cover
Contact Name
Sri Sugiarsi, SKM, M.Kes
Contact Email
sri.sugiarsi14@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmiki@ymail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI)
ISSN : 2337585X     EISSN : 23376007     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) diterbitkan oleh Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (APTIRMIKI) bekerjasama dengan Perhimpunan Profesional Perekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia(PORMIKI). JMIKI diterbitkan 2 kali dalam satu tahun ( Maret dan Oktober). Jurnal ini menerbitkan hasil penelitian (original) tentang Rekam Medis dan Manjemen Informasi Kesehatan, terutama dalam studi manajemen informasi kesehatan, Klasifikasi Kodifikasi Penyakit dan Tindakan, Sistem Informasi Kesehatan, Teknologi Informasi Kesehatan, Manajemen Mutu Informasi Kesehatan.
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2019)" : 12 Documents clear
Perancangan Sistem Informasi Pelayanan Rekam Medis Di Puskesmas Arcamanik Kota Bandung Sali Setiatin; Sinta Rizki Agustin
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.207

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan membangun sistem informasi pelayanan rekam medis dengan menggunakan PHP dan MySQL di UPT Puskesmas Arcamanik Kota Bandung. Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi langsung ke tempat penelitian, wawancara serta kajian pustaka. Metode perancangan yang digunakan adalah metode waterfall dengan alat bantu perancangan sistem berupa UML (Unified Modelling Language),  database  menggunakan MySQL dan pengujian software menggunakan metode blackbox. Permasalahan yang ditemukan pada penelitian : (1) seluruh pelayanan rekam medis masih dilakukan secara manual mulai dari pendaftaran, pelayanan, hingga kegiatan pelaporan masih dilakukan secara manual sehingga menghabiskan waktu yang lama, (2) rekam medis yang hilang atau terselip menimbulkan duplikasi data karena petugas membuatkan rekam medis yang baru. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan saran, diantaranya : (1) merancang sistem informasi pelayanan rekam medis yang terintegrasi, (2) mengadakan pelatihan kepada petugas atau pengguna sistem, (3) merancang sistem informasi berbasis web.
Indikator Input Sistem Surveillance Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Yogyakarta M. Syairaji; Dian Budi Santoso
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.221

Abstract

DBD merupakan salah penyakit menular dengan kasus terbesar di dunia. WHO memperkirakan 390 juta infeksi dengue terjadi setiap tahunnya. Tahun 2016 terjadi 1699 kasus dan 13 kematian akibat DBD di Kota Yogyakarta. Dalam mengendalikan kasus DBD, surveilans memiliki peranan yang sangat penting dalam hal deteksi dan analisis tren. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem surveilans DBD khususnya pada indikator input yakni petugas, pembiayaan, ketersediaan SOP, formulir pelaporan, dan komputer. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional deskriptif. Waktu penelitian selama bulan agustus 2017. Populasi adalah seluruh petugas surveilans Puskesmas wilayah Kota Yogyakarta. metode sampling adalah total sampling dimana pengambilan data dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis univariat dalam bentuk persentase.Indikator petugas, rata-rata berumur 48 tahun. 88.89% lulusan D3 kesehatan lingkungan, 44.44% pernah mengikuti 2 kali atau lebih pelatihan mengenai program surveilans DBD. 61% petugas surveilans DBD memiliki jabatan rangkap. Aspek pembiayaan, 72.22% menyatakan terdapat biaya untuk operasional surveilans DBD dengan sumber utama APBD. Lebih dari 70% Puskesmas memiliki Standard Operating Procedure (SOP) surveilans DBD dan komputer pada aspek ketersediaan formulir, lebih dari 38% Puskesmas tidak tersedia formulir K-DBD, W2 DBD, KD/PKM, dan DP-DBD.Temuan major yang didapatkan antara lain pada aspek umur dan jumlah jabatan rangkap (Man), serta ketersedian formulir khususnya formulir yang wajib diisi dan dilaporkan oleh Puskesmas seperti formulir K-DBD, W2 DBD, KD/PKM, dan DP-DBD. Saran yang dapat diberikan antara lain peremajaan petugas surveilans DBD Puskesmas dan melakukan rekrutmen petugas baru untuk melengkapi kurangnya jenis-jenis tenaga kesehatan di Puskesmas yang nantinya diharapkan petugas dengan jabatan rangkap akan berkurang.
Analisis Pengetahuan Petugas Rekam Medis Tentang Terminologi Medis dI RSUD Petala Bumi Provinsi Riau Tri Purnama Sari; Wen Via Trisna
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.206

Abstract

Kompetensi dari seorang perekam medis adalah mengkode diagnoasis. Namun pada kenyataanya masih banyak petugas rekam medis yang mengalami beberapa kesulitan dalam melakukan pengkodean diagnosis secara cepat, tepat dan akurat. Nomenklatur yang juga dikenal sebagai terminology medis, merupakan sistem yang digunakan untuk menata daftar kumpulan istilah medis penyakit, gejala, dan prosedur. Penggunaan terminology medis bertujuan untuk keseragaman, universalitas, serta istilah yang dituliskan dokter di suatu Negara tetap dipahami oleh dokter dimanapun di seluruh dunia. Hasil observasi awal di rumah sakit annisa pekanbaru terhadap dokumen rekam medis ditemukan terminology medisnya yang berbeda seperti pada dignosa dispepsia + DM terminologi petugas yaitu gangguan lambung sehingga pengkodean penyakit yang digunakan adalah K30 seharunya pengkodean yang digunakan adalah K30 + E14.9. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif dengan rancangan pendekatan fenomenologi, Lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Annisa pekanbaru. Pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan non-statistik, Untuk menjaga kesehatan data penelitian dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian didapat bahwa Petugas rekam medis di rumah sakit annisa belum pernah mengikuti pelatihan tentang terminologi medis, hal ini berdampak terhadap pekerjaan dan pengetahuan mereka tentang terminology medis, terutama bagi petugas rekam medis yang tidak memiliki basic rekam medis. Petugas rekam medis di rumah sakit annisa pekanbaru masih ada yang belum memiliki pengalaman kerja, berdasarkan lama kerja pertugas rekam medis rata-rata dibawah 5 tahun dan masih ada yang belum memahami terminologi medis, kimia klinik, dan farmakologi. Sebaiknya rumah sakit agar memberikan kesempatan para koder untuk mengikuti pelatihan koding dan terminologi medis secara berkesinambungan karena tidak memberi nilai tambah untuk koder bila hanya dilakukan sekali atau bahkan ada yang belum pernah mengikuti pelatihan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3) Di Bagian Filing Irmawati Irmawati; Lily Kresnowati; Edy Susanto; Teni Ikhsan Nurfalah
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.215

Abstract

ABSTRACTOccupational health and safety is not only important for medical record officers but also can support work productivity. Health and safety of a good medical record worker will have a positive impact on work productivity of medical recorder so that will improve health service and benefit to hospital. Occupational risk can result in the decrease of work productivity, so efforts should be made to minimize the occurrence of the impact of occupational risk. Health and safety is intended to prevent, reduce, protect and even eliminate the risk of work accident (zero accident). Behavior of medical recorder filing section in work is one of the causes of risk of work accident, namely unsafe action and unsafe condition. Therefore it is necessary to conduct research on health and safety of medical records officer. To know health and safety of medical record employee of filing department at RSUD Banyumas based on human factor, work equipment factor, and work environment factor. This research type is case study with qualitative approach and cross sectional research design. The subject of this research is the medical recorder of the filing department of RSUD Banyumas while the object of the research is health and safety. Technique of collecting data by way of division of questioner, interview, observation, and study documentation. Data analysis techniques use reduction, data presentation and conclusion. The technique of data validity by means of technique triangulation.       The results of this study indicate that the health and safety of medical record officer filing section seen from human factors, work equipment factors, and work environment factors. In Human Factors knowledge recorder filing Health and Safety (K3) is good enough. In environmental factors temperature and humidity are in accordance with the standard, while for lighting need to be a contrast setting light so as not too dim and too bright. On the work equipment factor need maintenance, repair, improvement, replacement, and addition as needed, while for shelf filing integrated mental health needs to be replaced so as not to harm filing officer.ABSTRAKKesehatan dan keselamatan kerja tidak hanya penting bagi petugas rekam medis tetapi juga dapat menunjang produktivitas kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis yang baik akan berdampak positif terhadap produktivitas kerja petugas rekam medis sehingga akan meningkatkan pelayanan kesehatan dan menguntungkan bagi rumah sakit. Risiko kecelakaan kerja dapat menimbulkan turunnya produktivitas kerja, sehingga perlu dilakukan usaha untuk meminimalisasi terjadinya dampak risiko kecelakaan kerja. Kesehatan dan keselamatan kerja dimaksudkan untuk mencegah, mengurangi, melindungi bahkan menghilangkan resiko kecelakaan kerja (zero accident). Perilaku petugas rekam medis bagian filing dalam bekerja merupakan salah satu penyebab risiko terjadinya kecelakaan kerja, yaitu unsafe action dan unsafe condition. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis.Tujuan Penelitian adalah Mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis bagian filing di RSUD Banyumas berdasarkan faktor manusia, faktor peralatan kerja, dan faktor lingkungan kerja. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan rancangan penelitian secara cross sectional. Subjek penelitian ini adalah petugas rekam medis bagian filing RSUD Banyumas sedangkan objek penelitiannya adalah kesehatan dan keselamatan kerja. Teknik pengambilan data dengan cara pembagian kuisioner, wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan editing, verifikasi organizing, analizing dan tabulasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja petugas rekam medis bagian filing berdasarkan faktor manusia, peralatan kerja, dan lingkungan kerja. Pada Faktor manusia pengetahuan petugas rekam medis bagian filing menganai Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sudah cukup baik. Pada Faktor lingkungan suhu belum sesuai standar,kelembapan sudah sesuai dengan standar,sedangkan untuk pecahayan perlu adanya pengaturan kontras cahaya agar tidak terlalu redup dan terlalu terang.  Pada faktor peralatan kerja perlu pemeliharaan, perbaikan, peningkatan, penggantian, dan penambahan sesuai kebutuhan ,sedangkan untuk rak filing kesehatan jiwa terpadu perlu dilakukan penggantian agar tidak membahayan petugas filing.
Metode HOT FIT Untuk Mengukur Tingkat Kesiapan SIMRS Dalam Mendukung Implementasi E-Health Titin Wahyuni; Anif Parasetorini
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.217

Abstract

E-Health merupakan bagian dari e-governance pemerintah kota Surabaya dan diterapkan kepada dua RS yang menjadi pilot project, salah satunya RSUD Soewandhie, yang bertujuan untuk menghemat waktu antrian pada instalasi rawat jalan melalui pemanfaatan teknologi informasi. Terobosan melalui E-Health ini diharapkan dapat memudahkan pasien untuk mendaftarkan diri dari rumah melalui website. Penerapan system ini memerlukan dukungan SIM RS yang mudah untuk diakses oleh petugas pendaftaran dan bagi petugas filing memudahkan untuk mencari rekam medis pasien melalui perintah pencarian dan histori pasien di SIM RS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesiapan SIM RS dalam penerapan aplikasi e-health dengan menggunakan model HOT Fit. Metode Hot Fit memiliki beberapa variable yaitu : human, organization, technology dan net benefit (manfaat). Populasi pada penelitian ini adalah semua petugas pendaftaran dan petugas filling RSUD dr. M. Soewandhi yang diambil secara total sampling. Variabel yang diteliti adalah unsur-unsur dari model HOT Fit. Data hasil penyebaran kuisioner dianalisis menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian adalah  Organisasi merupakan faktor yang harus segera diperbaiki karena memiliki penilaian tidak baik sebesar 10%, cukup baik 70% dan sangat baik sebesar 20%. Faktor teknologi dinilai cukup baik sebesar 85% dan sangat baik sebesar 15%. Faktor human menunjukkan dalam keadaan 5% berada dalam keadaan tidak baik sedangkan 30% berada dalam keadaan cukup baik dan 65% berada dalam keadaan sangat baik. Manfaat (net benefit) dapat dikatakan berada dalam keadaan cukup bermanfaat sampai dengan sangat bermanfaat, yaitu berkisar 20-80%. Hal ini dapat dikatakan manfaat SIMRS berada pada level dirasakan oleh pengguna. Kesimpulan adalah Kekuatan faktor HOT-FIT SIMRS di Rumah Sakit Dr. Soewandhie ini terletak pada faktor manfaat dan teknologi dan kelemahannya adalah pada faktor organisasi
Kelengkapan Pengisian Formulir Laporan Operasi Kasus Bedah Obgyn Sebagai Alat Bukti Hukum Listia Nur Febrianti; Ida Sugiarti
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.213

Abstract

According to the Ministry of Health Decree No. 129 of 2008 concerning Minimum Standards Services in Hospitals, filling medical record include surgery report forms must be 100% that can be used as legal evidence. Preliminary study addressing 10 surgery report form of obgyn surgery cases in December 2017 wasn’t filled complete. Knowing how the implementation filling of the surgery report form of obgyn surgery cases as a legal evidence in RSUD Ciamis  District Ciamis in quarter IV 2017. Methods: Descriptive with mixed method approach, a total sample is 82 surgery report forms, and the research informant is a obgyn surgeon, coordinator of administration and medical record service, and surgical nurse. The average percentage of completeness surgery report forms of the general surgery cases in the IV quarter of 2017 was 63,78%. Inhibitory factors are limited time, patient quantity, delay in medical record control, too much items filled of form. Average percentage of surgery report form filling still below the Minimum Standards Services. Hospital should improve the causal factors that inhibit the incompleteness of surgery report form.
Pengembangan Interoperabilitas Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) Kabupaten Kebumen Dian Budi Santoso; Angga Eko Pramono; Agasi Gilang Persada
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.218

Abstract

Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) adalah sistem berbasis web yang memberikan informasi tentang ketersediaan tempat tidur di rumah sakit maupun puskesmas rawat inap di Kabupaten Kebumen. Selama ini operator yaitu petugas rekam medis di masing-masing rumah sakit atau puskesmas menginputkan data secara manual ke SPGDT sehingga data tidak selalu ter-update secara rutin dan tidak realtime. Penelitian ini bertujuan mengembangkan interoperabilitas SPGDT sehingga dapat dilakukan sinkronisasi data secara otomatis dari Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) dan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS). Jenis penelitian ini adalah research and development. Analisis kebutuhan dilakukan dengan focus group discussion (FGD) yang melibatkan perwakilan dari rumah sakit, puskesmas rawat inap, Dinas Kesehatan, serta Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Kebumen. Sebuah infrastruktur web service telah dikembangkan dalam bentuk Application Programming Interface (API) yang dapat digunakan oleh rumah sakit dan puskesmas untuk mensinkronkan data dari SIMRS dan SIMPUS secara otomatis.
Gambaran Pengetahuan Tentang Hak dan Kewajiban Pasien Rawat Inap di RSU PKU Muhammadiyah Sragen Ayuk Aji Pratiwi; Antik Pujihastuti
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.222

Abstract

Pengetahuan pasien tentang hak atas informasi medis sebagian besar adalah kategori baik (64%) dan sebagian kecil adalah kategori kurang (13%). Pengetahuan pasien tentang hak memberikan persetujuan ttindakan medis sebagian besar adalah kategori baik (60%) dan sebagian kecil adalah kategori kurang (15%). Pengetahuan pasien tentang hak atas rahasia kedokteran sebagian besar adalah kategori baik (39%) dan sebagian kecil adalah kategori kurang (28%). Pengetahuan pasien tentang hak atas pendapat kedua sebagian besar adalah kategori baik (52%) dan sebagian kecil adalah kategori kurang (18%). Pengetahuan pasien tentang kewajiban pasien terhadap rumah sakit sebagian besar adalah kategori baik (68%) dan sebagian kecil adalah kategori kurang (8%). Oleh karena itu pihak rumah sakit disarankan untuk menyediakan informasi tentang hak dan kewajiban pasien disetiap bangsal  perawatan  
Perbedaan Length of Stay (LOS) Pasien Diabetes Mellitus Berdasarkan Komplikasi Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Marko Ferdian Salim; Ismil Khairi Lubis; Sugeng Sugeng
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.216

Abstract

Pendahuluan: Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Length of stay (LOS) atau lama hari perawatan merupakan indikator penting dalam menentukan kualitas pelayanan rumah sakit dan keberhasilan terapi pasien diabetes mellitus. Kemudian komplikasi merupakan faktor yang menentukan lama hari perawatan pasien diabetes mellitus di rumah sakit seperti hipertensi, stroke, penyakit jantung koroner, kolesterol, obesitas dan lain-lain.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pasien diabetes mellitus dan menganalisis perbedaan Length of stay (LOS) pasien diabetes mellitus berdasarkan komplikasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasinya yaitu seluruh penderita diabetes mellitus dari tahun 2011-2016 yang tercatat di rekam medis elektronik RSUP Dr. Sardjito. Semua populasi dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 1.554 orang. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu hipertensi, nephropaty, neuropati, obesitas, PJK, stroke, dan TB paru. Variabel dependen yaitu Length of Stay atau lama perawatan pasien diabetes mellitus. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji T Independen.Hasil: Pasien Diabetes mellitus di RSUP Dr. Sardjito tahun 2011-2016 berjumlah 1.554 orang dengan tren yang cenderung menurun. Pasien paling banyak berusia 56 - 63 tahun (27,86%). Kejadian diabetes mellitus didominasi oleh tipe 2 dengan komplikasi tertinggi adalah hipertensi, nefropati, dan neuropati. Berdasarkan hasil uji statistik diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan rata-rata LOS antara pasien diabetes mellitus yang memiliki komplikasi hipertensi dengan yang tidak hipertensi (p-value=0.00), neuropati dengan yang tidak neuropati (p-value=0.00), penyakit jantung koroner dengan yang tidak penyakit jantung koroner (p-value=0.035), dan stroke dengan yang tidak stroke (p-value=0.032).Kesimpulan: Terdapat perbedaan signifikan rata-rata LOS antara pasien diabetes mellitus yang memiliki komplikasi hipertensi, neuropati, penyakit jantung koroner, dan stroke dengan yang tidak memiliki komplikasi penyakit tersebut. 
Model Kuantitatif Audit Pendokumentasian terhadap Kelengkapan Rekam Medis Lily Widjaya; Siswati Siswati
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia (JMIKI) Vol 7, No 1 (2019)
Publisher : Asosiasi Perguruan Tinggi Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Indonesia- APTIRMIKI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33560/jmiki.v7i1.220

Abstract

Audit dokumentasi Rekam Medis yang tepat dan terstruktur diperlukan dalam mengukur pencapaian indikator Medical Record Completeness (MR) di rumah sakit. Berdasarkan pengamatan pelaksanaan audit dokumentasi MR di rumah sakit, ditemukan bahwa komponen MR yang diukur sangat bervariasi, dan tidak tahu model kuantitatif audit dokumentasi MR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Dokumentasi Model Audit Kuantitatif terhadap Kelengkapan MR. Hipotesis penelitian ini adalah pengaruh Dokumentasi Model Audit Kuantitatif terhadap Kelengkapan MR. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu menggunakan desain pretest dan Posttest, Non-Equivalent Control Group Design. Pengukuran kelengkapan rekam medis dilakukan oleh siswa menggunakan model konvensional dan model kuantitatif audit dokumentasi RM. Populasi adalah 30 siswa dengan sampel jenuh. Variabel dependen adalah MR Completeness dan variabel independen adalah Audit Model MR Documentation. Instrumen penelitian adalah daftar periksa. Analisis penelitian menggunakan T-test dependen. Hasil penelitian ini terdapat perbedaan yang signifikan dalam nilai rata-rata kelengkapan semua komponen sebelum dan sesudah penerapan model dokumentasi audit kuantitatif mencerminkan bahwa penerapan model ini lebih baik daripada model konvensional. Model Kuantitatif ini dapat melacak setiap komponen rekam medis yang diaudit, memungkinkan koreksi bagian yang masih dapat dilengkapi, terstruktur sehingga mereka dapat mengukur hingga subkomponen kelengkapan RM ini.

Page 1 of 2 | Total Record : 12