cover
Contact Name
Drs. Abd. Rasyid, M. Hum
Contact Email
Sawerigading_bbm@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
garingjusmianty@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
SAWERIGADING
ISSN : 25278762     EISSN : 25278762     DOI : -
SAWERIGADING is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in SAWERIGADING have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SAWERIGADING is published by Balai Bahasa Sulawesi Selatan twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012" : 16 Documents clear
REPETISI DALAM PUISI "BULAN LUKA PARAH" KARYA HUSNI DJAMALUDDIN NFN Syamsurijal
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1229.335 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.370

Abstract

Stylistic is used by the author to beautify his works in order to make the reader could feel message and imagination conveyed by him. Method used is descriptive qualitative by applying collecting data, reading-observing technique, and noting technique. This writing shows that the use of repetition in poetry 'Bulan Luka Parah" by Husni Djamaluddin. Repetition used in Husni Djamaluddin's poetry is: (1) anaphor repetition, (2) tautotes repetition, (3) anadiplosis repetition, (4) epistrophe repetition, (5) simploce repetition. Abstrak Gaya bahasa digunakan seorang penyair untuk memperindah hasil karyanya agar pembaca atau penikmatnya dapat merasakan pesan dan imajinasi yang diinginkan penyair tersebut. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data, baca simak, dan pencatatan. Tulisan ini menunjukkan bahwa terdapat penggunaan gaya bahasa repetisi dalam puisi "Bulan Luka Parah" Karya Husni Djamaluddin. Gaya bahasa repetisi yang digunakan dalam puisi Husni Djamluddin, yaitu: (1) repetisi anavora, (2) repetisi tautotes, (3) repetisi anadiplosis, (4) repetisi epistrofa, (5) repetisi simploke.
REPRESENTASI BENTUK PAGAR (HEDGES) DALAM TUTURAN BAHASA BUGIS Nuraidar Agus
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1504.712 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.360

Abstract

This is a descriptive writing regarding the use of hedges in Buginese language. The analysis is based on descriptive qualitative method through data collection among Buginese speakers triangulationally; observation, interview, and recording. Some phenomenons of speech among Buginese community are found that in fact they always consider the suitable and proper manner of speech as the most important one caused by the principle that it would be reflection of their character and behavior in daily life. Therefore, the Buginese speakers prefer to use politeness marker, including hedges, in their speech. The use of hedges is found in some kind of speech-act, conformed to the modus and characteristic of speech in order to make the speech is still acceptable without threatening or lowering the hearer Abstrak Tulisan ini merupakan sebuah deskripsi tentang penggunaan pagar atau hedges dalam tuturan bahasa Bugis. Untuk itu analisis yang digunakan berdasarkan metode deskriptif kualitatif melalui pengumpulan data pada penutur Bugis secara triangula.si; pengamatan, wawancara, dan pencatatan. Beberapa fenomena bertutur pada masyarakat Bugis ditemukan bahwa sesungguhnya mereka senantiasa mengutamakan cara bertutur secara patut dan santun dengan alasan, hal tersebut merupakan pengungkapan diri yang merefleksikan karakter, sifat, dan perilaku mereka sehari-hari. Oleh karena itu, dalam bertutur penutur bahasa Bugis lebih sering menggunakan pemarkah kesantunan, termasuk hedges, dalam segenap tuturannya. Penggunaan pagar atau hedges ditemukan pada beberapa jenis tindak tutur, yang disesuaikan dengan sifat dan modus pertuturan. Pilihan tersebut dimaksudkan untuk menyantunkan tuturan agar tetap berterima tanpa harus mengecilkan atau mengancam muka positif mitratutur.
PROFIL PENGUASAN BAHASA KOMBAI Buha Aritonang
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1533.501 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.342

Abstract

Kombai language is spoken by Kombai ethnic in Kombai village, Kouh, Boven Digoul, West Papua. This research is an associative research and the objective of this research is to determine the relationship between independent and dependent variables. In this case, it contents of the relationship between Kombai respondents characteristic and mastery of Kombai language. Independent variables consist offour parts, gender variables (X1), age groups (X2), educational levels (X3), and occupation (X4). Dependent variable is mastery of Kombai language. This research uses descriptive and Crosstabs analysis that determine the relationship and closeness of independent and dependent variables. The result of four hypotheses, it can be concluded that there is not a relationship between X1, X2, X4 and Y. Meanwhile, there is a relationship between X3 and Y. The closeness of the variables [(X1 and Y), (X2 and Y), (X3 and Y), and (X4 and Y)] are weak and grades of variables are not more than 1. Abstrak Bahasa Kombai dituturkan oleh suku Kombai di Kampung Kombai, Kouh, Boven Digoul, Papua Barat. Penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan dependen. Dalam hal ini, penelitian ini menitikberatkan hubungan antara karakteristik responden Kombai dan penguasaan bahasa Kombai. Variabel independen terdiri atas empat bagian, yaitu jenis kelamin (X1), kelompok usia (X2), tingkat pendidikan (X3), dan pekerjaan (X4). Sementara itu, varibel dependen adalah penguasaan bahasa Kombai (Y). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan Crosstabs untuk mengetahui hubungan dan keeratan variabel independen dan dependen. Hasil empat hipotesis menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel X1, X2, X4 dan Y. Sementara itu, ada hubungan antara X3 dan Y. Keeratan variabel tersebut [(X1 and Y), (X2 and Y), (X3 and Y), and (X4 and Y)] lemah dan nilai variabelnya di bawah angka 1.
KEARIFAN LOKAL DALAM PUISI TORAJA NFN Murmahyati
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8328.899 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.356

Abstract

Toraja regional literature implied values those are practiced and performed by regional literature endorser. The effort to discuss local wisdom values in Toraja poetry aims at growing and spreading positive aptitude of society towards literature. Therefore, to analyze it, objective approach will be used (focusing on text as it should be). Besides that, descriptive method is used by applying sociology of literature. Toraja poetries consist of londe, badong, rettengg, paqtendeq, bating, pontobannang. Result of the research shows that Toraja poetry implies local wisdom values needed to be applied. The values are religious value, humanity value, leadership value, unity value, gathering value, and moral value Abstrak Sastra daerah Toraja mengandung nilai-nilai yang dianut atau diemban oleh pendukung sastra daerah tersebut. Upaya pengangkatan nilai-nilai kearifan lokal dalam puisi Toraja itu bermaksud memupuk sikap positif masyarakat terhadap sastra. Tulisan ini memfokuskan diri pada tema dan kaitannya dengan yang lain. Oleh karena itu, untuk menganalisisnya, akan digunakan pendekatan objektif (berfokus pada teks sebagaimana adanya). Selain itu, digunakan metode deskriptif dengan ancangan sosiologi sastra. Puisi-puisi Toraja terbagi atas londe, badong, retteng,paqtendeq, bating,pontobannang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam puisi Toraja terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang perlu diaktualisaksikan. Nilai-nilai itu antara lain, adalah nilai religi, nilai kemanusiaan, nilai kepemimpinan, nilai persatuan, nilai kegotongroyongan, dan pendidikan moral
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1596.86 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.347

Abstract

The development of Indonesian society 's life attitude in the post-reformation era has made a lot of changes, including language, as the use of foreign language at schools having international and international pioneering standard. This phenomenon indicates that the use of bahasa Indonesia as language of unity has been shifted. Otherwise, the use of foreign language has become a tendency for the society nowadays. This will effect the attitude of society either mature persons or teenagers to neglect the national nobleness which has been shaped since the independence struggle. Character construct covers the basic strategy in overcoming those phenomena through educational system, especially the bahasa Indonesia education starting from the curriculum, methods, learning books, skills, personality, and reference. In addition, preparing dedicated profesional teachers should be necessity. Abstrak Dalam perkembangan peri kehidupan masyarakat Indonesia pascareformasi telah terjadi berbagai perubahan, termasuk di bidang bahasa, seperti: penggunaan bahasa asing di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Gejala tersebut merupakan indikasi bahwa ruang gerak penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami pergeseran. Sebaliknya, penggunaan bahasa asing makin memperoleh tempat dalam tatanan kehidupan masa kini. Fenomena seperti itu akan berdampak pada sikap sebagian masyarakat dewasa, kawula muda, dan sebagian kalangan pelajar untuk mengesampingkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti karakter yang terbentuk pada masa perjuangan kemerdekaan. Pembangunan karakter merupakan strategi mendasar dalam mengatasi berbagai fenomena tersebut melalui sistem pendidikan, lebih khusus pendidikan bahasa Indonesia, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, buku ajar utama, buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan referensi. Lebih penting lagi, penyediaan guru profesional yang berdedikasi pada profesi pendidik, dan pemberian keteladanan semua insan di sekolah.
MISTISME BAH DALAM PUISI "BAH, DI MEULABOH" KARYA AKHMAD K SYAMSUDDIN: ANALISIS METAFORA DAN SIMBOL HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR. Andi Herlina
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1341.659 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.338

Abstract

This research aimed at describing mysticism flood in the poetry "Bah di Meulaboh " by Akhmad K Syamsuddin using metaphor and symbol analysis and applying hermeneutic theory of Paul Ricoeur. This research applied descriptive qualitative method with notingg, interview, and library study technique. Then, mysticism analysis in poetry "Bah, di Meulaboh" was awareness "I (in line)" of the natural disaster essence. The disaster could not be merely regarded as curse. Yet, the disaster should be reminder of what had happened. Therefore, one could be better in the future to avoid the bad incidents in order to avoid the history happened again. Abstrak Tulisan ini bertujuan menggambarkan mistisme bah dalam puisi " Bah di Meulaboh" karya Akhmad K Syamsuddin melalui analisis metafora dan analisis simbol dengan memanfaatkan teori hermeneutika Paul Ricoeur. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik catat, wawancara, dan studi pustaka. Analisis ini kemudian menggambarkan mistisme dari puisi " Bah, di Meulaboh " adalah kesadaran " aku lirik" tentang esensi sebuah bencana alam. Bencana jangan hanya dianggap sebagai kutukan. Namun, lebih dari itu bencana menjadi sarana pengingat, dari peristiwa yang telah terjadi. Sehingga seseorang dapat menjadi lebih baik di kemudian hari, jika tidak ingin sejarah kaum terdahulu terulang.
INDONESIAN-ENGLISH CODE MIXING IN TOURISM CONTEXT NFN Nursjam
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1264.112 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.366

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui alasan karyawan industri pariwisata (M.akassar dan Toraja) menggunakan model campur kode bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris dalam berkomunikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penggunaan kata-kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia disebabkan oleh (a) kontak bahasa, (b) pemenuhan kebutuhan, (c) kebiasaan mendengar kata-kata asing. (2) Penggunaan campur kode secara spontan (3) Model yang digunakan adalah (a) awalan di- digunakan untuk membentuk kalimat pasif, awalan mengmembentuk kalimat aktif, akhiran —an membentuk kata benda, akhiran —kan dalam bentuk kausatif dan enklitik —ki, enklitik —nya membentuk posesif dan kata sandang tertentu, (b) bentuk kata benda dan kata kerja yang tidak memiliki imbuhan bahasa Indonesia, (c) penggunaan kata sifat dan kata pinjaman tanpa imbuhan, (d) frasa bahasa Inggris berstruktur bahasa Indonesia. (4) Kata bahasa Inggris yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia dapat diajukan sebagai unsur-unsur pemerkaya kosakata bahasa Indonesia. Abstract The aims of this research are to know the reasons of tourism staff use code mixing model in his communication. The research result shows that (1) the usage of English words in Indonesian language caused by: (a) language contact, (b) need filling and (c) listening habit, (2) IndonesianEnglish code mixing is normally used in specific situation and time. (3) Models occurred in morphological structure are: (a) prefix di- is used to form passive, prefix meng- is used to form active, suffix -an forms noun, suffix — kan is causative form, enclitics —ki, enclitics — nya is used to form possessive and definite article, (b) noun and verb forms without having Indonesian affixes (c) using adjective and borrowing words without affixes, (d) using Indonesian structure in English phrases. (4) English words used in code mixing which does not have any Indonesian synonym can be suggested as words to enrich Indonesian vocabularies.
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN MENERAPKAN TEKNIK DEBAT TOPIK SISWA KELAS X SMAN 3 TAKALAR NFN Adri
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1855.639 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.334

Abstract

The aim of this writing is to describe the program, the implementation, and the quality in developing the speaking skills of bahasa Indonesia by applying topic debate technique upon the 10th grade scholars of SMA Negeri 3 Takalar. The qualitative approach through classroom action research held at the 10th grade scholars of SMA Negeri 3 Takalar in the scholastic year of2009/2010. The result shows that (1) the program of developing the speaking skills of bahasa Indonesia by applying debate technique upon the 10th grade scholars of SMA Negeri 3 Takalar is carried out by drafting Rencana Program Pembelajaran (RPP). (2) The implementation of debate technique in language and non-language aspects in the speaking skills has increased from cycle I and II as seen as less-cathegoriged at the praetest result which increased to become good in cycle II. (3) The quality regarding topic debate technique upon language and non-language aspects oriented in observation, interview, speaking-test, and recording instrument. These can make teachers know the result of scholars' speaking skills. Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian dalam meningkatkan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menerapkan teknik debat topik siswa kelas X SMA Negeri 3 Takalar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif jenis penelitian tindakan kelas (cla.ssroom action research). Penelitian ini dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 3 Takalar tahun pelajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) perencanaan peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia dengan menerapkan teknik debat topik siswa kelas X SMA Negeri 3 Takalar dilakukan dengan membuat Rencana Program Pembelajaran (RPP). (2) pelaksanaan teknik debat topik dalam aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan dalam keterampilan berbicara siswa dari siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hal ini terlihat bahwa hasil tes pratindakan tergolong kurang sekali. Setelah tindakan dilakukan menunjukkan peningkatan ke kategori baik sekali (siklus II). (3) Penilaian penggunaan teknik debat topik pada aspek kebahasaan dan aspek nonkebahasaan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, tes berbicara, dan alat perekam. Hal ini, memudahkan guru mengetahui hasil pembelajaran keterampilan berbicara siswa.
BENTUK PRONOMINA PERSONA BAHASA BUGIS Nursiah Tupa
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7880.195 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.362

Abstract

Clitics is a construction consisting of single morpheme which is generally minor shaped, morphologically independent but phonologically able to be placed after or before other morphemes. The subject in this writing is only personal pronoun clitics which would be divided in proclitics and enclitics, especially the use of enclitics productivity. Descriptive analysis method is used supported by library, observation, interviewing, and elicitation technique. Description of Buginese personal pronoun clitics and its synthetic process with other units in sentences is expected. Abstrak Klitika adalah konstruksi yang terdiri atas morfem-morfem tunggal yang pada umumnya berwujud kecil, dan secara morfologis berdiri sendiri, namun secara fonologis bisa mendahului atau mengikuti morfem-morfem yang lain dengan erat. Pokok masalah dalam makalah ini hanyalah klitik pronominal yaitu klitika dengan jenis kata ganti orang. Bentuk klitika ini terbagi atas dua bagian, yaitu proklitik dan enklitik, khusus enklitik sangat produktif di dalam pemakaiannya. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dengan teknik pengumpulan data yaitu kepustakaan, observasi dan wawancara langsung serta teknik elisitasi. Hasil yang diharapkan dalam penelitian ini adalah deskripsi yang mendalam mengenai bentuk klitika pronominal persona bahasa Bugis dan perpaduannya dengan unit lain dalam kalimat.
STRUKTUR SEMANTIS VERBA YANG BERMAKNA 'MEMOTONG' DALAM BAHASA BALI I Nengah Budiasa
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1526.483 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.353

Abstract

Balinese verb which means 'memotong' is analysed by NSM (Natural Semantic Metalanguage) theory introduced by Anna Wierybicka . This theory, then, known as MSA is used to determine the semantic primes and semantic structure of those verbs.The purpose of this paper is to describe the group, the type, and the semantic structure of verbs which means 'memotong in Balinese language. It uses observative method for collecting data, equal and distributive method to analyze data, and informal method to provide the result of analysis. From the data analyzed, it is found that the Balinese verb which means 'memotong' consists of two groups, those are, (1) the verb which means 'memotong' by using instrument and (2) the verb which means 'memotong' without instrument inperforrming the acction. It is also shown from the result that the Balinese verbs which mean 'memotong ' only have one type of semantic primes, that is, do : cut. In NSM semantic structure, this type has syntax pattern: X do something to Y and Y cut by X. Abstrak Verba yang bermakna 'memotong' dalam bahasa Bali dikaji dengan teori NSM (Natural Semantic Metalanguage) yang dikemukakan oleh Anna Wierzbicka. Teori ini yang kemudian dikenal dengan teori MSA (Metabahasa Semantik Alamiah) dipakai untuk menentukan makna asali dan struktur semantis verba tersebut. Tujuan makalah ini alah untuk menjelaskan kelompok, tipe, dan struktur semantis verba yang bermakna 'memotong dalam bahasa Bali. Dalam pengumpulan data digunakan metode simak, untuk analisis data digunakan metode padan dan agih, dan untuk penyajian hasil analisis digunakan metode informal. Berdasarkan data yang dianalisis, hasil kajiannya menunjukkan bahwa verba yang bermakna 'memotong' dalam bahasa Bali terdiri atas dua kelompok, yaitu (a) kelompok verb bahasa Bali yang bermakna 'memotong' dengan menggunakan alat dan (2) kelompok verbabahasa Bali tanpa menggunakan alat dalam melakukan tindakan. Hasil kajiannya juga menunjukkan bahwa verba bahasa Bali yang bermakna 'memotong' hanya memiliki satu tipe makna asali, yaitu melakukan : terpotong. Dalam struktur semantis MSA, tipe ini memiliki pola sintaksis X melakukan sesuatu pada Y dan Yterpotong oleh X.

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2012 2012


Filter By Issues
All Issue Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023 Vol 28, No 2 (2022): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2022 Vol 28, No 1 (2022): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2022 Vol 27, No 2 (2021): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2021 Vol 27, No 1 (2021): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2021 Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020 Vol 26, No 1 (2020): Sawerigading, Edisi Juni 2020 Vol 25, No 2 (2019): Sawerigading, Edisi Desember 2019 Vol 25, No 1 (2019): Sawerigading, Edisi Juni 2019 Vol 24, No 2 (2018): Sawerigading, Edisi Desember 2018 Vol 24, No 1 (2018): Sawerigading, Edisi Juni 2018 Vol 23, No 2 (2017): Sawerigading, Edisi Desember 2017 Vol 23, No 1 (2017): Sawerigading, Edisi Juni 2017 Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 20, No 3 (2014): Sawerigading Vol 20, No 2 (2014): Sawerigading Vol 20, No 1 (2014): Sawerigading Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 1 (2013): SAWERIGADING, Edisi April 2013 Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012 Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011 Vol 17, No 1 (2011): Sawerigading, Edisi April 2011 Vol 16, No 3 (2010): Sawerigading, Edisi Desember 2010 Vol 16, No 2 (2010): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 15, No 3 (2009): Sawerigading Vol 15, No 2 (2009): Sawerigading More Issue