cover
Contact Name
abdul wahid
Contact Email
jurnalpendidikanmultikultural@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalpendidikanmultikultural@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Pendidikan Multikultural
ISSN : 25494317     EISSN : 2686083X     DOI : -
Core Subject : Religion, Education,
Jurnal Pendidikan Multikultural ini diharapkan membuka wawasan dan kemudian mengembangkannya di masa-masa mendatang.
Arjuna Subject : -
Articles 60 Documents
OBYEKTIVASI SIKAP TOLERANSI ANAK DALAM PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL KELUARGA MULTI AGAMA Nasruddin Nasruddin
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.522 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i1.2551

Abstract

Setelah orang tua dalam keluarga multi agama di masyarakat Balun melakukan penyesuaian diri terhadap realitas sosial sebelumnya, dan ketika realitas sosial yang baru terbentuk, mereka mau tidak mau harus terlibat di dalamnnya meskipun realitas baru ini sendiri mengalami ‘tarik ulur’ atau negosiasi di antara individu-individu yang ada di masyarakat Balun, termasuk orang tua dalam keluarga multi agama sebelum realitas baru tersebut terlembagakan atau terinstitusionalisasikan baik di dalam pikiran, tindakan, perilaku atau lainnya. Dengan kata lain, realitas sosial baru yang berbentuk beragam sikap toleransi yang ditampilkan oleh anak keluarga multi agama dalam kehidupan ini lambat laun menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan dari kehidupan keseharian mereka.Kata kunci: institusionalisasi, anak, realitas sosial, keluarga After parents in a multi-religious family in the Balun community adjust themselves to previous social realities, and when new social realities are formed, they inevitably have to be involved in them even though this new reality itself experiences 'tug-of-war' or negotiations between individuals - individuals in the Balun community, including parents in multi-religious families before the new reality is institutionalized or institutionalized both in thought, action, behavior or otherwise. In other words, the new social reality in the form of a variety of tolerance attitudes which are displayed by the children of multi-religious families in this life gradually becomes an inseparable part of their daily lives.Keywords: institutionalization, children, social reality, family 
AKULTURASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM BUDAYA WAYANG TOPENG MALANGAN Rosichin Mansur; Yaqub Cikusin
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.031 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i2.4753

Abstract

Dalang memiliki peran sentral sebagai penguasa, sutradara dan penutur cerita dalam pagelaran wayang topeng malangan. Dalang sebagai pelestari akulturasi nilai, nilai-nilai pendidikan Islam multikultural dalam budaya yang diekspresikan pada pementasan wayang topeng malangan. Akulturasi nilai-nilai pendidikan Islam multikultural dalam ritual wayang topeng malangan berupa nilai religi (nilai kedamaian, humanis) dan budaya (nilai pribadi, kekeluargaan). Model akulturasi nilai dalam tuturan bahasa dalang secara dekulturasi, bangunan model akulturasi dibangun dengan cara rekonstruksi, model akulturasi nilai dalam ritual secara sinkretisme, bangunan model akulturasi dibangun dengan cara rekonstruksi.Kata kunci: akulturasi nilai, pendidikan Islam multikultural, wayang topeng malangan.     The mastermind has a central role as the ruler, director and storyteller in the shadow puppet show performance. The mastermind as the preserver of acculturation in values, the values of multicultural Islamic education in culture are expressed in the performance of wayang topeng malangan. There is an acculturation in the values of multicultural Islamic education in wayang topeng malangan rituals in the form of religious values (peace, humanism) and culture (personal values, family values). Acculturation model values in puppeter language speech in deculturation, building acculturation model was built by means of reconstruction, acculturation value models in rituals in syncretism, building acculturation models built by reconstruction.Keywords: acculturation of values, multicultural Islamic education, shadow puppetry of malangan.
KAJIAN ISLAM TERHADAP SILA KEDUA DALAM PANCASILA SEBAGAI PENJAGA MULTIKULTURALISME Sulistyani Eka Lestari
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (692.194 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i2.4759

Abstract

Pancasila sudah lama menjadi ideologi bangsa Indonesia. Meskipun demikian, masih banyak subyek bangsa ini yang tidak menempatkannya sebagai ideologi. Mereka menunjukkan sikap dan perilaku yang berlawanan dengan ideologi. Salah satu sila dalam Pancasila yang dilanggar atau dilecehkannya adalah sila kedua (kemanusiaan yang adil dan beradab). Bentuk perbuatan yang ditunjukkan dengan melecehkan sila kedua dari Pancasila ini adalah radikalisme baik secara individual maupun kelompok. Pancasila sebagai penjaga multikulturalisme hanya disikapi sebagai kumpulan teks yang tidak bermakna.Kata kunci: Pancasila, ideologi, radikalisme, multikulturalisme, Islam         Pancasila has long been the ideology of the Indonesian. Even so, there are still many subjects of this nation that do not place it as an ideology. They show attitudes and behaviors that are contrary to the ideology. One of the principle in Pancasila that was violated or abused was the second principle (fair and civilized humanity). The form of deeds shown by insulting the second principle of the Pancasila is radicalism both individually or in groups. Pancasila as the guardian of multiculturalism is only addressed as a collection of meaningless texts.Keywords: Pancasila, ideology, radicalism, multiculturalism, Islamic
MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK SIKAP MULTIKULTURALISME Mohammad Jamhuri; Maskuri Maskuri
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (322.737 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i1.2552

Abstract

Nilai-nilai multikulturalisme dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di Universitas Yudharta Pasuruan telah dilaksanakan dengan baik, terbukti telah terjadi sikap saling menghormati, toleransi, sikap saling menghargai, tolong menolong dan lain sebagainya, baik antar mahasiswa atau antar dosen dan atau antar mahasiswa dan dosen Universitas Yudharta Pasuruan dan dengan masyarakat. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam Universitas Yudharta Pasuruan telah terintegrasi oleh prinsip-prinsip aswaja dan nilai-nilai multikultural, baik pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran, ektra kurikuler atau pada kegiatan keagamaan mahasiswa Universitas Yudharta Pasuruan.Kata kunci: prinsip-prinsip aswaja, multikultural, model pembelajaran         The values of multiculturalism in learning Islamic education at the University of Yudharta Pasuruan have been well implemented, it has been proven that there has been an attitude of mutual respect, tolerance, mutual respect, help and so on, both between students or between lecturers and or between students and University lecturers Yudharta Pasuruan and with the community. The implementation of the learning of Islamic religious education at Yudharta Pasuruan University has been integrated by the principles of Aswaja and multicultural values, both in the implementation of learning activities, extra curricular or in religious activities of students of Yudharta Pasuruan University.Keywords: aswaja principles, multicultural, learning models
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL DALAM DUNIA TAREKAT Halimatussa’diyah Halimatussa’diyah
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.638 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i2.4755

Abstract

Nilai-nilai pendidikan Agama Islam multikultural dalam Tarekat ini di Implementasikan dalam kegiatan beribadah dan muamalah oleh pengikut Tarekat maupun masyarakat yang tidak ikut Tarekat. Adapun pengaruh Tarekat di dua desa tersebut memberi pengaruh positif terhadap kehidupan sosial dimasyarakat, yang meliputi tiga aspek yaitu spiritual, sosial dan ekonomi. Dengan memunculkan perilaku dan sikap yang baik, mentaati norma-norma yang ada, menjalin hubungan yang harmonis dari segi apapun baik dari segi, sosial dan ekonomi dan kemaslahatan lainnya. Aktif dalam bidang spiritual semakin menambah ketakwaan diri kepada Allah. Dengan demikian Tarekat di dua tempat semakin maju dari tahun-ketahun setelah adanya ajaran pendidikan agama Islam.Kata kunci: nilai-nilai, Islam, multikultural, tarekat   The values of multicultural Islamic education in this Tarekat are implemented in worship and muamalah activities by followers of the Tarekat and the people who do not participate in the Tarekat. The influence of the Tarekat in the two villages has a positive influence on social life in the community, which includes three aspects, namely spiritual, social and economic. By raising good behavior and attitudes, adhering to existing norms, establishing harmonious relationships in any aspect both in terms of social and economic and other benefits. Being active in the spiritual field increasingly adds to one's devotion to God. Thus the Tarekat in two places progressed from year to year after the teachings of Islamic religious education.Keywords: values, Islamic, multicultural, tarekat
PERSPEKTIF ETIKA ISLAM TERHADAP HEDONISME PEMELUK AGAMA M. Bashori Muchsin
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (604.972 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i2.4781

Abstract

Di tengah masyarakat Indonesia ini, fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit ditemukan kasus pemeluk agama yang menjerumuskan dirinya dalam perbuatan tercela, padahal  agama Islam sudah mengajarkan kepada setiap pemeluknya untuk menjadi manusia-manusia yang taat dan konsisten memegang teguh agamanya. Mereka yang terjerumus ini identic membenarkan jenis-jenis perilaku yang bertentangan dengan doktrin Islam, dan bahkan apa yang diperbuatnya ini bukan hanya merugikan dirinya, melainkan juga merugikan orang lain dan citra agama yang dipeluknya. Salah satu pola yang diikutinya adalah hedonism.Kata kunci: perubahan, pemeluk agama, hedonisme, etika Islam       In the midst of Indonesian society, the facts show that there are not a few cases of adherents of religion who plunged themselves into despicable acts, even though Islam has taught each of its adherents to be obedient and consistent humans upholding their religion. Those who fall into identically justify the types of behavior that are contrary to Islamic doctrine, and even what it does is not only damage to itself, but also harms others and the religious image that is embraced. One pattern that he followed was hedonism.Keywords: change, adherents of religion, hedonism, Islamic ethics
PENETRASI PENDIDIKAN ISLAM PADA BUDAYA DAN AGAMA MASYARAKAT Akhmad Thoyib Mas’udi
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.709 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i1.2553

Abstract

Proses penetrasi pendidikan Islam pada budaya dan agama masyarakat di desa Pulopancikan Gresik bersifat akulturatif dengan corak overt culture melalui beberapa unsur budaya masyarakat yang meliputi: sistem religi dan upacara keagamaan, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, sistem teknologi dan sistem bahasa. Selain melalui unsur budaya masyarakat, penetrasi akulturatif juga dijalankan melalui sistem agama masyarakat yang meliputi: haddad-an, majelis rawhah, haul Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, perayaan tahun baru Imlek, dan sembahyang saling berebut.Kata kunci: Penetrasi Sosial, Pendidikan Islam.                               The process of penetration of Islamic education in the culture and religion of the community in Pulopancikan Gresik village is acculturative with a pattern of overt culture through several elements of community culture which include: religious systems and religious ceremonies, kinship systems and social organizations, technological systems and language systems. In addition through cultural elements of society, acculturative penetration is also carried out through the community's religious system which includes: haddad-an, rawhah assembly, haul Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Chinese New Year celebrations, and scrambling prayers.Keywords: social penetration, islamic education
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL DALAM MASYARAKAT MUSLIM TENGGER Imron Muhadi
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 2 (2019): AGUSTUS
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (579.347 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i2.4756

Abstract

Orang Tengger yang beragama Islam masih menganut kepercayaan ngelmu sebagai warisan leluhur mereka. Mereka masih mempercayai hitungan hitungan yang berkaitan dengan hari baik dan hari buruk untuk tujuan tujuan tertentu semisal pernikahan dan sebagainya. Banyak tokoh-tokoh masyarakat muslim Tengger mengatakan bahwa Tengger tidaklah dapat dipisahkan dengan tradisi serta adat istiadat yang diwariskan secara turun temurun, agama tidak lagi menjadi penghalang untuk melakukan kegiatan kegiatan upacara adat dan tradisi turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang orang Tengger. Justru dengan melestarikan upacara adat serta tradisi yang ada, masyarakat tengger dapat hidup rukun berdampingan secara damai. Ogoh-ogoh adalah upacara perayaan keagamaan umat Hindu sebelum merayakan hari raya Nyepi. Perayaan Nyepi ditandai dengan tidak adanya aktifitas kegiatan sehari hari dan bahkan lampu penerangan di daerah tersebut dipadamkan untuk beberapa saat (waktu).Kata kunci: nilai-nilai, pendidikan agama Islam, multikulturalisme, tradisi, budaya lokal   The Tengger people who are Muslim still adhere to the belief of ngelmu as their ancestral heritage. They still believe in counts relating to good days and bad days for certain purposes such as marriage and so on. Many Tengger Muslim community leaders said that Tengger cannot be separated from traditions and customs inherited from generation to generation, religion is no longer a barrier to carrying out traditional ceremonies and hereditary traditions inherited by the ancestors of the Tengger people. Therefore by preserving the traditional ceremonies and traditions that exist, the Tengger community can live in harmony side by side in peace. Ogoh-ogoh is a religious ceremony for Hindus before celebrating Nyepi. The Nyepi celebration was marked by the absence of daily activities and even the lights in the area were put out for a period of time.Keywords: values, Islamic religious education, multiculturalism, tradition, local culture
STRATEGI PEMBENTUKAN KARAKTER INKLUSIF-PLURALIS MELALUI KETELADANAN MULTIKULTURAL KIAI DI PESANTREN NGALAH PASURUAN Achmad Yusuf
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.661 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i1.2549

Abstract

Tujuan penelitian ini mengungkapkan dan menganalisa (1) Nilai karakter inklusif-pluralis Santri Pesantren Ngalah, (2) Pembentukan karakter inklusif-pluralis santri Pesantren Ngalah. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jenis studi kasus. Kehadiran peneliti bersifat mutlak, (human instrument). Jenis data (1) primer, dan (2) skunder. Penentuan informan (1) purposive sampling. (2) snowball sampling. Pengumpulan data 1) wawancara mendalam; 2) observasi partisipan; dan 3) dokumentasi. Teknik analisis data l) reduksi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan/verifikasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan kredibilitas, meliputi; (1) perpanjangan pengamatan, (2) triangulas (a) triangulasi sumber, (b) triangulasi teknik, dan (c) triangulasi waktu. Simpulan penelitian ini (1) karakter inklusif-pluralis santri di Pesantren Ngalah; karakter yang dapat menerima, mengakui, menghormati, dan menyakini adanya perbedaan, serta adanya keragaman ras, suku, bahasa, dan agama yang dapat hidup berdampingan di dalam suatu entitas yang pluralistik. (2) strategi pembentukan karakter inklusif-pluralis santri di pesantren Ngalah meliputi; (a) keteladanan multikultural kiai; pertama, multikultural kognitif, kedua, multikultural afektif, ketiga, multikultural psikomotorik. (b) mendiskusikan dawuh kiai dan Jawabul Masail; (c) pembelajaran berdasarkan pengalaman langsung, (d) keterlibatan santri dalam penyusunan karya Ngalah.Kata kunci: karakter inklusif, multicultural, nilai                                Aim research this express and analyze (1) the inclusive character value of the santri Pesantren Ngalah, (2) formation of inclusive character-plu ralis santri Pesantren Ngalah. This study uses qualitativewith type of study the case . The presence of researchers is absolute, (human instrument) . Type d ata (1) primary, and (2) secondary . determination of informants (1) purposive sampling, (2) snowball sampling. collecting data 1) in-depth interviews; 2) participant observation; and 3) documentation Data analysis techniques l) data reduction, 2) data presentation , and 3) conclusion drawing/verification. checking the validity of the data using credibility, covering; (1) extension of observation (2) triangulas (a) source triangulation, (b)technical triangulation, and (c)time triangulation. conclusion research this (1) the inclusive character of plu ralis santri in pesantren Ngalah; character who can accept, acknowledge, respect, and believe in differences , as well as their diversity race, ethnicity, language, and religion that can coexist in apluralistic entity . (2) Strategy for establishing santri's inclusive-pluralist character in Ngalah Islamic boarding school includes; (a) exemplary multicultural kiai; first, multicultural cognitive, second, multicultural affective, third, multicultural psychomotor. (b) discussing dawuh kiai and Jawabul Masail; (c) learning based on direct experience, ( d )  santri involvement in preparation of Ngalah complaints workKeywords: inclusive character, multicultural, value
HIV-AIDS AND ISLAM’ IN INDONESIA; POWER NARRATIVES AND RESISTANCE Syamsu Madyan
Jurnal Ijtihad Vol 3, No 1 (2019): FEBRUARI
Publisher : Universitas Islam Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.039 KB) | DOI: 10.33474/multikultural.v3i1.2554

Abstract

This paper can be identified as an AIDS anti-stigma related project, which orients its query to the particular problem of  social  stigma based on religion in Indonesia. It analyze how Islamic authorities and leadership in Indonesia has the  power in the construction of  AIDS realities as the reproduction  of  AIDS  discourses  in  Indonesia  generates  the  stigma towards Muslims living with the infection. This paper will be demonstrating the scenario of power, exclusion and resistance within the context of that stigma.Keywords: AIDS, religion, resistence