cover
Contact Name
Ni Made Sri Muryani
Contact Email
srimuryanimade@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
srimuryanimade@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Medika Udayana
ISSN : 24609293     EISSN : 26856573     DOI : -
Core Subject : Health,
Aim of the journal evaluating and understanding the intervensions given both in fields of nursing and health using appropriate designs and methods.
Arjuna Subject : -
Articles 35 Documents
Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di Ruang Belibis RSUD. Wangaya Denpasar Suputra, Dewa Ketut; Muryani, Ni Made Sri; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.338 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Stroke is a major cause of disability in adults, where four million Americans experience neurological deficits due to stroke, two-thirds of these deficits are moderate to severe. This disease has become a worldwide health problem and is increasingly important, with two-thirds of strokes now occurring in developing countries. Stroke sufferers themselves will experience a psychological response, namely anxiety because in addition to being a life threat, patients will feel anxious about their future. The purpose of this study was to determine the description of the level of anxiety in stroke patients in the Belibis Room of Wangaya Hospital Denpasar. Methode: The type of design used is descriptive design. Data collection was carried out by the researchers themselves using a standard questionnaire sheet, the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), with the number of respondents 30 people who were Stroke patients in the Belibis room of Wangaya Hospital Denpasar. Result: The results of this study indicate that the majority of stroke patients in the Belibis room of Wangaya Hospital Denpasar experienced moderate anxiety, namely as many as 17 (56.7%) respondents, mild anxiety as many as 6 (20%) respondents, severe anxiety as many as 6 (20%) respondents, panic 0%, and only 1 (3.3%) respondents who did not experience anxiety. Conclusion: Individuals who experience anxiety are mostly aged over 50 years, female sex, high school education, and have private jobs. It is expected that families can provide motivation and positive encouragement to patients. ABSTRAK Latar Belakang: Stroke adalah penyebab utama kecacatan pada orang dewasa, dimana empat juta orang Amerika mengalami defisit neurologik akibat stroke, dua pertiga dari defisit ini bersifat sedang sampai parah. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan dua pertiga stroke sekarang terjadi di negara – negara yang sedang berkembang. Penderita stroke sendiri akan mengalami suatu respon psikologis, yaitu kecemasan karena selain menjadi suatu ancaman hidup, pasien akan merasa cemas akan masa depannya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Pasien Stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar. Metode: Jenis desain yang digunakan adalah desain deskriptif. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dengan menggunakan lembar kuesioner yang sudah baku yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dengan jumlah responden 30 orang yang merupakan pasien Stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita stroke di ruang Belibis RSUD Wangaya Denpasar mengalami kecemasan sedang, yaitu sebanyak 17 responden (56,7%), kecemasan ringan sebanyak 6 orang (20%), kecemasan berat sebanyak 6 orang (20%), panik 0%, dan hanya 1 orang (3,3%) responden yang tidak mengalami kecemasan. Simpulan: Individu yang mengalami kecemasan sedang sebagian besar berusia diatas 50 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan SMA, dan memiliki pekerjaan swasta. Diharapkan keluarga mampu memberikan motivasi dan dorongan positif pada pasien.  
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Lansia di Puskesmas III Denpasar Utara Tahun 2012 Wulandari, Ratna; Putra, Kadek Agus Dwija; Sandi, I wayan
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.975 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: The prevalence of isolated systolic hypertension (HST) is expected to occur approximately 25% in the age group of 60-90 years, and found as much as 59.1% in males and 61.9% in females. This research aims to determine the factors related to the incidence of hypertension in the elderly. Methods: This study uses a descriptive analytical design with the Cross Sectional approach. The research samples used are seniors aged ≥ 60 years and older with Consecutive Sampling technique in the working area of Puskesmas III North Denpasar. Data retrieval takes place from April to May 2012 by filling out questionnaires, measuring weight, height and blood pressure. The Data obtained is analyzed univariate and bivariate using Chi-Square test. Results: Based on the analysis gained that the factors associated with the occurrence of hypertension in the elderly are The age factor (OR: 10,833; 95% CI: 1,961-59,834), Gender factor (OR: 7,467; 95% CI: 1,400-39,837), Genetic factor (OR: 10,083; 95% CI: 1,658-61,330), Activity factors (OR: 0,095; 95% CI: 0,017-0,529), and the habit of drinking coffee (OR: 15,556; 95% CI: 2,586-93,571). Conclusion: Age, gender, genetic, activity and coffee habits are factors related to hypertension in the elderly. Expected parties are more promoting health programs in the elderly, especially on hypertensive diseases ABSTRAK Latar belakang: Prevalensi Hipertensi Sistolik Terisolasi (HST) diperkirakan terjadi  sekitar 25% pada kelompok umur 60-90 tahun, dan ditemukan sebanyak 59,1% pada laki-laki dan 61,9% pada perempuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian yang digunakan adalah lansia yang berumur ≥ 60 tahun keatas dengan`menggunakan teknik Consecutive Sampling di wilayah kerja puskesmas III Denpasar Utara. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2012 dengan cara pengisian kuesioner, pengukuran berat badan, tinggi badan dan tekanan darah. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi-Square. Hasil: berdasarkan analisis diperoleh bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada lansia adalah faktor umur (OR:10,833; 95%CI: 1,961-59,834), faktor jenis kelamin (OR:7,467; 95%CI:1,400-39,837), faktor genetik (OR:10,083; 95%CI:1,658-61,330), faktor aktivitas (OR:0,095; 95%CI:0,017-0,529), dan kebiasaan minum kopi (OR:15,556; 95%CI:2,586-93,571). Simpulan: Faktor umur, jenis kelamin, genetik, aktifitas dan kebiasaan minum kopi merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit hipertensi pada lansia. Diharapkan pihak terkait lebih mempromosikan program-program kesehatan pada lansia, khususnya mengenai penyakit hipertensi.
Tingkat Kepatuhan Pasien TB Paru Terhadap Penatalaksanaan Program OAT (Obat Anti TB) di Poliklinik Paru RSUD. Sanjiwani Gianyar Dewi, Ni Kadek Ayu Patni; Pendet, Ni Made Diah Pusparini; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.883 KB)

Abstract

ABSTRACT Introduction :Tubercolosis (TB) diseases  is one of the most public health problems in Indonesia. Indonesia known as a the  third highest of TB cases in the world after India and China. In 2010, the Ministry of Health In Indonesia reported that patient with TB in worldwide about 5,8 % cases was found in Indonesia. In Indonesia, TB drugs treatments called the OAT Program. The study about the interpersonal factors who can be related to the compliance of patient with TB determined how important  the role of doctors and other health professionals to do verbal and non verbal communication with patients. The aim of this study was to describe complianced of patient with TB  in OAT program at Sanjiwani general hospital, Gianyar. Method : This was observational descriptive study. Data were collected through questionnaires. The total of patient with TB who participated in this research were 78 collected by consecutive sampling technique. Result :Based on the research, the complianced of patient with TB in OAT program showed that 38 respondent (48,71%) had complianced with the OAT program and 40 respondent (51,28 %) didn’t have compliance with the OAT program. Conclusion :Most of the patient with TB in Sanjiwani general hospital didn’t have compliance with OAT program. ABSTRAK Latar Belakang : Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di Indonesia adalah sekitar 5,8 % pada tahun 2010 dari total jumlah penderita TB dunia. Pengobatan pasien TB dilakukan dengan program OAT. Riset tentang faktor-faktor interpersonal yang mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan menunjukkan pentingnya sensitifitas dokter dan tenaga kesehatan terhadap komunikasi verbal dan nonverbal pasien. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan kepatuhan pasien TB paru dalam melaksanakan program OAT di Poliklinik Paru RSUD Sanjiwani Gianyar. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif. Dengan instrument yang duganakan adalah kuesioner. Pengambilan sample menggunakan teknik sampling yaitu consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 78 orang. Hasil : Pada penelitian ini hasil dari tingkat kepatuhan pasien sebanyak 38 responden (48,71 %) yang patuh dan yang tidak patuh sebanyak 40 responden (51,28%). Simpulan : Pasien TB di Poliklinik Paru RSUD Sanjiwani Gianyar lebih banyak tidak patuh terhadap penatalaksanaan program OAT.
Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Kemampuan Toilet Training Anak Usia Pra Sekolah di Banjar Kutuh Kelod Ubud Oktaviari, Ni Kadek Win; Dewi, Ni Luh Made Asri; Astini, Putu Susy N.A; Widayati, Kurniasih
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.645 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Toilet training is an attempt to train children to be able to control bowel movements. In Indonesia, it was found that 16% of children aged 6 years were still unable to do toilet training independently. One of the important factors in the success of children in doing toilet training is the parenting style applied by parents in educating children at home. Objective: to find out the relationship between parenting style and toilet training ability in pre-school aged children in Kutuh Kelod Banjar Ubud. Method: This study used an observational analysis design with a cross sectional approach. The study population was pre-school age children in Banjar Kutuh Kelod Ubud with sampling techniques using purposive samling. The instrument of this study used the observation sheet toilet training ability and parenting questionnaire. Analysis of toilet training capabilities with parenting using the Spearmans Rho test. Results: The study showed that most of the parents' parenting styles were democratic as many as 24 people (40%). The results of the Spearmans Rho test were parenting and toilet training abilities with a value of p = 0,000. Conclusion: This study found that there was a significant relationship between parenting care and toilet training abilities of preschoolers.  ABSTRAK Latar belakang: Toilet training merupakan usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air besar. Di Indonesia sendiri ditemukan sebanyak 16% anak usia 6 tahun masih tidak mampu melakukan toilet training secara mandiri. Salah satu faktor penting keberhasilan anak dalam melakukan toilet training adalah pola asuh yang diterapkan orang tua dalam mendidik anak di rumah. Tujuan penelitian untuk mengatahui hubungan pola asuh orang tua dengan kemampuan toilet training pada anak usia pra sekolah di Banjar Kutuh Kelod Ubud. Metode: Penelitian ini ini menggunakan desain analisis observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah anak usia pra sekolah di Banjar Kutuh Kelod Ubud dengan teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Instrument penelitian ini menggunakan lembar observasi kemampuan toilet training dan kuesioner pola asuh orang tua. Analisis kemampuan toilet training dengan pola asuh orang tua menggunakan uji Spearman’s Rho. Hasil: Penelitian menunjukkan kbahwa sebagian besar pola asuh orang tua responden adalah demokratis sebanyak 24 orang (40%). Hasil analisis uji Spearman’s Rho pola asuh dan kemampuan toilet training dengan nilai p= 0,000. Kesimpulan: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan signifikan pola asuh orang tua dan kemampuan toilet training anak usia prasekolah.
Perilaku Pasien Diabetes Melitus Dalam Upaya Pencegahan Kaki Diabetik Sejana, I Nyoman; Widyanata, Komang Agus Jerry; Rahayu, V.M Endang Sri Purwadmi; Dira, I Ketut
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 01 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.507 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Diabetes Mellitus is a disease with high levels of glucose (simple sugar) in the high blood because the body can not release or use insulin adequately. One complication that is feared by people with Diabetes is Diabetic Foot or Diabetic Gangrene. This research aims to determine the behavior of patients with diabetes mellitus in the prevention of diabetic foot in room of Sahadeva and Nakula Sanjiwani Gianyar District Hospital. Methods: Types of research used in this research is descriptive survey approach. Sample of the study are 40 patients with diabetes mellitus hospitalized in the room  of Sahadeva and Nakula Sanjiwani Gianyar District Hospital using consecutive sampling technique. Data is collected in the period March to May 2012 by filling out a questionnaire about behavioral prevention of diabetic foot. Results: The results of data analysis showed that the behavior of patients with Diabetes Mellitus in the prevention of Diabetic Foot based on education level, age, gender and occupation. From the 40 respondents there were: 55% of the level of knowledge good, 80% good attitude, 70% good actions and 67,5% good actions in the category of good behavior. ABSTRAK Latar belakang: Diabetes melitus adalah suatu penyakit dengan kadar glukosa (gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup. Salah satu komplikasi yang sangat ditakuti oleh penderita diabetes adalah kaki diabetik atau gangren diabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pasien diabetes melitus dalam upaya pencegahan kaki diabetik di Ruang Sahadewa dan Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar. Metode: Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan survey. Sampel penelitian yang digunakan adalah pasien diabetes melitus yang rawat inap di ruang Sahadewa dan Nakula RSUD Sanjiwani Gianyar sebanyak 40 orang dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Pengambilan data dilakukan pada periode bulan Maret hingga Mei 2012 dengan cara pengisian kuesioner tentang perilaku pencegahan kaki diabetik. Hasil: Hasil analisa data menunjukan bahwa perilaku pasien diabetes melitus dalam upaya pencegahan kaki diabetik berdasarkan tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Data menunjukan terdapat 55% tingkat pengetahuannya baik, 80% sikapnya baik, 70% tindakannya baik dan 67,5% perilakunya dalam kategori baik. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa perilaku pasien DM dalam pencegahan kaki diabetik masuk dalam kategori baik dengan faktor yang dinilai meliputi pengetahuan sikap, dan tindakan.
Gambaran Tingkat Pengetahuan Pasien Tuberkolosis Tentang Pencegahan Penularan Tuberkolosis Bawantari, Luh Kadek Suteri; Putra, Kadek Agus Dwija; Wijaya, I Made Sukma; Srinadi, Desak Made
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 02 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.495 KB)

Abstract

Background: Tuberculosis is a major public health problem and Indonesia's future threat. The World Health Organization (WHO) states that Asia is one of the regions with the highest spread of TB in the world. And Indonesia is the third largest contributor in the world with 539,000 cases and 101,000 deaths per year. This study aims to describe the level of knowledge of tuberculosis patients about preventing tuberculosis transmission. Methods: This study uses descriptive analytical design with Cross Sectional approach. The sample in this study were patients who underwent tuberculosis examination and treatment at the Blahbatuh Health Center II in Gianyar Regency, amounting to 30 people, using the Nonprobability sampling sampling technique namely Total sampling. Data collection was carried out by interview using questionnaire guidelines which included prevention of tuberculosis transmission. The data obtained then carried out descriptive statistical analysis using the SPSS program. Results: Based on the analysis of the characteristics of respondents obtained that of the 30 respondents studied, as many as 12 people (40%) respondents aged 41-50 years, 15 people (50%) respondents attended education up to high school (SMA), and as many as 11 people (37%) respondents work in the private sector. Descriptive analysis on the level of knowledge about prevention of tuberculosis transmission found that, as many as 16 people (54%) had a good level of knowledge, 10 people (33%) respondents had sufficient level of knowledge, and 4 people (13%) had less knowledge. Conclusion: Most respondents (54%) had a good level of knowledge, 33% had sufficient level of knowledge and only 13% of respondents had insufficient knowledge about preventing tuberculosis transmission. It is expected that the related parties will be more aggressive in promoting tuberculosis, especially for sufferers and their family members.   ABSTRAK Latar belakang: Penyakit tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan ancaman masa depan Indonesia. World Health Organization (WHO), menyatakan Asia termasuk kawasan dengan penyebaran TBC tertinggi di dunia. Dan Indonesia merupakan penyumbang terbesar ke-3 di dunia dengan 539.000 kasus dan 101.000 kematian pertahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pasien tuberkulosis tentang pencegahan penularan tuberculosis. Metode: Penelitian ini menggunakan desain Deskriptif analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani pemeriksaan dan pengobatan  TBC di Puskesmas II Blahbatuh Kabupaten Gianyar yang berjumlah 30 orang, dengan menggunakan teknik sampling Nonprobability sampling yaitu Total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan pedoman kuesioner yang meliputi tentang pencegahan penularan tuberkulosis. Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis statistic deskriptif menggunakan program spss. Hasil: Berdasarkan analisis pada karakteristik responden diperoleh bahwa dari 30 responden yang diteliti, sebanyak 12 orang (40%) responden berumur 41-50 tahun, 15 orang (50%) responden mengenyam pendidikan hingga sekolah menengah atas (SMA), dan sebanyak 11 orang (37%) responden bekerja di bidang swasta. Analisis deskriptif pada tingkat pengetahuan tentang pencegahan penularan tuberculosis diperoleh bahwa, sebanyak 16 orang (54%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 10 orang (33%) responden memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan 4 orang (13%)  memiliki pengetahuan kurang. Simpulan: Sebagian besar responden (54%) memiliki tingkat pengetahuan baik, 33% memiliki tingkat pengetahuan cukup dan hanya 13% responden yang memiliki pengetahuan kurang tentang pencegahan penularan tuberkulosis. Diharapkan pihak terkait lebih gencar dalam mempromosikan tentang penyakit tuberculosis khususnya pada penderita dan anggota keluarganya.
Gambaran Upaya Dalam Memenuhi Kebutuhan Tidur Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Singaraja Wijayantha, I Putu Arya; Putra, I Gede Yudiana; Rasdini, I Gusti Ayu Ari; Sukanti, I Nengah
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 02 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.294 KB)

Abstract

ABSTRACT Backgroud: Elderly is a most vulnerable to disease. Most elderly people have psychological disturbances due to the tension because it is not able to adapt to the changes experienced. One of the impacts caused by stress or emotional tension is sleep disturbance. To solve the emotional stress is needed relax condition or action that is pharmacologic and non-pharmacologic assisting elderly to fall a sleep. This study aims to determine the efforts made in meeting the needs of the elderly sleep. Methods: The method used in this study is structured interviews. Of 60 samples obtained through purposive sampling technique. The data was collected through questionnaires and interviews with the guidelines made ​​by direct questioning of respondents and researchers have known for sure about what information will be obtained.Results: The results obtained after research are most forms of sleep problem in insomnia elderly (53,33%), most of the pharmacologic efforts in meeting the needs of the elderly sleep is taking the herbs (48,33%) and most of the effort in meeting the needs sleep non-pharmacologic elderly is a lifestyle change (48.33%). Conslusion: Based on these results, it is recommended to nurses or nursing staff to be able to make this research as a basis for thinking in meeting the needs of elderly and bed use and the pharmacological action suit non-pharmacologic sleep problems experienced by elderly. ABSTRAK Latar Belakang: Lansia merupakan suatu individu yang sangat rentan terkena penyakit. Sebagian besar lansia mengalami gangguan psikologis akibat ketegangan karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang dialami. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat stress atau ketegangan emosional adalah gangguan tidur. Untuk mengatasi ketegangan emosional dibutuhkan suatu terapi atau tindakan yaitu farmakologi dan nonfarmakologi yang membantu lansia untuk tertidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan tidur lansia. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan wawancara terstruktur. Sampel berjumlah 60 orang yang didapatkan melalui teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan pedoman kuesioner dan dilakukan dengan tanya jawab langsung pada responden dan peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Hasil: Hasil yang didapatkan setelah melakukan penelitian adalah sebagian besar bentuk masalah tidur lansia adalah insomnia (53,33%), sebagian besar upaya farmakologi dalam memenuhi kebutuhan tidur lansia adalah mengkonsumsi obat herbal (48,33%) dan sebagian besar upaya nonfarmakologi dalam memenuhi kebutuhan tidur lansia adalah merubah gaya hidup (48,33%). Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian tersebut, disarankan kepada perawat ataupun petugas panti untuk dapat menjadikan penelitian ini sebagai dasar pemikiran dalam memenuhi kebutuhan tidur lansia dan menggunakan tindakan farmakologi maupun nonfarmakologi sesuai masalah tidur yang dialami lansia
Gambaran Konsep Diri Remaja yang Mengalami Masa Pubertas di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya Kabupaten Klungkung Tahun 2012 Setiawan, I Made Dody; Muryani, Ni Made Sri; Achjar, Komang Ayu Henny; Febianingsih, Ni Putu Eka
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 02 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.096 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Teen are transition age from childhood to adulthood, in adolescence age the individuals will experience a change in attitudes, behaviors in line with the level of physical growth. Teenagers are very easily influenced by factors that exist outside of him as family, environment, society, peers and school friends. When enter puberty, every child has personality system that established from development so far. The concept gives sense of continuity, integrity, and consistency in a person which is a physical representation of an individual, the central core of "Me" in which all perceptions and experiences organized. In assessing theirself can positively and negatively. Individuals who have positive self-concept will be optimistic, believe in yourself and always be positive about everything, also to the failure. Individuals who have negative self-concept, believes that he looked weak, helpless, unable to do anything, incompetence, failure, poor, unattractive, unpopular and loses attraction of life. The Aim of this study was to find out description of tees self-concept who experience puberty in health vocational school of Panca Atma Jaya, Klungkung regency in 2012. Method: The method has been used in this study were descriptive method with Coss sectional approach. The sampling were simple random sampling technique so that number of sample were 130 respondents it has been collected from March-May 2012. Result: The self-concept of teen who experiences puberty, of 130 respondents, there were 2 respondents (1.5%) have negative self-concept and 128 (98.5%) respondents have a positive self-concept. Conclusion: The existence of extracurricular activities at SMK Panca Atma Jaya has a positive impact on students in developing students' self-concepts.   Key words: Description of Self-Concept; Teen;, Puberty       ABSTRAK Latar belakang: Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa, pada masa remaja individu mengalami perubahan dalam sikap, perilaku sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya. Remaja sangat mudah dipengaruhi oleh faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan, dan konsistensi pada seseorang yang merupakan representasi fisik seorang individu, pusat inti dari “Aku” dimana semua persepsi dan pengalaman terorganisasi. Dalam menilai diri sendiri seorang individu dapat menilai dirinya positif ada pula yang menilai negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri sendiri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialami. Individu yang memiliki konsep diri negatif  meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah untuk mengidentifikasi Gambaran Konsep Diri Remaja Yang Mengalami Masa Pubertas di SMK Kesehatan Panca Atma Jaya Kabupaten Klungkung tahun 2012. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan coss sectional. Jumlah sampling yang diambil menggunakan teknik simple random sampling yaitu sebanyak 130 responden yang dikumpulkan dari bulan Maret-Mei 2012. Hasil: Konsep diri remaja yang mengalami masa pubertas, dari 130 responden, sebanyak 2 (1,5%) responden mempunyai konsep diri negatif dan 128 (98,5%) responden memiliki konsep diri positif. Simpulan: Adanya kegiatan ekstrakulikuler di SMK Panca Atma Jaya memberikan dampak positif bagi siswa dalam membangun konsep diri siswa.
Tingkat Pengetahuan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam Menjalani Hemodialisa Wiyani, Ni Putu; Sukarja, I Made; Krisnayani, Ni Made Wina; Daryaswanti, Putu Intan
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 4 No 02 (2018)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.178 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: Chronic Kidney Failure is one of the important health problems in Indonesia and the world community. In Indonesia, according to data from Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) the number of patients with kidney failure is estimated at 4500 people, but those detected suffering from terminal stage chronic kidney failure from those undergoing dialysis (hemodialysis) are only around 4 thousand - 5 thousand people. Cases of kidney failure in Indonesia are still relatively high every year, because there are still many Indonesian people not maintaining their diet and health. This means that chronic kidney failure ranks as one of the highest rates of disease causing death. The purpose of this study was to describe the level of adherence to patients with chronic kidney failure in undergoing a hemodialysis program in the hemodialysis room at Sanjiwani Hospital in Gianyar. Methods: This research is a descriptive observational type. This study uses a sampling technique that is purposive sampling with a total sample of 30 people. Results: In this study the results of the rate of compliance of CRF patients with hemodialysis were 27 respondents (90%) who were obedient and non-adherent as many as 3 respondents (10%). Thus most patients with chronic renal failure adhere to undergoing hemodialysis in the hemodialysis room of Sanjiwani Hospital in Gianyar. Conclusions: The conclusion of this study is that patients with chronic renal failure are expected to seek treatment regularly in accordance with the rules set by health workers. Delay of dialysis causes pulmonary complications, seizures, decreased consciousness, severe electrolyte disturbances, heart failure, which can cause death. ABSTRAK Latar belakang: Gagal Ginjal Kronik merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia dan masyarakat dunia. Di Indonesia menurut data dari Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) jumlah penderita gagal ginjal diperkirakan mencapai 4500 orang, namun yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronik tahap terminal dari mereka yang menjalani cuci darah (hemodialisa) hanya sekitar 4 ribu – 5 ribu orang. Kasus gagal ginjal di Indonesia setiap tahunnya masih terbilang tinggi, pasalnya masih banyak masyarakat Indonesia tidak menjaga pola makan dan kesehatan tubuhnya. Hal ini berarti membuat penyakit gagal ginjal kronik menduduki salah satu peringkat penyakit penyebab kematian tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani program hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Sanjiwani Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional deskriptif. Penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang. Pada penelitian ini hasil dari tingkat kepatuhan pasien GGK terhadap hemodialisa sebanyak 27 responden (90%) yang patuh dan yang tidak patuh sebanyak 3 responden (10%). Dengan demikian sebagian besar pasien gagal ginjal kronik patuh menjalani hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Sanjiwani Gianyar. Kesimpulan penelitian ini adalah diharapkan pasien gagal ginjal kronik agar berobat secara teratur sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh petugas kesehatan. Penundaan cuci darah menyebabkan komplikasi paru, kejang, penurunan kesadaran, gangguan elektrolit yang berat, gagal jantung, yang bisa menyebabkan kematian.
Gambaran Tingkat Kecemasan Keluarga dengan salah satu anggota Keluarganya Menderita Skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah sakit Jiwa Provinsi Bali tahun 2012 Kristian, I wayan Aryo Rumambi; Sumirta, I Nengah; Suarnata, I Ketut; Muryani, Ni Made Sri
Jurnal Kesehatan Medika Udayana Vol 5 No 01 (2019)
Publisher : Akademi Keperawatan Kesdam IX/Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.069 KB)

Abstract

ABSTRACT Background: The presence of schizophrenia in the family is a very heavy stressor that must be borne by the family. Families who have family members with schizophrenia can increase stress and family anxiety. The purpose of this study was to describe the level of anxiety of families with one of their family members suffering from schizophrenia at Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Method: This research is a quantitative research with descriptive research design with consecutive sampling technique, with a sample of 30 respondents. Results: Most of the families of schizophrenia patients experienced mild anxiety levels of 12 (40.0%) respondents, moderate anxiety as many as 11 (36.7%) respondents, severe anxiety as many as 6 (20.0%) respondents, and panic was experienced by 1 (3.3%) respondents. Conclusion: Most of the families of schizophrenic patients experience mild anxiety, as many as 12 with symptoms often feeling lethargic, muscle twitch, tremor, and often feeling short of breath. ABSTRAK Latar belakang: Kehadiran Skizofrenia dalam keluarga merupakan stressor yang sangat berat yang harus ditanggung keluarga. Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia dapat meningkatkan stress dan kecemasan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengambarkan tingkat kecemasan keluarga dengan salah satu anggota keluarganya menderita skizofrenia di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif dengan tehnik consecutive sampling, dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil: Sebagian besar keluarga pasien skizofrenia mengalami tingkat kecemasan ringan sebanyak 12 (40.0%) responden, kecemasan sedang sebanyak 11 (36.7%) responden, kecemasan berat sebanyak 6 (20.0%) responden, dan panik dialami oleh 1 (3.3.%) responden. Simpulan: Sebagian besar keluarga pasien skizofrenia mengalami kecemasan ringan yaitu sebanyak 12 dengan gejala sering merasa lesu, kedutan otot, gemetar, dan sering merasa napas pendek.

Page 2 of 4 | Total Record : 35