Claim Missing Document
Check
Articles

Found 24 Documents
Search

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BEKERJASAMA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI METODE BERMAIN KOOPERATIF Indah Rinukti Prabandari; Fidesrinur Fidesrinur
Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI) Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaudhi.v1i2.572

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama anak, khususnya usia 5-6 tahun. Kemampuan berjasama merupakan hal penting untuk anak karena kemampuan bekerjasama dapat menjadi bekal anak untuk hidup di dalam masyarakat. Kemampuan bekerjasama rendah karena rata-rata di tiap sekolah kurang memperkenalkan bermain secara kelompok. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bekerjasama melalui metode bermain kooperatif. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dan tempat penelitian ini berlokasi di PAUD Ceria, Cikarang Baru. Subjek penelitian terdiri dari 8 anak kelompok B. Hasil penelitian siklus pertama dan siklus kedua sebanyak 33 %. Pada kegiatan anak mau membuat secara bersama-sama sebesar 29%; pada kegiatan anak tidak memilih-milih teman, sebesar 46%; pada kegiatan anak mau berbagi, bergantian, mengoper secara bersama-sama, sebesar 38%; pada kegiatan anak mau menghargai guru dalam menjelaskan cara dan peraturan, sebesar 38%; pada kegiatan anak mampu untuk bersabar, sebesar 54%; pada kegiatan anak mengambil balok, tidak melepas tangan, tidak memindahkan, sesuai peraturan, sebesar 38%; pada kegiatan anak tidak menjatuhkan balok temannya, keluar dari lingkaran, tidak menjatuhkan karet temannya, sebesar 42%; pada kegiatan anak melakukan kegiatan dengan tuntas, sebesar 33%; pada kegiatan anak menempatkan balok, dan membuang sampah ke tempatnya, sebesar 12%.  Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa metode bermain kooperatif dapat meningkatkan kerjasama anak.
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI MAZE GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Safira Safira; Fidesrinur Fidesrinur
Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI) Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaudhi.v1i1.562

Abstract

Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan Matematika. Salah satu bagian dari pembelajaran Matematika adalah mengenal bentuk geometri. Salah satu media untuk mendukung pembelajaran Matematika dalam mengenal bentuk geometri yaitu dengan menggunakan media maze geometri. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui media maze geometri pada anak usia 4-5 tahun. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan teknik data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dikatakan berhasil jika setiap indikator sudah mencapai target yang ditentukan yaitu 75%. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu rata-rata ketercapaian pada siklus I dalam mencocokkan  89.4%, mengelompokkan sebesar 55%, menyebutkan sebesar 52.2%, dan menggambar bentuk geometri sebesar 33.2% sedangkang rata-rata ketercapaian pada siklus II dalam mencocokkan sebesar 90.4%, mengelompokkan sebesar 85.9%, menyebutkan sebesar 90.5%, dan menggambar bentuk geometri sebesar 77.5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media maze geometri dapat meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak usia 4-5 tahun di BKB PAUD Melur.
PENANAMAN KEMANDIRIAN PADA ANAK DI SEKOLAH FIRST RABBIT PRESCHOOL AND DAY CARE Syaifah Lisrayanti; Fidesrinur Fidesrinur
Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI) Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaudhi.v2i2.586

Abstract

Hasil penelitian ditemukan bahwa peran guru dalam penanaman kemandirian anak usia 3-4 tahun disekolah first rabbit preschool and day care dapat tercapaimelaluiadanya peran guru yang telah dilaksanakan lewat kelima kontinum yang meliputi; 1) pengamatan; 2) pernyataan tidak langsung; 3) pertanyaan; 4) pernyataan langsung); dan 5) tindakan fisik. Contoh Kelima peran tersebut muncul di dalam rutinitas pada saat kedatangan dan penyambutan siswa hingga pelepasan siswa untuk pulang, yang disampaikan dan dijalankan dengan konsisten. Selanjutnya peran guru yang ada pada kesadaran diri terlihat dominan lebih besar dibandingkan tanggung jawab diri, motorik kasar dan perilaku prososial. Sementara itu hambatan yang di temukan dalam penanaman kemandirian anak berupa, permasalahan dalam diri anak sendiri yang berasal dari faktor internal yang meliputi hambatan dalam kesadaran diri dan tanggung jawab diri. Dapat disarankan dari hasil penelitian, untuk meningkatkan kemandirian baik disesuaikan dirumah maupun disekolah, agar pembentukan kemandirian sejalan.
GAMBARAN STRATEGI ORANG TUA DALAM PENANGANAN FENOMENA SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH Annisa Ayu Marhamah; Fidesrinur Fidesrinur
Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaudhi.v2i1.578

Abstract

Sibling Rivalry merupakan fenomena persaingan yang menimbulkan kecemburuan antara saudara kandung. Dalam penanganannya orang tua harus memiliki pengetahuan mengenai fenomena Sibling Rivalry ini. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana strategi penanganan yang dilakukan orang tua orang pada fenomena Sibling Rivalry pada anak usia pra sekolah 3-6 tahun. Subjek penelitian ini adalah 5 keluarga. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian data dianalisis dengan tiga tahap yaitu reduksi, display, dan penarikan kesimpulan dengan model Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil penelitian dapat diinformasikan bahwa strategi penanganan pada fenomena sibling rivalry pada anak pra sekolah di Kelurahan Cempaka Putih ini, dari ke-5 subjek penelitian hampir sama yakni tidak bersikap pilih kasih, tidak membandingkan anak satu sama lain, dan bersikap adil, serta mengajarkan sikap berbagi antar saudara kandung. Saran dari hasil penelitian ini adalah orang tua perlu meningkatkan pengetahuan-nya mengenai fenomena sibling rivalry pada anak khususnya anak usia pra sekolah dengan pendidikan, media massa/informasi, sosial budaya dan ekonomi, serta lingkungan dan pengalaman, orang tua perlu lebih memperhatikan faktor-faktor penyebab sibling rivalry pada anak, serta orang tua disarankan mencoba berbagai cara dalam strategi pencegahan fenomena sibling rivalry pada anak.
PERAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU BERBAGI DAN MENOLONG PADA ANAK USIA DINI Fitria Khairunnisa; Fidesrinur Fidesrinur
Jurnal Anak Usia Dini Holistik Integratif (AUDHI) Vol 4, No 1 (2021)
Publisher : Prodi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36722/jaudhi.v4i1.703

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam mengembangkan perilaku berbagi dan menolong pada anak serta mendeskripsikan hambatan yang didapatkan orang tua dalam mengembangkan perilaku berbagi dan menolong pada anak. Penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian deskriptif. Subjek penelitian berjumlah 3 orang keluarga. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan model Milles and Hubberman dengan 4 tahapan. Simpulan hasil penelitian ini adalah: 1).  orang tua melaksanakan perannya sebagai pendidik dengan cara mencontohkan, mengajarkan menasehati anak agar memiliki perilaku berbagi, menggunakan metode bercerita dan bermain peran, serta melibatkan anak untuk melakukan pekerjaan di rumah; 2). Orang tua melakukan perannya sebagai pembimbing tetapi belum maksimal, karena tidak adanya kegiatan atau upaya orang tua yang menjadi acuan agar anak bisa berperilaku berbagi; 3). Orang tua melakukan perannya sebagai motivator kepada anak tetapi seringkali tujuannya hanya untuk menghilangkan sikap anak yang sedang marah atau emosinya tidak baik, dan 4). Orang tua melaksanakan perannya sebagai fasilitator dengan menyisihkan uang dan makanan untuk diberikan kepada orang lain, serta menggunakan video berisi cerita perilaku berbagai. Adapun kendala yang dialami adalah: 1). emosi dan mood anak yang mudah berubah; 2). konsistensi dalam pelaksanaan pengajaran antara lingkungan rumah dan lingkungan bermain serta konsistensi dalam menjalankan program atau kegiatan yang sudah dibuat untuk anak; dan, 3). Terkait motivasi, seringkali apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak tidak dapat dipenuhi orang karena faktor keuangan rumah tangga.
Pola Guru dalam Memotivasi Anak Studi terhadap Pola Guru di TK Islam dan TK Umum Fidesrinur Fidesrinur
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.641 KB) | DOI: 10.36722/sh.v2i2.121

Abstract

Abstrak – Tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk belajar mandiri. Pembentukan belajar mandiri memerlukan pembiasaan baik dari orang tua, pendidik ataupun  guru. Pembiasan guru dalam pola memotivasi merupakan landasan untuk memperkenalkan cara belajar bagi anak. Pola motivasi guru yang terjadi dalam rutinitas kelas membentuk  pola belajar anak. Pola guru lembaga PAUD Islam dan guru lembaga PAUD umum dalam memotivasi merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji guna memperoleh implikasinya terhadap pembelajaran PAUD. Hasil kajian menun-jukkan bahwa: (1) pola  motivasi guru lembaga PAUD Islam dan Umum sama-sama  menekankan pola motivasi behavioristik, akan tetapi pola motivasi guru lembaga PAUD umum lebih bervariasi dalam menggunakan pola humanistik. Baik lembaga PAUD Islam dan lembaga PAUD Umum belum menerapkan  kognitif sosial dan sosiolultural, (2) perbedaan pola motivasi guru PAUD umum dengan guru PAUD Islam dapat dibedakan didasari oleh pendekatan pembelajaran klasikal dan berbasis sentra. Kelas yang berbasis klasikal lebih berorientasi guru, sementara kelas yang berbasis sentra memberikan kesempatan yang lebih luas pada anak sehingga memugkinkan penggunaan pendekatan-pendekatan baru dalam memotivasi anak. (3) latar belakang perbedaan pola guru PAUD dalam memotivasi bersifat behavioristik karena penekanan pada   membaca menulis dan berhitung yang lebih terukur dan dapat diamati. Disamping itu pendekatan pembelajaran berbasis klasikal atau berbasis sentra juga berimplikasi pada tingkat dominasi guru dalam proses pembelajaran.  Abstract – The objectives of  any  level of education is to make students to become independent learners.  To become an independent learners children  should be supported by parents, Early Childhood Education (ECE) teacher and community. At school, the   ECE Teacher’s Pattern on Motivation in daily classroom routines form students’  habit formation. The differences of institution background between  Islamic ECE teacher and  Public ECE teacher  become a phenomenon  toward their own motivating  perspectives which has its implication to children’s way of learning. The research findings show that: (1)  Both  Islamic  ECE teacher  and the Public ECE teacher stress their teaching  on behavioral  motivation and none of them apply social cognitive nor socio cultural, though ECE public teacher more vary in applying humanistic motivation,(2) the differences of motivational pattern of the two  are also characterized by whether its class is classical based  or center based. The class with classical based is teacher oriented,  where most of  teaching is guided by teachers. On the other hand the center based class gives students more choices,  so teacher may experience any approaches needed to match the students, and (3) the motivation based on  behavioristic caused by  teaching oriented on reading, writing and counting where its fit to measure and observe learning outcomes. Besides, the pattern of motivation also influenced  by whether the class classical-based or center-based where each of them vary in  whether stressing  on teacher or on students.
Pembelajaran Guru PAUD Jabodetabek: Studi Terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Guru PAUD JABODETABEK Tahun 2014/2015 Fidesrinur Fidesrinur; Nurfadilah Nurfadilah; Nila Fitria
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.136 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i4.229

Abstract

Abstrak - Perkembangan pendidikan anak usia dini berkembang dengan pesat. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari konteks pembelajaran yang dilakukan di lembaga PAUD. Konteks pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai factor, (1)sarana prasarana,(2) tenaga pendidik, sekolah, (3) tenaga kependidikan, dan factor psikologis lainnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran guru PAUD Jabodetabek. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yaitu data dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif, dan dimaknai secara mendalam berdasarkan perspektif emik yaitu penyajian data secara alamiah tanpa melakukan suatu manipulasi atau perlakuan terhadap subjek yang diteliti serta diperkuat melalui triangulasi data melalui observasi dan wawancara pengurus dan pendidik PAUD, orang tua, dan masyarakat sekitar sekolah. Terdapat 21 lembaga PAUD dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : pertama, terdapat 85% pembelajaran dilakukan dengan konteks pembelajaran klasikal, kedua, terdapat beberapa factor yang mempengaruhi pembelajaran guru PAUD, yaitu: (1) luas lahan yang tidak memenuhi standar (2) kompetensi pendidik yang kurang mengeksplore potensi anak didik (3) biaya pendidikan yang bersaing dengan lembaga PAUD lainnya dan (4) sarana prasarana yang sangat minim.Kata Kunci: Penguasaan Pembelajran, Pendekatan Pembelajaran, Pendidikan Anak Usia Dini, GuruAbstract - The development of early childhood education is growing rapidly. It certainly can not be separated from the context of learning conducted in PAUD institutions. The context of learning is influenced by various factors, (1) infrastructure, (2) educators, schools, (3) education personnel, and other psychological factors. The purpose of this study is to determine the factors that affect learning early childhood teachers Jabodetabek. This research is analytic descriptive, the data is described by using descriptive statistics, and interpreted in depth based on the perspective of emik is the presentation of data naturally without doing a manipulation or treatment of the subject under study and strengthened through triangulation of data through observation and interviews of PAUD administrators and educators, parents, and communities around the school. There are 21 PAUD institutions in this study. Based on the result of the research, it can be concluded that firstly, 85% of learning is done with the context of classical learning. Secondly, there are several factors influencing the learning of early childhood teachers: (1) the area of land that does not meet the standard (2) educative (3) educational costs that compete with other early childhood institutions and (4) infrastructure facilities are very minimal.Keyword - Learning Mastery, Learning Approach, Early Childhood Education, Teacher
Praktik Pengalaman Lapangan Nila Fitria; Fidesrinur Fidesrinur
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.496 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i1.253

Abstract

Abstrak - Program Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa keguruan termasuk mahasiswa PAUD. Pelaksanaan mata pelajaran PPL berbeda dengan mata pelajaran lainnya yang diikuti di kelas atau dilaksanakan di kampus baik secara teori maupun praktik. Berbeda halnya mata pelajaran PPL adalah mata pelajaran dalam bentuk praktik pengalaman lapangan sebagaimana kegiatan guru di sekolah-sekolah umumnya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif (qualitative research). Penelitian ini menggunakan pendekatan  deskriptif analitik, yaitu data dideskripsikan dengan menggunakan statistik deskriptif, dan dimaknai secara mendalam berdasarkan perspektif emik yaitu penyajian data secara alamiah tanpa melakukan suatu manipulasi atau perlakuan terhadap subjek yang diteliti (Bogdan dan Taylor, 1975:31). Kompetensi mahasiswa PPL meningkat ditandai dengan meningkatnya 4 kompetensi yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. Pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiwa PPL, guru pamong, dan dosen pembimbing memiliki peran yang sangat besar pengaruhnya dalam pelaksanaan PPL. Sedangkan peran kelompok PPL dan kepala sekolah kurang memiliki peran dalam pelaksanaan PPL. Kata Kunci - Mahasiswa PPL, Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial Abstract - Field Experience Program (PPL) is one of the subjects that should be followed by every student teacher including PAUD students. The implementation of PPL subjects is different from other subjects that are attended in class or held on campus in both theory and practice. In contrast to PPL subjects are subjects in the form of field experience practices as are the activities of teachers in general schools. The method used in this study is a qualitative method (qualitative research). This study uses descriptive analytic approach, which is descriptive descriptive data, and is interpreted in depth based on the perspective of emic that is the presentation of data naturally without doing a manipulation or treatment of the subjects studied (Bogdan and Taylor, 1975: 31). Competence of PPL students is marked by increasing the four competencies: pedagogic competence, personality competence, professional competence, and social competence. The knowledge that PPL students, pamong teachers, and lecturers have has an enormous role in PPL implementation. While the role of PPL groups and principals have less role in the implementation of PPL. Keywords - PPL Students, Pedagogic Competence, Personality Competence, Professional Competence,Social Competence.
Rancangan dan Penerapan Strategi Pembelajaran pada Mata Kuliah Media dan Teknologi Pembelajaran di Program Studi PAUD Fakultas Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia Fidesrinur Fidesrinur
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 1, No 2 (2011)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (265.79 KB) | DOI: 10.36722/sh.v1i2.38

Abstract

Rancangan dan penerapan strategi pembelajaran pada mata kuliah media dan teknologi pembelajaran merupakan suatu aktivitas latihan proses pembelajaran bagi mahasiswa. Dalam perancangan pembelajaran diperlukan kemampuan mahasiswa dalam   merencanakan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi sebagai sebuah system pembelajaran yang tersebar dalam berbagai mata kuliah.  Dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran mahasiswa mengembangkan pembelajaran sesuai dengan pemahamannya terhadap filosofi pembelajaran yang mereka miliki, kemampuannya dalam menstruktur aktivitas sesuai tujuan yang ada dengan mempertimbangkan gaya belajar anak. Efektivitas dan efisiensi pembelajaran merupakan wujud dari pemahaman mahasiswa tentang teori yang diterjemahkan ke dalam praktek pembelajaran dalam bekerjasama dengan sesama mahasiswa dan dosen. AbstractFor the student of Early Childhood Education (ECE) designing and applying learning strategy in Media and Learning Technology subject is the process of teaching and learning activities where they directly experience the teaching ang learning process in the class. In order to be capable for designing learning activitities such as planning, actuating, and evaluating as a learning system, the students also need capabilities in some prerequisite subject. In developing teching and learning process, students caused by their philosophy on teaching, capabilities on structuring activities based on teaching goals regarding students learning style. The effectiveness and the efficiency of the teaching and learning strategy implement is based on  students’ comprehension on  theory and  their capabilities in translating it into teaching and learning practice  where their friends  suppose to be  students.
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pendirian Lembaga PAUD Andri Hadiansyah; Fidesrinur Fidesrinur; Masni Erika Firmiana
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.167 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i1.197

Abstract

Abstrak – Ketentuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sudah diatur dalam pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada dasarnya banyak cara yang telah dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk memperluas akses layanan PAUD bagi seluruh lapisan masyarakat, antara lain (1) bantuan pendirian/rintisan satuan PAUD baru, (2) bantuan pembangunan/penyediaan fasilitas PAUD, dan (3) penambahan satuan layanan PAUD yang sudah berjalan seperti TK/KB/TPA/SPS. Namun tentunya pemerintah tidak bisa bergerak sendiri, karena itu banyak lembaga atau yayasan lain yang ikut serta dalam upaya ini, salah satunya Yayasan Asih Foundation (YAF). Lembaga ini sudah berhasil memberdayakan masyarakat dalam hal pendirian dan pembinaan lembaga PAUD di seluruh Indonesia, termasuk di Jabotabek. Riset ini akan mendeskripsikan tentang strategi pemberdayaan yang diterapkan oleh Yayasan Asih Foundation. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan subjek 3 sekolah di Jabotabek. Teknik pengumpulan data adalah wawancara dan observasi. Hasilnya menunjukkan bahwa pemberdayaan msyarakat yang dilakukan oleh Yayasan Asih Foundation berada di level messo. Lembaga PAUD dapat merasakan perubahan dan manfaat dari pembinaan yang diberikan oleh YAF meski pembinaan yang utama hanya berlangsung selama 2 tahun. PAUD binaan ini dapat mengembangkan diri Kata Kunci – Pendidikan Anak Usia Dini, Pembangunan Masyarakat, Pengembangan Masyarakat Abstract - The regulation on Early Childhood Education has been regulated in Article 28 of Law of the Republic of Indonesia Number 20 of 2003 on National Education system. Basically, many ways have been done by the Ministry of Education and Culture to expand access to early childhood education services for all levels of society, among others (1) support the establishment/ stub new Early Childhood Education unit, (2) help construction/provision of EDC facilities, (3) and the addition of early childhood services units such as TK / KB / TPA / SPS. But of course the government cannot move alone, therefore many institutions or other foundations that participate in this effort, one of the Asih Foundation. This institution has succeeded in empowering the community in terms of establishment and development of Early Childhood Education institutions across Indonesia, including in Jabotabek. This research is will described about strategy empowerment apllied by Asih Fondation. The research method used is qualitative, with the subject of 3 schools in Jabotabek.. Data collection techniques are interviews and observations. The results show that community empowerment conducted by Yayasan Asih Foundation is at the messo level. Early Childhood Education institutions can feel the changes and benefits of coaching provided by Asih Fondation even though the main coaching takes only 2 years. Early Childhood Education under supervisor of it can be developing themselves. Keywords - Early Childhood Education, Community Development, Community Empowerment