cover
Contact Name
Warseto Freddy Sihombing
Contact Email
asafremel@gmail.com
Phone
+62813-6174-2074
Journal Mail Official
asafremel@gmail.com
Editorial Address
Jalan Bunga Malem VI/ Jalan Jamin Ginting Km 13 Kelurahan Laucih Kecamatan Medan Tuntungan 20141
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Kerugma
ISSN : 27147592     EISSN : 27147592     DOI : -
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristien merupakan wadah publikasi hasil penelitian para dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Tehologia Injili Indonesia, Medan, dan STT lain di seluruh nusantara. KERUGMA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Medan, dengan Focus dan Scope penelitian pada bidang: 1. Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru) 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Pastoral 4. Pendidikan Agama Kristen
Articles 69 Documents
Usia Perjanjian Lama Nepho Gerson Laoly
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (892.127 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.11

Abstract

Why was the Old Testament established in the 1st century AD, long after its use for the Israelites. Then, if there are determined to be part of the Old Testament, then at least there are writings that do not meet the conditions. The existence of rejected writings is increasingly confirmed by the existence of the Song of Songs and the Ecclesiastes who at the last moment were "accepted" as part of the Old Testament. Why the books that have been rejected at Jamnia do not return to use or if possible then re-consider them in the Old Testament canon. Because of course the development of knowledge that is more "sophisticated" than the 1st century AD, will be able to reveal the "truth" so that the addition of new books is possible. Isn't this all just talking about setting standards that can be changed in accordance with a mutual agreement. We must see evidence from the writings of Josephus namely Apionem, Edras, Daniel, Sirach, Jamnia, and the Samaritan Pentateuch. With this work, may the Old Testament is increasingly confirmed as a valid collection.
Manajemen Perguruan Tinggi Teologi Tiur Imeldawati
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2019): April 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (731.723 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i1.6

Abstract

Perguruan tinggi teologi merupakan bagian dari pendidikan yang dikelola di negeri Indonesia. Sebagai wadah yang turut ambil bagian dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, maka perguruan tinggi teologi juga perlu dikelola dengan sebaik mungkin. Pengelolaan yang dimaksud adalah dalam segala aspek yang kerap disebut manajemen perguruan tinggi. Hal ini penting mengingat tantangan yang besar bagi setiap institusi pendidikan untuk meningkatkan mutu dan berhasil dalam persaingan yang ketat. Perguruan tinggi Kristen sudah semestinya membenahi diri agar tidak tercecer semakin jauh dalam persaingan yang ada.   Manajemen perguruan tinggi memiliki hubungan kuat dengan output yang dihasilkan. Stakeholder selalu mengharapkan yang terbaik dari institusi pendidikan, yakni mereka yang siap pakai di bidang masing-masing. Bukan hanya siap pakai secara skill atau keterampilan semata, namun sekaligus juga dalam integritas diri. Perguruan tinggi teologi memiliki tanggung jawab dalam mengelola semua aspek yang diperlukan untuk menghasilkan para lulusan yang berkualitas.
Konsepsi Peningkatan Peranan Kerukunan Umat Beragama Guna Menciptakan Solidaritas Nasional dalam Rangka Ketahanan Nasional Elim Simamora
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2019): April 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (849.439 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i1.1

Abstract

 Abstract: The church needs management in conducting services, therefore church management needs to be made by the church, because if church management does not exist, it is not well-made and not carried out well it will disrupt the service carried out and this is not according to God's will. Because God does not want chaos, but peace (I Cor. 14:33). The management of the church is as an effort and method in the use of human resources and objects in the church, in order to achieve the church's goals effectively and efficiently. Administrators in church management are pastors as leaders, and congregations are chosen as secretaries, treasurers, to assist pastors in running church management. Church management has functions in planning, organizing, implementing, and monitoring. In church management there are supporting factors, namely targeted church finances, provision of wages to church workers and complete work facilities. Church management also has inhibiting factors, namely increased conflict, and advanced technology. The development of church services is something that is done by the church in a ministry whose main purpose of the development of the ministry is for the glory of God's name. For this reason, the church in its management must pay attention to services in the church, such as Sunday school services, youth, men and women. In this regard, the purpose of writing this Scientific Journal is to prove the role of church management in the development of ministry in the Church.Abstrak: Negara Kesatuan Republik Indonesia bukanlah Negara Agama, namun sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai landasan idiil, yang dipertegas dalam UUD NKRI 1945, Agama menempati posisi penting. Warga Negara Republik Indonesia diwajibkan memiliki salah satu agama yang disetujui undang-undang yaitu, Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Kongucu. Menyadari pentingnya hidup beragama, maka Warga Negara Indonesia menjadikan agama sebagai dasar dalam berpikir dan bertindak. Untuk lebih menumbuhkan kesadaran beragama, pemerintah memfasilitasi dengan memberikan hari libur pada hari-hari besar keagamaan kepada semua agama dengan tujuan agar umat beragama dapat menjalankan serta mengamalkan nilai-nilai agamanya. Kedudukan agama yang penting dalam kehidupan menjadikan agama menjadi bagian yang sangat sensitif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini terbukti dengan berbagai konflik bernuansa agama yang kerap kali terjadi di masyarakat, baik secara internal maupun eksternal yang melemahkan solidaritas nasional dan berdampak pada ketahanan nasional. Konflik bernuansa agama dampaknya selalu berskala nasional, mengingat penganut setiap agama ada hampir di semua daerah di Indonesia. Keanekaragaman suku, ras, antar golongan dan pilihan politik tidak memiliki pengaruh sekuat agama. Karena itu, pemerintah dan semua pemangku kepentingan harus melihat agama sebagai factor penting dalam berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Pemerintah bersama pemangku kepentingan lainnya berkewajiban memelihara kerukunan umat beragama. Untuk mewujudkannya, maka sejak awal kemerdekaan peraturan dan perundang-undangan terkait dengan kegiatan keagamaan dan uapaya menciptakan suasana rukun antar umat beragama dibuat. Yang terkahir adalah peraturan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama No. 9 dan No. 8 tentang Pedoman pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah. 
Penderitaan Orang Percaya dalam Surat 1 Petrus Warseto Freddy Sihombing
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (926.329 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.12

Abstract

There are two general views held by believers relating to suffering. There are God’s people who believe that suffering as a Christian is a curse that God does not want. This was appeared because of the reason that Jesus came to bring recovery in all things. For those who have that view, be a success person is the goal of the Christian life. Another view holds that God wants us to suffer. This suffering is the only way to experience the glory of Christ. The author in this case argues that both views are not entirely true. The firstletter who Peter wrote alludes to the suffering of believers. Based on the Peter’s theology, the author want to explain about suffering of believers biblically.Abstraksi: Ada dua pandangan umum yang dipegang oleh orang percaya berkaitan dengan penderitaan. Ada orang percaya yang berpandangan bahwa penderitaan sebagai orang Kristen merupakan suatu kutuk yang tidak dihekendaki oleh Allah. Hal ini dikemukan karena alasan bahwa Yesus datang membawa pemulihan dalam segala bidang. Bagi mereka yang berpandangan demikian kesuksesan adalah tujuan hidup orang Kristen. Pandangan lain berpendapat bahwa Allah menghendaki kita menderita. Penderitaan ini adalah satu-satunya cara untuk mengalami kemuliaan Kristus. Penulis dalam hal ini berpendapat bahwa kedua pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Surat 1 Petrus banyak menyinggung mengenai penderitaan orang percaya. Berdasarkan teologi surat 1 Petrus, penulis berusaha untuk menjelaskan perihal penderitaan orang percaya secara alkitabiah.
Peranan Perempuan dalam Gereja: Eksposisi 1 Korintus 14:34 Elim Simamora
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (752.876 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.7

Abstract

The position and role of women in the church need to be properly understood. This paper describes how it should be for women to take a part in the midst of God’s church. Through the case analysis of the church at Corinth will explain the purpose and purpose of Paul’s statement based on the context. Thus the church can understand what the Bible teaches about the relationship of the church and the role of women in the present.
Kemerosotan Moral Pemuda Ditinjau dari Perspektif Alkitab dan Implikasinya pada Masa Kini Roma Sihombing
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2019): April 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (630.418 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i1.2

Abstract

Masalah moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian serius pada masa kini, baik dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang. Kerusakan moral seseorang dapat mengganggu ketenteraman yang lain dan jika dalam suatu lingkungan masyarakat terdapat banyak yang rusak moralnya maka goncanglah keadaan masyarakat itu. Kemerosotan moral pada masa kini sudah pada tingkat mengkhawatirkan dimana khususnya kalangan remaja dan pemuda yang menjurus pada tindakan kriminal. Keadaan ini perlu dipahami yang ditinjau dari perspektif Alkitab. Kemerosotan moral saat ini merupakan pengulangan dari keadaan rusak moral pada zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru hingga berkelanjutan sampai saat sekarang ini, yang mana dampak kemerosotan moral sangat terasa dan meningkat dari waktu ke waktu dari segi kuantitas dan kualitas. Implikasi yang dapat diperoleh pada masa kini bahwa kemerosotan moral di tengah masyarakat menjadi tantangan bagi orang beriman dan sekaligus bertanggungjawab atas krisis moral yang terjadi. Sikap yang tepat dalam usaha mencegah dan mengurangi krisis kemerosotan moral ialah agar setiap orang beriman konsisten dengan iman kepercayaannya karena kemerosotan moral terjadi akibat krisis kepercayaan kepada Tuhan Maha Kuasa.
Makna Kata Taat dan Hormat dalam Efesus 6:1-3 Tiur Imeldawati
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1058.955 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.13

Abstract

The first education obtained by a child is in the family and is obtained from parents. The tendency of children usually mimics in accordance with the example received from their parents. Every family usually has a tradition inherited from generation to generation in the form of values, and habits that unconsciously shape the character of the child. Families that fail to shape the character of children are usually families full of conflict or unhappy. The parents' heavy duty is to make sure family functions work as they should. Good character is a character that is taught in terms of words, behavior, patience, love, loyaltyand also in faith. Parents must be good figures for their children. This paper examines the meaning of the word of obedience and respect in Ephesians 6: 1-3 in contributing to the Christian education in the family.
Makna Frasa “Ibadahmu yang Sejati” menurut Roma 12:1-2 Arnold Manurung
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1113.773 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.8

Abstract

The true worship to God is the important thing for the human being. Therefore, Paul needs to be questioned about true worship in Romans 12: 1-2. And Paul tried to explain the essence of true worship, and about the agreement of Paul’s understanding of true worship according to the book of Romans 12: 1-2. This research focus on inductive text exposition method by looking at the close context and distant context. After that tried to compare the findings with the opinions of competent scholars in the field of discussion through the library research method. And finally, the writer optimistic that this paper will give the depth of the true knowledge of worship according to Romans 12: 1-2.
Kesaksian Hidup Kristen: Suatu Studi Teologi Biblika 3 Yohanes Hulman Simanungkalit
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2019): April 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (753.265 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i1.3

Abstract

Kompleksitas keadaan zaman sekarang menuntut setiap orang Kristen memiliki karakter yang lebih unggul. Peran setiap orang percaya ditengah masyarakat saat ini sangat diperlukan untuk menciptakan keadaan yang lebih baik. Tentu ini didasarkan pada fungsi yang sesuai dengan panggilan orang percaya itu sendiri dalam Kristus Yesus (1 Pet. 2:9), dan juga didasarkan pada tanggungjawabnya pada Amanat yang diberikan sang Guru Agung, Yesus Kristus (Mat. 28:19-20). Maka secara spesifik orang percaya harus tampil sebagai terang dan garam di dunia yang gelap dan tawar ini. Suatu proses iman yang harus terjadi dalam diri orang percaya adalah perubahan karakter, gaya hidup (lifestyle) yang semakin serupa dengan Kristus, integritas dan visi yang semakin tajam dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Tidak sedikit orang Kristen mengalami stagnasi bahkan kemunduran dalam kehidupan imannya, yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal keadaan orang tersebut. Namun sebagai orang yang menyakini adanya panggilan Tuhan dalam hidupnya, setiap orang percaya harus mampu menunjukkan kesaksian imannya ditengah-tengah dunia ini. Sebab Tuhan menilai seseorang dari seberapa besar kesetiaan atau ketaatannya dalam panggilannya itu. Mampukah dia tampil sebagai orang yang melakukan kehendak Allah dalam kehidupan imannya? Itulah sebabnya penulis memilih tema ini sebagai pembahasan yang teologis, historis dan aplikatif sebagai perenungan bagi kita untuk memiliki kesaksian hidup Kristen demi kerajaan-Nya. 
Konsep Doa Yesus Kristus menurut Yohanes 17:1-26 Bertha Tarigan
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 2 (2019): Oktober 2019
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (832.653 KB) | DOI: 10.2500/kerugma.v1i2.9

Abstract

The life of Jesus in the New Testament had been model for christianity, especially His prayer. The right prayer concept is like Jesus’s prayer in John 17: 1-26, where He prayed for Himself, His Disciples and others. It’s concept must be the basis of Christian prayer. This article will explain the exposition of the concept of Jesus’s prayer in accordance with the Gospel of John 17: 1-26.