cover
Contact Name
Nasrul Wathoni
Contact Email
majalah@farmasetika.com
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
majalah@farmasetika.com
Editorial Address
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang KM.21, 45363 Sumedang
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Farmasetika
ISSN : -     EISSN : 26862506     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmasetika Edisi Khusus merupakan majalah online farmasi di Indonesia berbentuk artikel ilmiah populer, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasi. Edisi khusus ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian. Majalah Farmasetika Edisi Khusus terbit 5 kali dalam setahun.
Articles 276 Documents
Obat Kombinasi Hipertensi Ditinjau dari Efektivitas Terapi dan Harga Jessica Jessica; Cyrilla Azaria Dhara Sadhana; Margareta Anindhita Oktaviani; Viktoria Maya Chyntia; Nourmalita Pertamasari
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.277 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10369

Abstract

Dewasa ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat, sehingga diperlukan pemikiran khusus dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Pada kombinasi amlodipin-bisoprolol memiliki efek menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 13,91 mmHg dan diastolik sebesar 3,48 mmHg. Sedangkan amlodipin-furosemide memiliki efek menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 12,00 mmHg dan diastolik sebesar 2,92 mmHg. Dari segi efektivitas pengobatan, maka kombinasi antara amlodipin-bisoprolol lebih efektif. Dari segi biaya, berdasarkan nilai (Average Cost Effectiveness Ratio) amlodipin-bisoprolol memiliki nilai yang lebih mahal yaitu sebesar Rp 1081.16,- dibandingkan amlodipin-furosemid sebesar Rp 306.37,-. Kemudian untuk nilai ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) sebesar Rp -34.494,75,-. Berdasarkan data tersebut, maka efektivitas biaya yang paling efektif adalah amlodipin-furosemide. 
Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu Ringan atau ISPA non-spesifik Eka Riza Maula; Taofik Rusdiana
Majalah Farmasetika Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1, No. 2, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (183.842 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i2.9709

Abstract

Common cold, atau Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) non spesifik atau “flu biasa” merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dan menyerang saluran pernapasan atas (hidung). Pengobatan awal penyakit ini lebih sering menggunakan obat-obat simptomatis (mengatasi gejala awal) yang bisa dibeli bebas di apotek atau toko obat yang terdiri dari analgesik (anti nyeri) dan antipiretik (penurun panas) sederhana. Terapi non-farmakologi atau terapi tanpa obat yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan gejala awal Common Cold. Beberapa jenis herbal atau tanaman juga telah banyak diteliti memiliki manfaat untuk mengatasi gejala awal pada Common Cold.
Flu dan Batuk, Perlukah Antibiotik? Ervita Indriani; Nazmi Syahida Susanti
Majalah Farmasetika Vol 2, No 5 (2017): Vol. 2, No. 5, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.973 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i5.16782

Abstract

Saat ini banyak masyarakat yang tidak mengetahui pemakaian antibiotik secara tepat dan benar. Sehingga pada penyakit ringan seperti flu, batuk, pusing, dan penyakit ringan lainnya, mereka langsung menggunakan antibiotik, namun seharusnya tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik. Kejadian resistensi bakteri berhubungan erat dengan penggunaan antibiotik yang digunakan dengan tidak tepat. Bakteri merupakan organisme bersel satu yang dapat memiliki daya adaptasi yang sangat tinggi, sehingga dapat mengakibatkan resistensi terhadap antibiotik, Hal ini merupakan respon atau hasil suatu kondisi bakteri terhadap lingkungannya, termasuk juga dengan paparan antibiotika. Antibiotik untuk membunuh bakteri tetapi sebaliknya dapat menyebabkan bakteri tersebut berkembang menjadi kebal atau sering dinamakan resisten terhadap obat antibiotik tersebut. Kejadian resistensi yang diakibatkan oleh pemakaian antibiotik yang kurang tepat bisa terjadi pada terapi flu dan batuk.Kata kunci : flu, batuk, antibiotik, resistensi 
Krim Pemutih Wajah dan Keamanannya Retno Haryanti
Majalah Farmasetika Vol 2, No 3 (2017): Vol. 2, No. 3, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.95 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i3.15888

Abstract

Penampilan yang menarik tentu menjadi dambaan setiap orang. Terutama bagi kaum wanita, memiliki wajah yang putih bersih masih menjadi ikon kecantikan sehingga terus dilakukan segala cara untuk mendapatkannya. Salah satu upaya yang dipilih adalah dengan menggunakan produk kosmetika, seperti krim pemutih kulit. Dalam artikel ini dibahas terkait kestabilan krim, bahan berbahaya pada kosmetika, dan cara memilih krim pemutih wajah yang aman.Kata kunci : krim, pemutih wajah, kosmetika
Badan POM Kuat Menuju Indonesia Hebat Ardiyansyah Kahuripan
Majalah Farmasetika Vol 3, No 4 (2018): Vol. 3, No. 4, Tahun 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmasetika.v3i4.21629

Abstract

Peraturan Presiden No.80 tahun 2017 telah menegaskan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) adalah lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. Pengawasan obat dan makanan yang dimaksud meliputi pengawasan atas produk terapetik (obat), narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dua aspek yang sangat mendasari penguatan Badan POM yaitu aspek regulasi dan aspek kapasitas kelembagaan. Aspek regulasi terkait dengan Undang-Undang Pengawasan Obat dan Makanan yang saat ini sudah masuk di Prolegnas DPR RI. Aspek kapasitas kelembagaan saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dibawah kepemimpinan Dr. Ir. Penny K. Lukito, MCP. DPR RI perlu didorong untuk mempercepat pengesahan UU Pengawasan Obat dan Makanan agar posisi Badan POM kuat dan kebijakan yang diambil bisa efektif dan efisien. Penguatan Badan POM sangat penting bagi masyarakat karena dengan pengawasan obat dan makanan akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, peningkatan daya saing pelaku usaha dan pertahanan negara. Memperkuat Badan POM adalah upaya untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dan berdaya guna. Kata kunci : Badan POM, Indonesia hebat, Obat, Makanan
Menghindari Kosmetika Palsu Secara Organoleptik Soraya Ratnawulan Mita; Patihul Husni; Insan Sunan Kurniawansyah
Majalah Farmasetika Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.81 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i1.12688

Abstract

Setiap hari manusia dipastikan menggunakan kosmetika, dimulai dari mandi pagi sampai saat akan tidur di malam hari. Macam kosmetika pun semakin beragam. Kosmetika selalu digunakan hampir setiap hari, sehingga perlu pemahaman mengenai bahaya dari penggunaan kosmetika yang tidak baik. Setiap kosmetika yang dibuat dan/atau diedarkan wajib memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, mutu, penandaan, dan klaim; dan dinotifikasi kepada Kepala BPOM, dan wajib dilakukan penarikan dari peredaran bila tidak memenuhi persyaratan. Oleh karenanya, dalam mini review artikel ini akan dijelaskan bagaimana cara menghindari kosmetika palsu secara organoleptik. Kata kunci: kosmetika palsu, organoleptik 
Tiga Alasan Kuat Diperlukannya Penguatan Fungsi dan Kewenangan Badan POM Decky Ferdiansyah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 3 (2016): Vol. 1, No. 3, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.231 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i3.9725

Abstract

Dunia kefarmasian akhir-akhir ini kembali digegerkan dengan ditemukannya pabrik obat palsu oleh pihak Badan Reserse dan Kriminal Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Mabes Polri) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM). Banyak kalangan masyarakat yang masih belum memahami mengapa lembaga Kementerian Kesehatan dan Badan POM yang fungsinya bisa digabung. Ada tiga alasan perlunya memperkuat fungsi dan kewenangan Badan POM. Pertama, status kelembagaan. Alasan kedua adalah kewenangan penegakan hukum dan ketiga adalah dari sisi penganggaran. Jadi ketika pertanyaan tentang perlukah kewenangan Badan POM diperkuat? Maka kita tidak akan ragu lagi untuk menjawabnya dengan mengatakan sangat perlu dan mendesak. 
Khasiat Tanaman Anting-Anting (Acalypha indica. L) Ameilia Ameilia
Majalah Farmasetika Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3, No. 1, Tahun 2018
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmasetika.v3i1.16791

Abstract

Indonesia adalah Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah dan tersebar di berbagai penjuru pulau. Keanekaragaman hayati di Indonesia memiliki sekitar 30.000 spesies tanaman. Tanaman Herbal merupakan tumbuhan yang memiliki fungsi dalam pengobatan. Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat yaitu tumbuhan Anting-anting (Acalypha indica. L). Tumbuhan anting-anting telah banyak digunakan secara turun-temurun sebagai obat disentri, diare, gangguan pencernaan, muntah darah, berak darah dan kencing darah, khususnya pada daun berkhasiat mengobati mimisan. Tumbuhan anting-anting memiliki rasa yang pahit. Akar pada tanaman anting-anting dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah yang tinggi, meredakan nyeri pada rematik, pengobatan diabetes mellitus dan meredakan pegal linu.Kata kunci : anting-anting, Acalypha indica. L, herbal
Mengenal Produk Perawatan Rambut yang Baik Nopi Rantika
Majalah Farmasetika Vol 2, No 4 (2017): Vol. 2, No. 4, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.625 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i4.15892

Abstract

Beberapa orang mengeluarkan uang untuk melakukan perawatan rambut. Banyak produk yang beredar dipasaran, dengan merek yang berbeda-beda. Terdapat beberapa bahan kimia di balik shampo dan conditioner rambut yang biasa digunakan, yang membuat rambut terlihat mengkilap dan indah. Rambut perlu pH agak asam (sekitar pH 4-5). Pada pH ini ikatan non kovalen pada untai rambut akan terjaga. Sabun memiliki pH agak basa (kira-kira pH 8.5), yang dapat menyebabkan beberapa interaksi non kovalen seperti ikatan disulfida, sehingga melemahkan rambut. Saat ini, mayoritas sampo menggunakan surfaktan yang tidak berasal dari sabun. Surfaktan yang digunakan saat ini adalah anionik (mis.bermuatan negatif), seperti natrium lauril sulfat. Hilangnya lapisan minyak pada rambut bisa membuat rambut telihat kusut, kusam dan terasa kering. Menggunakan kondisioner setelah keramas dapat melindungi ramut, rambut akan terlihat lebih lembut dan berkilau. Pembentuk busa adalah bahan surfaktan yang masing-masing berbeda daya pembuat busanya. Busa adalah emulsi udara dalam cairan. Bahan tambahan lainnya seperti pengental, pemisah logam, penyeimbang pH, dan pewarna sering digunakan dalam produk perawatan rambut.Kata kunci : rambut, shampo, surfaktan, sabun 
Semua Orang Bisa Jadi Detektif Bahan Kimia Obat dalam Jamu Dengan Strip Test Aliya Nur Hasanah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1, No. 1, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (243.798 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i1.9699

Abstract

Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman-tanaman obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah kesehatan. Penggunaan obat tradisional khususnya jamu di Indonesia cukup tinggi, hampir 50% masyarakat Indonesia terbiasa mengkonsumsi jamu. Tetapi peningkatan produksi, peredaran dan penggunaan jamu tersebut di sisi lain dicemari oleh adanya penambahan bahan kimia obat ke dalamnya. Sulitnya menekan peredaran jamu yang mengandung Bahan Kimia Obat di Indonesia, mendorong berbagai peneliti untuk mengembangkan teknik identifikasi bahan kimia dalam jamu. Saat ini Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran tengah mengembangkan berbagai strip indikator untuk mendeteksi adanya bahan kimia obat dalam jamu. Hanya dengan mencelupkan strip ke dalam sediaan jamu yang telah dilarutkan dalam pelarut, keberadaan bahan kimia dapat sesegera mungkin diketahui hanya dalam hitungan menit.

Page 2 of 28 | Total Record : 276


Filter by Year

2016 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 1 (2024) Vol 8, No 5 (2023) Vol 8, No 4 (2023) Vol 8, No 3 (2023) Vol 8, No 2 (2023) Vol 8, No 1 (2023) Vol 7, No 5 (2022): Vol. 7, No. 5, Tahun 2022 Vol 7, No 4 (2022): Vol. 7, No. 4, Tahun 2022 Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022 Vol 7, No 2 (2022): Vol. 7, No. 2, Tahun 2022 Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Tahun 2022 Vol 6, No 5 (2021): Vol. 6, No. 5, Tahun 2021 Vol 6, No 4 (2021): Vol. 6, No. 4, Tahun 2021 Vol 6, No 3 (2021): Vol. 6, No. 3, Tahun 2021 Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, Tahun 2021 Vol 6, No 1 (2021): Vol. 6, No. 1, Tahun 2021 Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021 Vol 5, No 5 (2020): Vol. 5, No. 5, Tahun 2020 Vol 5, No 4 (2020): Vol. 5, No. 4, Tahun 2020 Vol 5, No 3 (2020): Vol. 5, No. 3, Tahun 2020 Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, Tahun 2020 Vol 5, No 1 (2020): Vol. 5, No. 1, Tahun 2020 Vol 4, No 5 (2019): Vol. 4, No. 5, Tahun 2019 Vol 4, No 4 (2019): Vol. 4, No. 4, Tahun 2019 Vol 4, No 3 (2019): Vol. 4, No. 3, Tahun 2019 Vol 4, No 2 (2019): Vol. 4, No. 2, Tahun 2019 Vol 4, No 1 (2019): Vol. 4, No. 1, Tahun 2019 Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019 Vol 3, No 5 (2018): Vol. 3, No. 5, Tahun 2018 Vol 3, No 4 (2018): Vol. 3, No. 4, Tahun 2018 Vol 3, No 3 (2018): Vol. 3, No. 3, Tahun 2018 Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, Tahun 2018 Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3, No. 1, Tahun 2018 Vol 2, No 5 (2017): Vol. 2, No. 5, Tahun 2017 Vol 2, No 4 (2017): Vol. 2, No. 4, Tahun 2017 Vol 2, No 3 (2017): Vol. 2, No. 3, Tahun 2017 Vol 2, No 2 (2017): Vol. 2, No. 2, Tahun 2017 Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017 Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016 Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016 Vol 1, No 3 (2016): Vol. 1, No. 3, Tahun 2016 Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1, No. 2, Tahun 2016 Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1, No. 1, Tahun 2016 More Issue