cover
Contact Name
Nurcahyo Widyodaru Saputro
Contact Email
nurcahyo.widyo@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
wagionohs4@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karawang,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Agrotek Indonesia
ISSN : 24778494     EISSN : 25802747     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Agrotek Indonesia Adalah jurnal ilmiah Fakultas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang yang mennyampaikan hasil-hasil penelitian dan informasi ilmiah di bidang pertanian.
Arjuna Subject : -
Articles 153 Documents
Variabilitas Fenotipik Komponen Hasil Galur Jagung Manis Padjadjaran SR Generasi S3di Arjasari Nurul Fitri Hanifah; Suseno Amien; Dedi Ruswandi
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.096 KB) | DOI: 10.33661/jai.v3i1.1165

Abstract

Variabilitas fenotipik merupakan informasi yang penting untuk menentukan keberhasilan seleksi agar prosesseleksi berjalan efektif dan efisien dalam rangkaian program pemuliaan tanaman. Penelitian untuk mengetahuiinformasi variabilitas fenotipik pada komponen hasil tanaman yang berpengaruh langsung terhadap hasil tanamanjagung manis merupakan kajian yang sangat penting untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung manis.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh informasi variabilitas fenotipik pada komponen hasilgenotip jagung manis S3. Percobaan telah dilakukan di lahan SPLPP Fakultas Pertanian Universitas Padjadajaran,Kecamatan Arjasari Kabupaten Bandung pada bulan Maret sampai Agustus 2016. Percobaan disusun berdasarkanmetode rancangan percobaan tanpa tata ruang, selanjutnya dilakukan analisis variabilitas fenotipik terhadap hasilpengamatan karakter yang diamati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotif jagung manis yang diamatimempunyai variabilitas fenotipik antar genotip yang luas pada komponen hasil yang diamati baik pada genotip hasilselfed derived populations, single crossed derived populations, three way crossed derived populations, maupun doublecrossed derived population.Kata kunci : Jagung manis, komponen hasil, variabilitas fenotipik.
Upaya Peningkatan Produksi Padi Nasional Akibat Penggunaan Konsentrasi Giberelin (Ga3) dan Berbagai Tingkatan Salinitas Tinggi Terhadap Hasil Perkecambahan dan Pertumbuhan Padi Varietas Inpari 30 Suparman Suparman; Kovertina Rakhmi Indriana; Roni Assafaat Hadi
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (256.096 KB) | DOI: 10.33661/jai.v2i2.1172

Abstract

Penelitian ini mengkaji pengaruh konsentrasi giberelin (GA3) terhadap perkecambahan, pertumbuhan serta hasil padi varietas Inpari 30 pada cekaman berbagai tingkatan salinitas tinggi. Berdasarkan tujuan tersebut maka sifat dari penelitian ini adalah verifikatif dilakukan dengan pendekatan eksperimen di laboratorium dan di lapangan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih dan Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Winaya Mukti Tanjungsari Kab. Sumedang, dengan ketinggian tempat 850 m dpl. Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial, yang terdiri dari dua faktor yaitu empat taraf konsentrasi giberelin dan delapan taraf varietas padi sawah. Tiap perlakuan diulang sebanyak dua kali, maka jumlah keseluruhan : 4 x 4 x 2 = 16 plot. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan terjadi interaksi antara konsentrasi giberelin dan beberapa tingkatan salinitas tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan hasil padi varietas Inpari 30, diantaranya : 1. Terjadi interaksi antara konsentrasi giberelin dan beberapa tingkatan salinitas tinggi terhadap panjang akar kecambah, bobot kering kecambah serta nisbah pupus akar umur 40 dan 80 HST (hari setelah tanam). 2. Konsentrasi giberelin secara mandiri berpengaruh terhadap jumlah anakan per rumpun umur 80 HST (hari setelah tanam). 3. Tingkat salinitas tinggi secara mandiri berpengaruh terhadap jumlah anakan per rumpun umur 40 dan 80 HST (hari setelah tanam) serta persentase daun mati.Kata Kunci : Varietas Padi, Salinitas Tinggi dan Giberelin Acid (GA3)
Pengaruh Aplikasi Penempatan Hidrogel Pada Tanah Entisol Karawang Terhadap Efisiensi Penggunaan Air, Hasil, Dan Pertumbuhan Tanaman Pakchoy (Brassica-rapa L.) Wagiono Wagiono; Nurcahyo Widyodaru Saputro
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 2 No 2 (2017): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.807 KB) | DOI: 10.33661/jai.v2i2.1177

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh aplikasi penempatan hidrogel terhadap efisiensi penggunaan air , hasil dan pertumbuhan tanaman Pakcoy (Brassica-para L) pada bulan Januari sampai dengan April 2017 di rumah kaca dan laboratorium tanah Fakultas Pertanian, Universitas Singaperbangsa Karawang, dengan ketinggian tempat ± 15 m di atas permukaan laut (dpl). Penelitian ini ditata dalam satu rancangan dasar berupa Rancangan Acak Lengkap yang meliputi 4 perlakuan. Perlakuan tadi adalah: dengan dosis sama untuk setiap perlakuan yaitu, dosis hidrogel sama 30 gr polybag-1 dan kedalaman 0 cm (H0), kedalaman 6 cm (H1), kedalaman 12 cm (H2), dan kedalaman 18 cm (H3). dan 6 kali ulangan Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi penempatan hidrogel berpengaruh nyata terhadap efisiensi penggunaan air dan variabel hasil dan pertumbuhan tanaman Pakcoy yang diamati (tinggi dan berat tanaman) tidak berpengaruh nyataKata kunci: hydrogel, efisiensi penggunaan air, tanaman Pakcoy,
Keberhasilan Okulasi Beberapa Jenis Batang Bawah Dengan Entres Jeruk Siam Madu (Citrus microcarpa) Yang Berbeda Lama Penyimpanan Eko Wahyudi; Sumadi Sumadi; Anne Nuraini
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.853 KB) | DOI: 10.33661/jai.v3i2.1371

Abstract

Penyebab okulasi jeruk siam madu tidak dapat tumbuh adalah jenis batang bawah yang tidak kompatibel dan lama penyimpanan entres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis batang bawah yang kompatibel dan lama penyimpanan entres yang memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan bibit okulasi jeruk siam madu. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2017 di Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru, Provinsi Riau. Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Perlakuannya terdiri dari 4 jenis batang bawah yaitu Japanese citroen, Jeruk Lemon, Jeruk Purut dan Jeruk Nipis dan 4 waktu penyimpanan entres menggunakan gedebog pisang yaitu disimpan 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari. . Hasil percobaan menunjukkan terdapat pengaruh interaksi jenis batang bawah dan lama penyimpanan entres terhadap waktu pecah tunas, persentase mata tunas jadi, panjang tunas, diameter tunas, jumlah daun, indeks luas daun terhadap pertumbuhan okulasi bibit jeruk siam madu. Semua jenis batang bawah yang di kombinasikan dengan lama penyimpanan entres 1 hari menghasikan waktu pecah tunas paling cepat dan panjang tunas yang paling panjang. Jenis batang bawah japanese citroen dan jeruk nipis yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan entres 1 hari menghasilkan persentase mata tunas jadi paling tinggi.  Jenis batang bawah japanese citroen menghasilkan persentase mata tunas tumbuh paling tinggi, sedangkan lama penyimpanan entres 1 hari menghasilkan persentase tumbuh okulasi paling tinggi. Jenis batang bawah japanese citroen dan jeruk nipis yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan entres menghasilkan panjang tunas paling tinggi. Batas toleransi penyimpanan entres adalah 3 hari dengan menggunakan batang bawah japanese citroen. Kata kunci :.. jeruk siam madu, japanese citroen, jeruk lemon, jeruk purut, jeruk nipis, batang bawah, lama penyimpanan entres
Pengaruh Pola Tanam Tumpangsari Jagung (Zea mays L.) dengan Padi Hitam (Oryza sativa L.) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung di Arjasari Kabupaten Bandung. Aprianti Resti Saputri; Yuyun Yuwariah; Agus Wahyudin; Dedi Ruswandi
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (575.067 KB) | DOI: 10.33661/jai.v3i2.1376

Abstract

Permintaan jagung dan padi hitam meningkat seiring dengan bertambahnya penduduk terutama padi hitam yang berkhasiat sebagai antioksidan.  Upaya peningkatan produksi jagung dan padi hitam, salah satunya melalui sistem tanam tumpangsari. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan genotipe jagung terbaik dalam tumpangsari dengan padi hitam. Percobaan dilaksanakan dari bulan Februari 2017 sampai bulan Agustus 2017 di Arjasari, Kabupaten Bandung dengan ketinggian tempat mencapai 960 m di atas permukaan laut. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dengan sistim pertanaman sebagai petak utama dan genotip jagung sebagai anak petak.  Petak utama adalah jagung tunggal dan jagung/ padi hitam; sedangkan anak petak adalah 17 genotip jagung DR. padi hitam. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sistem tumpangsari jagung dan padi hitam dapat memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman, indeks luas daun, panjang tongkol dan bobot biji pipilan kering tanaman jagung. Hasil terbaik diperoleh pada perlakuan tumpangsari padi hitam dengan jagung DR 8, 12, dan 13 dengan hasil bobot biji pipilan kering 5,00 ton/ha, 5,87 ton/ha dan 5,46 ton/ha dan masing-masing mendapatkan nisbah kesetaraan lahan dengan besaran 1,26 , 1,22 dan 1,23. Kata kunci : Jagung, Padi Hitam, Tumpangsari
Absorption of N, P and K Nutrients of Sweet Corn Plants (Zea Mays Saccharata Sturt) Due to the Application of Urea, Sp-36, Kcl Fertilizers and Biofertilizer on Fluventic Eutrudepts from Jatinangor Emma Trinurani Sofyan; Yuliati Machfud; Hilma Yeni; Ganjar Herdiansyah
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.526 KB) | DOI: 10.33661/jai.v4i1.1690

Abstract

Availability of nutrients in the soil greatly affect the condition of plants' growth and development. Fertilization is one of the exact ways to increase nutrients in the soil. Usage of inorganic fertilizer intensively and routinely can decrease soil fertility level and create residual that will damage to the environment. This research aims to determine the effect of fertilizer dose combination of N, P, K, and Biofertilizer to uptake N, P and K on sweet corns (Zea mays Saccharata Sturt) in Fluventic Eutrudepts from Jatinangor. Dose combination was expected can reduce fertilizer dose N, P, K without decreasing productivity and crop yields. This research was performed from January until April 2018 at Experimental Field Faculty of Agriculture, Padjajaran University, Jatinangor, Sumedang, West Java at 725 m asl. Experimental design used in this research is Randomized Block Design (RBD) with 10 treatments and 3 replications which consist of treatments 0 N, P, K + 0 biofertilizer; 1 N, P, K + 0 biofertilizer; 0 N, P, K + 1 biofertilizer; 1/4 N, P, K + 1 biofertilizer; 1/2 N, P, K + 1 biofertilizer; 3/4N, P, K + 1 biofertilizer; 1 N, P, K + 1 biofertilizer; 3/4 N, P, K + 1/4 biofertilizer; 3/4 N, P, K + 1/2 PHC; 3/4 N, P, K + 3/4 biofertilizer. Recommended dosage was 300 kg of urea, 150 kg of SP 36, and 50 kg KCl ha-1 and 5 L ha-1 biofertilizer. The results showed a significant effect of the combination N, P, K fertilizer and biofertilizer to uptake N, P, K, and best dose combination was showed by treatment 1/2 N P K + 1 biofertilizer
Pertumbuhan dan Hasil Timun Apel Lokal Karawang dengan Kerapatan Tanaman yang Berbeda di Daerah Pakis Jaya, Karawang Fawzy Muhammad Bayfurqon; Miftakhul Bakhrir Rozaq Khamid; Nurcahyo Widyodaru Saputro
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.222 KB) | DOI: 10.33661/jai.v4i1.1566

Abstract

Pengembangan buah lokal terus dilakukan dalam upaya mendorong program diversifikasi pangan sehingga terciptanya ketahanan pangan. Timun apel salah satu buah lokal yang memiliki potensi dan prospek yang baik untuk dikembangkan, namun informasi ilmiah mengenai timun apel masih sangat terbatas, khususnya mengenai pedoman dan teknik budidaya yang baku. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk untuk medapatkan jarak tanam yang optimal bagi pertumbuhan dan hasil tanaman timun apel sehingga dapat menjadi rekomendasi dalam teknik budidaya timun apel. Penelitian dilaksanakan di Desa Tanjung Bungin Kecamatan Pakis Jaya Kabupaten Karawang selama 3 bulan mulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen dengan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 4 perlakuan kerapatan tanam dengan jarak tanam yaitu: A = Populasi 14 tanaman per petak (jarak tanam 50 cm x 50 cm), B = Populasi 12 tanaman per petak (jarak tanam 50 cm x 60 cm), C = Populasi 10 tanaman per petak (jarak tanam 50 cm x 70 cm), D = Populasi 8 tanaman per petak (jarak tanam 50 cm x 80 cm). Setiap perlakuan diulang sebanyak 6 kali dan terdapat 24 unit percobaan. Hasil peneitian menunjukkan bahwa Kerapatan tanam yang renggang pada budidaya tanaman timun apel dengan metode penanaman konvensional memberikan pertumbuhan dan hasil tanaman timun apel yang optimal. Perlakuan kerapatan tanam dengan jarak tanam 50 x 80 cm merupakan jarak tanam yang paling optimal terhadap peningkatan indeks luas daun serta menghasilkan rerata buah per tanaman dan diameter buah timun apel yang paling tinggi.
Konsentrasi P Daun Akibat Infeksi Akar Tanaman Kedelai (Glycine max L Merril) oleh Fungi Arbuskular Mikhoriza (FMA) di Tanah Ultisol Vera Oktavia Subardja
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (311.966 KB) | DOI: 10.33661/jai.v1i1.245

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian tentang pengaruh inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dan pupuk Fosfat terhadap konsentrasi P pada daun dan komponen produksi varietas kedelai Anjasmoro yang ditanam pada tanah Ultisol. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan dosis yang terbaik dari FMA di tanah Ultisol untuk peningkatan konsentrasi P pada daun dan produksi kedelai. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah dan Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanaman Fakultas Pertanian Unpad. Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok faktorial yang diaplikasikan pada dua faktor yakni FAM dengan tiga tingkat (C1 = 5 g-polybag 1, C2 = 10 g-polybag 1 dan C3 = 15 g-polybag 1) dan pupuk Fosfat (SP36) sebagai faktor kedua dengan tiga tingkat (P0 = tanpa aplikasi pupuk fosfat, P1 = 0,3  g-polybag  1 dan P2  = 0,6 g-polybag  1) dan  direplikasi 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa FAM yang diinokulasi ke Ultisol telah memberikan respon yang signifikan pada konsentrasi P pada daun kedelai. C2P2 (FMA = 10 g polybag-1 + P = 0,6 g polybag-1) merupakan tingkat optimal dalam penyerapan fosfat ke daun, yakni 0,389%. Infeksi akar paling tinggi ditemukan di FMA 10 gpolybag-1 tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Produksi terbaik dari kedelai ditunjukkan oleh perlakuan FMA 10 g polybag-1 + P 0,6 gpolybag-1. Kata kunci: FMA, Infeksi Akar, konsentrasi P, Ultisol, Kedelai
Seleksi Pendahuluan Beberapa Genotip Jagung Unpad Potensial Toleran Naungan pada Sistem Agroforestri dengan Albizia Muhammad Syafii
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 1 No 1 (2016): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (792.899 KB) | DOI: 10.33661/jai.v1i1.253

Abstract

Budidaya tanaman jagung dengan pendekatan sistem agroforestri mempunyai peluang yang besar dalam meningkatkan produksi jagung dan pendapatan masyarakat. Perakitan jagung yang toleran naungan merupakan pendekatan dalam penentuan kultivar adaptif. Seleksi jagung di bawah naungan perlu dilakukan untuk menyediakan kultivar unggul adaptif untuk sistem agroforestri. Penelitian dilakukan di Jatinangor pada Mei – Juli 2014. Bahan penelitian terdiri dari 32 genotip jagung potensial. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak kelompok diulang 2 kali. Penelitian dilaksanakan di bawah naungan paranet dengan keteduhan 35%. Analisis varians dilanjutkan dengan uji rata-rata bergerombol Scott-Knott, analisis kluster, dan biplot principal component analysis. Hasil penelitian menunjukkan 32 genotip jagung yang diuji mempunyai keragaman pada karakter jumlah daun, diameter batang, panjang ruas, panjang daun, luas daun, indeks luas daun, bobot brangkasan basah, dan bobot brangkasan kering. Setiap karakter terbagi menjadi 2 sampai dengan 12 kelompok. Genotip jagung pada naungan terbagi menjadi 4 kelompok. Respon genotip menyebar ke dalam 6 sektor dan karakter menyebar pada 4 sektor. Terdapat dua karakter yang menjadi penciri khusus di bawah naungan, yaitu panjang daun dan indeks luas daun yang menjadi ciri terpilihnya 16 genotip potensial di bawah naungan. Kata kunci : agroforestri, jagung, naungan, seleksi, multivariat
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica oleracea L. var. Botrytis subvar. Cauliflora DC.) Kultivar Orient F1 Akibat Jenis Mulsa dan Dosis Bokashi. Rommy Andhika Laksono
Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech) Vol 1 No 2 (2016): Jurnal Agrotek Indonesia (Indonesian Journal of Agrotech)
Publisher : Faculty of Agriculture University of Singaperbangsa Karawang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (351.232 KB) | DOI: 10.33661/jai.v1i2.319

Abstract

ABSTRACTThis study aims to assess the growth and yield of cauliflower cultivar Orient F1 Caused by Type of Mulch and Dose Bokashi, and to find the optimal dose of bokashi on each type of mulch that can deliver maximum results. The experiments were conducted in the Telagadesa (KIIC) Sirnabaya village, District East Telukjambe  of Karawang regency with a height of approximately 50 m above sea level. The experiment was conducted at the March to May 2014.Experimental method used was Split Plot Design with twelve treatments repeated three times. As the main plot was mulch type (M) consisted of three levels, no mulch (m0), straw mulch (m1), plastic black silver mulch (m2). While as the subplot was a dosage bokashi (B) consisted of four levels, 0 t ha-1 bokashi (b0), 5 t ha-1 bokashi (b1), 10 t ha-1 bokashi(b2), and 15 t ha-1 bokashi (b3).The results showed that there was an interaction the mulch type and dose of bokashi on plant height 14, 21, 28, 35 days after planting, leaf number 14, 21, 28, 35 days after planting, the diameter of the rod 21, 28, 35 days after planting, curd diameter, gross weight curd per plant, net weight curd per plant, gross weight curd per plot, and  net weight curd per plot cauliflower plants Orient F1 cultivar. The highest results achieved by straw mulch with optimum dose 10,4 t ha-1 bokashi give maximum yield of 14,4 t ha-1 cauliflower.

Page 2 of 16 | Total Record : 153