cover
Contact Name
Novianty Tuhumury
Contact Email
tritonmsp@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
tritonmsp@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Jl. Mr. Chr. Soplanit, Kampus - Poka, Ambon
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
TRITON : Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Published by Universitas Pattimura
Core Subject : Social,
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan is a scholarly refereed research journal which accepts scientific article based on research and reviews including: 1. Management of Aquatic Resources 2. Management of Aquatic Environment 3. Management of Coastal and Sea 4. Economic of Aquatic Resources 5. Planning and development of Coastal, Sea and Small Islands The article should fulfill science criteria and original manuscript which has previously unpublished. Each article will evaluate by relevant peer reviewers before published.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan" : 10 Documents clear
AKTIVITAS ANTIBAKTERI ANGGUR LAUT Caulerpa racemosa TERHADAP BEBERAPA JENIS BAKTERI PADA IKAN BUDIDAYA Christian E Pattipeilohy; Semuel F Tuhumury; Stefanno M A Rijoly
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page1-8

Abstract

The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of Caulerpa racemosa sea grapes against several types of bacteria in fish. This research was conducted from June to July 2022 at the Fishery Products Technology Laboratory, Faculty of Fisheries and Marine Science, and Biology Laboratory, Faculty of Matemathics and Natural Science, Pattimura University. This experiment using four kinds of extract concentration were 25%, 50%, 75%, and 100% and amoxicillin (control). Furthermore, to evaluate the antibacterial activity of C. racemosa seaweed extract, an inhibition zone test was performed against Vibrio parahaemolyticus, Escherichia coli, Salmonella thypii and Staphylococcus aureus bacteria which were seen based on the diameter of the resulting inhibition zone. This study used a completely randomized design with four treatments and three replications. The inhibition zone test was carried out for 1 x 24 hours to see the inhibition zones produced from each treatment. The results of the analysis of the concentration of C. racemosaextract gave no significant effect on the inhibition zone of each type of bacteria (p>0.05). However, the treatment of 100% C. racemosa extract showed the highest inhibition zone value among the extract concentrations of 25%, 50% and 75%. V. parahaemolyticus bacteria had the highest inhibition zones followed by S. thypii, E. coli and S. aureus bacteria of 49 mm, 35 mm, 24 mm and 23 mm, respectively. The results of this study indicate that the higher the concentration of the extract, the larger the inhibition zone producedthe higher the concentration of the extract, the larger the resulting inhibition zone. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui aktivitas antibakteri dari anggur laut Caulerpa racemosa terhadap beberapa jenis bakteri pada ikan. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai Juli 2022 di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, dan Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura. Penelitian ini menggunakan empat macam konsentrasi ekstrak 25%, 50%, 75%, dan 100% dan amoxicilin (kontrol). Selanjutnya untuk mengevaluasi aktivitas antibakteri ekstrak rumput laut C. racemosa dilakukan uji zona hambat terhadap bakteri Vibrioparahaemolyticus, Escherichia coli, Salmonella thypii dan Staphylococcus aureus yang dilakukan selama 1x24 jam dilihat berdasarkan diameter dari zona hambat yang dihasilkan dari setiap perlakuan. Penelitian ini mengunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Hasil analisis konsentrasi ekstrak C. racemosa memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap zona hambat dari setiap jenis bakteri (p>0.05). Perlakuan ekstrak 100% C. racemosa menunjukan nilai zona hambat yang paling tinggi diantara konsentrasi ekstrak 25%, 50% dan 75%. Bakteri V. parahaemolyticus memiliki zona hambat yang paling tinggi dikuti oleh bakteri S. thypii, E. coli dan S. aureus masing-masing sebesar 49 mm, 35 mm, 24 mm dan 23 mm. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak, semakin besar zona hambat yang dihasilkan. Kata Kunci: Caulerpa racemosa, antibakteri, V. parahaemolyticus, E. coli, S. thypii, S. aureus
KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG KAWASAN EKOWISATA KEBUN KIMA NEGERI MORELLA, KABUPATEN MALUKU TENGAH Lolita Tuhumena; Afrizal I Umarella; Leopold A Tomasila; Yvonne I Pattinaja; Lalu P I Agamawan; Daniel Z K Wambrauw; Jeremias R Tuhumena
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page9-19

Abstract

Tihlepuai Bay in Morella Village has a protected area called Kebun Kima, which has been developed to become a location for marine ecotourism. An increase in visitor numbers is thought to disrupt conservation activities due to the lack of understanding of local people and tourists regarding the importance of developing marine conservation and tourism. This study aims to analyze the suitability and carrying capacity of the Kebun Kima ecotourism area. The research was conducted in Kebun Kima ecotourism area in Tihlepuai Bay from April to June 2020. Data collection on the suitability of the location designated for the snorkeling and diving categories was obtained from the results of measuring the suitability parameters of the area. Carrying capacity data is intended to determine the number of tourists who can occupy the area. Community social data collection in the form of support for the development of marine ecotourism in the Kebun Kima and tourists' assessment of the coral reef's beauty was obtained from interview results, field observation, and questionnaires. The data obtained were then analyzed descriptively. Based on the study's results, diving and snorkeling activities are suitable for development with a carrying capacity of 4 people per day, both snorkeling and diving. The proportion of people who do not know about the impact of coral reef damage is about 55%, while the proportion of tourists evaluating the coral reef's attractiveness is 60% for the 'very good' category. ABSTRAK Pantai Teluk Tihlepuai di Negeri Morella memiliki sebuah kawasan yang dilindungi bernama Kebun Kima yang dikembangkan menjadi lokasi ekowisata bahari. Peningkatan jumlah pengunjung di kawasan konservasi Kebun Kima diduga dapat mengganggu kegiatan konservasi. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman masyarakat lokal maupun wisatawan tentang pentingnya pengembangan konservasi dan wisata bahari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian dan daya dukung kawasan ekowisata kebun kima. Penelitian dilakukan di kawasan ekowisata Kebun Kima di Pantai Teluk Tihlepuai, Negeri Morella, Kabupaten Maluku Tengah pada April-Juni 2020. Pengambilan data kesesuaian lokasi yang diperuntukkan untuk kategori snorkeling dan selam diperoleh dari hasil pengukuran parameter kesesuaian kawasan. Pengambilan data daya dukung diperuntukkan untuk mengetahui jumlah wisatawan yang dapat menempati kawasan tersebut. Pengambilan data sosial masyarakat berupa dukungan terhadap pengembangan ekowisata bahari kebun kima dan penilaian wisatawan terhadap keindahan terumbu karang diperoleh dari hasil wawancara, pengamatan lapangan, dan penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan selam dan snorkeling sesuai untuk dikembangkan serta snorkeling dengan daya dukung mampu melayani 4 orang/hari, dan kategori selam dengan tingkat pelayanan 4 orang wisatawan/hari. Persepsi masyarakat kategori tidak tahu tentang dampak kerusakan terumbu karang sebesar 55%, sedangkan penialian wisatawan terhadap keindangan terumbu karang di kebun kima kategori sangat bagus sebesar 60%. Kata kunci: Ekowisata, kebun kima, kesesuaian, daya dukung, Negeri Morella
KONDISI EKSISTING INTRUSI AIR LAUT DI PESISIR LATUHALAT, PULAU AMBON Grimaldy R Latumeten; Simon Tubalawony; Yunita A Noya
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page43-51

Abstract

Seawater intrusion is a problem in coastal areas affecting groundwater quality. Seawater intrusion's impact is thought to have occurred on the coast of Latuhalat, which is indicated by groundwater that tastes brackish in community wells. Consequently, people must buy fresh water to meet their drinking water needs. In addition, seawater intrusion disrupts biodiversity in coastal areas. This study aims to examine the phenomenon of seawater intrusion on the coast of Latuhalat by analysing the conductivity level of groundwater and the area of the coastal area intruded by seawater during the tidal phase. The method used is interpolating physical and chemical parameters and analysing the bicarbonate-chloride ratio based on the Revelle Index. The measurement and analysis of tidal phase data using the interpolation method show that the tide phase increases the electrical conductivity and groundwater chloride values. Electrical conductivity values in the fourteen wells ranged from 446 μmhos/cm to 3236 μmhos/cm, while chloride concentrations ranged from 50 mg/L to 6631 mg/L. Analysis of the bicarbonate-chloride ratio obtained Revelle Index (RI) values ranging from 0.017 to 2.321, which indicates that seawater intrusion occurs from low to medium levels. In the coastal area along ± 5 km, it is known that the area of the intruded area in the relatively low to moderate category covers an area of 1.82 km2 (36.4%). The spatial distribution of electrical conductivity and chloride values which are pretty high are concentrated in Omputty Hamlet, where it is strongly suspected that seawater's movement into inland aquifers, which is caused by the geological structure of the Latuhalat area, is exacerbated by the intensity of excessive use of groundwater by the surrounding community. ABSTRAK Intrusi air laut merupakan salah satu permasalahan di wilayah pesisir yang mempengaruhi kualitas air tanah. Dampak intrusi air laut diduga terjadi di pesisir Latuhalat yang diindikasikan oleh air tanah yang terasa payau pada sumur masyarakat. Sebagai konsekuensinya, masyarakat harus membeli air tawar untuk memenuhi kebutuhan air minum. Selain itu, intrusi air laut mengganggu keanekaragaman hayati di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan mengkaji fenomena intrusi air laut di pesisir Latuhalat melalui analisis tingkat konduktivitas air tanah dan luasan daerah pesisir yang terintrusi air laut selama fase pasang surut. Metode yang digunakan yaitu interpolasi parameter fisika dan kimia, serta analisis rasio klorida bikarbonat berdasarkan Revelle Index. Hasil pengukuran dan analisa data fase pasang surut air laut dengan metode interpolasi menunjukkan fase pasang air laut berpengaruh meningkatkan nilai daya hantar listrik (DHL) maupun klorida air tanah. Nilai DHL pada keempat belas sumur mulai dari 446 μmhos/cm hingga 3236 μmhos/cm, sedangkan konsentrasi klorida mulai dari 50 mg/L hingga 6631 mg/L. Analisis rasio klorida bikarbonat mendapatkan nilai Revelle Index (RI) mulai dari 0,017 hingga 2,321 yang menandakan bahwa intrusi air laut terjadi mulai dari tingkat rendah hingga menengah. Pada area pesisir sepanjang ± 5 km, diketahui luasan wilayah yang terintrusi dengan kategori agak rendah hingga sedang mencakup area seluas 1,82 km2 (36,4%). Distribusi spasial nilai DHL dan klorida yang cukup tinggi terkonsentrasi terdapat di Dusun Omputty, dimana kuat dugaan pergerakan air laut ke akuifer daratan yang disebabkan oleh struktur geologi daerah Latuhalat diperparah oleh intensitas penggunaan air tanah berlebih oleh masyarakat sekitar. Kata Kunci: Intrusi air laut, air tanah, wilayah pesisir, pasang surut, Latuhalat
EFISIENSI INPUT BUDIDAYA IKAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON Stevanus M Siahainenia; Dionisius Bawole
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page29-35

Abstract

The use of inputs in aquaculture activities must be allocated efficiently to achieve maximum profit in business. This study aimed to analyze the efficiency of production factors in the aquaculture business in Ambon Bay waters. The research was conducted from October to December 2021. Questionnaires were used to collect the primary data from key informants (business owners and workers). The data were analyzed using a quantitative descriptive approach, including technical efficiency by applying the Cobb-Douglas production function method and price efficiency by calculating the ratio between the Marginal Product Value (NPMxi) and the factor of production price (Pxi). The results show that technically efficient production factors are feed and cage size, while regarding price efficiency, both seeds and fuel are not optimal due to excessive utilization. Therefore, it is essential to be considered for business continuity in the future. ABSTRAK Penggunaan input dalam aktivitas budidaya ikan perlu dialokasi secara efisien jika usaha ingin mencapai keuntungan maksimum. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi budidaya pada perairan Teluk Ambon. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2021. Data primer dikumpulkan dari informan kunci (pemilik usaha dan tenaga kerja), menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data. Analisis data menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif, meliputi analisis efisiensi teknis dengan metode fungsi produksi Cobb-Douglas dan efisiensi harga melalui perhitungan rasio antara Nilai Produk Marginal (NPMxi) dengan harga faktor produksi (Pxi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi yang efisien secara teknis adalah pakan dan ukuran keramba, sedangkan dari sisi efisiensi harga, faktor produksi benih dan BBM penggunaannya tidak optimal atau sudah berlebihan sehingga ke depan perlu dipertimbangkan lagi bagi keberlanjutan usaha. Kata Kunci: Efisiensi teknis, efisiensi harga, budidaya, ikan, Teluk Ambon
STRUKTUR KOMUNITAS FITOPLANKTON DI SUNGAI MEMPAWAH, KALIMANTAN BARAT, INDONESIA Yunita Magrima Anzani; Widadi Padmarsari Soetignya; Mardan Adijaya
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page20-28

Abstract

Utilization of the Mempawah River for community activities can cause a decrease in water quality. Water quality monitoring can be carried out through a biological approach, namely by studying the structure of the plankton community. This study aims to analyze the community structure of phytoplankton and its relation to the physical and chemical parameters of the waters in the Mempawah River, West Kalimantan. The research was conducted from June to September 2021. The phytoplankton and physico-chemical parameters were sampled at six observation stations (St-). Phytoplankton found in the Mempawah River are 17 species classified into five classes, i.e., Chlorophyceae, Bachillariophyceae, Cyanophyceae, Zygnematophyceae, and Chrysophyceae. The average abundance of phytoplankton ranges from 10181-97031 cells/m3. The abundance at St-01, St-02, St-03, and St-04 was lower that at St-05 and St-06. The highest abundance at the first four stations was from the Cyanophyceae Order, and at St-05 and St-06 is from the Order Bachillariophyceae. The opposite condition occurs for the value of diversity, namely at the first four stations; it is higher than St-05 and St-06. The H’ index values is 0.35-1.41, the E index values is 0.26-0.73 and the C index values is 0.37-0.80. Phytoplankton abundance correlated significantly with three water quality parameters: brightness, phosphate, and nitrate, while diversity had no significant relationship with water quality parameters. ABSTRAK Pemanfaatan Sungai Mempawah untuk aktifitas masyarakat dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan. Pemantauan kualitas air dapat dilakukan melalui pendekatan biologi yaitu denganmengkaji struktur komunitas plankton. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa struktur komunitas fitoplankton dan kaitannya dengan parameter fisika kimia perairan di Sungai Mempawah, Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan dari Juni sampai September 2021. Pengambilan contoh fitoplankton dan parameter fisika kimia perairan dilakukan pada enam stasiun (St-) pengamatan. Fitoplankton yang ditemukan di Sungai Mempawah adalah sebanyak 17 spesies yang tergolong ke dalam five kelas antara lain Chlorophyceae, Bachillariophyceae, Cyanophyceae, Zygnematophyceae, dan Chrysophyceae. Nilai rata-rata kelimpahan fitoplankton berkisar antara 10181-97031 sel/m3. Kelimpahan pada St-01, St-02, St-03, dan St-04 ditemukan lebih rendah dari pada kelimpahan pada St-05 dan St-06, Kelimpahan tertinggi pada keempat stasiun pertama adalah dari Ordo Cyanophyceae dan pada St-05 dan St-06 adalah dari Ordo Bachillariophyceae. Kondisi sebaliknya terjadai untuk nilai keragaman yaitu pada keempat stasiun pertama lebih tinggi dibandingkan dengan St-05 dan St-06. Kisaran nilai rata-rata indeks Hˈadalah 0.35-1.41, nilai rata-rata indeks E adalah 0.26-0.73, sedangkan nilai rata-rata indeks C adalah 0.37-0.80. Kelimpahan fitoplankton berkorelasi secara signifikan dengan tiga parameter kualitas air yaitu kecerahan, fosfat, dan nitrat, sedangkan keanekaragaman tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan parameter kualitas air. Kata Kunci: Fitoplankton, kelimpahan, keanekaragaman, sungai, Mempawah
PENGGUNAAN PROBIOTIK EM4 PADA MEDIA BUDIDAYA IKAN: REVIEW Betzy Victor Telaumbanua; Putra Hidayat Telaumbanua; Natalia Kristiani Lase; Januari Dawolo
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page36-42

Abstract

Low feed quality in fish culture reduces fish digestibility; therefore, the feed quality needs improvement. An effort to increase the nutritional value of feed is by adding probiotics. However, on the one hand, feed residues that form organic and inorganic compounds can affect water quality in the cultivation medium; on the other hand, suitable water quality plays a vital role in fish farming. Adding probiotics containing microorganisms, such as EM4 probiotics, can benefit aquaculture businesses. Probiotic EM4 (Effective Microorganisms), one of the probiotics given in fish farming, is a brown liquid with a sweet and aromatic taste, containing a mixed culture of fermentative microorganisms, namely lactic acid bacteria (Lactobacillus casei) and yeast (Saccharomyces cerevisiae). This research is a literature review with data from various relevant articles assembled from Google Scholar, accredited journals, textbooks, and theses. In conclusion, it can be presumed that using EM4 probiotics in aquaculture has beneficial effects, including improving the quality of aquaculture water, increasing the growth rate of fish, suppressing pathogenicity, and reducing feed conversion. ABSTRAK Kualitas pakan yang rendah dalam akuakultur menyebabkan daya cerna ikan menjadi kurang optimal. Oleh karena itu, kualitas nutrisi pakan yang lebih baik perlu ditingkatkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai gizi pakan adalah dengan menambahkan probiotik. Namun di satu sisi, residu pakan yang membentuk senyawa organik dan anorganik dapat mempengaruhi kualitas air pada media budidaya; di sisi lain, kualitas air adalah salah satu faktor penting yang berperan dalam budidaya ikan. Penambahan probiotik yang mengandung mikroorganisme, seperti probiotik EM4, dapat menguntungkan usaha perikanan budidaya. Probiotik EM4 (Effective Microorganisms), salah satu probiotik yang diberikan dalam usaha budidaya ikan, merupakan cairan berwarna coklat dengan rasa manis dan aromatik, yang mengandung kultur campuran mikroorganisme fermentatif yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus casei) dan ragi (Saccharomyces cerevisiae). Penelitian ini merupakan literature review (kajian literatur) dengan data yang bersumber dari berbagai artikel relevan yang diperoleh dari google schoolar, jurnal terakreditasi, text book, skripsi, dan lain-lain. Berdasarkan hasil kajian, dapat dikatakan bahwa penggunaan probiotik EM4 dalam perikanan budidaya memberikan dampak menguntungkan, antara lain: memperbaiki kualitas air akuakultur, meningkatkan laju pertumbuhan ikan, menekan patogenitas, dan memperkecil konversi pakan. Kata Kunci: Akuakultur, konversi pakan, laju pertumbuhan ikan, probiotik, probiotik EM4
KELEMBAGAAN SASI LOMPA DAN IMPLIKASINYA (STUDI KASUS DI NEGERI HARUKU KABUPATEN MALUKU TENGAH) Yoisye Lopulalan; James Abrahamsz
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page52-63

Abstract

One local wisdom of the Haruku community is sasi lompa. In practice, the role of traditional institutions is vital. This study aims to analyze the institutional status of sasi lompa in Haruku. This research was conducted in July 2020 in Haruku Village, Maluku Tengah Regency. Data were collected using observation, interview, and documentation methods. A descriptive qualitative with the EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management) indicator assessment approach was applied to answer the problem. A total of 35 respondents as samples were collected purposively. The results show that the adherence level to responsible fisheries principles is poor; meanwhile, indicators of the completeness of the rules in fisheries management and fisheries management plans and stakeholders are classified as average. Indicators of institutional mechanisms for fisheries management varied widely, while the policy and institutional cooperative levels were considered very good. The latter is the priority in enhancing the institutional capacity of sasi lompa in Haruku. ABSTRAK Salah satu kearifan lokal dari masyarakat Negeri Haruku Maluku Tengah adalah sasi lompa. Dalam pelaksanaannya, peran lembaga adat sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status kelembagaan sasi lompa di Negeri Haruku. Penelitian ini dilakukan pada Juli 2020 di Negeri Haruku, Kabupaten Maluku Tengah. Data dikumpulkan dengan mengggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan penilaian indikator EAFM (Ecosystem Approach to Fisheries Management). Sebanyak 35 responden sebagai sampel penelitian dipilih secara purposif. Hasil analisis terhadap indikator kelembagaan sasi lompa di Negeri Haruku memperlihatkan bahwa indikator tingkat kepatuhan terhadap prinsip perikanan yang bertanggung jawab tergolong kurang; sementara indikator kelengkapan aturan main dalam pengelolaan perikanan dan rencana pengelolaan perikanan serta pemangku kepentingan tergolong sedang. Indikator mekanisme kelembagaan pengelolaan perikanan sangat bervariasi, sedangkan indikator tingkat sinergitas kebijakan dan kelembagaan dinilai sangat baik, dan merupakan prioritas dalam peningkatan kapasitas kelembagaan sasi lompa di Negeri Haruku. Kata Kunci: Kelembagaan, pengelolaan, sasi lompa, EAFM, Negeri Haruku
STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DAN BENTUK-BENTUK PEMANFAATAN EKOSISTEM LAMUN DI NEGERI AMAHAI KABUPATEN MALUKU TENGAH Arielno Sahalessy; Laura Siahainenia; Charlotha I Tupan
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page64-77

Abstract

This research was conducted from January to March 2021 in the seagrass ecosystem of Amahai village, Maluku Tengah Regency. This study aims to analyze the structure of seagrass communities, identify utilization forms of the seagrass ecosystem, and formulate management directives in Amahai waters. Environmental parameter measurements included temperature, salinity, pH, current speed, and substrate conditions. Data collected to analyze the forms of ecosystem use were carried out in observation and interviews. Management directives were devised descriptively based on the results. The study shows that six types of seagrass are found, namely Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, and Syringodium isoetifolium. The highest value of species density, frequency, and proportion of closure is represented by Thalassia hemprichii which are 64.22 stands/m2, 0.74, and 17.77%, respectively; while the lowest value for species density and frequency is Syringodium isoetifolium that totals 11.69 stands/m2 and 0.15. Halophila ovalis takes the minor portion of closure at almost 5%. The water quality parameters measured are temperature, salinity, pH, and current speed ranging from 27 to 3oC, 26 ‰ to 32 ‰, 7 to 8, and 0.20 to 0,46 m/s. In addition, the sandy category dominates the substrates. People utilize the ecosystem for activities such as bameti/balobe, mariculture, fishing, tourism, and boat mooring. Three management directives are formulated to manage the waters. ABSTRAK Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari sampai Maret 2021 yang berlokasi pada ekosistem lamun Negeri Amahai Kabupaten Maluku Tengah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis struktur komunitas lamun, mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan ekosistem lamun, dan merumuskan arahan pengelolaan di perairan Negeri Amahai. Pengukuran parameter lingkungan meliputi suhu, salinitas, pH, kecepatan arus dan kondisi substrat. Pengambilan data bentuk-bentuk pemanfaatan lamun dilakukan dengan dua cara yaitu observasi dan wawancara. Arahan pengelolaan dianalisis secara deskriptif yang didasarkan pada hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dijumpai enam jenis lamun yaitu Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia dan Syringodium isoetifolium. Nilai kerapatan jenis, frekuensi jenis, persentase penutupan jenis tertinggi diwakili oleh jenis Thalassia hemprichii, yaitu 64,22 teg/m2, 0,74, dan 17,77%, sedangkan untuk nilai kerapatan jenis dan frekuensi jenis terendah diwakili oleh jenis Syringodium isoetifolium, yaitu 11,69 teg/m2 dan 0,15. Persentase penutupan terendah diwakili oleh jenis Halophila ovalisdengan nilai 4,48%. Hasil pengukuran parameter lingkungan di perairan Negeri Amahai menunjukkan suhu perairan 27-31oC, salinitas 26‰-32‰, pH 7-8, kecepatan arus 0,20-0,46 m/s, dan kondisi substrat yang dominan adalah berpasir. Bentuk-bentuk pemanfaatan ekosistem Negeri Amahai diantaranya aktivitas bameti/balobe, budidaya laut, penangkapan ikan, wisata dan tambatan perahu. Terdapat tiga arahan yang diformulasikan untuk tujuan pengelolaan perairan Amahai. Kata Kunci: Lamun, struktur komunitas, bentuk pemanfaatan, arahan pengelolaan, Amahai
STATUS PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN PENDEKATAN EKOSISTEM: APLIKASI PADA NELAYAN KECIL KEPULAUAN KEI BESAR KABUPATEN MALUKU TENGGARA (WPPNRI 718) Marvin M Makailipessy; James Abrahamsz
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page78-90

Abstract

This study aims to analyze the status of fisheries management based on the EAFM (Ecosystem Approach for Fisheries Management) approach and to recommend improvements to fisheries management based on the results of the EAFM assessment. This research was conducted from October to November 2021 in nine villages (ohoi) which are included in 4 sub-districts on Kei Besar Island Southeast Maluku Regency. Data were collected in several ways, including interviews with household and institutional fisheries, observation, and literature studies regarding 30 indicators in six EAFM domains. The status of fisheries management using the ecosystem approach in the Kei Besar Islands is categorized as good with a total aggregate value of 61.25 (light green) obtained based on management status per domainas follows: 1. Fish resource is categorized as good; 2. The habitat/ecosystem is categorized as average; 3. Fishing techniques are categorized as average; 4. Social is categorized as good; 5. Economic is categorized as good; and 6. Institutional is categorized as good. Management improvements should focus on: 1. Habitat and ecosystem domain, precisely the status of seagrass and mangrove ecosystems; 2. Fishing techniques domain on indicators such as fishing capacity and fishing effort, suitability of functions and size of vessels, and certification of fishing vessel crews; 3. Social domain on stakeholder participation indicators; and 4. Economic domain on household income indicators (RTP) by considering other domains and indicators. ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk menganalisis status pengelolaan perikanan berdasarkan pendekatan EAFM (Ecosystem Approach for Fisheries Management) serta merekomendasikan perbaikan pengelolaan perikanan berdasarkan hasil penilaian EAFM. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober – Nopember 2021 pada 9 ohoi/desa yang termasuk dalam 4 kecamatan yang berada pada Pulau Kei Besar Kabupaten Maluku Tenggara. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara rumah tangga perikanan dan kelembagaan, observasi serta studi literatur terhadap 30 indikator pada enam domain EAFM. Status pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di Kepulauan Kei besar Kabupaten Maluku Tenggara berada pada kategori baik dengan nilai agregat total sebesar 61,25 (hijau muda) yang diperoleh berdasarkan status pengelolaan per domain, masing-masing: 1. Domain sumberdaya ikan dalam kategori baik; 2. Domain habitat/ekosistem dalam kategori sedang; 3. Domain teknik penangkapan ikan dalam kategori sedang; 4. Domain sosial dalam kategori baik; 5. Domain ekonomi dalam kategori baik; dan 6. Domain kelembagaan dalam kategori baik. Upaya perbaikan pengelolaan harus lebih difokuskan pada: 1. Domain habitat dan ekosistem khususnya status ekosistem lamun dan mangrove; 2. Domain teknik penangkapan ikan pada indikator kapasitas perikanan dan upaya penangkapan, kesesuaian fungsi dan ukuran kapal, serta sertifikasi awak kapal perikanan; 3. Domain sosial pada indikator partisipasi pemangku kepentingan; dan 4. Domain ekonomi pada indikator pendapatan rumah tangga (RTP) dengan atau harus mempertimbangkan domain dan indikator lainnya. Kata Kunci: EAFM, sumberdaya ikan, nelayan, sosial ekonomi, Pulau Kei Besar
PERUBAHAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT PADA KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA PASSO SEBAGAI DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN ATAS SERTA PENGELOLAANNYA Novianty C Tuhumury; Daniel G Louhenapessy
TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan Vol 19 No 1 (2023): TRITON: Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan
Publisher : Departement of Aquatic Resources Management, Fisheries and Marine Science Faculty, Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/TRITONvol19issue1page91-101

Abstract

Sedimentation due to the land function shifting in the mangrove area at Inner Ambon Bay has been going on for a long time. This study aims to analyze the changes in substrate characteristics, including the colour and size of sediment particles, and to recommend management directions for the area. This research was conducted in October 2023 in Passo mangrove area in Ambon. Substrate samples were collected from nine stations using the coring method by applying a sediment core 30 cm deep. Stations 1-3 were located near the residential area; stations 4-6 were 50 meters from stations 1-3 towards the forest so were stations 7-9. The samples from each station were divided into three sections per 10 cm depth. The samples were then dried, sieved, and weighed for further analysis. The changes in substrate colour were descriptively described using field documentation, while the particle sizes of sediments were analyzed using the Wentworth Scale. Furthermore, a descriptive qualitative approach was applied to formulate the management directions. The result shows that substrate colour and particle size at stations 1-3 are altered. The colour at Stations 1-3 is different from other stations, which is light brown, while the others are black. The particle size dominated at Stations 1-6 is fine sand (0.025 mm), whereas the substrates at Stations 7-9 are dominated by silt (0.06 mm). Considering the high activities of land function shifting in Passo and Lateri Villages, the alteration will continue significantly. Therefore, four directions to manage the area are defined as follows: 1) the regulation regarding 30% of the land area assigned for green open space must be obeyed; 2) terrestrial vegetation planting for erosion control; 3) mangroves planting; and 4) continual research for monitoring and evaluation purpose. ABSTRAK Permasalahan sedimentasi akibat alih fungsi lahan atas untuk pemukiman di kawasan mangrove Teluk Ambon Dalam telah berlangsung dalam kurun waktu yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan karakteristik substrat meliputi warna dan ukuran partikel sedimen, serta merekomendasikan arahan pengelolaan pada kawasan hutan mangrove Desa Passo. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2023 di kawasan mangrove Desa Passo, Kota Ambon. Sampel substrat diambil pada sembilan stasiun dengan metode coring menggunakan sedimen core sederhana hingga kedalaman 30 cm. Stasiun 1-3 berada di dekat pemukiman, stasiun 4-6 berada sejauh 50 m dari stasiun 1-3 ke arah mangrove, sama halnya dengan stasiun 7-9. Sampel substrat yang diperoleh dibagi menjadi tiga bagian menurut kedalaman masing-masing berukuran 10 cm. Sampel substrat dikeringkan kemudian diayak dan ditimbang untuk dianalisa lebih lanjut. Perubahan warna substrat akan dianalisis secara deskriptif berdasarkan dokumentasi lapangan, sedangkan ukuran partikel sedimen dianalisis dengan menggunakan Skala Wentworth. Arahan pengelolaan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan pada stasiun 1-3 telah terjadi perubahan substrat meliputi warna dan ukuran partikel, dibandingkan stasiun lainnya. Warna susbtrat pada stasiun 1-3 cenderung coklat muda, sedangkan stasiun lainnya berwarna hitam. Ukuran partikel sedimen yang mendominasi stasiun 1-3 juga stasiun 4-6 adalah pasir halus (0,025 mm), sedangkan stasiun 7-9 didominasi oleh lumpur (0,063 mm). Mengingat tingginya aktivitas pembukaan lahan untuk pemukiman di daerah Desa Passo dan Lateri, maka perubahan substrat akan terus terjadi secara signifikan. Terdapat empat arahan pengelolaan yaitu: 1) persentase ruang terbuka hijau sebesar 30% harus dipatuhi; 2) penanaman vegetasi penahan erosi di lahan atas; 3) penanaman mangrove; dan 4) melakukan penelitian sebagai upaya monitoring evaluasi. Kata Kunci: Warna substrat, ukuran butiran, mangrove, alih fungsi lahan, pengelolaan

Page 1 of 1 | Total Record : 10