cover
Contact Name
Nasrul Wathoni
Contact Email
majalah@farmasetika.com
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
majalah@farmasetika.com
Editorial Address
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran Jl. Bandung-Sumedang KM.21, 45363 Sumedang
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Farmasetika
ISSN : -     EISSN : 26862506     DOI : -
Core Subject : Health,
Majalah Farmasetika Edisi Khusus merupakan majalah online farmasi di Indonesia berbentuk artikel ilmiah populer, artikel review, laporan kasus, komentar, dan komunikasi penelitian singkat di bidang farmasi. Edisi khusus ini dibuat untuk kepentingan informasi, edukasi dan penelitian kefarmasian. Majalah Farmasetika Edisi Khusus terbit 5 kali dalam setahun.
Articles 259 Documents
Mengenal Jenis-Jenis Insulin Terbaru untuk Pengobatan Diabetes Hafshah Nurul Afifah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (180.506 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10367

Abstract

Jumlah penderita diabetes di dunia semakin meningkat, khususnya pada kondisi Diabetes Tipe 2 ketika pankreas semakin sulit menghasilkan insulin dalam jumlah yang memadai untuk mengatasi resistensi insulin, pasien membutuhkan suplementasi insulin. Tipe insulin bervariasi bergantung pada seberapa cepat insulin bekerja, waktu kerja maksimal, dan durasi kerja insulin dalam tubuh. Di artikel ini dijelaskan jenis-jenis insulin terbaru secara ringkas beserta contohnya yang tersedia di Indonesia.
Metode Pendekatan Keluarga, Terobosan Baru dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia Decky Ferdiansyah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.306 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10368

Abstract

Dalam memperingati HKN ke 52 Tahun 2016 ini Kemenkes RI telah menetapkan tema "Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat". Tema ini dipilih sebagai wujud dari Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga. Banyak negara menerapkan konsep pelayanan kesehatan dasar atau dikenal dikenal dengan istilah primary health care. Di Indonesia menerapkan pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dalam satu wadah terpadu yang dikenal sebagai pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan puskesmas yang menggabungkan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) tingkat pertama secara berkesinambungan dengan didasarkan kepada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga. Terobosan baru dalam pembangunan kesehatan berupa pendekatan keluarga ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Obat Kombinasi Hipertensi Ditinjau dari Efektivitas Terapi dan Harga Jessica Jessica; Cyrilla Azaria Dhara Sadhana; Margareta Anindhita Oktaviani; Viktoria Maya Chyntia; Nourmalita Pertamasari
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.277 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10369

Abstract

Dewasa ini, biaya pelayanan kesehatan semakin meningkat, sehingga diperlukan pemikiran khusus dalam peningkatan efisiensi atau penggunaan dana secara lebih rasional. Pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi. Pada kombinasi amlodipin-bisoprolol memiliki efek menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 13,91 mmHg dan diastolik sebesar 3,48 mmHg. Sedangkan amlodipin-furosemide memiliki efek menurunkan tekanan darah sistolik sebesar 12,00 mmHg dan diastolik sebesar 2,92 mmHg. Dari segi efektivitas pengobatan, maka kombinasi antara amlodipin-bisoprolol lebih efektif. Dari segi biaya, berdasarkan nilai (Average Cost Effectiveness Ratio) amlodipin-bisoprolol memiliki nilai yang lebih mahal yaitu sebesar Rp 1081.16,- dibandingkan amlodipin-furosemid sebesar Rp 306.37,-. Kemudian untuk nilai ICER (Incremental Cost Effectiveness Ratio) sebesar Rp -34.494,75,-. Berdasarkan data tersebut, maka efektivitas biaya yang paling efektif adalah amlodipin-furosemide. 
Apakah Obat yang Kita Konsumsi Saat Ini Sudah halal? Norisca Aliza Putriana
Majalah Farmasetika Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.98 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i4.10370

Abstract

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit. Obat terdiri dari bahan aktif dan bahan farmaseutik (bahan pembantu eksipien). Dalam suatu sediaan obat dapat mengandung  tiga sampai dengan empat bahan pembantu. Perkembangan teknologi proses pembuatan obat kini semakin maju dan menjadi tantangan tersendiri untuk menghasilkan obat yang bagus dan halal. Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, dalam islam seorang muslim diharuskan minum dan makan dengan prinsip “halalan thoyiban” halal menurut syariah dan baik/menyehatkan bagi  tubuh. 
Pasien TBC yang Tidak Patuh Obat, Selain Risiko Resistensi Juga Memerlukan Banyak Biaya Eko Aprilianto
Majalah Farmasetika Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.199 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i5.10728

Abstract

Tuberkulosis (TBC) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan karena adanya infeksi akut atau kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dari sudut pandang farmakoekonomi, kita diajak untuk melihat suatu permasalahan dengan membandingkan segi biaya yang dikeluarkan, resiko yang ada dan hasil (outcome) yang didapatkan dari suatu sistem kesehatan yang salah satu contohnya mengambil kebijakan dalam terapi agar berjalan efektif dan efisien. Dalam kasus TBC di Indonesia, pasien TBC yang tidak patuh konsumsi obat, selain berisiko resistensi obat juga terbukti memerlukan lebih banyak biaya yang harus dikeluarkan. Pemilihan terapi pengobatan metode Pasive Case Treatment (PCT) juga telah memperlihatkan pentingnya kepatuhan terapi obat yang dapat membuat terapi TBC yang lebih efisien dari sisi terapi dan biaya.
Bahaya Obat Kiral Bisa Dihindari Dengan "Molecularly Imprinted Polymer" Aliya Nur Hasanah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.258 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i5.10731

Abstract

Obat memiliki sifat kiral. Pemisahan enansiomer untuk molekul kiral merupakan hal penting, terutama untuk industri farmasi, karena enansiomer dapat memiliki aktivitas farmakologi dan toksisitas yang berbeda. Peneliti berupaya menemukan metode dan tehnik untuk memisahkan obat-obat kiral sehingga diperoleh kemurnian yang tinggi. Penemuan metode baru terus dilakukan, salah satunya adalah Molecular imprinting polymer (MIP). Penggunaan MIP yang berkembang untuk pemisahan kiral masih membuka banyak peluang untuk aplikasi material ini sebagai fase diam dalam kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) maupun capillary electrochromatography (CEC).
Apoteker Berperan Penting dalam Membantu Masyarakat Menurunkan Biaya Terapi Maria Maretta
Majalah Farmasetika Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (177.881 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i5.10734

Abstract

Bagaimana pemahaman masyarakat ketika mendengar kata apoteker? Sebuah pandangan konservatif hadir pada publik yang mengklasifikasikan apoteker sebagai pekerjaan yang tidak jauh dari istilah ‘tukang obat’, yang menjual dan memberikan obat kepada orang yang sakit. Salah satu penelitian terkait farmakoekonomi yang dilakukan oleh Maxwell, et al (2013) terkait perbandingan antara Pharmaceutical Care (PC) yang lebih mengutamakan patient-care dalam penata laksanaan Diabetes Tipe 2 dengan Usual Care (UC) yang merupakan suatu pengobatan dengan minimnya peranan apoteker sebagai tenaga kesehatan membuktikan bahwa PC memiliki biaya terapi yang lebih murah dibanding UC. Peran apoteker dalam PC memegang peranan penting sebagai upaya peningkatan kualitas hidup pasien melalui terapi yang lebih cost- effectiveness dari segi farmakoekonomi khususnya untuk penatalaksanaan pada penyakit degeneratif.
Sponsorship Tenaga Kesehatan dan Celah Gratifikasi Decky Ferdiansyah
Majalah Farmasetika Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.136 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v1i5.10736

Abstract

Dipenghujung Tahun 2016 ini, Menteri Kesehatan RI kembali mengeluarkan peraturan yang terkait erat dengan profesionalisme tenaga kesehatan. Peraturan tersebut adalah Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 58 Tahun 2016 tentang Sponsorship bagi Tenaga Kesehatan. Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah untuk mendukung peningkatan pengetahuan dan/atau keterampilan serta pengembangan profesi tenaga kesehatan. Artikel ini akan mengulas apakah peraturan ini telah dikeluarkan sesuai dengan tujuan sebenarnya atau sebaliknya. 
Metode Deteksi Kandungan Babi dan Alkohol dalam Eksipien Farmasi dan Produk Obat untuk Menjamin Kehalalan Sediaan Obat PATIHUL HUSNI; Norisca Aliza Putriana; Imam Adi Wicaksono
Majalah Farmasetika Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.18 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i1.12653

Abstract

Bagi seorang muslim, status halal suatu produk obat dan eksipien yang digunakan adalah hal mutlak harus dipenuhi. Produk obat halal tersebut harus bebas dari kandungan babi dan alkohol baik dari bahan dasarnya maupun proses pembuatannya. Pentingnya metode untuk mendeteksi kandungan babi dan alkohol untuk memastikan suatu produk obat bebas dari kandungan babi dan alkohol menjadi latar belakang review artikel ini. Metode review artikel ini adalah mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan metode deteksi kandungan babi dan alkohol/etanol dan membuat ringkasan dari literatur-literatur tersebut. Hasil review menunjukkan bahwa metode deteksi yang dapat digunakan yaitu metode analisis PDK (Pork Detection Kit) untuk mendeteksi protein babi, metode PCR (Polymerase Chain Reaction) untuk mendeteksi DNA babi dan metode GC (Gas Chromatography) atau HPLC (High Performance Liquid Chromatography) untuk mendeteksi residu alkohol/etanol.Kata Kunci: Halal, Babi, Alkohol, Eksipien Farmasi, Produk Obat
Menghindari Kosmetika Palsu Secara Organoleptik Soraya Ratnawulan Mita; Patihul Husni; Insan Sunan Kurniawansyah
Majalah Farmasetika Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.81 KB) | DOI: 10.24198/farmasetika.v2i1.12688

Abstract

Setiap hari manusia dipastikan menggunakan kosmetika, dimulai dari mandi pagi sampai saat akan tidur di malam hari. Macam kosmetika pun semakin beragam. Kosmetika selalu digunakan hampir setiap hari, sehingga perlu pemahaman mengenai bahaya dari penggunaan kosmetika yang tidak baik. Setiap kosmetika yang dibuat dan/atau diedarkan wajib memenuhi persyaratan keamanan, manfaat, mutu, penandaan, dan klaim; dan dinotifikasi kepada Kepala BPOM, dan wajib dilakukan penarikan dari peredaran bila tidak memenuhi persyaratan. Oleh karenanya, dalam mini review artikel ini akan dijelaskan bagaimana cara menghindari kosmetika palsu secara organoleptik. Kata kunci: kosmetika palsu, organoleptik 

Page 1 of 26 | Total Record : 259


Filter by Year

2016 2023


Filter By Issues
All Issue Vol. 8 No. 4, Tahun 2023 (In Press) Vol 8, No 3 (2023) Vol 8, No 2 (2023) Vol 8, No 1 (2023) Vol 7, No 5 (2022): Vol. 7, No. 5, Tahun 2022 Vol 7, No 4 (2022): Vol. 7, No. 4, Tahun 2022 Vol 7, No 3 (2022): Vol. 7, No. 3, Tahun 2022 Vol 7, No 2 (2022): Vol. 7, No. 2, Tahun 2022 Vol 7, No 1 (2022): Vol. 7, No. 1, Tahun 2022 Vol 6, No 5 (2021): Vol. 6, No. 5, Tahun 2021 Vol 6, No 4 (2021): Vol. 6, No. 4, Tahun 2021 Vol 6, No 3 (2021): Vol. 6, No. 3, Tahun 2021 Vol 6, No 2 (2021): Vol. 6, No. 2, Tahun 2021 Vol 6, No 1 (2021): Vol. 6, No. 1, Tahun 2021 Vol. 6, Supl. 1, Tahun 2021 Vol 5, No 5 (2020): Vol. 5, No. 5, Tahun 2020 Vol 5, No 4 (2020): Vol. 5, No. 4, Tahun 2020 Vol 5, No 3 (2020): Vol. 5, No. 3, Tahun 2020 Vol 5, No 2 (2020): Vol. 5, No. 2, Tahun 2020 Vol 5, No 1 (2020): Vol. 5, No. 1, Tahun 2020 Vol 4, No 5 (2019): Vol. 4, No. 5, Tahun 2019 Vol 4, No 4 (2019): Vol. 4, No. 4, Tahun 2019 Vol 4, No 3 (2019): Vol. 4, No. 3, Tahun 2019 Vol 4, No 2 (2019): Vol. 4, No. 2, Tahun 2019 Vol 4, No 1 (2019): Vol. 4, No. 1, Tahun 2019 Vol. 4, Supl. 1, Tahun 2019 Vol 3, No 5 (2018): Vol. 3, No. 5, Tahun 2018 Vol 3, No 4 (2018): Vol. 3, No. 4, Tahun 2018 Vol 3, No 3 (2018): Vol. 3, No. 3, Tahun 2018 Vol 3, No 2 (2018): Vol. 3, No. 2, Tahun 2018 Vol 3, No 1 (2018): Vol. 3, No. 1, Tahun 2018 Vol 2, No 5 (2017): Vol. 2, No. 5, Tahun 2017 Vol 2, No 4 (2017): Vol. 2, No. 4, Tahun 2017 Vol 2, No 3 (2017): Vol. 2, No. 3, Tahun 2017 Vol 2, No 2 (2017): Vol. 2, No. 2, Tahun 2017 Vol 2, No 1 (2017): Vol. 2, No. 1, Tahun 2017 Vol 1, No 5 (2016): Vol. 1, No. 5, Tahun 2016 Vol 1, No 4 (2016): Vol. 1, No. 4, Tahun 2016 Vol 1, No 3 (2016): Vol. 1, No. 3, Tahun 2016 Vol 1, No 2 (2016): Vol. 1, No. 2, Tahun 2016 Vol 1, No 1 (2016): Vol. 1, No. 1, Tahun 2016 More Issue