN KALENG DI KOTA MAKASSAR mirah, st mut
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.731

Abstract

Perkembangan industri sangat didukung oleh kemajuan teknologi yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia sebagai pelaksana kegiatan dalam suatu kehidupan sehari-hari masyarakat seperti halnya Ikan kaleng merupakan ikan olahan yang dikemas dalam kaleng yang banyak diproduksi didalam dan diluar negeri. Kelebihan pengemasan ikan dalam kaleng diantaranya adalah praktis bagi para konsumen dalam memasaknya, dapat disimpan lebih lama dan dapat meminimalisir kontaminasi dari luar seperti bakteri. Namun dalam penggunaannya perlu diwaspadai karena pada makanan kaleng dapat terjadi kontaminasi logam berat timbal (Pb) dari cara pengemasan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pencemaran logam berat timbal (Pb) pada ikan kaleng dan untuk mengetahui kadar logam berat timbal (Pb) pada ikan kaleng yang banyak dikonsumsi masyarakat.Hasil pemeriksaan kandungan logam berat timbal (Pb) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) untuk ke tujuh sampel ikan kaleng.  sampel ikan kaleng yang diperoleh dilaboratorium ada 7 sampel yang di periksa ada 2 sampel yang tidak memenuhi syarat dan 5 sampel yang memenuhi syarat.Dari hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa kandungan logam berat timbal (Pb) pada ikan kaleng tersebut ada dua sampel ikan kaleng yang mengandung logam berat timbal (Pb) karena telah melebihi ambang batas maksimum yang telah ditetapakan SNI 7387 : 2009 yaitu 0,3 mg/kg. Kata kunci : logam berat timbal (Pb) dan ikan kaleng
FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PENYAPU JALAN DI SEPANJANG JALAN VETERAN KOTA MAKASSAR Sulasmi lasmi; Ibrahim Ibrahim
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.728

Abstract

Masalah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang  terjadi pada petugas penyapu jalan sangat tinggi risiko terjadi pada penyapu jalan yang tidak lengkap memakai alat pelindung diri APD, ini disebabkan disebabkan oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang faktor-faktor  yang mempengaruhi penggunaan APD pada penyapu jalan di sepanjang Jl.Veteran kota Makassar. Jenis  penelitan yang digunakan pada penelitian ini adalah survai yang bersifat deduktif, dengan total sampel sebanyak 28 orang. Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 28 pengetahuan yang dikategorikan baik (92,85%), cukup (7,15%), sikap yang dikategorikan baik (96,42%), cukup (3,85%), tindakan yang dikategorikan baik(14,28%), cukup (85,72%), keluhan yang dikategorikan baik (25%), cukup (50%),kurang (50%),petugas kebersihan yang menggunakan masker (42,85%), sarung tangan (17,85%), helm/topi (96,42%), sepatu (28,57%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan sikap petugas penyapu jalan dikategorikan baik, tetapi tindakanya kurang dalam menggunakan APD disaat bekerja, oleh karena itu disarankan untuk diadakan penyuluhan secara berkala.               Keyword: Alat Pelindung Diri (APD), Penyapu Jalan, Jalan Raya
PERSONAL HYGIENE PENJAMAH MAKANAN DAN SANITASI KANTIN SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DUNGINGI ekawaty prasetya
Sulolipu: Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat Vol 18, No 1 (2018): Jurnal Sulolipu : Media Komunikasi Sivitas Akademika dan Masyarakat
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32382/sulolipu.v18i1.735

Abstract

Kantin merupakan salah satu tempat yang sering didatangi oleh siswa karena keberadaannya dekat dengan pembelajaran sehingga siswa lebih memilih makan di tempat tersebut dibandingkan di luar sekolah, karena waktu menjadi lebih efektif dan efesien, disamping itu harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau. Maka dari itu sebuah kantin tidak cukup hanya dengan hal tersebut, tetapi kualitas dan keamanan makanan yang disediakan haruslah terjaga, karena setiap proses pengolahan makanan mengandung potensi kontaminasi yang perlu dikendalikan untuk menjamin keamanan makanan yang dikonsumsi siswa, oleh karena itu sangat diperlukannya  personal hygiene  pada penjamah makanan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tinjauan umum dari pada personal hygiene penjamah makanan dan sanitasi kantin sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dungingi. Tinjauan dilakukan di  5 Sekolah Dasar yang ada di wilayah kerja  Puskesmas Dungingi yakni SDN 19, SDN 20, SDN 22,SDN 23 dan SDN 26 Dungingi. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar kantin sekolah yang ada di wilayah kerja puskesmas Dungingi belum memenuhi syarat kesehatan seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1096/MENKES/PER/VI/2011 tentang hygiene sanitasi jasaboga yaitu 65-70 %. Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa 5 kantin sekolah tersebut belum memenuhi syarat yaitu hanya di dapat nilai sebesar 33% untuk fasilitas yang tidak memenuhi syarat sedangkan 66% untuk fasilitas yang memenuhi syarat baik ditinjau dari segi lokasi dan bangunan, fasilitas sanitasi, dapur, ruang makan dan gudang bahan makanan, pengolahan makanan, tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi, penyajian makanan, peralatan dan tenaga kerja. Adapun saran yang bisa diberikan berupa penyuluhan secara langsung, memberikan masukan  baik kepada penjamah makanan dan pimpinan sekolah untuk melakukan modifikasi pada penataan ruang kantin sekolah serta perlunya restrukturisasi ketenagaan kesehatan lingkungan agar pelaksanaan program-program kesling di Puskesmas Dungingi dapat dilaksanakan dengan optimal. Kata Kunci : Hygiene Sanitasi, Kantin Sekolah

Page 2 of 2 | Total Record : 17