cover
Contact Name
Eri Hendra Jubhari
Contact Email
webpdgi@gmail.com
Phone
+628124235346
Journal Mail Official
webpdgi@gmail.com
Editorial Address
Ruko Malino A4. Baruga, Antang, Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
MDJ (Makassar Dental Journal)
ISSN : 20898134     EISSN : 25485830     DOI : 10.35856/mdj
Core Subject : Health,
The journal receives a manuscript from the following area below Dentistry science and development with interdisciplinary and multidisciplinary approach: Dental Public Health and Epidemiology Oral and Maxillofacial Surgery Dental Conservation and Endodontics Preventive Dentistry Biomedical Dentistry Dental Radiology Pediatric Dentistry Oral Pathology Prosthodontics Traumatology Oral Biology Biomaterials Orthodontics Periodontics
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013" : 7 Documents clear
Teknik pencetakan abutment implan: sebuah tinjauan pustaka Evelyn Neos; Edy Machmud; Rifaat Nurrahma; Irfany .
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.631 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.116

Abstract

Implan gigi merupakan perawatan alternatif terbaik dalam mengembalikan fungsi mastikasi, estetik dan fonetik pada pasien dengan kehilangan sebagian atau seluruh giginya. Penggunaan implan gigi telah memperluas lingkup kedokteran gigi klinis, menciptakan pilihan perawatan tambahan untuk kasus-kasus kompleks dengan rehabilitasi fungsional yang terbatas. Implan gigi terdiri atas badan implan, healing cap, abutment dan mahkota. Oleh karena itu untuk mendapatkan mahkota yang memiliki adaptasi, akurasi dan efisiensi yang baik, dibutuhkan teknik pencetakan yang tepat. Terdapat dua teknik pencetakan dasar yang sering dilakukan, yaitu teknik open-tray dan teknik closed-tray. Pada teknik open-tray, coping transfer berada dalam cetakan dan tidak disekrup sebelum cetakan dikeluarkan dari dalam mulut. Sedangkan pada teknik closed-tray, coping transfer tertahan pada implan saat pelepasan cetakan dan harus direposisikan kembali pada hasil cetakan. Kedua teknik pencetakan ini memiliki indikasi dalam penggunaannya serta keuntungan dan kerugian masing-masing. Dengan demikian dengan teknik pencetakan yang tepat tentu saja dapat menjadi pondasi untuk proses rekontruksi prostetik yang baik serta merupakan faktor penting dalam perawatan restorasi implan.
Pengaruh praktik higiene terhadap profil kesehatan rongga mulut pada manula di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Hermita Agus; Afi Savitri; Gus Permana Subita
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.28 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.117

Abstract

Dalam beberapa tahun terakhir, angka populasi manula di seluruh dunia telah meningkat dengan cepat, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Data mengenai kesehatan rongga mulut pada manula di Indonesia masih sangat kurang. Penelitian ini melihat pengaruh praktik higiene rongga mulut terhadap profil kesehatan rongga mulut khususnya status kebersihan mulut (OHI-S), kesehatan gigi (DMF-T), kesehatan periodontal (CPI) pada manula di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 03 Ciracas. Selain itu, juga mendeskripsikan keluhan subjektif yang dirasakan di rongga mulut mereka. Data didapat dengan melakukan pemeriksaan klinis intraoral dan wawancara terstruktur menggunakan panduan kuesioner. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dan analitik dengan desain potong lintang. Responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebesar 87 orang. Praktik higiene rongga mulut pada manula di PSTW Budi Mulia 03 Ciracas masih perlu ditingkatkan. Selain itu, terdapat pengaruh praktik higiene, khususnya kebiasaan menyikat gigi dan usaha selain menyikat gigi (penggunaan obat kumur, menyikat lidah dan pemakaian benang gigi) terhadap nilai OHI-S, DMF-T dan CPI. Walaupun sebagian besar responden tidak merasakan adanya keluhan subjektif di mulut, namun bukan berarti tidak ada penyakit jaringan lunak dalam rongga mulut tersebut. Beberapa hal yang perlu ditingkatkan antara lain edukasi praktik higiene rongga mulut pada lanjut usia penghuni panti, perlunya kesadaran petugas panti agar turut bertanggung jawab dalam menjaga kebersihan mulut sehari-hari lanjut usia penghuni panti, serta kerjasama dengan pihak eksternal untuk mengatasi angka decay yang sangat tinggi dan tindakan rehabilitatif untuk mengembalikan fungsi pengunyahan.
Apeksifikasi pada gigi insisivus sentralis rahang atas dengan diskolorisasi menggunakan mineral trioxide aggregate Meilina Goenawan; Juni Jekti Nugroho
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.36 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.118

Abstract

Trauma pada gigi permanen muda dapat menyebabkan gigi non vital bila tidak dilakukan perawatan pada tahap awal. Perawatan gigi permanen immatur non vital merupakan tantangan bagi klinisi disebabkan formasi akar yang belum lengkap sehingga daerah apeks terbuka. Apeksifikasi adalah perawatan yang dilakukan untuk menginduksi barrier kalsifik dengan cara menempatkan bahan apeksifikasi pada daerah apeks yang terbuka. Mineral trioxide aggregate (MTA) merupakan bahan apeksifikasi yang memiliki biokompatibilitas yang baik, kemampuan untuk menutup daerah apeks dan pH yang tinggi. Laporan kasus ini menampilkan perawatan gigi permanen non vital dengan daerah apeks yang terbuka disertai diskolorisasi. Seorang wanita berumur 16 tahun datang ke RSGM Universitas Hasanuddin dengan keluhan adanya perubahan warna pada gigi insisivus sentralis kiri rahang atas. Gigi tersebut memiliki riwayat trauma dan pada gambaran radiografi tampak dinding saluran akar yang divergen dengan ujung apeks yang terbuka lebar. Perawatan yang dilakukan adalah apeksifikasi dengan menggunakan MTA di sepanjang saluran akar. Apeksifikasi dengan menggunakan MTA memberikan hasil yang memuaskan dan waktu perawatan yang lebih singkat.
Penggunaan analisis sefalometri dalam bidang prostodonsi Abdullah Mugan Maruapey; Moh. Dharmautama
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.621 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.119

Abstract

Analisis sefalometri dipakai sebagai alat bantu yang sangat penting untuk suatu penelitian dan diagnosis di kedokteran gigi. Aplikasi klinik telah dilakukan secara meluas di bidang ortodontik, tetapi saat ini sefalometri juga telah digunakan oleh prostodontist untuk membantu menegakkan diagnosis dan menyusun rencana terapi khususnya pada kasus pembuatan gigitiruan penuh dan gigitiruan imediat. Pada kasus pembuatan gigitiruan penuh, sefalometrik ini dapat dipakai untuk mendapatkan kembali posisi struktur yang hilang. Hal ini diperoleh dengan mengidentifikasi prediksi hubungan antara gigi dan cranial landmark yang tidak terjadi perubahan-perubahan setelah post ekstraksi. Masing-masing suatu hubungan ditunjukkan tetap antara sudut occlusal plane relatif untuk frankfurt horisontal angle pada satu sisi dan antara sefalometri titik porion, nasion dan anterior nasal spine (PoNANS angle) pada sisi yang lain. Pada oklusi alami yang telah hilang, orientasi occlusal plane dapat direkonstruksi dengan mengukur PoNANS angle secara sefalometri.Pada kasus gigitiruan imediat, sefalometri digunakan untuk menentukan relasi rahang atas dan rahang bawah (klasifikasi Angle) dan untuk menentukan apakah perlu dilakukan alveoplasti atau tidak. Analisis sefalometri pada bidang prostodonsi sangat membantu menentukan ketepatan perawatan rehabilitasi prostodonsi yang akan dan telah dilakukan.
Bahan cetak alginat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast Putu Rusmiany
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.275 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.121

Abstract

Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang penularannya dapat melalui perantara inhalation of aerosol/droplet from oropharyngeal secretions dan saliva yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Dokter gigi memiliki risiko yang sangat tinggi tertular penyakit dan dapat juga menularkan penyakit antara pasien, dokter gigi, perawat dan bahkan tenaga laboratorium gigi. Penularannya dapat langsung maupun tidak langsung. Penularan dapat melalui bahan cetak yang sering digunakan pada praktek dokter gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan cetak alginat (hydrocolloid irreversible) sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast. Penelitian eksperimental dengan rancangan post test only control group design menggunakan perendaman glutaraldehyde 2% pada alginat selama 10 menit, 15 menit, 25 menit dan tanpa perendaman. Hasilnya menunjukkan tidak ada kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast setelah dilakukan perendaman bahan cetak alginat selama 10 menit, 15 menit dan 25 menit. Terdapat kontaminasi Mycobacterium tuberculosis pada stone cast pada bahan cetak tanpa perendaman. Disimpulkan bahwa bahan cetak alginat dapat sebagai media perpindahan Mycobacterium tuberculosis pada stone cast.
Pengaruh tingkat keparahan maloklusi terhadap keberlanjutan perawatan ortodontik dengan menggunakan piranti ortodontik lepasan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Hasanuddin A. Velaya Qasthalani Achmar; Eka Erwansyah
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.393 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.122

Abstract

Oklusi adalah kontak antara gigi geligi rahang atas dan bawah ketika tertutup penuh, sedangkan maloklusi adalah bentuk oklusi gigi yang menyimpang dari normal. Oklusi dikatakan normal, jika susunan gigi dalam lengkung geligi teratur baik serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dan gigi bawah. Dalam hal ini untuk mengukur tingkat keparahan maloklusi yang sangat cepat, akurat dan sederhana pada standar perawatan ortodontik dapat dilakukan dengan menggunakan indeks peer assessment rating (PAR). Penelitian dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keparahan maloklusi terhadap keberlanjutan perawatan ortodontik dengan piranti ortodontik lepasan di bagian ortodonsia RSGMP UNHAS. Dilakukan pengumpulan model studi pada tahun 2008-2009. Diperoleh 100 sampel model studi, diantaranya 70 sampel model studi untuk perawatan selesai dan 30 sampel model studi perawatan tidak selesai. Pada kelompok PAR tanpa pembobotan diperoleh tingkat maloklusi sedang berpengaruh 5,09 kali terhadap tidak selesainya perawatan, sedangkan maloklusi parah berisiko 14,5 kali terhadap tidak selesainya perawatan ortodontik. Pada kelompok PAR dengan pembobotan diperoleh tingkat maloklusi sangat parah berisiko paling tinggi terhadap tidak selesainya perawatan yaitu 13,5 kali. Adapun maloklusi parah memiliki kemungkinan risiko 9,59 kali terhadap tidak selesainya perawatan ortodontik. Disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat keparahan maloklusi dengan keberlanjutan perawatan.
Peningkatan suhu sodium hipoklorit terhadap pelarutan jaringan saluran akar dan antimikrob Nurul Wadudah; Aries Chandra Trilaksana
Makassar Dental Journal Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013
Publisher : Makassar Dental Journal PDGI Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.917 KB) | DOI: 10.35856/mdj.v2i2.123

Abstract

Sodium hipoklorit menjadi pilihan utama bahan irigasi perawatan endodontik karena kemampuan melarutkan jaringan dan antimikrob. Pemilihan konsentrasi sodium hipoklorit masih menjadi perdebatan, berkisar 0 ,5-5,25% bahkan akhir-akhir ini 10%. Konsentrasi yang tepat seharusnya didasarkan pada keseimbangan antara kemampuan antimikrob, pelarutan jaringan, toksisitas, dan kerusakan dentin yang minimal. Akhir -akhir ini pemanasan larutan hingga 50 0 C menjadi populer. Pemanasan awal diharapkan meningkatkan daya larut jaringan dan antimikrob sodium hipoklorit. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui manfaat peningkatan temperatur terhadap efektifitas pelarutan jaringan dan antimikrob sodium hipoklorit.

Page 1 of 1 | Total Record : 7


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol. 12 No. 2 (2023): Volume 12 Issue 2 Agustus 2023 Vol. 11 No. 1 (2022): Volume 11 Issue 1 April 2022 Vol. 10 No. 3 (2021): Volume 10 Issue 3 Desember 2021 Vol. 10 No. 2 (2021): Volume 10 Issue 2 Agustus 2021 Vol. 10 No. 1 (2021): Volume 10 Issue 1 April 2021 Vol. 9 No. 3 (2020): Volume 9 Issue 3 December 2020 Vol. 9 No. 2 (2020): Volume 9 No 2 Agustus 2020 Vol. 9 No. 1 (2020): Volume 9 No 1 April 2020 Vol. 8 No. 3 (2019): Vol 8 No 3 Desember 2019 Vol. 8 No. 2 (2019): Vol 8 No 2 Agustus 2019 Vol. 8 No. S - 2 (2019): Volume 8 Suplemen 2 2019 Vol. 8 No. 1 (2019): Volume 8 No 1 April 2019 Vol. 8 No. S - 1 (2019): Volume 8 Suplemen 1 2019 Vol. 7 No. 3 (2018): Volume 7 No 3 Desember 2018 Vol. 7 No. 2 (2018): Vol 7 No 2 Agustus 2018 Vol. 7 No. 1 (2018): Vol 7 No 1 April 2018 Vol. 6 No. 3 (2017): Vol 6 No 3 Desember 2017 Vol. 6 No. 2 (2017): Vol 6 No 2 Agustus 2017 Vol. 6 No. S-1 (2017): Vol 6 Suplemen 1 2017 Vol. 6 No. 1 (2017): Vol 6 No 1 April 2017 Vol. 5 No. 3 (2016): Vol 5 No 3 Desember 2016 Vol. 5 No. 2 (2016): Vol 5 No 2 Agustus 2016 Vol. 5 No. 1 (2016): Vol 5 No 1 April 2016 Vol. 5 No. S - 1 (2016): Vol 5 Suplemen 1 2016 Vol. 4 No. 6 (2015): Vol 4 No 6 Desember 2015 Vol. 4 No. 5 (2015): Vol 4 No 5 Oktober 2015 Vol. 4 No. 4 (2015): Vol 4 No 4 Agustus 2015 Vol. 4 No. 3 (2015): Vol 4 No 3 Juni 2015 Vol. 4 No. 2 (2015): Vol 4 No 2 April 2015 Vol. 4 No. 1 (2015): Vol 4 No 1 Februari 2015 Vol. 3 No. 6 (2014): Vol 3 No 6 Desember 2014 Vol. 3 No. 5 (2014): Vol 3 No 5 Oktober 2014 Vol. 3 No. 4 (2014): Vol 3 No 4 Agustus 2014 Vol. 3 No. 3 (2014): Vol 3 No 3 Juni 2014 Vol. 3 No. 2 (2014): Vol 3 No 2 April 2014 Vol. 3 No. 1 (2014): Vol 3 No 1 Februari 2014 Vol. 2 No. 6 (2013): Vol 2 No 6 Desember 2013 Vol. 2 No. 5 (2013): Vol 2 No 5 Oktober 2013 Vol. 2 No. 4 (2013): Vol 2 No 4 Agustus 2013 Vol. 2 No. 3 (2013): Vol 2 No 3 Juni 2013 Vol. 2 No. 2 (2013): Vol 2 No 2 April 2013 Vol. 2 No. 1 (2013): Vol 2 No 1 Februari 2013 Vol. 1 No. 6 (2012): Vol 1 No 6, Desember 2012 Vol. 1 No. 5 (2012): Vol 1 No 5, Oktober 2012 Vol. 1 No. 4 (2012): Vol 1 No 4, Agustus 2012 Vol. 1 No. 3 (2012): Vol 1 No 3, Juni 2012 Vol. 1 No. 2 (2012): Vol 1 No 2, April 2012 Vol. 1 No. 1 (2012): Vol 1 No 1, Februari 2012 More Issue