cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA
ISSN : 23560215     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Humanities,
Jurnal AL - AZHAR SERI HUMANIORA merupakan jurnal ilmiah yang memuat makalah dan artikel hasil penelitian atau kajian teoristis dalam bidang Humaniora. Kata Al-Azhar berakar dari z-h-r. Verba zahara bermakna to shine, give light, be radiant, to glow, gleam, glare, shine, to blossom, be in bloom (Wehr, 1974:384). Dengan demikian kata Al-Azhar berarti sesuatu yang bersinar, yang memberi cahaya, yang berseri-seri atau yang mekar. Jurnal ini diterbitkan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu pada bulan Maret dan bulan September.
Arjuna Subject : -
Articles 215 Documents
Pelatihan Kiat Membangun Karakter Anak Radhiya Bustan; Nila Fitria
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 1 (2017)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (430.932 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i1.250

Abstract

Abstrak - Dampak negatif dari globalisasi perlu diantisipasi sejak dini. Mulai dari struktur terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga dengan penanaman karakter sejak dini. Perlu kiranya orang tua, guru, maupun anggota masyarakat untuk memahami bagaimana membangun karakter Islami pada anak. Untuk itu, kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa pelatihan dengan tema “Kiat Membangun Karakter Anak” diberikan kepada orangtua dan guru TK Raudhatul Azhar. Tujuan kegiatan ini untuk memberikan pemahaman kepada orangtua terkait pendekatan psikologis sesuai masa perkembangan anak, agar orangtua dapat menjalankan perannya dalam menanamkan karakter positif dan Islami pada anak. Karakter dalam Islam disebut juga dengan akhlak. Akhlak termasuk didalamnya adab yang meliputi pembiasaan, keteladanan, dan disiplin. Adapun materi pelatihan yang diberikan untuk orangtua berkaitan dengan “Kiat Membangun Karakter Anak Ditinjau dari Aspek Agama dan Psikologis”, dan materi yang diberikan untuk guru berkaitan dengan “Pembelajaran Moral dan Perilaku Anak Usia Dini”. Hasil pelatihan menggambarkan bahwa pelatihan terkait “Kiat Membangun Karakter Anak” dibutuhkan oleh orangtua, terlihat dari hasil evaluasi bahwa hampir 90% orangtua merasa memperoleh pemahaman terkait membangun karakter anak, walaupun baru sekitar 85% orangtua yang sudah mulai menerapkan materi tersebut. Begitu pula dengan hasil evaluasi yang diperoleh dari guru TK Raudlatul Azhar, bahwa 90% guru TK memperoleh pengetahuan tentang rancangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis karakter dari materi pelatihan. Berdasarkan hasil tersebut, diperoleh masukan agar pada kegiatan selanjutnya lebih banyak ditambahkan materi praktek dan tugas rumah yang dievaluasi secara berkala. Kata Kunci -  Membangun Karakter Anak, Pendekatan Psikologis, Pembelajaran Moral dan Perilaku Abstract - The negative impact of globalization should be anticipated early. Starting from the smallest structures in society. It would need to parents, teachers, and community members to understand how to build an Islamic character to children. For that, this public service activities such as training on the theme "Ways to Build Character in Early Childhood" are given to the parents and teacher in kindergarten Raudhatul Azhar. Its objective is to provide insight to parents related psychological approaches appropriate future development of the child, so parents can fulfill their role in instilling positive and Islamic character in children. Characters in Islam is also called morals. Morals including adab include habituation, modelling, and discipline. The training materials provided to a parent related to "Ways to Build Character in Early Childhood - Psychological and Religion Aspects". And the material given to the teachers is about "Moral and Behavior Education in Early Childhood". The results illustrate that the training are required by parents, seen from the results of the evaluation that nearly 90% of parents feel gain related knowledge to build the character of children, although only about 85% of parents who have started to apply the material. Similarly, the evaluation results obtained from kindergarten teacher Raudlatul Azhar, that 90% of kindergarten teachers to acquire knowledge about the design and implementation of curriculum-based character of the training materials. Based on these results, obtained input for the next activity focused on material practice and chores are evaluated regularly. Keyword - Building Child Character, Psychological Approach, Moral Learning and Behavior
Verba Perfektum dan Verba Imperfektum dalam Bahasa Arab Zaqiatul Mardiah; Bagus Arighi Afif
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (454.342 KB) | DOI: 10.36722/sh.v2i3.146

Abstract

Abstrak – Dalam literatur tata bahasa Arab, ada tiga jenis verba (An Nahwul Wadih, tt), (Qawa'idul Lughatil Arabiyyah Al Muyassarah, 1982), (Mulakhos Qawaidul lughah, tt), (Jami'ud Durusil Lughatil Arabiyyah, 1999), yaitu verba madi, verba mudari’, dan verba amr. Verba ma:di adalah verba yang menyatakan suatu tindakan pada saat sebelum berbicara; verba muda:ri’ adalah verba yang menggambarkan tindakan pada saat berbicara dan akan datang, dan verba amr adalah verba yang memerintahkan orang lain untuk melakukan sesuatu di masa depan. Penjelasan in didasarkan pada temporalitas peristiwa atau perbuatan dilihat dari pusat deiktis saat pengujaran. Jika kita mencoba untuk menganalisis secara mendalam dari paradigma ahli bahasa barat, kita akan mendapatkan pandangan lain tentang verba ini. Mereka menyimpulkan bahwa dua bentuk verba dalam bahasa Arab, yaitu ma: di dan muda: ri’ mengacu pada aspektualitas, yang  berfokus pada faktor non-deictic. Pada aspektualitas, yang dilihat adalah  tindakan yang sempurna atau tidak sempurna bergantung waktu saat berbicara. Kedua pendapat yang berbeda tentang verba dalam tata bahasa Arab itulah yang akan menjadi masalah dasar untuk dikomparasikan dalam penelitian ini. Penelitian akan menyajikan data dari berbagai jenis teks; dan akan menjadi bukti masing-masing paradigma. Abstract – In literatures of Arabic grammar, there are three kinds of verb (An Nahwul Wadih, tt) , (Qawa’idul Lughatil Arabiyyah Al Muyassarah, 1982), (Mulakhos Qawaidul Lughah, tt), Jami’ud Durusil Lughatil Arabiyyahh, 1999 ), which are perfect verb is  the verb that express an action at the time before speaking, imperfect verb is the verb that describe an action at the time of speaking and the future, imperative verb is the verb that command others to do something at the future. Those explanation are based on  the temporality of  the action take time. If we try to deeply  analyze it from the west linguists paradigm, we will get another sight about these verbs. Actually, they conclude that arabic two verbs; ma:di and muda:ri’ refer to aspectuality, which be able to get the verbs from non-deictic focus. It will be about perfect or imperfect action while the time takes place. Those two different opinions about verbs in Arabic grammar  will be the basic problem, that will be comparised in this research. This will present the data from many kinds of text; and it will be the proof of each paradigm. Keywords – Perfect verb, imperfect verb, tense, aspect, temporality of language.
Persepsi Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran Kemahiran Bahasa Faisal Hendra
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 4 (2016)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.368 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i4.224

Abstract

Abstrak - Keberhasilan penerapan kurikulum pembelajaran bahasa asing diperguruan tinggi harus didukung dengan kemampuan profesional pendidik dan lembaga pendidikan mengawal pelaksanaan lima unsur yang ada dalam kurikulum. Kelima unsur ini adalah: tujuan yang ingin dicapai dalam pengajaran bahasa asing, bahan ajar yang digunakan, metodelogi penganjaran yang dipakai oleh dosen, alat bantu pengajaran yang mendukung proses pembelajaran bahasa dan yang terakhir proses evaluasi yang digunakan dosen dalam menentukan sejauhmana keberhasilan pembelajaran bahasa asing yang dipelajari. Keseimbangan lima unsur dalam pembelajaran bahasa asing di Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia menjadi satu keharusan untuk diterapkan. Dari hasil penelitian ini didapatkan data bahwa lima unsur kurikulum dalam pengajaran bahasa asing di Fakultas Sastra sudah dilaksanakan dengan baik walaupun dibeberapa sisi masih perlu untuk ditingkatkan lagi. Untuk mengembangkan kurikulum dan meningkatkan proses pembelajaran kemahiran berbahasa asing di Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia kedepannya, maka penelitian ini dilakukan.Kata kunci: persepsi, mahasiswa, proses pembelajarn, kemahiran berbahasaAbstract - The success of the curriculum of foreign language implementation at a University level should be supported by the educator’s professional skills and educational institutions itself that supports the implementation of the five elements in the curriculum. These five elements are: the goal in teaching foreign languages, the teaching materials, the teaching methodologies used by lecturers, the teaching aids that support the process of language learning and finally, the evaluation process used by lecturers in determining how far the success of the foreign language learning studied has achieved. The balance of these five elements in foreign language learning at the Faculty of Letters, Al Azhar University of Indonesia becomes a must to apply. From the results, this study obtained data that the five elements of the curriculum in the teaching of foreign languages in the Faculty of Letters has been implemented well, although some areas still need a lot of improvement. To develop the curriculum and improve the process of learning foreign language proficiency in the Faculty of Letters, Al Azhar University of Indonesia in the future, this research is conducted.Keywords: perception, student, learning process, language proficiency
Peran Kegiatan Fun cooking dalam Kemampuan Sosial Emosional dan Bahasa Anak Yosi Amaros; Rohita Rohita
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 4 (2018)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.866 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i4.303

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran fun coooking dalam meningkatkan kemampuan sosial emosional dan bahasa anak di TK Al Izhar Pondok Labu, Jakarta Selatan. Subjek penelitian ini anak usia 5-6 tahun yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler fun cooking berjumlah 8 orang anak. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian data yang sudah terkumpul di triangulasi dengan jenis triangulasi teknik. Berdasarkan hasil penelitian anak, diperoleh informasi bahwa fun cooking memiliki peran dalam kemampuan sosio emosional dan bahasa anak. Kegiatan fun cooking memiliki peran dalam kemampuan bahasa anak terutama dalam memahami beberapa perintah secara bersamaan; menjawab pertanyaan yang lebih kompleks; memperkaya perbendaharaan kata; serta menuliskan nama sendiri. Sementara dalam kemampuan sosial emosional anak, fun cooking membuat anak mampu menaati aturan kelas; mengatur diri sendiri; berbagi dengan orang lain; menunjukkan sikap toleran; serta mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada.Abstract  - This study aims to determine the role of fun cooking in improving emotional social skills and language of children in kindergarten Al Izhar Pondok Labu, South Jakarta. These research subjects 5-6 years old children who take part in extracurricular fun cooking amounted to 8 children. The method used is descriptive qualitative approach with data collection technique using observation, interviews, and documentation. Then the data that have been collected in triangulation with the type of triangulation techniques. Based on the results of the study of children, there was information that the fun of cooking has a role in the socio-emotional and language abilities of children. Fun cooking activities have a role in the child's language ability, especially in understanding multiple commands simultaneously; answer more complex questions; enriching vocabulary; as well as write his own name. While the emotional social abilities of children, fun cooking to make children able to obey the rules of the classroom; self-regulating; share with others; show tolerance; and express the emotions that correspond to existing conditions.Keywords -  Fun cooking, Language skills, Social emotional skills
“Go Green“ Pelatihan Untuk Mendorong Perilaku Konservasi dan Pro Lingkungan bagi Santri Al Ghazali, Kota Bogor Masni Erika Firmiana; Rochimah Imawati; Meithya Rose Prasetya
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 1, No 3 (2012)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.449 KB) | DOI: 10.36722/sh.v1i3.61

Abstract

Pondok Pesantren Al Ghazali menerapkan beberapa kegiatan kebersihan harian. Yang pertama kegiatan para santri mengumpulkan sampah setiap hari, dan langsung membakarnya. Pembakaran tersebut menghasilkan gas CO2yang menimbulkan polusi udara.  Yang kedua, sampah harian rumah tangga dikumpulkan di belakang pondok untuk dibawa oleh tukang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk kegiatan kedua, pondok pesantren mengeluarkan biaya hingga Rp. 700.000/bulan, padahal pondok sendiri belum termasuk lembaga yang mapan secara ekonomi. Untuk awal, tim merancang sebuah program intervensi sosial untuk mendorong perilaku pro lingkungan dan konservasi alam bagi para santri, sebagai generasi yang akan menjadi generasi pelopor untuk lingkungan yang lebih baik di masa mendatang. Program intervensi menggunakan model psikologi konservasi (Clayton & Brook, 2005), knowledge yang berhubungan dengan perilaku konservasi, (Pratkanis & Turner, 1994; Ronis & Kaiser, 1989; Schahn & Holzer, 1990, dalam Frick, J; Kaiser FG; Wilson, Mark; 2004), serta educational intervention. Setelah melalui seluruh proses, para santri memahami, dan mau melaksanakan praktik untuk perilaku pro lingkungan yang diharapkan selama beberapa waktu, namun kemudian terkendala oleh tugas-tugas lain dari guru. Integrasi dan kerjasama dari semua pihak (tim, sekolah, guru), perlu mendapat perhatian penting. Intervensi selanjutnya akan diarahkan kepada pihak guru, dan sekolah. Islamic Boarding School (Pondok Pesantren; here in after referred to as ‘Pontren’) Al Ghazali implements several daily cleaning activities; the first of which is the students collect daily garbage and conduct immediate burning. The burning results in CO2 that might trigger air pollution. The second, the daily domestic garbage is collected behind the school for pickups by the garbage collector to the landfill area. For the second activity, the school spends a cost of up to USD. 700,000/ month despite the fact that the school is not a economically-established institution. Initially, the Team designs a social intervention program to encourage environmental-friendly and nature conservation-based behaviour that would become the pioneer for better environment in the future. The intervention program applies consciousness raising, conservation psychology model, knowledge-related conservation behaviour, and educational intervention. After getting through all processes, the students comprehend and are willing to implement the expected pro environmental behaviour, but some hindrance appear; taking the form of teachers assignments. Integration and cooperation from all related parties (Team, school, and teachers) requires important attention. The subsequent intervention will be directed to teachers and school, by using Bandura’s Social Learning Theory.
Pola Guru dalam Memotivasi Anak Studi terhadap Pola Guru di TK Islam dan TK Umum Fidesrinur Fidesrinur
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 2, No 2 (2013)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.641 KB) | DOI: 10.36722/sh.v2i2.121

Abstract

Abstrak – Tujuan utama pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk belajar mandiri. Pembentukan belajar mandiri memerlukan pembiasaan baik dari orang tua, pendidik ataupun  guru. Pembiasan guru dalam pola memotivasi merupakan landasan untuk memperkenalkan cara belajar bagi anak. Pola motivasi guru yang terjadi dalam rutinitas kelas membentuk  pola belajar anak. Pola guru lembaga PAUD Islam dan guru lembaga PAUD umum dalam memotivasi merupakan suatu fenomena yang menarik untuk dikaji guna memperoleh implikasinya terhadap pembelajaran PAUD. Hasil kajian menun-jukkan bahwa: (1) pola  motivasi guru lembaga PAUD Islam dan Umum sama-sama  menekankan pola motivasi behavioristik, akan tetapi pola motivasi guru lembaga PAUD umum lebih bervariasi dalam menggunakan pola humanistik. Baik lembaga PAUD Islam dan lembaga PAUD Umum belum menerapkan  kognitif sosial dan sosiolultural, (2) perbedaan pola motivasi guru PAUD umum dengan guru PAUD Islam dapat dibedakan didasari oleh pendekatan pembelajaran klasikal dan berbasis sentra. Kelas yang berbasis klasikal lebih berorientasi guru, sementara kelas yang berbasis sentra memberikan kesempatan yang lebih luas pada anak sehingga memugkinkan penggunaan pendekatan-pendekatan baru dalam memotivasi anak. (3) latar belakang perbedaan pola guru PAUD dalam memotivasi bersifat behavioristik karena penekanan pada   membaca menulis dan berhitung yang lebih terukur dan dapat diamati. Disamping itu pendekatan pembelajaran berbasis klasikal atau berbasis sentra juga berimplikasi pada tingkat dominasi guru dalam proses pembelajaran.  Abstract – The objectives of  any  level of education is to make students to become independent learners.  To become an independent learners children  should be supported by parents, Early Childhood Education (ECE) teacher and community. At school, the   ECE Teacher’s Pattern on Motivation in daily classroom routines form students’  habit formation. The differences of institution background between  Islamic ECE teacher and  Public ECE teacher  become a phenomenon  toward their own motivating  perspectives which has its implication to children’s way of learning. The research findings show that: (1)  Both  Islamic  ECE teacher  and the Public ECE teacher stress their teaching  on behavioral  motivation and none of them apply social cognitive nor socio cultural, though ECE public teacher more vary in applying humanistic motivation,(2) the differences of motivational pattern of the two  are also characterized by whether its class is classical based  or center based. The class with classical based is teacher oriented,  where most of  teaching is guided by teachers. On the other hand the center based class gives students more choices,  so teacher may experience any approaches needed to match the students, and (3) the motivation based on  behavioristic caused by  teaching oriented on reading, writing and counting where its fit to measure and observe learning outcomes. Besides, the pattern of motivation also influenced  by whether the class classical-based or center-based where each of them vary in  whether stressing  on teacher or on students.
Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Konsep Diri Terhadap Kemampuan Mengajar Guru Taman Kanak-Kanak Nila Fitria
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (775.018 KB) | DOI: 10.36722/sh.v3i2.207

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang hubungan antara kedua variabel bebas (kecerdasan emosi dan konsep diri) dengan variabel terikat (kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak). Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh guru Taman Kanak-Kanak se-Kecamatan Larangan Tangerang (jumlah guru sebanyak 310 orang). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi (X1) dengan kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak (Y), koefisien korelasi antara kecerdasan emosi (X1) dengan kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak sebesar 0, 32. Melalui uji-t diperoleh thit sebesar 2,48 lebih besar dari pada ttab sebesar 1,67 sehingga koefisien korelasi (ry1) dinyatakan signifikan. (2) Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri (X2) dengan kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak, koefisien korelasi antara konsep diri X2 dengan kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak (Y) sebesar 0,48. Melalui uji-t diperoleh thit sebesar 3,98 lebih besar dari pada ttab sebesar 1,67 sehingga koefisien korelasi (ry2) dinyatakan signifikan. (3) Koefisien korelasi ganda secara bersama-sama antara kecerdasan emosi dan konsep diri dengan kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak diperoleh (Ry12) sebesar 0,48. Pengujian signifikansi melalui uji F diperoleh Fhit sebesar 8,00 lebih besar dari pada Ftab sebesar 3,18 sehingga koefisien korelasi ganda (Ry12) dinyatakan signifikan berarti bahwa semakin tinggi kecerdasan emosi dan konsep diri secara bersama-sama semakin tinggi juga kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak. Sebaliknya, semakin rendah kecerdasan emosi dan konsep diri semakin rendah juga kemampuan mengajar guru taman kanak-kanak.Kata Kunci - Kecerdasan Emosi, Konsep Diri, Kemampuan Mengajar Guru TK Abstract - This study aims to find out about the relationship between the two  independent variables(emotional intelligence and self-concept) with the dependent variable(the ability of teachers to teach kindergarten).The population in this study is the entire kindergarten teacher as Tangerang District Larangan(the number of teachers as much as310 people).The results of this study concluded that: (1) There is a significant relationship between emotional intelligence(X1) with the ability to teach a kindergarten teacher(Y), the coefficient of correlation between emotional intelligence(X1) with the ability to teach a kindergarten teacher (Y) at 0,32. Through the t-test of 2.48 obtained t-calculate is greater than-table correlation coefficient f1.67 (ry1) expressed significant. (2 )There is a significant relationship between self-concept (X2) with the ability of teachers to teach kindergarten, the correlation coefficient between self-concept X2 with the ability to teach a kindergarten teacher(Y) at 0,48. Through the t-test of 3.98 obtained Thit is greater than that-table correlation coefficient of 1.67(ry2) expressed significant. (3)The coefficient of multiple correlation jointly between emotional intelligence and self-concept and ability to teach a kindergarten teacher was obtained (Ry12) of 0.48. Testing the significance of F-calculate obtained through the F-test of 8.00 greater than 3.18 so F-table for multiple correlation coefficient(Ry12) revealed a significant means that the higher the emotional intelligence and self-concept together the higher the ability of teachers to teach kindergarten as children.Conversely, the lower the self-concept of emotional intelligence and the lower the ability of teachers to teach kindergarten.Keyword – Emotional Intelligence, Self Concept, Teaching Skills Kindergarten Teachers
Kesadaran Identitas Diri dalam Komunikasi Lintas Budaya pada Pembelajaran Percakapan Bahasa Jepang Tingkat Dasar: Identitas Muslim dan Orang Indonesia Vera Yulianti; Arianty Visiaty
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 4, No 3 (2018)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (564.947 KB) | DOI: 10.36722/sh.v4i3.274

Abstract

Abstrak – Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kesadaran diri pembelajar bahasa Jepang mengenai identitas budaya muslim orang Indonesia pada pembelajaran bahasa Jepang tingkat dasar dan perbandingannya dengan identitas diri budaya Jepang. Responden penelitian ini adalah dua puluh satu mahasiswa tingkat 1 Universitas Al Azhar Indonesia yang sedang mengikuti kuliah percakapan bahasa Jepang 2. Seluruh responden adalah pembelajar bahasa Jepang tingkat dasar kategori A1 menurut CEFR dan 2010. Dengan menggunakan portofolio dan rubrik, pembelajar mengeksplorasi identitas dirinya sebagai muslim dan orang Indonesia berkaitan dengan tema percakapan yang ditentukan, kemudian membandingkannya dengan identitas budaya orang Jepang dengan stimulant video dan ilustrasi. Lalu, responden bercakap dengan bermain peran (role play) tema terkait, kemudian mengevaluasi kendala yang muncul. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa identitas budaya sebagai muslim orang Indonesia yang disadari responden pada komunikasi interkultural banyak dipengaruhi oleh konsep bangsa yang beranekaragam namun satu kesatuan (Bhinneka Tunggal Ika). Keberagaman tersebut memunculkan kecenderungan orang Indonesia cenderung mudah terbuka pada orang lain, sekalipun saat bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal dan membicarakan topik-topik yang sifatnya pribadi sekalipun seperti indentitas pribadi dan keluarga. Lalu, identitas sebagai seorang muslim banyak muncul dalam percakapan komunikasi interkultural terutama mengenai aturan praktek ibadah sehari-hari. Penjelasan tentang praktek ibadah yang khas ini cenderung memunculkan kesulitan percakapan (pemilihan kosakata dan ungkapan) dalam bahasa Jepang bagi pembelajar tingkat dasar. Sementara identitas budaya masyarakat berkelompok (collectivistic culture) banyak mewarnai percakapan orang Jepang dalam komunikasi interkultural sehingga mereka cenderung lebih menjaga privasi diri dan kelompok.Kata Kunci - Pembelajar bahasa Jepang, Identitas budaya, Komunikasi lintas budayaAbstract – Despite intercultural communication competence as one of the important language learning process goals since globalization has started, there comes a tendency to neglect to foster cultural identity awareness in language learning process. This research is a preliminary study that explores Indonesian learner’s cultural identities awareness as well Japanese cultural identities during the process of learning the Japanese language as one of their foreign languages. The respondents are twenty-one students of Japanese language classes participating in Japanese language speaking class 1 (elementary level) at Al Azhar Indonesia University, categorized as A1 (beginner) Japanese learners by JF (Japan Foundation) standards. Through two conversation topics (“my family” and “my home town”) the respondents have been invited to mention their local custom while conversing within the topics and comparing such custom to Japanese people’s local custom. The data are collected utilizing portfolios and Likert scale pre-post questionnaire during November 2016 and analyzed descriptively. The result of this study exposed that the participants were aware of Indonesian cultural identity and Japanese cultural identity in the context of intercultural communication, namely, in the conversation of family and hometown. While having a dialogue with unfamiliar people, mainly speaking about personal information, i.e. family topic, Japanese people tend to have conversation plainly in general subtopics since Japanese people have collectivistic culture. Distinctively, since Indonesian people believe in “Unity in Diversity” (different but one), they are feasible to discuss wider subtopics despite the unfamiliar interlocutors.Keywords - Indonesian, Japanese Language Learners, Cultural Identity, Intercultural Communicative Competence
Motif Keterlibatan Kaum Ibu dalam Pendidikan Anak Usia Dini di Jakarta Barat Fitriani F Syahrul
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 1, No 1 (2011)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.039 KB) | DOI: 10.36722/sh.v1i1.23

Abstract

In solving Early Childhood Education (ECE) problems comprehensively and tactfully  need to involve parents and community, especially mothers. Involving mothers in ECE aim at empowering them to educate their children, so they are not only depending on government program. Spectacular growth of ECE institution is about 13 institution at Grogol sub-district in the two years shows that the role of mothers’ association called PKK in ECE. The mothers’ association participation on ECE is interesting and fascinating to investigate where at the same time the government tries to increase mothers emancipation. On the other hand the euphoria   of  ECE  growth needs well manage for continuity. The continuity of ECE program are questioned because most of teachers and managers are not well educated on ECE. Most of them are Junior High School graduates, pension or an house wife. The research are trying to investigate, (1) what is the motive of the mothers involvement in ECE institution? (2) what is  mothers   idea about  ECE continuity in dealing with budgeting, services, and  quality of education. Based on data collected from 80 respondent using questioner and analyzed by   descriptive statistic and qualitative. The research findings are as follows: Firstly, the involvement of mothers are to act devotion by helping other people, to implement their   knowledge and their experience in former job, and  the need for achievement; secondly, the mothers idea about the ECE continuity are finding for donation, socialization the important of ECE, and increasing teacher competence through training.
Pendapatan Orang Tua Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Sastra Arab Universitas Al-Azhar Indonesia Zaqiatul Mardiah; Yogo Purwono
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 2, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1629.457 KB) | DOI: 10.36722/sh.v2i1.112

Abstract

Abstraksi -  Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh fakta empiris tentang pendapatan keluarga dan kaitannya dengan prestasi akademik mahasiswa, khususnya pada mahasiswa sastra Arab UAI. Prestasi akademik merujuk pada indeks prestasi kumulatif per semester atau pertahun. Secara teoritis prestasi akademik dipandang sebagai output dari koleksi investasi dalam pendidikan. Namun, Meskipun prestasi akademik siswa dianggap sebagai output langsung dari input alokasi investasi dalam pendidikan yang diusahakan oleh orang tua, tingkat keberhasilannya dianggap bergantung pada sejumlah faktor eksogen yang melekat pada siswa, keluarga, atau sekolah. Faktor-faktor eksogen ini antara lain adalah kumpulan karakteristik anak atau siswa, seperti jenis kelamin, usia dan kemampuan bawaan. Dengan menggunakan analisa deskriptif dan analisa inference, diperoleh hasil penelitian yang menyatakan bahwa prestasi akademik mahasiswa menurut kelompok pendapatan orang tua, tidak bisa terlihat secara nyata, pada masing-masing tahun masuk atau angkatan di UAI. Hal yang sama juga ditemukan pada analisa perbedaan prestasi akademik mahasiswa menurut kelompok pendapatan orang tua, pada masing-masing kelompok jenis kelamin, status beasiswa, dan pendidikan terakhir sebelum memasuki UAI. Ini menunjukkan bahwa karakteristik siswa belum cukup kuat untuk mendukung kita membedakan perbedaan prestasi akademik mahasiswa berdasarkan pendapatan orang tua mereka.  Abstract - The aim of this reseach is to empirically investigate the relation between academic achievement and parent’s income  of students  in the department of arabic at the University of Al-Azhar Indonesia. The arabic department students that has been admitted to the University from  2008 to 2011 academic year are selected to be a sample in this study. Using the student’s first year grade point average (GPA), as the proxy of student’s academic achievement,  and his/her ordinal scaled monthly parent’s income as independent variable, as well as other student’s characteristic variables as additional exogenous variables, the study reveals that the arabic students academic achievement are on average not signficantly different based on their parent’s income, especially for those students with motnhly parents equals to or gretaer than ten million rupiahs (high income level). For those wiht parents income less than ten million rupiahs, there is slightly the negative relation between students academic achievement and their parents income, but the result of testing hypothesis do not support this descriptive statistics. Similar results are found when student’s chracteristics such as gender, admission year into the University, and the type of pre-university eduacation, are included in the analysis. There is no significantly differences in general in academic achievement between students in different parents income level. However if we group students based on their characteristics, there are some differences significantly found in the academic achievement of students in different particular characteristic, especially in different entry academic year, gender or the type of their last education.  

Page 2 of 22 | Total Record : 215