cover
Contact Name
Asri Hidayat
Contact Email
asri.hidayat@kemdikbud.go.id
Phone
+628114118474
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Sultan Alauddin km.7, Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia, 90221
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora
ISSN : 25024345     EISSN : 26864355     DOI : https://doi.org/10.36869
Core Subject : Social,
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora is an open access, a peer-reviewed journal published by Balai Pelestarian Nilai Budaya Sulawesi Selatan.
Articles 119 Documents
USAHA PERKEBUNAN GAMBIR DI KEPULAUAN RIAU PADA ABAD KE-19 dedi - arman
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 1 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i1.227

Abstract

Gambir merupakan salah satu komoditas ekspor terpenting dari Kepulauan Riau pada masa kolonial Belanda. Namun, dalam perkembangannya, gambir seakan menghilang dan hanya tersisa di Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun. Penelitian ini menarik di tengah upaya pemerintah menggairahkan kembali jalur rempah di wilayah nusantara. Artikel ini bertujuan mengkaji usaha perkebunan gambir di Kepulauan Riau pada abad ke-19. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang dalam pengumpulan sumber menggunakan studi pustaka dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit gambir didatangkan dari Sumatra. Perkebunan gambir di Kepulauan Riau berbeda dengandaerah lainnya, baik kepemilikan maupun tata cara pengolahan. Gambir dipasarkan ke Singapura, Pulau Jawa, dan Siam. Keberadaan usaha perkebunan gambir membawa dampak sosial ekonomi. Gambir memberikan pemasukan bagi Kerajaan Riau Lingga dan pemerintah kolonial Belanda. Selain itu, ribuan pekerja gambir dari etnik Teochew (Tiociu) didatangkan dari Cina dan menjadi cikal-bakalkeberadaan orang Tionghoadi Kepulauan Riau. Pada akhir abad ke-19, usaha perkebunan gambir mengalami kemunduran. Penyebabnya, permintaan gambir di pasar internasional menurun. Usaha gambir makin sulit karena makin menipisnya cadangan kayu untuk pengolahan dampak kerusakan hutan yang parah.
TEMON HOLIC: DAMPAK PERGERAKAN DAMAI KOMUNITAS PEJOGET DANGDUT KREATIF DI SOLO RAYA Denis - Setiaji
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.244

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena munculnya komunitas joget Temon Holic di dalam masyarakat dangdut koplo. Kreativitas Temon Holic dalam mengubah musikal dangdut koplo menjadi gerak joget menjadi aspek utama dari penelitian ini. Selain itu, penulis juga mencoba melihat bagaimana karakteristik komunitas Temon Holic sehingga menciptakan sebuah identitas dan seperti apa dampak yang ditimbulkan oleh komunitas tersebut dalam masyarakat dangdut koplo. Penelitian etnografi dilakukan untuk mendapatkan data baik secara langsung maupun virtual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Temon Holic memproduksi gerak-gerak atraktif, unik, dan menarik melalui stimulasi pola-polaisian oleh praktisi dangdut koplo. Temon Holic merupakan kelompok yang menjadi media regenerasi dan pembelajaran para penikmat dangdut untuk selalu dalam koridor damai dan nyaman pada setiap kegiatan dangdut. Oleh karena itu, aktivitas Temon Holic dapat menghilangkan pandangan negatif yang melekat pada penonton dangdut. Fenomena tren joget ala komunitas Temon Holic menjadi salahsatu bukti bahwa kreativitas tidak hanya dapat dilakukan oleh musisi atau performer, tetapi penikmat ataupun penonton juga memiliki kesempatan untuk berkreasi dan berkontribusi dalam meramaikan khazanah pertunjukan musik dangdut koplo.
PATRIOTISME BULAENNA PARANGIA: AKAR HISTORIS PENGUATAN KOMITMEN KEBANGSAAN MASYARAKAT LOKAL Andi Maryam; Muh Subair
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.284

Abstract

Peristiwa patriotik bersejarah banyak yang berlalu tanpa kesan mendalam bagi masyarakat, ada yang hanya sekedar terekam dalam buku-buku sejarah, ada yang terserat dalam goresan kertas-kertas kuno dan tak lagi dapat terbaca karena lapuk, rusak dan punah dimakan usia. Manuskrip Bulaenna Parangia  yang telah selesai terbaca dan teridentifikasi dengan baik akan makna dan kandungannya. Ternyata berkisah tentang kepahlawanan masyarakat Selayar yang dilestarikan melalui nyanyian sinrilik. Melalui kajian terhadap nilai-nilai patriotisme yang terkandung dalam isi manuskrip tersebut. Terungkaplah adanya keberanian, pengorbanan dan kesetiaan raja Tanete atau bergelar Bulaenna Parangia  yang dikisahkan melalui sinrilik sebagai suatu inspirasi hidup bagi masyarakat Selayar. Kejadian serupa dengan itu pun dikisahkan juga melalui pengorbanan para pemuda yang gugur ketika mengusir penjajah Belanda dari bumi Selayar pada tahun 1946. Keberanian dan pengorbanan itu disusul lagi dengan komitmen para raja untuk menyerahkan kekuasaannya kepada sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Serangkaian persembahan keberanian, pengorbanan dan kesetiaan tersebut merupakan ekspresi nyata dari komitmen kebangsaan masyarakat lokal sebagai buah dan teladan dari patriotisme pendahulunya, sebagaimana tergambar dari keberanian, pengorbanan dan kesetiaan Bulaenna Parangia  yang juga rela menyerahkan jiwa raganya untuk membela bangsa yang dicintainya
SAGATA SEBAGAI IDENTITAS TRADISI LISAN MASYARAKAT LAMPUNG Karsiwan Karsiwan; Lisa Retno Sari; Adelia Azzahra
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.250

Abstract

Sagata merupakan warisan budaya masyarakat Lampung berbentuk tradisi lisan. Sagata secara umum memiliki bentuk seperti pantun atau puisi dan dilantunkan dalam komunikasi dan interaksi baik antarindividu maupun antarkelompok, dan tak jarang sebagai pelengkap prosesi adat-istiadat masyarakat Lampung Pesisir. Penelitian ini mendeskripsikan sagata sebagai identitas budaya berbentuk tradisi lisan pada masyarakat Lampung Pesisir. Metode penelitian yang digunakan adalahmetode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan 1) tradisi lisan sagata sebagai bagian integral hasil budaya masyarakat Lampung Pesisir, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ajaran agama, nilai, dan norma yang berkembang dalam masyarakat yang hidup danberkembang pada masyarakat khususnya Lampung Pesisir; 2) sagata memiliki beberapa bentuk, yakni Sagata Sanak Ngebabang (pantun anak-anak), sagata buhaga (pantun percintaan), c) sagata nangguh (pantun membuka atau menutup kegiatan), d) sagata lalagaan (pantun berolok-olok atau kocak), e) sagata nyindekh (pantun sindiran), dan f) sagata hahiwang (pantun duka cita), dan 3) sagata masih dijumpai sebagai pelengkap pada upacara sakral seperti upacara pernikahan, acara muli mekhanai, khitanan sebagai media memberi nasihat, amanat, dan pesan kehidupan.
PRAKTIK MODERASI DI JALUR REMPAH NUSANTARA: MAKASSAR ABAD XVI – XVII Abd Rahman Hamid
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.285

Abstract

Artikel ini bertujuan menjelaskan tentang praktik moderasi di jalur rempah Nusantara, khususnya Makassar pada abad XVI-XVII. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode sejarah ditemukan kisah yang sangat gemilang dalam hubungan Islam dan Kristen. Menurut teori balapan, persaingan dan permusuhan sengit antara penganut dua agama itu, seperti kasus Malaka, Jawa, dan Maluku, tidak terjadi di Makassar. Sejak abad XVI, penguasa Makassar sangat terbuka dengan semua bangsa dan penganut agama sehingga terjalin hubungan harmonis dengan Muslim Melayu dan Kristen Portugis. Praktik ini membuat Makassar terlambat menerima Islam pada awal abad ketujuh belas dibandingkan dengan Ternate dan Buton pada abad XV dan XVI. Namun, di sisi lain, setelah menerima Islam, Makassar mendeklarasikan Islamisasi ke semua kerajaan di semenanjung Sulawesi Selatan hanya dalam tempo empat tahun (1607-1611). Islam menjadi stimulus lahirnya kebijakan pelayaran bebas (mare liberum). Kebijakan ini menarik perhatian pelaut dan pedagang dari berbagai bangsa danagama untuk berlabuh dan berniaga di Makassar, sehingga ia berhasil tumbuh menjadi kota pelabuhan dunia. Hal ini menunjukkan kecemerlangan Makassar dalam memajukan perdagangan dan jalur rempah Nusantara.
PROBOLINGGO STOOMTRAM MAATSCHAPPIJ: MODERNISASI TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA PROBOLINGGO TAHUN 1894- 1930 Nanang Setiawan
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.252

Abstract

Pembangunan jalur trem di wilayah Karesidenan Probolinggo oleh Probolinggo Stoomtram Maatschappij (PbSM) merupakan proses panjang yang tidak dapat lepas dari kepentingan ekonomi. Motivasi tersebut kemudian membawa pengaruh besar terhadap kondisi sosial-ekonomi di tingkat lokal masyarakat KotaProbolinggo. Penelitian ini mengkaji modernisasi transportasi trem uap di Probolinggo pada tahun 1894-1930 dan dampak yang ditimbulkan setelah beroperasinya transportasi tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri atas empat tahap, yaitu heuristik,verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menunjukkan bahwa transportasi trem tidak hanya sekadar berperan mempercepat laju pengangkutan, tetapi juga mendorong perubahan sosialekonomi pada masyarakat Kota Probolinggo. Hal ini dibuktikan dengan munculnya kesempatan ekonomi baru dan meningkatnya mobilitas sosial sebagai bentuk respons positif masyarakat terhadap keberadaan transportasi. Lebih lanjut, sebagai moda transportasi baru yang telah membawa nilai kemodernan, pada akhirnya berpengaruh terhadap proses terbentuknya budaya berkereta api mengarah pada gaya hidup baru masyarakat Probolinggo yang mentradisi
TRANSFORMASI PEMIKIRAN PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA ABAD KE-20 Nasihin Nasihin; St. Junaeda; Muhammad Dahlan
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.287

Abstract

Kajian mengenai transformasi pemikiran Islam di Indonesia sangat penting untuk melihat keterhubungan antara Timur Tengah dengan Indonesia. Wacana pembaharuan Islam berkembang seiring dengan kompleksitasnya kondisi Timur Tengah, serta menguatnya praktik pemurnian Islam dan modernisme barat pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Wacana pembaharuan Islam terus ditransmisikan dan pada prosesnya bertransformasi menjadi sebuah gerakan yang potensial di Indonesia. Praktik pembaharuan Islam terus dimodelkan, sehingga kontektual dengan zamannya. Praktik tersebut muncul secara dinamis, meskipun cenderung saling tumpang tindih antara pemikiran yang sifatnya ideologismaupun simbolis. Pada abad ke-20, praktik ini muncul dalam berbagai perwajahan organisasi Islam yang lebih tegas dalam menjelaskan aspek pembaharuan Islam sebagai dasar pergerakannya. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode sejarah dengan menitikberatkan pada konsep dasar mengenai transformasi. Konsep transformasi menandai sebuah proses kesinambungan dan perubahan dari wacana pemurnian dan pembaharuan Islam. Wacana pemurnian dan pembaharuan Islam di Indonesia muncul untuk menantang praktik wacana sufisme (tarekat), yang telah menggejala dalam masyarakat Indonesia. Wacana pemurnian dan pembaharuan Islam, terus dimodelkan oleh organisasi Islam dan mendapatkan momentumnyan dalam konteks kolonilaisme, sehingga mengalami transformasi menjadi sebuah gerakan praksis untuk menantang praktik kolonialisme Belanda.
KERAJAAN BANTEN GIRANG DAN FORMASI PERDAGANGAN REMPAH DI SELAT SUNDA ABAD X – XVI Andika Ariwibowo
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.268

Abstract

Banten sejak abad ke-10 telah memainkan peran penting dalam rangkaian formasi sejarah maritim Nusantara karena wilayah ini merupakan salah satu bandar utama dalam jaringan perniagaan bahari baik di Nusantara maupun Asia Tenggara. Hal-hal yang dibahas dalam kajian ini adalah faktor-faktor apakah yang melatarbelakangi terbentuknya Banten Girang hingga mampu menjadi salah satu simpul strategis dalam jaringan perniagaan rempah di kawasan bahari Nusantara? Kemudian seperti apakah pola jaringan perniagaan Banten pada masa Kerajaan Banten Girang? Serta bagaimanakah pengaruh perniagaan lada hitam yang kemudian menjadikan Banten Girang sebagai salah satu pelabuhan utamaperniagaan rempah pada abad ke-10 hingga abad ke-16? Kajian ini dilakukan untuk melihat lebih jauh mengenai perkembangan wilayah Banten yang ternyata telah memiliki peran penting dalam rangkaian formasi sejarah bahari Nusantara sejak abad ke-10. Sumber-sumber yang digunakan sebagian besar merupakan sumber-sumber sekunder yang membahas mengenai Banten maupun keterkaitan Banten dengan wilayah-wilayah lain di sekitarnya baik di kawasan Nusantara maupun Asia. Wilayah Banten pada masa sebelum berdirinya Kesultanan Banten telah memainkan posisi penting dalam arus dan jaringan perdagangan di kawasan perairan Nusantara. Produksi lada hitam dan letak yang strategis dalam jalur perniagaan di Selat Sunda telah menjadikan Banten Girang memperoleh kegemilangan dalam aktifitas perdagangan lintas bahari ketika itu.
ADAQ MASSORONG KAPPAR PADA MASYARAKAT PAMBOANG DI MAJENE: PERSPEKTIF NILAI BUDAYA ISLAM Rahmawati Rahmawati; Mastanning mastanning; Ummul Khair
Pangadereng : Jurnal Hasil Penelitian Ilmu Sosial dan Humaniora Vol 8, No 2 (2022)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/pjhpish.v8i2.275

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan nilai-nilai Islam dalam tradisi massorong kappar pada masyarakat pesisir di Desa Tinambung Pamboang. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan data lapangan. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara (interview) kepada pelaku tradisi, dan melakukan kajian literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilainilaiIslam dalam tradisi massorong kappar diurutkan berdasakan proses pelaksanaannya. Sebelum pelaksanaan, dianjurkan diucapkan kalimat tayyibah syahadatain, istighfar, dan selawat. Perempuan memasak harus dalam keadaan suci dan menggunakan jilbab atau pakaian tertutup. Proses pertamamerendam beras dengan membaca tawassul lalu tallu sura’ (Surah Al-Ikhlas, surah Al-Falaq, dan surah  An-Nas). Kedua membentuk tiga sokkol (ketan) seperti gunung dengan warna yang berbeda. Bacaan surah disesuaikan warna sokkol. Filosofi sokkol berwarna hitam menyimbolkan tanah, artinya manusia diciptakan dari tanah dan surah Al-Ikhlas bermakna seluruh manusia hanya menggantungkan usaha dan harapannya kepada Allah Swt. Sokkol berwarna kuning dibacakan surah Al-Falaq sebagai simbol angin atau udara karena ayat-ayat tersebut tersirat makna bahwa manusia membutuhkan udara untuk bernafas. Selain itu, angin juga bisa menjadi sarana kekuatan negatif berupa sihir yang dihembuskan melalui angin. Adapun sokkol putih dibacakan surah An-Nas sebagai simbol air sebab memiliki arti sangat penting di mana air merupakan sumber kehidupan. Ketiga, memilih tallun rupa loka (tiga macam pisang) bermakna kesuburan manusia dan segan mati sebelum berjasa. Keempat memilih tello manu kappung (telur ayam kampung) bermakna dengan ukuran kecilnya mampu sukses dan memiliki manfaat serta bermakna bahwa manusia dapat mengatasi segala halangan dan rintangannya. Kelima, kappar bermakna kebersamaan, gotong royong, penghormatan, dan pemberian gelar. Dalam tradisI massorong kappar dilakukan dengan makna segala tindakan baik harus diawali dengan ucapan yang baik. Bertawakal atas segala yang dilakukan dan memohon ampunan apabila terjadi kekhilafan.

Page 12 of 12 | Total Record : 119