cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA
ISSN : 23560215     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities,
Jurnal AL - AZHAR SERI HUMANIORA merupakan jurnal ilmiah yang memuat makalah dan artikel hasil penelitian atau kajian teoristis dalam bidang Humaniora. Kata Al-Azhar berakar dari z-h-r. Verba zahara bermakna to shine, give light, be radiant, to glow, gleam, glare, shine, to blossom, be in bloom (Wehr, 1974:384). Dengan demikian kata Al-Azhar berarti sesuatu yang bersinar, yang memberi cahaya, yang berseri-seri atau yang mekar. Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret dan bulan September.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 1 (2015)" : 7 Documents clear
Kontrol Terhadap Tingkah Laku yang Dipersepsikan Sebagai Determinan Pembelian Makam Mewah Masni Erika Firmiana; Siti Rahmawati; Rochimah Imawati
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.106 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.198

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi tingkah laku membeli pemakaman mewah, di tengah situasi makin banyaknya masyarakat yang berada di status sosial ekonomi yang rendah, ditambah sudah keluarnya fatwa haram dari MUI. Prediksi ini diukur menggunakan Teori Planned Behavior dari Acjzen (1975), dengan metode kuantitatif. Alat pengumpul data adalah skala intensi dari Acjzen, dan sampel sebanyak 80 (delapan puluh) orang anggota majlis taklim. Hasilnya menunjukkan bahwa semua faktor yang dijelaskan oleh IV memiliki pengaruh sebesar 67.6% terhadap DV, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti oleh penelitian ini. Ini berarti bahwa faktor sikap, norma subjektif, dan kontrol terhadap perilaku yang dipersepsikan memiliki pengaruh sebesar 67.6 % terhadap tingkah laku membeli pemakaman mewah. Faktor yang memiliki pengaruh paling signifikan adalah kontrol terhadap tingkah laku yang dipersepsikan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan sampel dengan jumlah yang lebih besar, dan lebih bervariasi (tidak hanya anggota majlis taklim). Selain jumlah sampel yang lebih besar perlu dipertimbangkan untuk melakukan riset kolaborasi dengan bidang ilmu lain, seperti ekonomi. Dengan jumlah sampel yang lebih besar dan cakupan area yang lebih besar, MUI dapat mempertimbangkan hasil riset ini sebagai data pendukung untuk mengeluarkan fatwa terkait fenomena ini. Kata Kunci - Pemakaman, Niat, Sikap Mewah Abstract - This study aims to predict the behavior of buying a luxurious funeral, amid the situation of the increasing number of people who are in low socioeconomic status, plus the release of fatwa haram from MUI. This prediction is measured using Planned Behavior Theory of Acjzen (1975), with quantitative methods. The data collection tool is the intensity scale of Acjzen, and a sample of 80 (eighty) members of majlis taklim. The results show that all the factors described by IV have an influence of 67.6% on DV, and the remainder are influenced by other factors not investigated by this study.  This means that attitude factors, subjective norms, and control over perceived behavior have an effect of 67.6% on the behavior of luxury funeral purchase. The most significant factor is the control of perceived behavior. Subsequent studies should use samples with larger numbers, and more varied (not just majlis taklim members).  In addition to the larger number of samples it is necessary to consider collaborative research with other disciplines, such as economics. With a larger sample size and greater area coverage, the MUI may consider the results of this research as supporting data for issuing fatwas related to this phenomenon. Keywords - lavish funeral, intention, attitude
Budaya Struktur Pemerintahan Republik Islam Iran Zulkarnen Zulkarnen
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.243 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.194

Abstract

Abstrak - Kelahiran Republik Islam Iran tidak lepas dari peran Ayatollah Imam Khomeini, pemimpin spiritual ulama, sekaligus pemimpin politik yang sangat dihormati di Iran. Imam Khomeini adalah salah satu tokoh terpenting di balik revolusi Iran dan kelahiran Republik Islam Iran. Karena perannya dalam memimpin revolusi Iran bahwa Imam Khomeini ditunjuk sebagai Pemimpin Revolusi Islam, sebagaimana tercantum dalam konstitusi Iran yang disahkan pada bulan Desember 1979. Salah satu gagasan paling menonjol dalam pemikiran politik Imam Khomeini adalah idenya tentang Wilayatul Faqih (tata kelola faqih) yang pada dasarnya menuntut kepemimpinan pada umumnya, termasuk kepemimpinan politik, harus berada di tangan yang terpercaya. Pemikiran politik Imam Khomeini tentang Wilayatul Faqih yang menjadi bagian terpenting dalam struktur politik Republik Islam Iran adalah menekan imamah yang didefinisikan sebagai kepemimpinan religius dan politis serta dilakukan oleh faqih.  Wilayatul faqih merupakan kelanjutan dari doktrin Imamah dalam teori politik Syiah khususnya Shia Imami. Struktur ini bukanlah ide baru dalam pemikiran kalangan Syi'ah. Imam Khomeini yang kemudian mengembangkan dan mempraktikkan wilayatul faqih ke dalam sistem pemerintahan modern Iran. Dalam menerapkan gagasannya, Imam Khomeini berhasil menggabungkan struktur pemerintahan religius dengan institusi demokrasi. Namun, Imam Khomeini memiliki definisi demokrasi yang berbeda dengan demokrasi murni dan demokrasi liberal. Dia mengatakan bahwa kebebasan demokratis harus dibatasi dan kebebasan yang diberikan harus dilakukan dalam batas-batas hukum Islam. Meski demikian dapat dikatakan bahwa konsep Wilayatul faqih merupakan salah satu varian demokrasi. Dalam konsep keseimbangan dan mekanisme penyelarasan (checks and balances) ini harus berjalan, meski lembaga tersebut berada di bawah kewenangan wali faqih. Menurut Imam Khomeini tanpa pengawasan Wilayatul faqih, pemerintah akan lalim. Jika peraturan tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan dan jika Presiden dipilih tanpa arahan faqih, peraturan tersebut tidak berlaku. Sistem pemerintahan Republik Islam Iran dapat diklasifikasikan ke dalam sistem demokrasi agama, apapun istilahnya diberikan; baik istilah "Teo-Demokrasi" Maududi, "Theistic Democracy" Moh. Natsir "Islamo-Demokrasi" Nurcholis Madjid, Demokrasi, Islam atau apapun yang mencapnya pada dasarnya sama. Sebagai konsekuensi logis, Implikasi struktur gagasan Khomeini tentang demokrasi Islam adalah model dan bentuk pemerintahan alternatif yang bisa menjadi referensi bagi negara-negara Muslim lainnya di masa depan. Kata Kunci – Wilayatul Faqih, Implementasi, Sistem, Struktur Abstract-The birth of the Islamic Republic of Iran can not be separated from the role of Ayatollah Imam Khomeini, a cleric's spiritual leader, as well as a highly respected political leader in Iran. Imam Khomeini was one of the most important figures behind the Iranian revolution and the birth of the Islamic Republic of Iran. Because of its role in leading the Iranian revolution that Imam Khomeini was appointed as Leader (leader) of the Islamic revolution, as listed in the Iranian constitution which was passed in December 1979.One of the most prominent ideas in the political thought of Imam Khomeini was his idea about Wilayatul Faqih (governance of the faqih) which basically calls for leadership in general, including political leadership, should be in trusted hands. Imam Khomeini's political thinking about Wilayatul Faqih who became the most important part in the political structure of the Islamic Republic of Iran is putting pressure on the Imamat which is defined as a religious and political leadership as well as carried by the faqih. Wilayatul faqih is a continuation of the doctrine of Imamat in Shi'i political theory in particular Shia Imami. This structure is not a new idea in the thinking among the Shi'a. Imam Khomeini who later develop and practice Wilayatul faqih into Modern Iranian system of government.In applying his ideas, Imam Khomeini succeeded in combining the religious government structure with democratic institutions. However, Imam Khomeini has a different definition of democracy with pure democracy and liberal democracy. He said democratic freedoms should be restricted and the freedom granted shall be exercised within the limits of Islamic law. Nevertheless it can be said that the concept Wilayatul faqih is one variant of democracy. In this concept of balance and alignment mechanisms (checks and balances) must be running, although the institution is located under the authority of guardians faqih. According to Imam Khomeini without the supervision of Wilayatul faqih, the government will be despotic. If the rule is inconsistent with God's will and if the President shall be elected without the direction of a faqih, the rule is not valid. System of government of the Islamic Republic of Iran can be classified into a religious democratic system, whatever the term is given; either the term "Teo-Democracy" Maududi, "Theistic Democracy" Moh. Natsir "Islamo-Democracy" Nurcholis Madjid, Democracy, Islam or anything that labeled him basically the same. As a logical consequence, Implications of the structure of Khomeini's notion of Islamic democracy is a model and an alternative form of government that could be a reference for other Muslim countries in the future.  Keyword - Wilayatul Faqih, Implementation, System, Structure
Persepsi Dewasa Awal Mengenai Kursus Pranikah Radhiya Bustan
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (589.034 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.199

Abstract

Abstrak - Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan dewasa awal. Persiapan pernikahan yang dilakukan oleh pasangan dapat dilakukan melalui kursus pranikah. Kursus pranikah adalah pemberian bekal pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah warahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. Penelitian ini bertujuan melihat gambaran persepsi dewasa awal tentang kursus pranikah. Penelitian ini dilakukan dengan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survei menggunakan. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif yang melibatkan 30 responden. Penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria dewasa awal usia 18 sampai 40 tahun, masa pernikahan kurang dari 10 tahun dan sudah pernah mengikuti kursus pranikah di Kantor Urusan Agama (KUA) sebelum melangsungkan pernikahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dewasa awal memiliki persepsi yang baik terhadap kursus pranikah yang ditunjukkan dengan hasil persepsi terhadap hukum pernikahan memperoleh nilai rata-rata 3,50, dimensi mengenai mekanisme dan prosedur pencatatan perkawinan serta dimensi merawat cinta kasih memperoleh nilai rata-rata 3,37. Berikutnya dimensi penanaman nilai keimanan, ketaqwaan serta akhlaqul karimah dalam keluarga memperoleh rata-rata 3,32. Dimensi terkait fikih munakahat memperoleh nilai rata-rata 3,27. Serta dimensi pengetahuan umum mengenai kursus pranikah memperoleh rata-rata 3,17. Rata-rata kedua terendah adalah terkait kesehatan reproduksi yang hanya 3,04. Dan hanya satu dimensi yang memperoleh nilai rata-rata dibawah 3 yaitu materi mengenai manajemen konflik, dengan rata-rata 2,97. Saran dari penelitian ini agar kursus pranikah dapat diikuti oleh dewasa awal dalam mempersiapkan pernikahan. Diharapkan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dapat terus berkomitmen dalam menetapkan peraturan mengenai kursus pranikah dan menjadikannya sebagai persyaratan untuk melangsungkan pernikahan. Demikian juga bagi Organisasi keagamaan Islam yang telah memiliki akreditasi dari Kementerian Agama, agar terus melaksanakan pelatihan untuk penyelenggara kursus pranikah agar menghasilkan sumber daya manusia yang kompeten dalam pelaksanaan kursus tersebut. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk memaparkan keefektifan kursus pranikah guna mempersiapkan pernikahan dan mencegah terjadinya perceraian.  Kata Kunci: Persepsi, Kursus Pranikah, Awal Kedewasaan Abstract - Marriage is one of the developmental tasks of early adulthood. Wedding preparations can be done by the pair through a premarital course. Premarital course is giving a better understanding and knowledge of the life of the household / family in realizing harmonious family, mawaddah warahmah as well as reduce the number of disputes, divorce and domestic violence. This study aims to look at the picture of early adult perceptions about premarital course. This research was conducted by a quantitative method with the type of survey research use. Methods of data analysis using descriptive analysis involving 30 respondents. Research using purposive sampling with criteria early adulthood ages 18 to 40 years, a period of less than 10 years of marriage and have completed a course of premarital at the Office of Religious Affairs (KUA) before a wedding. The results showed that mature early have a good perception of premarital courses as indicated by the results of the perception of the marriage law to obtain an average value of 3.50, the dimension of the mechanisms and procedures for registration of marriages as well as the dimensions of caring loving obtain an average value of 3.37 , Next dimensions planting values of faith, devotion and akhlaqul karimah in the family receives an average of 3.32. Jurisprudence related dimensions munakahat obtain an average value of 3.27. As well as the dimensions of a general knowledge of the course of premarital gained an average of 3.17. Average of the two lowest-related reproductive health is only 3.04. And only one dimension to obtain an average value below 3 that material on conflict management, with an average of 2.97. Suggestions from this study that the premarital courses can be followed by early adulthood in preparing for the wedding. Expected Director General of Islamic Community Guidance can continue to be committed in setting the rules regarding pre-marital courses and make it a requirement for a wedding. Likewise for the Islamic religious organization that has had accreditation from the Ministry of Religion, in order to continue to carry out training courses for organizers of premarital order to produce competent human resources in the implementation of the course. For further research is expected to explain the effectiveness of premarital courses to prepare for marriage and prevent divorce. Keywords – perception, premarital courses, early adulthood
Upaya Peningkatan Mutu Perawat Indonesia yang Dikirim ke Jepang dalam Kerangka JI-EPA Mutiawanthi Mutiawanthi
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/sh.v3i1.195

Abstract

Abstrak - Penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi upaya apa yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Jepang dalam rangka meningkatkan mutu perawat Indonesia yang dikirim ke Jepang dalam kerangka JI-EPA agar sesuai dengan kualifikasi yang diminta oleh pihak Jepang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi pustaka dan metode kualitatif, metode kualitatif dilakukan dengan mengirimkan pertanyaan kepada nara sumber yaitu 10 orang perawat Indonesia gelombang V yang saat ini bekerja di Jepang.Dari hasil analisa terhadap data dan informasi dengan menggunakan teori learning society dan teori penunjang learning theory, maka  didapatkan kesimpulan bahwa pemerintah Indonesia bekerja sama dengan pemerintah Jepang melakukan perubahan dan perbaikan serta peningkatan lamanya pelatihan bahasa Jepang dari yang awalnya 6 bulan, 9 bulan dan akhirnya menjadi 1 tahun. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu perawat terutama terkait kemampuan bahasa Jepang mereka sehingga sesuai dengan standar yang diinginkan oleh pemerintah Jepang. Terkait dengan pelatihan ini 70% responden yang merupakan perawat Indonesia yang dikirim ke Jepang pada gelombang V menyatakan bahwa pelatihan bahasa Jepang selama 1 tahun ini telah cukup meningkatkan kemampuan bahasa Jepang mereka sebagai tahap awal terjun ke dunia kerja mereka di Jepang. Abstract - This study focused to identify the effort that done by Indonesian government in order to increase the quality of Indonesian nurse that is sent to Japan on the frame of JI-EPA in order to fulfill the qualification that is give by Japanese government. The method that is use in this research is literature study and qualitative method. Qualitative method was do by sent the question to the 10 person of nurse that is send to Japan on the 5th batch and now working in Japan.From the result of the data and the information analysis using learning society theory and learning theory, can be concluded that Indonesian government cooperate with Japanese government doing an effort in order to increase the quality of Indonesian nurse that is sent to Japan by increase the duration of the Japanese language training from 6 months to 9 months and now became 1 year. Related to this Japanese language training, 70% of the respondent said that this 1 year Japanese language training is enough to increase their Japanese language ability as the first step to start their activity in their working place in Japan. Keywords : Indonesia- Japan Economic Partnership Agreement, increase, quality, nurse, training
Pengaruh Loyalitas Terhadap Kinerja Guru SD Awal Suwardi Suwardi; Masni Erika Firmiana; Fitrin Nida
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.011 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.200

Abstract

Abstrak- Sekolah memeliki peran penting dalam suksesnya tujuan pendidikan nasional. Komponen di sekolah berkontribusi secara aktif dalam keberhasilan proses pendidikan di sekolah, termasuk guru sebagai pengajar dan pendidik. Guru hendaknya memiliki loyalitas kerja dalam mendidik di sekolah, karena dengan loyalitas yang tinggi maka kinerja guru akan menjadi baik yang berdampak pada peningkatan kualitas mengajar.  Namun pada saat sekarang banyak guru yang kurang memiliki loyalitas kerja. Berdasarkan hasil tersebut perlu diteliti dan ditelaah pengaruh loyalitas guru-guru sekolah dasar (SD) di bawah Yayasan Pesantren Islam Al Azhar. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan pengisian kuesioner oleh sejumlah sampel sebanyak 42 guru dari total 140 guru dengan teknik sampling acak sederhana. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa loyalitas guru berpengaruh terhadap kinerja guru  yang ditandai dengan perolehan koefisien determinasi  (r2y) sebesar = 0,932 yang berarti bahwa 93,2% loyalitas guru (X) berpengaruh terhadap kinerja guru  dan 6,8% ditentukan oleh faktor lain. Hasil analisis menunjukkan nilai t hitung = 0,349 selanjutnya diperoleh nilai ttabel untuk signifikansi 5% diperoleh nilai t tabel = 1,64. Hasil thitung sebesar 0,349 lebih kecil dari ttabel = 1,64 sehingga H1 ditolak dan H0 diterima. Hal ini berarti variabel loyalitas guru berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja guru. Kata Kunci: loyalitas kerja, kinerja guru, SD awal Abstract - Schools have an important role in the success of the national education goals. Components in schools contribute actively to the success of the educational process in schools, including teacher as a teacher and educator. Teachers should have the loyalty of work in educating in schools, because of the high loyalty then the performance will be good teachers that have an impact on improving the quality of teaching. However, at the present time many teachers who lack job loyalty. Based on these results need to be researched and studied the influence of loyalty elementary school teachers below the Al Azhar Islamic Pesantren Foundation. The method used is descriptive quantitative questionnaire by a sample of 42 teachers from a total of 140 teachers with simple random sampling technique. From the research we concluded that the loyalty of teachers affect the performance of teachers who are marked by the acquisition of the coefficient of determination (r2y) amounting = 0.932 which means that 93.2% of teachers loyalty (X) effect on the performance of teachers and 6.8% is determined by other factors. The analysis showed the value of t = 0.349 ttabel values obtained subsequent to the 5% significance values obtained t table = 1.64. Results thitung 0,349 less than the table = 1,64 so that H0 rejected and H1 accepted. This means the teacher loyalty variables not significant effect on teachers' performances. Keywords: Loyalty Work, Performance of Teacher, Early Primary School
Terjemahan Beranotasi Kata dan Ungkapan Budaya di dalam Novel Anak Selandia Baru I’m Telling on You dan Barry & Bitsa Era Bawarti
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.496 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.196

Abstract

Abstrak − Penelitian ini adalah sebuah penelitian di bidang kajian terjemahan berupa terjemahan beranotasi, yakni terjemahan dengan catatan. Teks sumber (TSu) yang dipilih adalah novel anak Selandia Baru dari seri Kiwi Bites berjudul I’m Telling on You dan Barry & Bitsa. Teks ini dipilih karena merupakan karya dari penulis yang sama dan ditulis dalam Bahasa Inggris dialek Selandia Baru yang memiliki sejumlah perbedaan dengan Bahasa Inggris standar. Selain itu, teks ini jika diterjemahkan juga potensial untuk menjadi bacaan anak yang bermutu. Analisis difokuskan pada terjemahan kata dan ungkapan budaya. Kerangka teori yang digunakan di dalam analisis adalah teknik penerjemahan dari Hoed (2006). Kata dan ungkapan budaya yang dibahas dalam penelitian ini sebanyak 15 buah. Dari hasil analisis ditemukan bahwa teknik penerjemahan yang digunakan paling sering adalah pemadanan dengan keterangan tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa kata dan ungkapan budaya dalam TSu seringkali tidak memiliki padanan leksikalnya dalam bahasa sasaran (BSa). Abstract – This study is a research in translation studies, namely annotated translation, i.e. translation with notation. Source text (ST) chosen is two New Zealand children’s novel from Kiwi Bites series titled I’m Telling on You and Barry & Bitsa. Both are chosen for both are the works of the same author as well as written in New Zealand English which has several differences with that of Standard English. Besides, the text is also potential to become a qualified children’s reading, if translated. The analysis is focused on the translation of cultural words and terms. Theoretical framework used is translation technique (Hoed, 2006). Cultural words and terms discussed are as many as 15 items. The results show that translation techniques used more frequent are equivalence with notation. This means, most of cultural words and terms in ST have no lexical equivalence in the target language (TL).   Keywords: annotated translation, cultural word and term, translation technique. 
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendirian Lembaga PAUD Andri Hadiansyah; Fidesrinur Fidesrinur; Masni Erika Firmiana
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.167 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.197

Abstract

Abstrak – Ketentuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah diatur dalam pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada dasarnya banyak cara yang telah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperluas akses layanan PAUD bagi seluruh lapisan masyarakat, antara lain (1) bantuan pendirian/rintisan satuan PAUD baru, (2) bantuan pembangunan/penyediaan fasilitas PAUD, dan (3) penambahan satuan layanan PAUD yang sudah berjalan seperti TK/KB/TPA/SPS. Namun tentunya pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, karena itu banyak lembaga atau yayasan lain yang ikut serta dalam upaya ini, salah satunya Yayasan Asih Foundation (YAF). Lembaga ini sudah berhasil memberdayakan masyarakat dalam hal pendirian dan pembinaan lembaga PAUD di seluruh Indonesia, termasuk di Jabotabek. Riset ini akan mendeskripsikan tentang strategi pemberdayaan yang diterapkan oleh Yayasan Asih Foundation. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan subjek 3 sekolah di Jabotabek. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan msyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Asih Foundation berada di level messo. Lembaga PAUD dapat merasakan perubahan dan manfaat dari pembinaan yang diberikan oleh YAF meski pembinaan yang utama hanya berlangsung selama 2 tahun. PAUD binaan ini dapat mengembangkan diri Kata Kunci – Pendidikan Anak Usia Dini, Pembangunan Masyarakat, Pengembangan Masyarakat Abstract - The regulation on Early Childhood Education has been regulated in Article 28 of Law of the Republic of Indonesia Number 20 of 2003 on National Education system. Basically, many ways have been done by the Ministry of Education and Culture to expand access to early childhood education services for all levels of society, among others (1) support the establishment/ stub new Early Childhood Education unit, (2) help construction/provision of EDC facilities, (3) and the addition of early childhood services units such as TK / KB / TPA / SPS. But of course the government cannot move alone, therefore many institutions or other foundations that participate in this effort, one of the Asih Foundation. This institution has succeeded in empowering the community in terms of establishment and development of Early Childhood Education institutions across Indonesia, including in Jabotabek. This research is will described about strategy empowerment apllied by Asih Fondation. The research method used is qualitative, with the subject of 3 schools in Jabotabek.. Data collection techniques are interviews and observations. The results show that community empowerment conducted by Yayasan Asih Foundation is at the messo level. Early Childhood Education institutions can feel the changes and benefits of coaching provided by Asih Fondation even though the main coaching takes only 2 years. Early Childhood Education under supervisor of it can be developing themselves. Keywords - Early Childhood Education, Community Development, Community Empowerment

Page 1 of 1 | Total Record : 7