cover
Contact Name
Drs. Abd. Rasyid, M. Hum
Contact Email
Sawerigading_bbm@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
garingjusmianty@yahoo.co.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
SAWERIGADING
ISSN : 25278762     EISSN : 25278762     DOI : -
SAWERIGADING is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in SAWERIGADING have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. SAWERIGADING is published by Balai Bahasa Sulawesi Selatan twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 16 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013" : 16 Documents clear
SISTEM DERIVASI DALAM BAHASA MUNA Siti Fatinah
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1314.374 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.438

Abstract

The paper is to describe the derivation system in Muna language. The method applied in collecting data is listening method by using tapping, simak libat cakap (the writer involves in the conversation of the object), simak bebas libat cakap (the writer does not involve), and noting technique. The method applied in analyzing is the intralingual matching with comparative technique for the similarity and differentiation. After analyzing, the data is showed in formal and informal method. The result shows that the derivational system in Muna language is affixation on the base form. The derivational affixes function to form the verb from noun and adjective, to form noun from verb and adjective, and numeralfrom noun. Derivational affixes of Muna language thatfunctions to form the verb are six, i.e. prefix me-, ne-, po-, ko-, feka-, and noko-; for noun, the derivational prefixes are (ka-, ni-, manso-, and kafo-) and circumfixes are (me-no, mo-no, kae-ha), and only one derivational affix forms numerals, prefix se-. Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem derivasi dalam bahasa Muna. Metode yang digunakan dalam penyediaan data adalah metode simak dengan teknik sadap, teknik simak libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Dalam analisis data digunakan metode padan intralingual dengan teknik hubung banding menyamakan dan hubung banding membedakan. Setelah dianalisis, data itu disajikan dengan menggunakan metode formal dan metode informal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem derivasi dalam bahasa Muna berupa pembubuhan afiks derivasi pada bentuk dasar. Afiks derivasi tersebut berfungsi membentuk verba dari dasar nomina dan adjektiva, nomina dari dasar verba dan adjektiva, serta numeralia dari dasar nomina. Afiks derivasi bahasa Muna yang berfungsi membentuk verba ada enam, yaitu prefiks me-, ne-, po-, ko-, feka-, dan noko-; afiks derivasi yang menurunkan nomina adalah prefiks, simulfiks, dan konfiks, yaitu prefiks ka-, ni-, manso-, kafo-, dan simulfiks me-no, serta konfiks mo-no dan kae-ha; dan afiks derivasi yang membentuk numeralia hanya satu, yakni prefiks se-. 
INTERFERENSI BAHASA INDONESIA-BAHASA MAKASSAR PADA KOMUNITAS PAGANDENG KECAMATAN PALLANGGA KABUPATEN GOWA NFN Hastianah
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1356.764 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.429

Abstract

The writing intends to discover Indonesian language interference to Makassarese language of pagandeng community in Pallangga, Gowa Regency through sociolinguistic. It uses descriptive qualitative method concerning on sociolinguistic paradigm. Collecting data is done using tapping, observing, interviewing, recording, and noting technique. Based on analysis, language usage of pagandeng community is characterized by interference, whether phonology, morphology, syntax, or semantic. The form of phonological interference is done by adjusting Makassere language sounds, such as (1) addition especially on final syllable sound and (2) omission. Phonological interference is phonemic change, phonemic addition, and phonemic omission. Morphological interference, the use of particle or clitic -mi, -pi, -ji on some words in Indonesian language and combined with Makassarese language. The use of clitic -mi, -pi,-ji in Indonesian language called interference since the clitic is not in Indonesian, only in Makassarese language. Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui interferensi bahasa Indonesia ke bahasa Makassar pada komunitas pagandeng yang terdapat di Kecamatan Pallangga Kabupaten Gowa, melalui tinjauan sosiolinguistik. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan penerapan paradigma sosiolinguistik. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sadap, simak (observasi) cakap (wawancara), rekam dan catat. Berdasarkan hasil kajian ditemukan pemakaian bahasa oleh komunitas pagandeng ditandai oleh adanya interferensi, baik interferensi fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Bentuk interferensi fonologi dilakukan dengan proses penggunaan kata melalui penyesuaian bunyi-bunyi dalam bahasa Makassar, seperti (1) penambahan terutama pada bunyi suku kata akhir dan (2)penghilangan. Interferensi fonologi yang terjadi berupa perubahan fonem, penambahan fonem, dan pengurangan fonem. Interferensi morfologi, yakni adanya penggunaan partikel atau klitik-klitik -mi, -pi, -ji pada beberapa kata dalam berbahasa Indonesia dan menggabungkannya dalam bahasa Makassar. Penggunaan klitik -mi, -pi,-ji dalam kata bahasa Indonesia dikatakan interferensi karena klitik tersebut tidak ada dalam bahasa Indonesia hanya ada di dalam bahasa Makassar.
SASTRA DALAM MASYARAKAT YANG BERUBAH: CATATAN TENTANG PERAN DAN FUNGSI ARTEFAK BUDAYA YANG TERKERDILKAN Aminuddin Ram
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1431.026 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.425

Abstract

This writing attempts to observe literary work as an artefact of Indonesian culture and to compare its role and functions both in the past traditional society and in the present modern one. The analysis reveals that the role and functions of literary work in the past traditional society are greater than that of in the present modern one. Today its role and functions in the contemporary society have been deappreciated and marginalized out of the mainstraim ofpeople's cultural life. This is due to the strong influence of materialism and pragmatism that discards moral, ethical and spiritual values which are the soul of Indonesian culture. It is suggested that in order to revitalize the role and functions of literary work as a cultural artefact that could greatly contribute to the strengthening process of national identity and character a realistic holistic approach be taken. It is also expected that both formal and informal education institutions be supported and facilitated to increase the youth's appreciation towards this almost-forgotten spiritual capital Abstrak Tulisan ini mencoba mengulas sastra sebagai salah satu artefak budaya Indonesia dan membandingkan peran serta fungsinya pada masyarakat tradisional masa lalu dan masyarakat modern masa kini. Analisis artikel ini menunjukkan bahwa peran dan fungsi sastra pada masyarakat tradisional masa lalu lebih besar daripada peran dan fungsi sastra pada masyarakat modern masa kini. Dewasa ini peran dan fungsi artefak budaya itu telah mengalami deapresiasiasi dan marginilisasi dari arus utama kehidupan budaya masyarakat. Hal ini disebabkan oleh besarnya pengaruh materialisme dan pragmatisme yang menafikan moral, etika, dan nilai-nilai spiritual yang merupakan roh kebudayaan Indonesia. Disarankan bahwa untuk merevitalisasi peran dan fungsi sastra sebagai artefak budaya yang dapat memberi sumbangsih bagi proses peneguhan jati diri dan karater bangsa, diperlukan adanya suatu pendekatan yang bersifat holistik. Di samping itu, lembaga formal dan lembaga informal pendidikan perlu didorong dan difasilitasi untuk meningkatkan apresiasi generasi muda agar lebih mencintai modal jiwani yang sudah mulai terlupakan ini.
RUKUN ISLAM DALAM KALINDAQDAQ NFN Idham
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1246.401 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.430

Abstract

The spread of Islam was done peacefully by involving the joints of life. One of life aspect was under the influence and being the media of Islamic spreading was literary arts. In Mandar, a poem, called kalindaqdaq, was not also missed from the influence of Islam. This paper aimed at describing the kalindaqdaqand revealing the five pillars of Islam contained in the kalindaqdaq stanzas. Method applied in the study was descriptive. Technique of collecting data used recording technique. The data then was transcribed and translated. The study found 50 kalindaqdaq relating to the five pillars of Islam, in details those were: 1) nine stanzas discussed the five pillars of Islam in general, 2) seven stanzas relating to creed, 3) nineteen stanzas relating to prayer, 4) five stanzas relating to zakat, 5) five stanzas relating with fasting, and 6) five stanzas relating to pilgrimage to Mecc Abstrak Penyebaran agama Islam disiarkan secara damai dengan memasuki sendi-sendi kehidupan. Salah satu sendi kehidupan yang mendapat pengaruh dan menjadi media penyiaran Islam adalah seni sastra. Di Mandar, sastra sejenis pantun yang disebut kalindaqdaq tidak luput dari pengaruh ajaran agama Islam. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kalindaqdaq dan mengungkap rukun Islam yang ada dalam bait-bait kalindaqdaq tersebut. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik perekaman. Data yang terekam ditranskrip dan diterjemahkan. Penelitian ini menemukan 50 bait kalindaqdaq yang berkaitan dengan rukun Islam, dengan rincian: 1) sembilan bait yang membahas secara umum tentang rukun Islam, 2) tujuh bait yang berkaitan dengan salawat, 3) sembilan belas bait yang berkaitan dengan salat, 4) lima bait yang berkaitan dengan zakat, 5) lima bait yang berkaitan dengan puasa, dan 6) lima bait berkaitan dengan ibadah haji.
BURUNG TAMBOLANG DANENGGANG: KAJIAN STRUKTUR NARATIF DAN KEARIFAN HIDUP YANG TERPENDAM Zainuddin Hakim
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1445.665 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.444

Abstract

Tambolang and hornbill bird story is one of Wotu folklore known and loved by its people. The method used in this paper is a descriptive-qualitative method. Tambolang and hornbill bird story has high aesthetic that makes it interesting to read, and most important is humanitarian messages implied is very diverse. Tambolang concerning for animal trouble rescue in Wotu valley becomes one of intrinsic characteristic that stands out in this story. Extrinsically, the story conveys a message about the importance of working together to confront and overcome the difficulties of life. Although the characters are not human, but the messages contained in it is very informative. Theory used included the sociology of literature. Abstrak Cerita Burung Tambolang dan Enggang merupakan salah satu cerita rakyat Wotu yang dikenal dan disenangi oleh masyarakatnya. Adapun metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif-kualitatif. Cerita Burung Tambolang dan Enggang memiliki estetika yang tinggi sehingga menarik untuk dibaca, dan yang terpenting adalah pesan-pesan kemanusiaan yang terkandung di dalamnya sangat beragam. Kepedulian Tambolang untuk menyelamatkan warga satwa di lembah Wotu yang tertimpa kesulitan menjadi salah satu ciri intrinsik yang menonjol dalam cerita ini. Secara ekstrinsik cerita ini menyampaikan pesan mengenai pentingnya kerja sama untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan kehidupan. Walaupun tokoh-tokohnya bukan manusia, tetapi pesan-pesan yang tertuang di dalamnya sangat informatif. Teori yang digunakan antara lain sosiologi sastra.
KATEGORI CAMPUR KODE HUMOR CEKAKAK CEKIKIK JAKARTA KARYA ABDUL CHAER Arisnawati, Nurlina
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1307.65 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.435

Abstract

Thepaperdescribes the code-mixing category containedin humor "CekakakCekikikJakarta " (CCJ) by Abdul Chaer using qualitative descriptive method supported by listening-noting technique. Result ofcode mixing analysis in CCJ humor, shows that CCJ humor uses three types ofcode mixing, such as inner code mixing, outer code mixing, and mixed code mixing. Based on the part ofspeech used in CCJhumor, code consists of: code forming word categorizes nouns, adjectives, verbs, numerals, pronouns, code forming phrase categorizes adjective-noun (Adj-N), verbverb (V-V), verb-noun (V-N), noun-noun (N-N), noun-verb (N-V), verb-noun (V-N), and verb-adjective (V-Adj), and code forming clause categorizes noun-adjective (N-Adj), and verbal clause categorizes noun-verb (N-V). Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kategori campur kode yang terdapat dalam humor Cekakak Cekikik Jakarta (CCJ) karya Abdul Chaer, dengan menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif melalui teknik pengumpulan data simak-catat. Hasil analisis campur kode dalam humor CCJ menunjukkan, humor CCJ menggunakan tiga jenis campur kode, yaitu campur kode ke dalam, campur kode keluar, dan campur kode campuran. Berdasarkan kelas kata yang digunakan dalam campur kode humor CCJ terdiri atas: campur kode yang berwujud kata yang meliputi kata yang berkategori nomina, adjektiva, verba, numeralia, dan pronomina; campur kode yang berwujud kelompok kata (frase) meliputi kategori adjektiva-nomina (Adj-N), verba-verba (V-V), verba-nomina (V-N), nomina-nomina (N-N), nomina-verba (N-V), verbanomina (V-N)dan verba-adjektiva (V-Adj); dan campur kode yang berwujud klausa meliputi klausa adjektiva yang berkategori nomina-adjektiva (N-Adj) dan klausa verbal yang berkategori nomina-verbal (N-V).
ESTETIKA KONFLIK DALAM NOVEL BERLATAR ALAM DAN MASYARAKAT MINANGKABAU NFN Arriyanti
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1489.972 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.426

Abstract

The paper discusses widely aesthetic issues of conflict in novel that sets in Minangkabau people and nature. It applies descriptive-analytical-interpretative method. Techniques used in data collection are 1) observing the existing data (literature study), 2) identifying the existing data to frame the aesthetic conflict of novel that sets Minangkabau, and 3) interpretating and analyzing on literary text. Result of analysis shows that the existing conflict is caused by the mindset of Minangkabau is full of conflict. The life of Minang people that always is in two oppositing sides makes the conflict lives in social life. However, philosophy life of Minang people teaching to prioritize the harmony in conflict makes the conflict does not break the harmony in life. Abstrak Tulisan ini membahas secara garis besar masalah estetika konflik di dalam novel berlatar alam dan masyarakat Minangkabau. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif-analisis-interpretatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah, 1) melakukan observasi terhadap data yang ada (studi pustaka), 2) melakukan identifikasi terhadap data yang ada untuk melihat gambaran estetika konflik novel berlatar Minangkabau, dan 3) Melakukan interpretasi dan analisis terhadap teks sastra. Hasil penelitian menujukkan bahwa konflik yang ada merupakan akibat dari alam pikiran Minangkabau yang pada dasarnya memang penuh dengan konflik. Kehidupan orang Minang yang selalu berada dalam dua sisi yang bertentangan membuat konflik tersebut hadir di tengah kehidupan masyarakat. Namun, falsafah hidup orang Minang yang mengajarkan kehidupan yang mengutamakan keselarasan dalam pertentangan membuat konflik tersebut tidak sampai melenyapkan keselarasan dalam kehidupan.
KATATUGAS BAHASA MASSENREMPULU DIALEK MAIWA Syamsul Rijal
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (9676.455 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.440

Abstract

The research intended to describe function word Maiwa dialect of Massenrempulu language. Method used was descriptive by applying noting and recording technique. In addition, documentation analysis using language and literary report Maiwa dialect of Massenrempulu language was done. Data analysis applied was structural linguistic theory. Result of research showed that function word Maiwa dialect of Massenrempulu language could change its form to other word, but it was limited for the certain words and difficult to trace its systematic. Based on its type, function word Maiwa dialect of Massenrempulu language could be divided into five groups, namely, prepositions, conjunctor, interjection, article, and particle.Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kata tugas bahasa Massenrempulu dialek Maiwa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik catat dan teknik rekam. Selain itu, dilakukan pula analisis dokumentasi melalui naskah laporan hasil penelitian bahasa dan sastra Massenrempulu dialek Maiwa. Analisis data dilakukan berdasarkan teori linguistik struktural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata tugas bahasa Massenrempulu dialek Maiwa dapat mengalami perubahan bentuk menjadi kata lain, tetapi terbatas pada kata tertentu dan sulit ditelusuri sistematikanya. Berdasarkan jenisnya, kata tugas bahasa Massenrempulu dialek Maiwa dibagi menjadi lima kelompok, yaitu preposisi, konjungtor, interjeksi, artikel, dan partikel.
KEANTONIMIAN BINER DALAM BAHASA TORAJA NFN Jemmain
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1389.366 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.431

Abstract

Antonymy is lexical semantic that expresses oppositional meaning. The writing intends to describe binary antonymy ofpart of speech wholly has antonymy pairs. Method used is descriptive by applying noting technique. The words suspected antonymy then are noted and classified as antonymy type. Based on research data, then foundfour parts of speech that have binary opposition pairs, namely, antonymy of adjective binary, antonymy of verbal binary, antonymy of adverb binary. Result of analysis shows that not all lexeme has its oppositional binary, such as the word maqrang 'thirsty' and tiqkaruduq 'sleepy'. Antonymy forms needs to categorize and classify as one type. Abstrak Antonim merupakan semantik leksikal yang menyatakan hubungan makna berlawanan atau beroposisi. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan antonimi biner semua kelas kata yang mempunyai pasangan antonimi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik catat. Kata-kata yang diduga berantonimi dicatat kemudian diklasifikasikan berdasarkan tipe antoniminya. Berdasarkan data penelitian diperoleh empat kelas kata yang mempunyai pasangan antonimi biner, yaitu antonim biner sifat, antonimi biner kata kerja, antonimi biner kata benda, dan antonimi biner kata keterangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua leksem mempunyai pasangan antonimi, seperti pada kata maqrang 'haus' dan tiqkaruduq 'mengantuk'. Bentuk-bentuk antonimi seperti ini perlu diberi satu tipe dan dikelompokkan dalam satu tipe.
REPETISI DALAM PANTUN MAKASSAR Ramlah Mappau
SAWERIGADING Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1405.162 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i2.436

Abstract

One of Makasserese literary form was pantun. The writer named Pantun-Pantun Makassar. Pantun was written in Makassarese language with its translation. The literary form was necessary to develop and introduce to the society, whereas it was one of national cultural heritage that was still used in certain spaces. The writing applied descriptive qualitative method to describe repetition found in Pantun lyrics using analysis discourse. In collecting data, reading-listening and noting technique was used. Data analysis was done by identification, classification, analysis and descriptive step. Based on result analysis, it was found inter-lyric repetition like word repetition, repetition with form change, pronoun repetition, repetition with negation, and conjuction repetition. Besides that, it was found stanza repetition for many times as stressing of moral messages intended to convey for the reader Abstrak Salah satu bentuk kesusastraan Makassar, Sulawesi Selatan adalah pantun. Penulis buku menyebutnya PantunPantun Makassar. Pantun ini ditulis dalam bahasa Makassar beserta terjemahannya. Bentuk kesusastraan ini patut untuk dikembangkan dan diperkenalkan pada masyarakat luas, mengingat sebagai salah satu kekayaan budayaa nasional yang saat ini masih dimanfaatkan, meskipun dalam ruang-ruang tertentu. Tulisan ini menerapkan metode deskriptif kualitatif untuk mendeskripsikan repetisi yang terdapat pada bait-bait pantun Makassar dengan menerapkan kajian wacana. Dalam pengumpulan data, diterapkan teknik baca-simak dan pencatatan.. Penganalisisan data dilakukan dengan tahap identifikasi, klasifikasi, analisis, dan deskripsi. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan repetisi antarlarik, berupa perulangan kata, perulangan dengan perubahan bentuk, perulangan pronomina, perulangan dengan penginkaran, dan perulangan konjungsi. Selain itu, ditemukan pula perulangan seluruh bait hingga beberapa kali sebagai penekanan pesan-pesan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Page 1 of 2 | Total Record : 16


Filter by Year

2013 2013


Filter By Issues
All Issue Vol 29, No 1 (2023): Sawerigading, Edisi Juni 2023 Vol 28, No 2 (2022): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2022 Vol 28, No 1 (2022): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2022 Vol 27, No 2 (2021): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2021 Vol 27, No 1 (2021): SAWERIGADING, EDISI JUNI 2021 Vol 26, No 2 (2020): SAWERIGADING, EDISI DESEMBER 2020 Vol 26, No 1 (2020): Sawerigading, Edisi Juni 2020 Vol 25, No 2 (2019): Sawerigading, Edisi Desember 2019 Vol 25, No 1 (2019): Sawerigading, Edisi Juni 2019 Vol 24, No 2 (2018): Sawerigading, Edisi Desember 2018 Vol 24, No 1 (2018): Sawerigading, Edisi Juni 2018 Vol 23, No 2 (2017): Sawerigading, Edisi Desember 2017 Vol 23, No 1 (2017): Sawerigading, Edisi Juni 2017 Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 21, No 3 (2015): Sawerigading Vol 20, No 3 (2014): Sawerigading Vol 20, No 2 (2014): Sawerigading Vol 20, No 1 (2014): Sawerigading Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 2 (2013): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2013 Vol 19, No 1 (2013): SAWERIGADING, Edisi April 2013 Vol 18, No 3 (2012): SAWERIGADING, Edisi Desember 2012 Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 18, No 1 (2012): Sawerigading, Edisi April 2012 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011 Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011 Vol 17, No 1 (2011): Sawerigading, Edisi April 2011 Vol 16, No 3 (2010): Sawerigading, Edisi Desember 2010 Vol 16, No 2 (2010): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 16, No 1 (2010): Sawerigading, Edisi April 2010 Vol 15, No 3 (2009): Sawerigading Vol 15, No 2 (2009): Sawerigading More Issue