cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 438 Documents
PENYISIHAN SENYAWA ORGANIK BIOWASTE FRAKSI CAIR MENGGUNAKAN SEQUENCING BATCH REACTOR ANAEROB Purwita, Lulu Destiana; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (488.339 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.4

Abstract

Abstrak : Penyisihan senyawa organik dari biowaste fase cair yang berasal dari sampah pasar tradisional dengan sistem sequencing batch reactor anaerob dipelajari pada tugas akhir ini. Satu siklus sistem SBR terdiri dari 5 (lima) fase yaitu pengisian( fill), reaksi (react), pengendapan (settle), pengurasan (decant) dan stabilisasi (idle) ini dijalankan dengan variasi waktu reaksi siklus 1: 7 hari, siklus 2: 6  hari, dan siklus 3: 5 hari dengan beban influen dari sampah asli sekitar 15000 mg/L COD total. Proses seeding dan aklimatisasi dilakukan pada penelitian sebelumnya sehingga biomassa yang digunakan telah beradaptasi dengan limbah biowaste yang akan diolah. Pada proses pengolahan SBR anaerob, siklus 1 dengan waktu reaksi 7 hari menghasilkan penyisihan substrat sebesar 50,31%, siklus 2 dengan waktu reaksi 6 hari menghasilkan penyisihan substrat sebesar 43,82% dan siklus 3 dengan waku reaksi 5 hari menghasilkan penyisihan substrat sebesar 36,36%. Pada siklus 1, pembentukan TAV tertinggi sebesar 2926,64 mg/L, terjadi pada fase pengurasan dengan laju pembentukan sebesar 58,97% dan laju penyisihan sebesar  39.48%. Pada akhir fase stabilisasi terbentuk gas metana sebesar 3%. Pada siklus 2, pembentukan TAV tertinggi sebesar 3461,43 mg/L, terjadi pada fase reaksi, dengan laju pembentukan sebesar 55,81% dan  laju penyisihan sebesar 18,60%. Sampai akhir siklus tidak terbentuk gas metana. Pada siklus 3, pembentukan TAV tertinggi 3732,20 mg/L, terjadi pada fase reaksi, dengan laju pembentukan mencapai 82,57% dan laju penyisihan 53,33%. Akan tetapi pada siklus 3 ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan gas dikarenakan kromatografi gas yang digunakan dalam perbaikanKata Kunci: biowaste, sequencing batch reactor anaerob,   Abstract: Removal of organic compounds from liquid phase biowaste derived from the traditional market waste with an anaerobic sequencing batch reactor system studied in this final task. One cycle of the SBR system consists of five phases, namely fill, react, settle, decant and idle, it's executed with variations in reaction time, cycle 1: 7 days, Cycle 2: 6 days, and cycle 3: 5 days with the influent load of original rubbish approximately 15 000 mg / L COD total. Seeding and acclimatization process from previous research, so biomass that used has been adapted to the waste. In anaerobic SBR process, cycle 1 with reaction time 7 days, produce removal organic compounds of 50.31%, cycle 2 with a reaction time of 6 days, produce removal organic compounds of 43.82% and cycle 3 with reaction 5 days, , produce removal organic compounds of 43.43%. In cycle 1, TAV highest rate production of 2926.64 mg / L, occurred at decant phase with formation rate of 58.97% and removal rate of 39.48% and the methane gas is formed by 3%. In cycle 2, TAV highest rate production of 3461.43 mg / L, occurred at react phase with formation rate of 55.81 % and removal rate of 18.60% and has not formed methane. In cycle 3, TAV highest rate production of 3732.20 mg / L, occurred at react phase with formation rate of 82.57% and removal rate of 53.33 % But during the third cycle, gas inspection was not possible due to the gas chromatograph that used in repairs. Keywords: anaerobic sequencing batch reactor, biowaste
PEMILIHAN ALTERNATIF PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DOMESTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEPENDENCE AND DRIVING POWER (DDPA) DAN ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP) (STUDI KASUS: KOTA DEPOK) Adzillah, Wilma Nurrul; Sembiring, Emenda; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.408 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.9

Abstract

Abstrak: Minimnya fasilitas sanitasi pada sebagian besar masyarakat di Kota Depok, menyebabkan pemerintah setempat berencana untuk membangun sistem pengolahan limbah cair domestik. Penelitian ini bermaksud untuk memberi masukan kepada pemerintah setempat mengenai sistem terbaik yang dapat diimplementasikan di Kota Depok, dengan mempertimbangkan beberapa kriteria dan sub kriteria yang saling berkaitan. Alternatif sistem yang akan dipilih pada penelitian ini adalah komunal dan kawasan. Metode Dependence-Driving Power Analysis (DDPA) digunakan untuk menjelaskan ketergantungan antar sub kriteria yang dikategorikan ke dalam klaster empat kuadran. Sedangkan metode multikriteria Analytic Network Process (ANP) digunakan untuk membantu membuat keputusan berdasarkan kriteria dan sub kriteria pendukung. Melalui kuesioner berpasangan (pairwise comparison) dapat diketahui hubungan inner dependence (keterkaitan dalam satu kriteria) dan hubungan outer dependence (keterkaitan antar kriteria). Hasil analisis awal dengan metode Dependence and Driving Power menunjukkan bahwa kriteria maupun sub kriteria teknis dianggap tidak terlalu penting. Responden lebih menitikberatkan pada masalah ekonomi, sosial, lingkungan, dan kelembagaan. Berdasarkan hasil analisis dengan metode ANP, kriteria yang dianggap paling penting adalah kriteria lingkungan, dengan mempertimbangkan dampak negatif yang ditimbulkan terhadap udara dan air. Alternatif pengolahan limbah cair domestik yang sesuai untuk Kota Depok berdasarkan sistesis prioritas alternatif adalah sistem kawasan dengan bobot 0,71 dari 1. Kata kunci: Sistem Komunal, Sistem Kawasan, Kriteria, Dependence-Driving Power Analysis, Analytic Network Process Abstract: The local government plans to build a domestic Waste Water Treatment System, because lack of sanitation facility in most of Depok areas. This study intends to suggest local government about the best alternative system to be implemented in Depok by considering some interrelated criteria and sub-criteria. The alternative systems to be selected in this research are communal and cluster. The Dependence-Driving Power Analysis method was used to describe the strength of dependence between sub-criteria that are categorized in four clusters. Whereas the Analytic Network Process (ANP) method was used to make decisions based on criteria and sub-criteria. Through pair questionnaire (pairwise comparison), the inner dependence relations and outer dependence relations could be known. First analysis by Dependence and Driving Power indicates that the technical criteria deemed to be insignificantly of importance. The respondents were more focused on economic, social environmental and institutional issues. According to the analysis result by the ANP method, the environmental aspect is considered as the most important criterion, as it considers the negative impact to air and water. Based on the analysis of synthesis priority alternative, the most significant wastewater system suitable for Depok is cluster system with score of 0.71 out of 1. Keywords: Communal System, Cluster System, Criteria, Dependence-Driving Power Analysis, Analytic Network Process
PENGUKURAN KONSENTRASI PM10 DAN BLACK CARBON YANG DIHASILKAN OLEH ASAP KEBAKARAN LAHAN GAMBUT DAN HUTAN DI DESA PEKANHERAN, KABUPATEN INDRAGIRI HULU, PROVINSI RIAU Krisanti, Asistia; Lestari, Puji
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (826.602 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.10

Abstract

Abstrak: Setiap tahun penduduk di Desa Pekanheran membuka lahan baru dengan cara membakar lahan. Lahan gambut mengandung banyak unsur karbon dan unsur-unsur lainnya yang menghasilkan gas pencemar saat terbakar. Selain itu, kebakaran lahan juga menimbulkan partikulat yang dapat masuk ke dalam saluran pernapasan dan mengganggu radiasi normal cahaya matahari di atmosfer. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran konsentrasi PM10 dan black carbon dengan mengambil sampel sebanyak 15 buah untuk lokasi burning site dan 1 buah sampel background site. Lokasi burning site terletak di Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, dimana sampel mewakili kualitas emisi dari lahan terbakar. Lokasi background site yang tidak terkena dampak kebakaran diambil di Kota Pekanbaru. Sampel diambil menggunakan filter jenis mix cellulose fiber dengan alat pengambil sampel aktif MiniVol? Tactical Air Sampler (TAS). Dari hasil pengukuran diperoleh konsentrasi PM10 untuk lokasi burning site antara 1.314,54-10.402,03 µg/Nm3 dengan rata-rata konsentrasi sebesar 4.454,81 µg/Nm3 dan konsentrasi background site sebesar 91,06 µg/Nm3. Untuk konsentrasi black carbon sampel wilayah burning site sekitar 22,96 hingga 82,91 µg/Nm3 dengan rata-rata 49,79 µg/Nm3 dan konsentrasi untuk sampel background site adalah 49,93 µg/Nm3. Perbedaan konsentrasi sampel burning site terjadi karena pengaruh kondisi kebakaran dan meteorologi pada saat sampel diambil, sedangkan konsentrasi background site berasal dari asap kendaraan bermotor.Abstract : Every year society in Desa Pekanheran open new land by burning the land. Peat land contains many elements of carbon and other elements which emits pollutant gases when burned. Moreover, land fires also produce particulate matters that can affect respiratory health and interrupt normal radiation of sunlight in the atmosphere. The study is about concentration measurement of PM10 and black carbon by using 15 samples from burning site location and 1 sample from background site location. Burning sites located in Desa Pekanheran, Kabupaten Indragiri Hulu, represent emission quality from burning land. Background site location is unaffected from land fire smoke and located in Kota Pekanbaru. Samples were collected into mix cellulose fiber filter by using active sampler MiniVol? Tactical Air Sampler (TAS). The results for PM10 concentrations in burning site locations are between 1,314.54-10,402.03 µg/Nm3 on the average concentration is 4,454.81 µg/Nm3 and concentration in background site location is 91.06 µg/Nm3. While concentrations of black carbon for burning site locations lie between 22.96 until 82.91 µg/Nm3 on the average 49.79 µg/Nm3 and background site gives result of 49.93 µg/Nm3. The difference of concentration in burning site samples was caused by influence from fire condition and meteorology factors when samples were taken, whereas background site concentration was contributed from vehicle smoke.
STUDI PEMANFAATAN PRODUK SOLIDIFIKASI LIMBAH CERAMIC BALL, MOLESIEVE, SAND BLAST & SPENT CLAY SEBAGAI PAVING BLOCK Wicaksono, Adhitya; Sukandar, Sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.883 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2012.18.1.1

Abstract

Abstrak: Proses solidifikasi adalah metode pengolahan limbah B3 yang bertujuan untuk mengurangi kadar toksisitas suatu limbah dengan memperkecil permeabilitas dan  meningkatkan  kekuatan  fisik  limbah  tersebut.  Teknik solidifikasi yang umumnya dilakukan adalah kapsulasi, yaitu teknik penyelimutan limbah dengan bahan pengikat seperti semen untuk mengeraskan limbah secara fisik. Dengan teknik kapsulasi, hasil solidifikasi limbah B3 akan menyerupai beton pada umumnya. Penelitian ini dilakukan untuk melihat potensi pemanfaatan hasil solidifikasi limbah B3 sebagai paving block. Limbah B3 akan dijadikan pengganti agregat halus dan kasar seperti layaknya sebuah  campuran  beton.  Sebagai pengganti  agregat  halus,  limbah  molesieve,  sand  blast  dan  clay  mempunyai karakteristik seperti pasir. Ceramic ball akan menjadi pengganti agregat kasar atau kerikil. Agregat mengisi 40%-70% volume dan memberikan karakteristik serta kekuatan pada beton. Variasi akan dilakukan pada kadar limbah dan semen untuk setiap campuran. Produk solidifikasi dibuat dengan perbandingan antara semen : agregat sebesar 1:3, 1:4 dan 1:5. Campuran beton dicetak dalam cetakan balok berukuran 8x8x6 cm. Benda uji diamati selama 1 bulan dengan objek pengamatan adalah kuat tekan, kadar toksisitas lindi dan durabilitas benda uji. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kekuatan benda uji akan meningkat seiring meningkatnya kadar semen dan menurun seiring meningkatnya kadar beberapa jenis limbah. Benda uji dengan versi 13V5 mempunyai kuat tekan mencapai 117,2 kg/cm2. Benda uji dengan versi 14V6 mempunyai kuat tekan mencapai 129,7 kg/cm2. Kedua versi tersebut menjadi campuran terpilih pemanfaatan hasil solidifikasi limbah B3 sebagai paving block dengan mutu D dan C.Kata kunci: agregat, kapsulasi, paving block, pemanfaatan, solidifikasi Abstract: Solidification is a method of hazardous waste treatment in decreasing the toxicity by reducing the waste?s permeability and strengthens its physical properties. The common solidification technique is encapsulation, which the waste will be covered by somekind of binder material, such as cement. This experiment is used to observe the potential state of reusing solidification product as paving block. The wastes is used to replace fine and coarse aggregates as in a concrete mixture. As the substitute of fine aggregates; molesieve, sand blast and clay have similar physical characteristics as sand. The waste of ceramic ball will be used as the substitute for coarse aggregates. Both aggregates fill 40% - 70% of concrete?s volume and take an essential rule for its characteristic and strength. The combination and amount of wastes and cement in every concrete are taken as the experiment variations. The proportions of waste and cement are 1:3, 1:4 and 1:5. The solidification product is block-shaped concrete sized 8 x 8x 6 cm. Every solidification product was  observed for a month and the subjects for observation are compressive strength, leachate toxicity and durability. The experiment result showed that product?s compressive strength increased by the increase of cement and lowered by the increase of specific kind of waste. The product version of 13V5 has the compressive strength of 117.2 kg/cm2.. The product version of 14V6 has the compressive strength of 129.7 kg/ cm2. Both versions have become the chosen proportion for hazardous waste solidification reuse as grade D and C paving block.Keywords: aggregates, encapsulation, paving block, reuse, solidification 
IDENTIFIKASI DENSITY FIGURE DAN PENGENDALIAN VEKTOR DEMAM BERDARAH PADA KELURAHAN CICADAS BANDUNG Ariva, Lini; Oginawati, Katharina
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.926 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.6

Abstract

Abstrak: Dengue Haermorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah adalah salah satu penyakit yang sering mewabah di Indonesia. Pemantauan jentik nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini menjadi kegiatan rutin yang dilakukan dinas kesehatan dengan bantuan kader. Dari data dinkes tahun 2011 didapatkan angka rumah bebas  jentik sebesar  93,38% untuk Kota  Bandung. Walau demikian angka  kejadian DHF  di  kota Bandung terus meningkat. Untuk mengetahui faktor resiko penyebab kejadian demam berdarah di kelurahan Cicadas yang padat penduduk, maka dilakukan suatu penelitian Cross Sectional Study. Berdasarkan analisis data penelitian lapangan, kelurahan Cicadas sebagai wilayah studi memiliki angka bebas jentik sebesar 77,78%, House Index(HI) 22,22%, Container Index(CI) 12,84% dan Breteau Index (BI) 27,45. Sehingga didapatkan nilai Density Figure(DF) adalah 4. Hal ini menunjukkan bahwa kepadatan populasi nyamuk adalah sedang. Sehingga diperlukan tindakan pengendalian nyamuk sebagai vektor penyakit. Dan dari hasil kuesioner didapatkan bahwa 17%  dari  total    responden tidak  melakukan  pengendalian vektor  sama  sekali.  48%  dari  total  responden melakukan salah satu dari empat jenis pengendalian vektor (fisik, biologi, kimia, proteksi diri). Dan didapatkan bahwa jenis pengendalian vektor yang paling sering dilakukan oleh masyarakat di kelurahan Cicadas adalah secara kimia, yaitu 62% dari total responden. Kemungkinan tingginya penggunaan jenis pengendalian tersebut karena dianggap yang paling praktis dan memberikan efek yang terlihat secara kasat mata. Berdasarkan hasil regresi linear didapatkan bahwa terdapat hubungan antara pengendalian vector dengan kejadian DHF sebesar 15,8%.
KAJIAN LONG STORAGE AMBAWANG SEBAGAI SUMBER AIR BAKU PENGEMBANGAN SPAM REGIONAL PONTIANAK KAWASAN PESISIR KAPUAS K.D, Ratih Sarwendah; Sabar, Arwin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1180.473 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.8.2.5

Abstract

Abstrak: Kota Pontianak memiliki tipe hujan equatorial dan berada pada zona pasang surut harian tunggal, dengan curah hujan yang tinggi menyebabkan kawasan pesisir berkontur landai, jenis tanah berupa gambut, dan air yang berwarna kecokelatan, serta terjadi intrusi air laut terutama pada musim kemarau. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah Kota Pontianak membuat kebijakan strategis dengan pendekatan short-term dan long-term (jangka menengah dan jangka panjang) dalam rangka memenuhi kebutuhan air Regional Pontianak. Kebutuhan air bersih Regional Pontianak sampai dengan tahun 2020 sebesar 5,21 m3/det sedangkan sampai dengan tahun 2030 sebesar 8,48 m3/det. Sungai Ambawang terpilih untuk dijadikan sumber air baku yang baru. Alokasi untuk air minum menggunakan debit 10 tahun kering, R10 kering pada Sungai Ambawang sebesar 8,51 m3/det. Kebijakan strategis jangka menengah dengan memanfaatkan potensi sumber air sungai Ambawang dengan pengembangan infrastuktur sumber daya air yaitu perencanaan long storage Ambawang dan supplesi freshwater dari sungai Landak. Pra desain saluran supplesi (dari Sungai Landak ke Sungai Ambawang) berpenampang trapesium dengan dimensi b=5m h=3m Q5=24,8 m3/det dan saluran ini berfungsi untuk pembilasan, dimensi mercu bendung pada Sungai Ambawang h=4m b=180m Q5=47,32 m3/det, untuk intake digunakan dimensi h=3,5m b=3m Q=8,48 m3/det. Kebijakan strategis jangka panjang, pengelolaan deterministik dan pengelolaan optimal long storage Ambawang dengan ketidakpastian debit masa depan. Pengelolaan deterministik menggunakan lintasan debit rencana 10 tahun (kering, normal, basah) namun kurang efisien karena banyak limpasan, sedangkan pengelolaan storage secara optimal dengan model kontinu dapat meminimalkan limpasan. Dengan demikian, Sungai Ambawang sebagai sumber air baku dapat memenuhi kebutuhan air bersih secara kualitas dan kuantitas untuk Regional Pontianak sampai tahun 2030 (jangka panjang).
EFISIENSI PENYISIHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU DENGAN ALIRAN HORIZONTAL SUBSURFACE PADA CONSTRUCTED WETLAND MENGGUNAKAN TYPHA ANGUSTIFOLIA Rahmani, Aulia Fajar; Handajani, Marisa
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.774 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.9

Abstract

Abstrak: Industri tahu menghasilkan limbah cair yang mengandung kadar organik yang tinggi. Sebelum dibuang ke badan air, limbah cair tersebut perlu diolah agar memenuhi baku mutu. Salah satu metode pengolahan yang dapat diterapkan adalah horizontal constructed wetland dengan sistem aliran sub-surface. Penelitian ini menggunakan reaktor yang ditanami Typha angustifolia. Air yang masuk ke reaktor merupakan efluen hasil produksi tahu yang telah diendapkan dan diencerkan.Variasi yang digunakan adalah perbedaan beban organik yaitu 500 mg/L COD dan 1000 mg/L COD; dan HRT (hydraulic residence time) atau waktu detensi yaitu 0.5 hari, 1 hari, dan 2 hari. Di antara variasi tersebut, efisiensi penyisihan TSS tertinggi (89,4%) dihasilkan dari variasi dengan konsentrasi influen 1000 mg/L COD dan waktu detensi 2 hari, efisiensi penyisihan COD tertinggi (90,59%) dihasilkan dari variasi dengan konsentrasi influen 500 mg/L COD dan waktu detensi 1 hari, efisiensi penyisihan Fosfat tertinggi (85,15%) dihasilkan dari variasi dengan konsentrasi influen 1000 mg/L COD dan waktu detensi 2 hari., efisiensi penyisihan Nitrogen tertinggi (53,24%) dihasilkan dari variasi dengan konsentrasi influen 500 mg/L COD dan waktu detensi 0,5 hari. Secara garis besar, reaktor wetland dengan tanaman Typha angustifolia dapat menurunkan parameter organik sehingga sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan. Kata kunci: waktu detensi, beban organik, pengendapan, limbah tahu, wetland. Abstract: Soybean curd industry produces wastewater contains a high amount of organic content. The wastewater should be treated until it complies with the requirement of effluent standard before disposal to water body. One of the treatment methods is horizontal constructed wetland with sub-surface flow system. This research was using two reactor that has been planted by Typha angustifolia. The wastewater was a sedimented and dilluted effluent from tofu production proccess. The variation of this research is difference between organic loading which are 500 mg/L COD and 1000 mg/L COD; and HRT (hydraulic retention time which are 0.5 day, 1 day, and 2 days. Within those variation, the highest removal efficiency of TSS (89,4%) is resulted from variation with influent concentration 1000 mg/L COD and HRT 2 days, the highest removal efficiency of COD (90,59%) is resulted from variation with influent concentration 500 mg/L COD and HRT 1 day, the highest removal efficiency of Phosphate (85,15%) is resulted from variation with influent concentration 1000 mg/L COD and HRT 2 days, and the highest removal efficiency of Nitrogen (53,24%) is resulted from variation with influent concentration 1000 mg/L COD and HRT 0,5 day. Overall, constructed wetland reactor with Typha angustifolia plantation could decrease organic parameter from soybean curd wastewater until meet the effluent standard. Key words: Hydraulic Residence Time, organic loading, sedimentation, soybean curd waste, wetland.    
PENGARUH INTEGRASI SEKTOR FORMAL DAN SEKTOR INFORMAL TERHADAP PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI TEMPAT PENAMPUNGAN SEMENTARA Febrino, Althariq; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1185.351 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.4

Abstract

Abstrak: Proses pengelolaan persampahan Kota Bandung masih bersifat parsial, dimana sektor formal belum mengoptimalkan peran serta sektor informal. Di satu sisi, sektor informal berpotensi sebagai kontributor dalam mereduksi timbulan sampah di tempat penampungan sementara (TPS/TPS 3R/SPA) melalui pemanfaatan sampah bernilai ekonomis (material recovery). Di sisi lain, PD Kebersihan belum menunjukkan kinerja yang optimal selaku sektor formal dalam konteks pengolahan dan pemanfaatan sampah di TPS/TPS 3R/SPA. Kondisi ini menjadi peluang bagi pengintegrasian kedua sektor tersebut untuk mengoptimalkan pengolahan dan pemanfaatan sampah, sehingga berimplikasi positif terhadap aspek teknis, aspek ekonomi, aspek kelembagaan, dan aspek sosial pengelolaan persampahan baik secara spesifik di TPS/TPS 3R/SPA maupun secara general di level kota. Material recovery rate sektor informal ditelusuri dengan menggunakan pendekatan material flow method, sedangkan kinerja PD Kebersihan ditelaah melalui penggunaan teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah yang diaplikasikan sebagai konsep identifikasi persoalan kebijakan dalam kajian kelembagaan. Diskenariokan empat alternatif pengintegrasian untuk disimulasikan pada setiap lokasi studi, yang berimplikasi terhadap aspek teknis berupa reduksi sampah mencapai 1,35% - 8,05%; aspek ekonomi berupa peningkatan pendapatan sektor informal (pemulung) antara 2,41% - 106,63% dan sektor formal (PD Kebersihan) sebesar Rp 771.145,50 ? Rp 74.250.000 per bulan; aspek kelembagaan berupa aktivitas pengolahan dan pemanfaatan sampah yang terorganisir; dan aspek sosial berupa berkurangnya stigma negatif terhadap keberadaan sektor informal. Benefit Cost Ratio (BCR) diterapkan sebagai analisis pendukung dalam memilih alternatif pengintegrasian yang layak (nilai BCR >1) untuk diaplikasikan secara spesifik per lokasi studi. Kata kunci: sektor formal, sektor informal, integrasi, teori kegagalan pasar dan kegagalan pemerintah Abstract: Solid waste management in Bandung is partially managed, which the formal sector has not optimized the informal one. On one side, informal sector has a role aspotential contributor in reducing solid waste generation especially at transfer station (TPS/TPS 3R/SPA) through material recovery (recycling) activity. On the other hand, PD Kebersihan as formal sector has not shown optimal performance in the contexts of solid waste treatment at TPS/TPS 3R/SPA. This situation become an opportunity for integrating both formal and informal sector in order to optimize solid waste treatment which generate positive impact to technical, economic, instituional, and also social aspects in solid waste management. Material recovery rate which is conducted by informal sector is analyzed by using material flow method approachment, whereas PD Kebersihan performance is elaborated by using market and government failure theory as institutional policy identification concept. There are four integration alternative scenarios to be simulated at each study area, which which has implication on technical aspects such as solid waste reduction  for about 1.35% - 8.05%; economic aspects in the form of revenue increasing of informal sector (scavengers) between 2.41%-106.63% and formal sector (PD Kebersihan) in the amount of Rp 771,145.50?Rp 74,250,000 per month; institutional aspects which is represented by well organized of solid waste treatment activity; and social aspects such as the reduction of negative stigma against the existence of the informal sector. Benefit Cost Ratio (BCR) is applied as supporting analysis in order to choose feasible alternative of integration (BCR results>1)to be implemented specifically at study area. Keywords: formal sector, informal sector, integration, market failure and government failure theory
LOW BACK PAIN (LBP) PADA PEKERJA DI DIVISI MINUMAN TRADISIONAL (STUDI KASUS CV. CIHANJUANG INTI TEKNIK) Sulaeman, Yulia Azizah; Kunaefi, Tresna Dermawan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (267.441 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.10

Abstract

Abstrak: Low Back Pain (LBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat industri dan menjadi alasan utama untuk tidak bekerja. LBP adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah dan biasanya merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri tersebut dapat disebabkan oleh postur yang buruk baik ketika berdiri maupun duduk, membungkuk/memutar, mengangkat beban dengan salah dan lain-lain. Penyebab LBP tersebut sering terjadi di industri makanan dan minuman Penelitian ini berlokasi di CV. Cihanjuang Inti Teknik, Cimahi, Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran LBP dan hubungan antara faktor individu dan faktor pekerjaan dengan terjadinya keluhan LBP pada pekerja di divisi minuman tradisional. Metode yang digunakan yaitu kuesioner untuk mengetahui faktor individu, pemeriksaan fisik berupa tes Lasegue dan tes Patrick untuk mengetahui apakah terdapat keluhan LBP atau tidak, dan metode Quick Exposure Checklist (QEC) untuk penilaian risiko ergonomi. Penelitian dilakukan terhadap 30 pekerja bagian produksi. Berdasarkan hasil pememeriksaan tes  Lasegue dan tes Patrick?s diketahui 23,3% pekerja mengalami LBP. Hubungan yang signifikan terhadap kejadian LBP ditunjukkan oleh faktor umur (p = 0,043), masa kerja (p = 0,014) dan tingkat risiko punggung (p = 0,042). Tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin, pengalaman kerja, Indeks Massa Tubuh (IMT), perilaku merokok dan kebiasaan olahraga dengan kejadian LBP. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian LBP adalah tingkat risiko pajanan pada punggung kategori sangat tinggi dengan nilai exp (B) = 45,090 Kata kunci: ergonomi, Low Back Pain (LBP), Quick Exposure Checklist (QEC). Abstract : Low Back Pain (LBP) is one of common health problem in industrial workers and being main reason for missing work. LBP is soreness on lower back area and usually contributed a local and radicular pain or both. Occupational LBP can be triggered by bad posture while sitting or standing, bending/twisting, lifting incorrectly and etc. The causes of LBP may take place at food and beverage industry The research was conducted in CV. Cihanjuang Inti Teknik, Cimahi, Jawa Barat. The research aims to describe the LBP and relationship between individual/occupational risk factors and LBP on workers in traditional drinks division. Methods that was use are questionnaire to determine individual factors, physical examination such as Lasegue test and Patrick?s test to determine if workers have LBP or not and Quick Exposure Checklist (QEC) for ergonomic risk assessment. Based on Lasegue and Patrick?s test result was found that 23.3% workers suffered LBP. There was significant relationship between age (p  = 0.043), working period (p = 0.014) and risk exposure level for back (p = 0.042). There was no significant relationship between gender, work experience, body mass index, smoking activity, exercise habits with LBP occurrence. The most influential factor on LBP occurrence is risk exposure level for back with very high category (exp(B)=45.09). Key words: ergonomic, low back pain (LBP), quick exposure checklist (QEC)
PENGGUNAAN JERAMI PADI UNTUK MENYISIHKAN LIMBAH WARNA INDUSTRI TEKSTIL COLOR INDEX REACTIVE ORANGE 84 Kurniawan, Hendra; Notodarmodjo, Suprihanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.213 KB) | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.9

Abstract

Abstrak: Limbah tekstil seringkali menjadi masalah dalam kehidupan sehari hari  terutama menyangkut limbah warna yang sering dibuang ke sungai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Warna tekstil umumnya merupakan pewarna organik yang memiliki ikatan senyawa kimia yang rumit dan sulit untuk terdegradasi. Jerami merupakan limbah pertanian yang cukup besar dan belum banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar jerami hanya dibakar menjadi abu dan menimbulkan pencemaran udara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan atau kapasitas adsorbsi jerami terhadap zat warna tekstil Color Index Reactive Orange 84. Dalam penelitian ini jerami diolah terlebih dahulu dengan cara mencuci sampai bersih dan kemudian dipotong dan diaktivasi dengan pemanasan pada hot plate menggunakan larutan NaOH 2%, 10% dan 20%. Sampel jerami seberat 100 mg direndam dalam larutan warna Color Index Reactive Orange 84 volume 100ml dalam konsentrasi 2,5ppm, 5ppm, 10ppm, 15ppm, 20ppm dan 30ppm. Efisiensi penyisihan maksimum sebesar 84.82% pada konsentrasi 20ppm dan proses penyisihan ini mengikuti Isoterm Langmuir sebagai isotherm yang dapat menukur kapasitas adsorpsi dengan  persamaanAbstract: textile waste is often a problem in life, especially the day the color of waste disposed to the river without going through the processes first. Color is generally textile coloring organic compound with a chemical bond is complex and difficult to be degradation. Agricultural waste straw is big enough and has not been much used in everyday life. Most of the straw is burned into ashes and cause air pollution. The objective of this research is to know the ability or capacity of the straw adsorption pigment reactive textile Index Color Orange 84. In this research straw treated first with how to clean and wash the cut and then activated with the heating on hot plate using 2% NaOH solution, 10% and 20%. 100 mg of sample straw soaked in the solution Color Index reactive Orange 84 in 100ml volume concentration 2.5 ppm, 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm and 30 ppm. Maximum removal efficiency 84.82% at 20 ppm of dye concentration. This adsorption following Langmuir Isotherm Keywords: rice straw, adsorbent, reactive orange color index 84

Page 5 of 44 | Total Record : 438