cover
Contact Name
Studi Budaya Nusantara
Contact Email
jsbn@ub.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jsbn@ub.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Studi Budaya Nusantara
Published by Universitas Brawijaya
ISSN : -     EISSN : 26211068     DOI : -
Jurnal Studi Budaya Nusantara (SBN) adalah media komunikasi ilmiah yang diterbitkan oleh Jurusan Seni dan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Brawijaya Malang. Jurnal ini dimaksudkan untuk mewadahi hasil penelitian dan kajian ilmiah di bidang seni dan budaya Nusantara sebagai bentuk sumbangan masyarakat ilmiah bagi pengembangan wawasan seni dan budaya dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas. Terbit 2 kali setahun (Juni dan Desember).
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2020)" : 6 Documents clear
MEMBINGKAI RELASI ORANG HIDUP DAN MATI MELALUI TRADISI LISAN UPACARA TEING HANG Fabianus Selatang
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakPraktik upacara teing hang kepada leluhur atau orang meninggal sudah membudaya dalam masyarakat Manggarai. Meskipun praktik upacara ini sudah membudaya, tetapi masih menyisahkan banyak persoalan. Pertanyaan yang seringkali muncul adalah apakah ini bentuk sinkretisme? Apakah ini penghayatan iman yang dualistis? Apakah ini tidak bertentangan dengan isi dan inti iman Kristiani? Apakah ini bentuk penyembahan berhala? Beragam pertanyaan ini mendorong penulis untuk menelisik kedalaman makna dan pesan di balik upacara teing hang. Penelitian ini bertujuan untuk melihat relasi orang hidup dan mati dalam bingkai tradisi lisan upacara teing hang. Secara konseptual, gagasan relasi yang dimaksudkan di sini didasarkan pada konsep kelahiran. Dalam bingkai konsep kelahiran ini, kemudian orang Manggarai membangun pola relasi dengan leluhur atau orang yang sudah meninggal. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik analisa data menggunakan analisa struktur dan semiotika. Data diperoleh dari tokoh adat di desa N Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praktik upacara teing hang kepada leluhur atau orang yang sudah meninggal bukanlah bentuk sinkretisme atau penyembahan berhala. Praktik upacara teing hang sesungguhnya sarana pewartaan iman yang kontekstual. Dengan adanya upacara teing hang, Gereja menyadarkan umatnya (masyarakat Manggarai) akan dunia yang bersifat adikodrati yang tidak tuntas dijelaskan oleh akal budi. Dengan demikian, upacara teing hang memberikan pemaknaan baru terhadap pengungkapan iman yang ditandai dengan bahasa-bahasa simbolik. AbstractThe teing hang, a traditional ceremony in honour to the ancestors or the deceased is deeply rooted within the  culture of the Manggarai society. Although this ritual  is part of the local culture it still has many unresolved issues. The questions that often arise are: is teing hang a religious syncretism? Is it a dualistic faith practice? Does this not contradict to the content and the essence of Christian faith? Is this a form of idolatry? These  questions encourage writers to explore the depth of the significance and the message of the teing hang ceremony. This study aims to explore the relationship between the living and the dead based on the oral tradition of the teing hang ceremony. Conceptually, the idea of the relationship meant here is based on the concept of birth. In the frame of the birth concept, the Manggarai has built a pattern of relationship with the ancestors or deceased people. This research is carried out through the use of qualitative methods. The data is analysed through structural and semiotic studies. The data is taken from a traditional figure in village N Sub-district Macang Pacar, West Manggarai regency. The results of this study show that the practice of  the teing hang ceremony in honour to the ancestors or deceased people is not a form of syncretism or idolatry. This is actually a way of proclaiming faith. The Church wants to say to the Manggarai society that by the teing hang ceremony there is a supranatual power that isn’t enough explained by reason completely. The Church wishes to show to its believers that the message of the teing hang ceremony is far beyond what is visible to the human eyes. It is a spirituality rich ceremony that envelopes supernatural realities. Thus, the teing hang ceremony provides a new means of expressing faith through symbolic languages.
FUNGSI DAN MAKNA SIMBOLIK TINGKULUAK KOTO NAN GADANG PAYAKUMBUH Desra Imelda
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 ABSTRAKKoto Nan Gadang merupakan salah satu  nagari di Payakumbuh Utara yang masih melestarikan pakaian adat Minangkabau, ini bisa dilihat pada waktu melaksanakan upacara-upacara adat seperti acara pernikahan, batagak penghulu, dan lain-lain masyarakar masih menjunjung tinggi adat budaya daerahnya dengan masih memakai pakaian adat selama proses acara berlangsung.Penelitian ini tentang Tingkuluak Koto Nan Gadang yang dikhususkan pada fungsi dan makna simbol yang terkandung pada masing-masing tingkuluak. Diperoleh kesimpulan bahwa Tingkuluak Koto Nan Gadang memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pakaian adat mamanggia, pakaian untuk maanta, dan pakaian untuk menanti tamu. Tingkuluak Koto Nan Gadang juga merupakan simbol dan tanda bagi si pemakainya, orang lain akan bisa mengetahui status si pemakai dari pakaian yang dia pakai. ABSTRACT Koto Nan Gadang is one of the nagari in North Payakumbuh that still preserves Minangkabau traditional clothes, this can be seen when carrying out traditional ceremonies such as weddings, batagak pengulu, and others. The community still respects the local cultural customs by still wearing traditional clothing during the event process.This research is about Tingkuluak Koto Nan Gadang which is devoted to the function and meaning of the symbols contained in each tingkuluak. It was concluded that Tingkuluak Koto Nan Gadang has several functions, namely as mamanggia traditional clothes, clothes for maanta, and clothes to await guests. Tingkuluak Koto Nan Gadang is also a symbol and sign for the wearer, others will be able to know the status of the wearer from the clothes he wears.
STRUKTUR KELAS DAN OTONOMI PEREMPUAN TENGGER DESA ARGOSARI KECAMATAN SENDURO KABUPATEN LUMAJANG Aliffiati Aliffiati; I Ketut Kaler
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perempuan dalam sebuah rumahtangga turut berperan dalam menjaga kestabilan dan kebertahanan ekonomi keluarga, demikian yang dialami oleh sebagian besar perempuan di pedesaan.  Ketimpangan gender yang terjadi di masyarakat khususnya di pedesaan merupakan salah satu masalah  yang menarik untuk dikaji dengan berbagai pendekatan, salah satunya ilmu antropologi.Kajian berikut menganalisa  perempuan petani etnis Tengger di wilayah Desa Argosari Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang Jawa Timur.  Tujuan penelitian untuk mengetahui dan mengidentifikasi tentang strafikasi sosial perempuan di masyarakat terkait dengan status dan peran perempuan di ranah domestik dan publik. Penelitian dilakukan mengggunakan metode pendekatan etnografi sebagai salah satu varian pendekatan kualitatif.Masyarakat Tengger merupakan sub etnis Jawa, yang masih teguh memegang tradisi khususnya  mempertahankan sebagian budaya jaman Majapahit, terlebih masyarakat Tengger Argosari.  Mereka meyakini keturunan Roro Anteng dan Joko Seger.  Dibalik  legenda Roro Anteng dan Joko Seger yang merupakan  folklore tentang asal usul etnis Tengger, memiliki makna sebagai  visi tentang kesetaraan gender.  Tradisi Tengger menempatkan para perempuan dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan ritual. Tradisi Tengger menganggap laki-laki dan perempuan mempunyai posisi yang sederajat, sama-sama berperan dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat.
BOKOL MONGONG-KELI REPIS DALAM KONSEPSI TANGGUNG JAWAB EMMANUEL LEVINAS Marianus Wele
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini mengkaji kearifan lokal dalam tradisi budaya Riung yaitu Bokol Mongong-Keli Repis. Bokol Mongong-Keli Repis mengandung pengertian untuk menjaga persatuan yang sudah terjalin agar tetap lestari dan untuk merajut kembali yang selama ini tercerai-berai dan saling “berjauhan”. Bokol Mongong-Keli Repis sebagai obyek material akan ditelaah dengan obyek formal yaitu konsepsi tanggung jawab Emmanuel Levinas. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif fenomenologis dengan beberapa langkah yaitu melakukan deskripsi, wawancara, dan melakukan interpretasi. Hasil penelitian ditemukan bahwa Bokol Mongong-Keli Repis merupakan (1) ungkapan kerinduan untuk bersatu bersama dan berdamai; (2) mempunyai kandungan fungsi relasional; (3) menghargai liyan; (4) tanggung jawab dalam hidup bersama; dan (5) adanya cinta sebagai pengikat. Konsepsi tanggung jawab bisa menjadi rekomendasi untuk dasar untuk mewadahi relasi dalam tradisi budaya Riung.
APLIKASI MOTIF MANUSKRIP PADA BATIK: Pewarisan Budaya melalui Proses Pembelajaran terhadap Mahasiswa ISI Padangpanjang dini yanuarmi
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTThis paper describes the motives found in manuscripts or ancient manuscripts are tangible cultural heritage, which can be categorized as visual culture. Its presence can be seen in plain view and all the time. A noble and monumental cultural heritage, can be threatened by extinction due to human activities and natural disasters. It is fitting for the cultural heritage of the heritage of the past to be preserved and maintained. To maintain the sustainability of these motifs can be revitalized and applied to various media and techniques, such as batik. Batik in the form of one technique in decorating the fabric surface with the application of motifs found in the manuscript. More than that, the existing motives can be developed by creating without changing the original shape. The Craft Art Study Program at the Indonesian Art Institute in Padangpanjang after collaborating with the Regional Literature Study Program of Andalas University, tried to maintain the historical heritage by applying manuscript motifs to batik. The motive that has been applied is the manuscript motif found in the Pakandangan area of Padangpariaman district and Lunang Silaut in the South Coast district. Some works designed by students interested in textiles are made using natural and synthetic coloring. So that batik illumination is born that is creative, innovative and competitive.Tulisan ini memaparkan  tentang motif yang terdapat pada manuskrip atau naskah-naskah kuno merupakan warisan budaya tangible, yang dapat dikategorikan sebagai budaya visual. Kehadirannya dapat dilihat secara kasat mata dan sepanjang waktu. Warisan budaya yang adiluhung dan monumental, dapat terancam kepunahannya dikarenakan ulah manusia dan terjadinya bencana alam.        Sudah sepatutnya warisan budaya tradisi peninggalan masa lampau dijaga dan dipertahankan keberadaannya. Untuk menjaga kelestariannya, motif tersebut dapat direvitalisasi dan diaplikasikan pada berbagai media dan teknik, seperti pada batik. Batik berupa salah satu teknik dalam menghias permukaan kain dengan aplikasi motif yang terdapat pada manuskrip. Lebih dari itu, motif yang ada dapat dikembangkan dengan cara dikreasikan tanpa merubah bentuk aslinya. Program Studi Seni Kriya pada Institut Seni Indonesia Padangpanjang setelah menjalin kerjasama dengan Program Studi Sastra Daerah Universitas Andalas, mencoba menjaga peninggalan sejarah tersebut dengan menerapkan motif-motif manuskrip pada batik. Motif yang sudah diaplikasikan adalah motif manuskrip yang terdapat di daerah Pakandangan kabupaten Padangpariaman dan Lunang Silaut kabupaten Pesisir Selatan. Beberapa karya yang didesain oleh mahasiswa minat tekstil dibuat dengan menggunakan pewarnaan alami dan sintetis. Sehingga lahir batik iluminasi yang kreatif, inovatif dan kompetitif.
TANDA DAN MAKNA KARTUN MICE PADA KORAN KOMPAS EDISI 8 MARET 2020 Nuriarta I Wayan
Studi Budaya Nusantara Vol 4, No 1 (2020)
Publisher : Studi Budaya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif untuk mengumpulkan, menyaring dan menganalisis data. Subjek kajian penelitian ini adalah kartun Mice pada Koran Kompas tahun 2020. Penyeleksian kartun menggunakan teknik penyampelan purposif (purposive sampling). Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dari sejumlah kartun yang diobservasi, kartun yang terbit pada tanggal 8 Maret 2020 dipilih sebagai sampel karena kartun tersebut menunjukan situasi pandemik masyarakat dunia dan juga Indonesia. Objek penelitian ini difokuskan pada analisis visual kartun, makna denotasi dan makna konotasi. Objek penelitian tersebut didasarkan pada analisis makna denotasi dan makna konotasi dengan menggunakan teori semiologi Roland Barthes. Hasil penelitian menunjukan bahwa kartun Mice tidak saja menyampaikan realitas kehidupan masyarakat Indonesia dalam menghadapi covid-19, Mice juga menghadirkan senyuman dalam memberikan solusi pencegahannya, terlebih lagi kartun Mice mengingatkan seluruh masyarakat untuk selalu menjaga diri dan mengindahkan himbauan pemerintah dengan cara menggunakan masker jika bepergian atau dengan cara “mengurung diri” dari keramain. Kata Kunci: Kajian Visual, Kartun, Semiotika, Covid-19.

Page 1 of 1 | Total Record : 6