cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 250 Documents
Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.5

Abstract

AbstrakPerkembangan kebudayaan masa kini, termasuk bidang pendidikan, cenderung mengarah kepada kebangkitan agama (spiritualitas). Ini merupakan trend global yang berkembang pesat setelah era tahun 1990-an. Agama yang diminati sekarang adalah agama yang menekankan dimensi spiritualitas, yaitu pengalaman-pengalaman yang bersifat supranatural.   Dalam dunia pendidikan sekarang, spiritualisme sering dipakai untuk mensuport metode-metode pembelajaran. Sebagai contoh adalah pemakaian metode-metode pembelajaran meditatif dan spiritualistik gerakan Abad Baru (New Age Movement). Sementara itu, spiritualitas juga menjadi trend dalam berkembangan kekristenan masa kini. Gerakan Karismatik berkembang mendunia. Aliran ini menekankan pentingnya pengalaman-pengalaman supranatural dalam pertumbuhan rohani. Proses pembelajaran Firman Tuhan, juga diyakini sebagai proses supranatural. Faktor Roh Kudus diyakini merasuki semua bidang pelayanan, termasuk pelayanan pendidikan. Timbullah banyak persoalan mengenai bagaimana peran Roh Kudus dalam pendidikan Kristen, khususnya pembelajaran. Kelompok Karismatik ekstrim meyakini dominasi pekerjaan Roh Kudus dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan Kristen. Dalam kotbah – termasuk pengajaran Alkitab lainnya – Roh Kudus diyakini sebagai Pribadi yang memberi campur tangan sampai pada detil-detil kegiatan belajar. Pada prinsipnya, Roh Kudus bekerja dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya. Pertumbuhan rohani Kristen merupakan karya Roh Kudus, mulai dari proses kelahiran baru oleh Roh Kudus, pendiaman oleh Roh Kudus, dan proses dipenuhi oleh Roh Kudus. Setiap pelayanan Kristen juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karena pimpinan dan kekuatan dari Roh Kudus. Faktor Roh Kudus tidak boleh dilupakan dalam proses pembelajaran Kristen. Roh Kudus adalah representasi Kristus yang berkarya secara supranatural sebagai Guru Agung dalam proses pembelajaran. Roh Kudus yang telah mewahyukan bahan ajar (Alkitab) itu kini turut bekerja dalam proses pembelajaran untuk memberi penerangan (iluminasi) sehingga guru bisa mengajar dengan baik dan murid bisa belajar dengan baik pula. Roy B. Zuck memandang begitu pentingnya peran Roh Kudus sehingga tanpa Dia, pembelajaran tidak akan efektif (bahkan menjadi cenderung sekuler) walaupun ada guru dan bahan ajar berupa Alkitab. Roh Kudus dan pembelajaran dalam Pendidikan Kristen (PAK) mempunyai korelasi yang sangat kuat. Keberadaan dan peran Roh Kudus dalam PAK merupakan ciri pembeda PAK dibanding dengan pembelajaran sekuler. Namun, hal itu bukan berarti PAK merupakan proses pembelajaran yang total supranatural. PAK merupakan sebuah pembelajaran kontemporer yang berdimensi supranatural. Peran Roh Kudus yang merupakan representasi Kristus dalam PAK adalah sebagai Guru Agung. Pembelajaran dalam PAK ditangani secara tim oleh Roh Kudus dan guru PAK. Baik guru PAK maupun murid PAK sama-sama harus bergantung dalam pimpinan iluminatif dari Roh Kudus. Peran Roh Kudus juga dinyatakan dalam kasih karunia yang Dia berikan untuk meningkatkan kapasitas guru dan murid. Ada dimensi-dimensi yang harus dikembangkan secara akal budi. Tetapi, dalam hal dimensi spiritual, Roh Kudus harus merupakan satu-satunya Pribadi yang boleh mengisi dan memberi penguatan. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang empowered by Holy Spirit. 
Makna Teologis Respon Nabi Yunus Terhadap Panggilan Tuhan Yimmy Iskandar
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 1 (2019): September 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i1.22

Abstract

The Book Jonah is one of the books in the Old Testament. In this book, God tried to show His mercy to the people of Niniveh although they were living in many transgressions, and they repented after they heard Jonah’s messages. But in this book speaks more about Jonah’s journey to fulfill God’s calling in his life toward Niniveh, how Jonah responded to God. This research used data collection methods by searching literature such as books and journals related to the writer’s objectives. An analysis method is a qualitative approach with descriptive methods.  How Jonah responded to God’s calling were: running away, obeying but with dissatisfaction or grumbling, and obeying with fullest of understanding.  The implementation and conclusion from this analysis will teach us about the nature of God’s heart toward sinners and how we should respond to our calling from God to please Him.        Abstrak: Kitab Yunus adalah salah satu kitab dalam Perjanjian Lama. Dalam buku ini, Tuhan berusaha menunjukkan belas kasihan-Nya kepada orang-orang Niniveh meskipun mereka hidup dalam banyak pelanggaran, dan mereka bertobat setelah mendengar pesan Yunus. Tetapi dalam buku ini berbicara lebih banyak tentang perjalanan Yunus untuk memenuhi panggilan Allah dalam hidupnya menuju Niniveh, bagaimana Yunus menanggapi Allah. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan mencari literatur seperti buku dan jurnal yang berkaitan dengan tujuan penulis. Metode analisis adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Bagaimana Yunus menanggapi panggilan Allah adalah: melarikan diri, mematuhi tetapi dengan ketidakpuasan atau menggerutu, dan mematuhi dengan penuh pengertian. Implementasi dan kesimpulan dari analisis ini akan mengajarkan kita tentang sifat hati Allah terhadap orang berdosa dan bagaimana kita harus menanggapi panggilan kita dari Allah untuk menyenangkan Dia. 
Misi Allah pada Masa Intertestamental Elisua Hulu
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.49

Abstract

The people of God of the Old Testament and the people of God in the New Testament were linked during what is called the intertestamental age. This period is referred to as a state of vacuum which is marked by the absence of a demonstrative role of the prophet. The 400 year period of development, destruction, success and decline of the ruling nations was prophesied by God. The Old Testament Book of Daniel shows clearly that world history is proceeding according to God's sovereignty. Mission is God's work. The important thing from God’s mission is talking about God as a sender, where He is the source, initiator, dynamist, implementer and fulfiller of His mission. The method of study related to God's mission in the Interstestamental era is the method of studying literature, which describes it descriptively. The intertestamental period is the time when other nations know the God of Israel through their existence among them. This is a different way from what happened in the days of Solomon's kingdom where there was a temple in Jerusalem which became an attraction for Gentiles. The political, social, and economic situation in intertestamental times was a preparation for the mission of the church in New Testament times.Umat Allah Perjanjian Lama dan Umat Allah Perjanjian Baru dihubungkan dalam masa suatu yang sebut masa intertestamental. Masa ini disebut sebagai keadaan adanya kevakuman yang ditandai oleh tidak nampaknya peranan nabi secara demonstratif. Masa waktu 400 tahun mengalami perkembangan, kehancuran, kesuksesan dan kemerosotan negara-negara yang menguasai sudah dinubuatkan oleh Tuhan. Kitab Daniel dalam Perjanjian Lama memperlihatkan dengan jelas bahwa sejarah dunia berjalan sesuai dengan kedaulatan Allah. Misi adalah karya Allah. Hal penting dari misi atau pengutusan Allah berbicara tentang Allah sebagai pengutus, dimana Ia adalah sumber, inisiator, dinamisator, pelaksana dan penggenap misi-Nya. Metode pengkajian terkait misi Allah pada masa Interstestamental adalah dengan metode kajian pustaka, yang menguraikan secara deskriptif. Masa intertestamental adalah masa di mana bangsa-bangsa lain mengenal Allah Israel melalui keberadaan mereka di tengah bangsa-bangsa lain. Ini adalah cara yang berbeda dari yang terjadi pada masa kerajaan Salomo di mana ada bait suci di Yerusalem yang menjadi daya tarik bagi bangsa-bangsa lain. Situasi politik, sosial, dan ekonomi pada masa intertestamental merupakan persiapan bagi misi gereja pada masa Perjanjian Baru.
Tren-tren Kultur Hidup Bergereja Pada Era Digital-Pandemi Covid-19 Amos Sukamto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.168

Abstract

AbstractThe hallmark of the Industrial Revolution 4.0 and Society 5.0 is that the culture of digitization plays a very important role in human life. This culture ushered humans into an era called digitized societies. Everything is digital. The Covid-19 pandemic has accelerated these changes, which of course also have an impact on the culture of church life. By using the survey method, it is found that several trends in church culture today: (1) The church suddenly became a digital church (online, virtual). (2) The presence of church congregations in online worship is still very diligent, especially the Boomers generation. There is a tendency for young people to be less diligent in worship. (3) Congregation participation in online worship is still very good, they are involved in the liturgical flow of worship and respond to the preaching of God's Word. (4) Even though the congregation is still loyal to its church, there is a tendency to become more liquid (liquid church members). They attend online services hosted by other churches. Of course, this culture will become a trend in the future that will color the culture of church life. (5) After the Covid-19 pandemic, the trend in the culture of the church congregation will choose the phygital church, and the onsite church is still a cultural trend that colors the life of the church congregation because Indonesian people are still very attached to the Gemeinschaft type of society. Ciri Revolusi Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0 adalah kultur digitalisasi memainkan peran yang sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Kultur ini menghantarkan manusia masuk pada sebuah era yang disebut digitized societies. Everything is digital. Pandemi Covid-19 mengakselerasi perubahan-perubahan tersebut yang tentunya berdampak juga pada kultur hidup bergereja. Dengan menggunakan metode survei didapatkan beberapa tren kultur hidup bergereja pada masa kini: (1) Gereja mendadak menjadi gereja digital (online, virtual). (2) Kehadiran jemaat gereja dalam ibadah online masih sangat baik khususnya generasi Boomers. Terdapat kecenderungan usia muda kurang rajin dalam beribadah. (3) Partisipasi jemaat dalam ibadah online masih sangat baik, mereka ikut terlibat alur liturgi ibadah dan memberikan respons pada pemberitaan Firman Tuhan. (4) Meskipun jemaat masih setia pada gerejanya namun ada kecenderungan menjadi lebih cair (liquid church member). Mereka menghadiri ibadah online yang diselenggarakan oleh gereja-gereja lain. Tentunya kultur ini akan menjadi tren ke depan yang akan mewarnai kultur hidup bergereja. (5) Pasca pandemi Covid-19 kecenderungan tren kultur jemaat gereja akan memilih phygital church, dan gereja onsite masih menjadi tren kultur yang mewarnai kehidupan jemaat gereja karena masyarakat Indonesia masih sangat lekat dengan tipe masyarakat Gemeinschaft.
Kontroversi Bohong dalam Keluaran 1:8-22 Yonathan Salmon Efrayim Ngesthi; Matius I Totok Dwikoryanto; Fatiaro Zega
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 1 (2021): September 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i1.146

Abstract

AbstractMany people today tolerate the truth of the word by considering that lying for the sake of goodness becomes a natural thing. Through the history of Sifra and Pua, the writer wants to describe the purpose of writing this article to provide an understanding in a biblical context using descriptive qualitative methods and literature study approaches, it can be concluded in the study of the light of the Bible, that lying white or lying for good fulfills all the criteria for action which is included in lying or witness to lies. Because white lies are part of lies or witnesses to lies that God consistently forbids in the Bible, white lies should not be done by believers. It cannot be denied that the practice of white lying has become a habit and is considered normal and commonplace in today's society. But this does not mean that believers can simply join society at large to approve and practice white lies. Furthermore, the Church must act proactively in providing Christian ethics education, especially in relation to the topic of white lies or lying for good so that members of the congregation have a clear and stable understanding of this issue AbstrakMasayarakat saat ini banyak yang toleransi terhadap kebenaran firman dengan mengangap bahwa kebohongan demi kebaikan menjadi hal yang wajar. Melalui sejarah Sifra dan Pua penulis ingin menjabarkan tujuan penulisan artikel ini memberikan pemahaman dalam kontek Alkitabiah menggunakan metode kualitatif deskriptif dan pendekatan studi Pustaka, dapat disimpulkan dalam kajian dari terang Alkitab, bahwa bohong putih atau bohong untuk kebaikan memenuhi semua kriteria tindakan yang termasuk dalam kebohongan atau saksi dusta. Karena bohong putih termasuk bagian dari kebohongan atau saksi dusta yang dilarang Allah secara konsisten di dalam Alkitab, maka bohong putih tidak boleh dilakukan oleh orang percaya. Memang tidak dapat disangkal bahwa praktek bohong putih sudah menjadi kebiasaan dan dianggap wajar dan lumrah dalam masyarakat hari ini. Namun ini tidak berarti orang percaya boleh begitu saja menggabungkan diri dengan masyarakat pada umumnya untuk menyetujui dan mempraktekkan bohong putih. Selanjutnya Gereja harus bertindak proaktif menyelenggarakan pendidikan etika Kristen, khususnya yang berhubungan dengan topik bohong putih atau bohong untuk kebaikan sehingga anggota jemaat memiliki pengertian yang jelas dan mantap tentang persoalan ini
Peranan Roh Kudus dalam Memberi Kekuatan bagi Orang Percaya Berdasarkan Efesus 3:16 Theofilus Sunarto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.162

Abstract

AbstractPaul's prayer in Ephesians 3:16, "I pray that he, according to the riches of his glory, may be strengthened and strengthened with power through his Spirit in the inner man." The Epistle of Ephesians was written by Paul while in prison, Paul wanted to strengthen the believers in Ephesus, especially in his prayer 3: 14-21 so that they would be strengthened and strengthened so that the faith of Christ remains and is rooted in their lives of love. This is what is the discussion in this article, parsing this verse, knowing the role of the Holy Spirit in giving strength to believers. The role of the Holy Spirit is very important to believers, because human beings basically have shortcomings and weaknesses. By their own strength human beings are more often lost and unable to make a decision that comes with good. Man needs a power that exceeds his own power or even the supernatural power of the Holy Spirit. With the Holy Spirit the believer will gain the strength to strengthen his faith, as a foundation in the course of his life in the Lord Jesus Christ.Keywords: Holy Spirit; Believers; Ephesians 3:16AbstrakDoa Paulus dalam Efesus 3:16, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu”.  Surat Efesus di tulis Paulus waktu di penjara, Paulus ingin menguatkan orang percaya yang di Efesus, khususnya dalam doa-nya 3:14-21 supaya mereka diteguhkan dan dikuatkan sehingga iman Kristus tetap tinggal dan berakar dalam kehidupan kasih mereka. Inilah yang menjadi pembahasan dalam artikel ini, mengupas ayat ini, mengetahui peranan Roh Kudus dalam memberi kekuatan bagi orang percaya.  Peranan Roh Kudus sangat penting bagi orang percaya, karena manusia pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelemahan.  Dengan kekuatannya sendiri manusia lebih sering tersesat dan tidak mampu untuk memutuskan sebuah keputusan yang mendatangan kebaikan.  Manusia membutuhkan kekuatan yang melebihi kekuatan sendiri atau bahkan kekuatan supranatural yaitu Roh Kudus.  Dengan Roh Kudus orang percaya akan memperoleh kekuatan untuk meneguhkan iman-nya, sebagai landasar dalam perjalanan hidupnya di dalam Tuhan Yesus Kristus.Kata-kata kunci: Roh Kudus ; Orang Percaya; Efesus 3:16
Signifikansi Studi Biblika Kontekstual dalam Kehidupan Iman Kristen di Era Disruptif Jefri Andri Saputra; Sanda Sanda; Asari Asari; Yiska Leban; Yunira Yanti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 1 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i1.143

Abstract

Biblical's study is an urgent need to bridge the context of the scriptures and the context of the church today. This issue is difficult when the church faces a disruptive era. This era creates a lot of irrelevance and requires constant change. Through a descriptive approach, the writer reviewed the significance of the biblical -contextual study in the disruptive era. At the end of this article, the author found that the biblical-contextual study could serve as a guide in responding to the disruptions of information particularly theological issues, formulating Christian ethical concepts, and anthropological adaptation. The author hope that this article will encourage church people to study the bible in the disruptive era.
Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah Rully Solomon Runturambi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 2 (2019): Maret 2019
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i2.13

Abstract

Believers today are eager to explore the Bible, especially the New Testament, because they believed that the Old Testament is no longer valid in the lives of believers. The discussion in this paper examines the importance of the Decalogue and its application to believers in the present. The Ten Commandments are the culmination (climax) of all the books, centers and themes of the extraordinary book that ever existed. The Ten Commandments are the basis of all Bible themes. The Ten Commandments are the highest foundation of God's law. Many verses in the Bible (Old and New Testaments) are citation extensions of the Ten Commandments. God's command is a measure that enables us to know whether we are on the path that is in accordance with His desires or we are deviating. As John warned in 1 John 3: 4 "Everyone who sins, also violates God's law, because sin is a violation of God's law." From the discussion it is known that the Ten Commandments of God are good news delivered to Israel and also to the Christian nowadays. The Ten Commandments are the good news that God has given us to do. What is meant by the good news is that the Ten Commandments, most of which are in the form of prohibitions or negative things, but behind that all God has good intentions, which are only shown to us believers today.AbstrakOrang percaya pada masa kini cukup bersemangat mendalami Alkitab, dan pada umumnya yang dipelajari adalah Perjanjian Baru, karena berpandangan bahwa Perjanjian Lama tidak lagi berlaku dalam kehidupan orang percaya. Pembahasan dalam tulisan ini mengupas pentingnya Dasa Titah dan aplikasinya bagi orang percaya pada masa kini. Sepuluh Perintah merupakan puncak (klimaks) dari seluruh kitab, pusat dan tema kitab yang sangat luar biasa yang pernah ada dan merupakan hasil dari yang kemudian dan tambahan-tambahannya. Sepuluh Perintah adalah merupakan dasar dari seluruh tema Alkitab. Sepuluh Perintah adalah dasar hukum Allah yang tertinggi. Banyak ayat-ayat dalam Alkitab (Perjanjian Lama dan Baru) merupakan perluasan kutipan dari Sepuluh Perintah. Perintah Allah  adalah merupakan suatu ukuran yang memampukan kita untuk mengetahui apakah kita berada di jalan yang sesuai dengan keinginan-Nya atau kita sedang menyimpang. Sebagaimana yang diperingatkan oleh Yohanes di dalam 1 Yohanes 3:4 ” Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Dari pembahasan diketahui bahwa sepuluh perintah Allah adalah merupakan kabar baik yang disampaikan bagi Israel dan juga bagi orang percaya. Sepuluh Perintah Allah merupakan kabar baik yang Allah telah berikan kepada kita untuk dilaksanakan. Yang dimaksudkan dengan kabar baik adalah bahwa Sepuluh Perintah, yang sebagian besar di dalam setiap perintahnya berupa larangan atau hal yang negatif namun dibalik itu semua Allah mempunyai maksud yang baik, yang hanya ditujukkan bagi kita orang percaya pada masa kini.
Perjalanan Sejarah Bait Suci dari Perjanjian Lama, Masa Intertestamental hingga Masa Pelayanan Yesus Wisnu Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 1 (2020): September 2020 (Studi Intertestamental)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i1.46

Abstract

The Temple is one of the buildings that is very attached to the Israel life. As a place of God's presence in the midst of His people, the Temple is a building that must be holy. However, on one occasion in His ministry, the Lord Jesus came to the Temple and took radical action. The Lord Jesus was angry and drove away the people who were in the court of the Temple. There is a very radical treatment from the Lord Jesus. In the holy Temple, the Lord Jesus showed such a hard attitude. This study is a qualitative study using the bibliography method. This study examines the journey of the Temple from the time of the Old Testament to the time of the Lord Jesus' ministry by going through a period called the Intertestamental Period. The study results obtained are: First, the Temple experienced a shift in circumstances, which were originally holy to be polluted since the end of the Old Testament, the Intertestamental Period to the time of the Lord Jesus ministry. Second, the Temple underwent a change in function, which was originally formed as a place where God was present and met with His people, becoming a place where people, priests, scribes and kings, sought worldly benefits in the Temple.Bait Suci adalah salah satu bangunan yang sangat melekat di dalam kehidupan orang Israel. Sebagai tempat kehadiran Tuhan di tengah-tengah umat-Nya, Bait Suci adalah sebuah bangunan yang harus kudus dan suci. Akan tetapi, di suatu kesempatan di dalam pelayanan-Nya, Tuhan Yesus datang ke Bait Suci dan melakukan tindakan radikal. Tuhan Yesus marah dan mengusir orang-orang yang ada di pelataran Bait Suci. Ada perlakuan yang sangat radikal dari Tuhan Yesus. Di Bait Suci yang kudus dan suci, Tuhan Yesus menunjukkan sikap yang sedemikian keras. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode studi pustaka. Kajian ini meneliti perjalanan Bait Suci sejak zaman Perjanjian Lama hingga masa pelayanan Tuhan Yesus dengan melewati sebuah masa yang disebut Masa Intertestamental. Hasil kajian yang diperoleh adalah: Pertama, Bait Suci mengalami pergeseran keadaan, yang awalnya kudus dan suci menjadi cemar sejak zaman akhir Perjanjian Lama, Masa Intestamental hingga ke masa pelayanan Tuhan Yesus. Kedua, Bait Suci mengalami perubahan fungsi, yang awal dibentuk sebagai tempat dimana Tuhan hadir dan bertemu dengan umat-Nya menjadi tempat dimana orang-orang, para imam, ahli Taurat dan raja, mencari keuntungan duniawi di Bait Suci.
Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk Meningkatkan Kerukunan Intern Orang Percaya Masa Kini Asih Rachmani Endang Sumiwi; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.78

Abstract

Harmony in Christianity is the teaching of Jesus that must be applied in loving others because the love taught by the Lord Jesus is a love that brings peace that can bring good to all people. Perspective review of Romans 15: 5-6 to increase the internal harmony of believers today. By using the Literature literature method, harmony that is built in the community and intern of religious communities can be seen and reviewed from the Bible in Romans 15: 5-6. Because as a basis and understanding and knowledge of harmony, believers unite the voice, heart and all religious components to be a blessing. The theme of perspective is Romans 15: 5-6 to enhance the internal harmony of believers today. It is a study that can be applied to believers how important it is to be light in harmony in the internal religion, so it is hoped that believers must understand and apply the Theological Review of Rome 15: 5-6, then believers have a role, that is, believers must bring harmony and finally believers making harmony among congregations a priority taught in Christian Education.Kerukunan dalam kristenan adalah ajaran Yesus yang wajib diterapkan dalam mengasihi sesama karena kasih yang diajarkan Tuhan Yesus adalah kasih yang membawa damai yang dapat membawa kebaikan bagi semua orang. Tinjauan Roma 15:5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Dengan menggunakan metode literature pustaka Kerukunan yang dibangun dalam komunitas maupun intern umat beragama dapat dilihat dan ditinjau dari Alkitab dalam Kitab Roma 15:5-6.  Karena sebagai dasar dan pemahaman dan pengetahuan tentang kerukunan maka orang percaya menyatukan suara, hati dan seluruh komponen keagamaan untuk dapat menjadi berkat. Tema Tinjauan Roma 15: 5-6 untuk meningkatkan kerukunan intern orang percaya masa kini. Adalah kajian yang dapat diterapkan bagi orang percaya bagaimana pentingnya menjadi terang dalm kerukunan di intern agama mak diharapkan orang percaya harus memahami dan mengaplikatifkan Tinjaun Teologi Roma 15:5-6, lalu orang percaya memiliki Peran yaitu orang percaya harus membawa kerukunan dan yang terakhir orang percaya menjadikan kerukunan antar jemaat menjadi prioritas yang diajarkan dalam Pendidikan Kristen.