cover
Contact Name
Warseto Freddy Sihombing
Contact Email
asafremel@gmail.com
Phone
+62813-6174-2074
Journal Mail Official
asafremel@gmail.com
Editorial Address
Jalan Bunga Malem VI/ Jalan Jamin Ginting Km 13 Kelurahan Laucih Kecamatan Medan Tuntungan 20141
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Kerugma
ISSN : 27147592     EISSN : 27147592     DOI : -
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristien merupakan wadah publikasi hasil penelitian para dosen di lingkungan Sekolah Tinggi Tehologia Injili Indonesia, Medan, dan STT lain di seluruh nusantara. KERUGMA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Injili Indonesia Medan, dengan Focus dan Scope penelitian pada bidang: 1. Teologi Biblikal (Perjanjian Lama dan Baru) 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Pastoral 4. Pendidikan Agama Kristen
Articles 69 Documents
Pendampingan Orang Tua Dalam Pertumbuhan Rohani Remaja Nurmiati Marbun; Berta Tarigan
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i2.29

Abstract

Abstract:Adolescence is a period of transition or transition from childhood to adulthood. At this time, adolescents are often faced with uncertainty regarding their status, on the one hand they are no longer recognized as children, but on the other hand they cannot be said to be adults because they have not been able to fulfill adult duties. This state is also referred to as a time of hurricanes and storms. This uncertainty makes teenagers feel awkward, they don't know what to do in the face of uncertainty. For this reason, assistance from parents is needed for adolescents because this assistance is the main thing for adolescents so that they do not take wrong steps and find what is certain in themselves.Keywords: Parental assistance; spiritual growth; teenager. Abstrak:Masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini remaja seringkali dihadapkan pada ketidakpastian yang berkenaan dengan status mereka, disatu pihak mereka sudah tidak lagi diakui sebagai kanak-kanak, namun dipihak lain mereka belum dapat dikatakan dewasa karena belum mampu memenuhi tugas-tugas orang dewasa. Keadaan ini juga disebut sebagai masa yang penuh topan dan badai. Ketidakpastian ini membuat remaja menjadi salah tingkah, mereka tidak tahu harus berbuat apa dalam menghadapi ketidakpastian itu. Untuk itulah dibutuhkan pendampingan dari orang tua bagi remaja karena pendampingan tersebut adalah hal utama bagi remaja agar tidak salah melangkah dan menemukan yang pasti dalam dirinya.Kata kunci: Pendampingan orang tua;  pertumbuhan rohani; remaja.
Jemaat Di Efesus Sebagai Peringatan Kepada Gereja Di Era 4.0 Lenny Susi R. Panggabean
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2020): April 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i1.32

Abstract

Abstract: Abstract: since the birth of the church at Pentecost, the church has been through world history for 2000 years, but it still has to learn from all that experience. The purpose of this writing was emphasized to a reflection or reflection of what had been at the church in Ephesus in the book (Revelation 2:1-7), where the Lord Jesus himself denounced the Ephesians for having abandoned the original love (Revelation 2:4). History experiences brought the church to a closer look at what was happening and what was happening and what would happen to the church in the future. When the apostle Paul began his ministry in Ephesus, it expanded rapidly but after several generations the church of Ephesus had suffered setbacks, and it was not even there anymore. As for the research method used is the use of a literary approach, which leads to a conclusion in which the church in the 4.0 need to anticipate what will happen in the future, by learning from what happened to the Ephesian church, so strong as to guard doctrine and be hard on false doctrine and yet forget the spirit of Gospel preaching as had been done by their predecessors, Paul, Timothy and John. The church should not be caught with the establishment, there are still many souls to be saved, for this is the great commandment of the Lord Jesus (Matthew 18:19-20). The church must give priority to preaching the Gospel as an assignment. Especially, The main one, because without  the gospel world would perished.Keyword: Church; Ephesus; 4.0 era; Gospel Abstrak:Sejak lahirnya gereja pada hari Pentakosta, gereja telah melewati sejarah dunia selama 2000 tahun, namun gereja masih harus belajar dari semua pengalaman yang dialaminya. Tujuan penulisan ini lebih ditekankan kepada sebuah refleksi atau perenungan dari apa yang telah terjadi pada gereja di Efesus dalam kitab Wahyu 2:1-7), dimana Tuhan Yesus sendiri mencela jemaat di Efesus karena mereka telah meninggalkan kasih semula (Wahyu 2:4). Pengalaman sejarah membawa gereja untuk melihat lebih jelas apa yang sudah terjadi dan yang sedang terjadi dan akan terjadi pada gereja di masa depan. Ketika rasul Paulus memulai pelayanan di Efesus, gereja itu berkembang pesat namun setelah beberapa generasi berikutnya gereja Efesus mengalami kemunduran, bahkan gereja itu tidak ada lagi. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah menggunakan pendekatan literatur, sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dimana  gereja di era 4.0 perlu mengantisipasi apa yang akan terjadi di kemudian hari, dengan belajar dari apa yang sudah terjadi dengan gereja Efesus, yang begitu kuat menjaga doktrin dan keras terhadap ajaran palsu namun lupa kepada semangat pemberitaan Injil seperti yang sudah dilakukan oleh para pendahulu mereka, yaitu Paulus, Timotius dan Yohanes. Gereja jangan terjebak dengan kemapanan, masih banyak jiwa yang harus diselamatkan, karena inilah perintah agung Tuhan Yesus (Matius 18:19-20). Gereja harus memprioritaskan pemberitaan Injil sebagai tugas  yang utama, karena tanpa Injil dunia akan binasa.Kata Kunci : Gereja; Efesus; Era 4.0, Injil
Penggenapan Nubuatan Nabi Yesaya Tentang Immanuel (Studi Intertekstuality Yesaya 7:14 dan Matius 1:23) Hulman Simanungkalit
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2020): April 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i1.42

Abstract

Abstract:The word “immanuel” is on of the greatest attributes given to the Baby Jesus mentioned by the Angel. The other attributes are Wonderful Counsellor, the Mighty God, the Everlasting Father and the Prince of Peace. Eventhough these attributes are frequently used, the word “Immanuel” are mentioned only three times in the Bible (Isaiah 7:14; 8:8, Matthew 1:23). In the book of Isaiah 7:14 and the Gospel of Matthew 1:23, we find that there are a slight difference in giving name of “Immanuel”. In the book of Isaiah, it is written that a young virgin (single) named Him Immanuel, but in the Gospel of Matthew, it is written that Marry and Joseph (couple) named Him Immanuel. Does Matthew, known as a tax collector who worked very thoroughly, make a mistake? Who is actually the young virgin stated by Isaiah? Is she an ordinary virgin? Or does it refer to Mary??   Keywords: intertextuality, imannuel Abstrak:Kata Immanuel ini menjadi salah satu dari tujuh julukan terbesar bagi Bayi Yesus yang diungkapkan oleh malaikat, yakni: Penasehat Ajaib, Allah yang Perkasa, Immanuel, Raja Damai, Bapa yang Kekal, Juruselamat, dan Tuhan.  Meskipun istilah itu akrab dengan diri kita, namun kata Immanuel itu sendiri di dalam Alkitab hanya disebutkan sebanyak 3 kali (Yes. 7:14, 8:8; Mat. 1:23). Dalam Yesaya 7:14 dan Matius 1:23 maka disana kita menjumpai ada beberapa masalah, yaitu: Ada sedikit perbedaan dalam menamai bayi Yesus dengan sebutan Immanuel. Di kitab Yesaya dituliskan bahwa yang menamai Dia Immanuel adalah perempuan itu (tunggal) tetapi di Injil Matius, yang memberi nama adalah mereka (jamak), yaitu Maria dan Yusuf. Apakah Matius, seorang pemungut cukai yang dikenal sangat teliti itu melakukan kesalahan? Siapakah perempuan muda yang dimaksud oleh Yesaya? Apakah ia seorang perempuan biasa ataukah ini mengacu pada Maria? Misteri dari Immanuel itu sendiri.Kata Kunci: Intertekstuality; Immanuel
Pembimbingan Guru Untuk Karakter Siswa Di Era Digital Nurmiati Marbun; Lamtiur Pasaribu; Elia Yenny
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 1 (2020): April 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i1.28

Abstract

Abstract:Guiding the character of students in modern times is not an easy thing, because the character of students in the digital era is very different from the character of students in the past. Students in the past were easy to manage and direct, but in the digital era students are very difficult to manage, direct and advise, because they have different lifestyles. Children in the digital era have been shaped and influenced by technological developments. Just look at the lifestyle of school children today, they can already enjoy super-fast mobile Internet services. Not only enjoying the sophistication of the technology, but being able to do anything via a smartphone, ranging from entertainment, study, work, and so on. One of the negative impacts of technological developments on the renewal of student character in the digital era is that the moral decline among the community, especially teenagers and students, is one of the serious socio-cultural challenges. So a teacher must really realize that their status is not only seen by people as a profession but teachers are also seen as people who are trusted to teach, educate and guide students to build character in this digital era.Keywords: Guidance; character; digital era. Abstrak:Membimbing karakter Siswa di zaman modern ini bukan hal yang mudah, karena karakter siswa di era digital sangat berbeda dengan karakter siswa di zaman dulu. Siswa di zaman dulu mudah diatur dan diarahkan, tetapi di era digital siswa sangat susah diatur, diarahkan dan dinasihati, karena mereka memiliki pola hidup yang berbeda-berbeda. Anak-anak di era digital telah terbentuk dan dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Lihat saja gaya hidup anak-anak sekolah di zaman sekarang, mereka sudah bisa menikmati layanan mobile Internet yang super cepet. Bukan hanya menikmati kecanggihan teknologi tersebut, namun bisa melakukan apapun lewat smartphone, mulai dari entertainment, belajar, kerja, dan sebagainya. Salah satu dampak negatif tentang perkembangan teknologi terhadap pembaharuan karakter siswa di era digital adalah kemerosotan moral di kalangan masyarakat khususnya remaja dan pelajar/siswa menjadi salah satu tantangan sosial budaya yang serius. Jadi seorang guru haruslah benar-benar menyadari bahwa status mereka bukan hanya dipandang orang sebagai sebuah profesi namun guru juga dipandang sebagai  orang yang dipercaya untuk mengajar, mendidik dan membimbing untuk membangun karakter siswa di era digital ini.Kata Kunci: Pembimbingan; karakter; era digital.
Pendampingan Orangtua Kristen Terhadap Psikologi (Stress) Anak di Masa Pandemi Lamtiur Pasaribu Lamtiur Pasaribu
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2021): April 2021
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v3i1.34

Abstract

Abstract: Parents have a responsibility in their family, to maintain and protect family members from bad influences, to make a happy family, to keep the feelings of each family member full of love and mutual acceptance. This Covid-19 pandemic has brought a huge impact on all levels of society, even at the smallest level, family. There have been many changes. Families experience shocks include children. Children experience stress and boredom because of these new habits, the learning systems that go from online to offline and restricted social environments. What should parents do? Christian parents must continue to carry out their responsibilities well even more than before. Through this writing, parents can find out how to assist their children through this difficult situation.Keyword: accompaniment; chirstian parents; stress; pandemic Abstrak:Orangtua memiliki tanggungjawab dalam keluarganya yaitu mempertahankan dan melindungi anggota keluarga dari pengaruh yang buruk, membentuk keluarga bahagia, menjaga perasaan setiap anggota keluarga penuh dengan cinta dan saling menerima.  Pandemi Covid-19 telah membawa dampak yang sangat besar bagi semua lapisan masyarakat, bahkan pada lapisan terkecil yaitu keluarga. Perubahan banyak terjadi. Keluarga mengalami goncangan termasuk anak-anak. Anak-anak mengalami stres dan bosan karena kebiasaan-kebiasaan baru ini, sistem pembelajaran yang berubah dari online menjadi offline, lingkungan sosial yang dibatasi. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua? Orangtua Kristen harus tetap melakukan tanggungjawabnya dengan baik bahkan lebih dari yang sebelumnya. Melalui tulisan ini orangtua mengetahui cara mendampingi anaknya  melewati situasi sulit ini. Kata Kunci: pendampingan; orangtua kristen; stress; pandemi
Prinsip-Prinsip Mendidik Anak Dalam Amsal 29:15 dan 17 Lamtiur Pasaribu
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i2.38

Abstract

Having children with disciplined, kind and polite behavior is certainly the dream of every parent and they will do what they think is good to educate and teach to achieve that. However, many parents do not understand properly how to teach and educate children well, specifically in accordance with God's Word. Usually children will be educated according to the experience they have experienced, educating with the aim of intellectual achievement, and the emphasis on discipline is not appropriate.                      The Word of God is very clear in helping educators, including parents, how to educate children properly. Proverbs 29 verses 15 and 17 provide a small section that provides guidance on how to educate children and the goals of children's education can be achieved, namely having children who are disciplined, good, obedient and in accordance with God's will. Hopefully this article can help every parent as a child educator.
Pola Asuh Orangtua Kristen dan Dampaknya Terhadap Pembentukan Perilaku Anak di Lingkungan IV Kelurahan Sempakata Tiur Imeldawati; Melani Tampubolon
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2021): April 2021
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v3i1.50

Abstract

Abstract: A child is one of the very important components if a country wants to increase people’s welfare. It is all about education and starts from early child education. A prosperous country must have superior people with good characters and integrity. Of course, this is what Indonesian country wish to achieve. The country has been struggling to reach the people’s welfare by educating young potential leaders. Now, the government are making efforts to build characters of the children through various levels of schooling, namely kindergarten, elementary and high schools.  It is, undoubtedly, very important to shape children’s good characters started from home or family since family is the very first and main education institution for children. They firstly learn from their parents at home, while parents are their first teacher. The way that parents nurture the children determine their characters. Some have good character, but some other do not. This depends much on how the parents nurture and educate their children. The Christian nuture is actually the highlight of the study. The aims of the study is to distinguish general nuture and Christian way of nurture. The last one evidently gives impact towards character building in family and society.Keywords: nurture, chritianity, parents, behaviour Abstrak:Anak merupakan salah satu komponen penting yang perlu diperhatikan dalam memajukan kesejahteraan suatu bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki suatu generasi yang unggul dan memiliki karakter yang baik dan jujur. Hal ini juga telah dipikirkan oleh bangsa Indonesia. Negara berusaha untuk membawa kesejahteraan bangsa ini dengan memperhatikan calon-calon pemimpin Bangsa. Dan pada saat ini bangsa Indonesia sangat gencar dalam melakukan pendidikan berkarakter disekolah dari jenjang Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama hingga tingkat Sekolah Menengah Atas. Penting sekali membentuk perilaku anak dimulai dari keluarga, karena Seorang anak tumbuh dan dibesarkan pertama sekali di dalam lingkungan keluarga, dan keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam mendidik anak. Pola asuh yang diterapkan orangtua, dapat membentuk anak dengan bermacam-macam karakter dan perilaku mereka. Ada anak yang akan berperilaku kasar dan anak yang akan berperilaku buruk, tergantung bagaimana orang tua mendidik anak dengan tipe-tipe pola asuh yang ada. Pola asuh Kristen juga menjadi sorotan dalam hal ini yang membedakannya dari pola asuh secara umum. Pola asuh Kristiani memberi dampak dalam pembentukan perilaku anak anak dalam sebuah keluarga dan dalam masyarakat tentunya.Kata Kunci: pola asuh; kristiani; orangtua; perilaku
Dampak dari Kebangkitan Yesus Kristus (Studi Analisis Yohanes 20:19-23) Sihombing, Warseto Freddy
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 2, No 2 (2020): Oktober 2020
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v2i2.51

Abstract

Abstract: Fear is caused by many things and makes everyone not dare to do anything and prefer to lock himself up. This’s what happened to Jesus' disciples after the story of crucifixion. An analytical study of the text in John 20:19-23 provides an evidence of the condition of the disciples and how Jesus, after rising from the dead, came to meet them. In their case, Jesus preached and gave peace to His disciples. They also breathed with the Holy Spirit and given a commission as apostles that they should preach forgiveness of sins’ news in the only begotten Son of God to the world.Keywords: fear, peace, forgiveness of sinsAbstrakRasa takut disebabkan oleh banyak hal dan menjadikan seseorang tidak berani bertindak apa-apa dan lebih memilih mengurung diri. Hal ini lah yang terjadi pada murid-murid Yesus setelah peristiwa penyaliban. Studi analisis terhadap teks dalam Yohanes 20:19-23 memberikan sebuah bukti keadaan para murid waktu itu dan bagaimana Yesus, setelah bangkit dari antara orang mati datang menemui mereka. Dalam ketakutan mereka, Yesus memberitakan dan emberikan damai sejahtera kepada murid-murid-Nya. Mereka juga diembusi dengan Roh Kudus dan diberikan sebuah amanat sebagai para rasul yang harus memberitakan berita tentang pengampunan dosa dalam Anak Tunggal Allah kepada dunia.Kata kunci: takut, damai sejahtera, pengampunan dosa
Kristen Yang Terpuji Karena Teruji Berdasarkan Kitab Matius 15:21-28 Parsaoran Tambunan
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2021): April 2021
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v3i1.46

Abstract

Abstract:The Gospel written by Matthew which is referred to as the Gospel of Matthew consists of 28 chapters whose writing focus is the Person of Jesus Christ. A certain appreciation of who He is and what He does can be obtained by observing the various titles given to Him, also through what He said and did can give an understanding of who Jesus was, and why He was a worthy object of faith. Matthew 15:21-28 is a narrative that tells of an important event where Jesus departed from the Gennesaret region (14:34) to a non-Jewish region namely Tyre and Sidon, Jesus' first experience in that area is told of his meeting with a Canaanite woman whose daughter demon possessed. It can be said that this passage is a case of healing of a non-Jewish sick person but in its plot it is more prominent in the testing of Faith. In the storyline written by Matthew at least, there are five different responses that the woman received, first Jesus was silent, the two disciples were about to throw her out, then Jesus seemed to refuse, then Jesus seemed to rebuke her, and finally Jesus gave her a compliment for her faith. and heal their children. the first four responses were a test of the canaanite woman's Faith, and the fifth was the result of that test.Keywords: Christian; Commendable; Tested: Matthew  Abstrak:Injil yang ditulis oleh Matius yang disebut sebagai Injil Matius terdiri dari 28 pasal yang fokus penulisannya adalah Pribadi Yesus Kristus. Penghargaan tertentu mengenai siapa Dia dan apa yang Dialakukan dapat diperoleh dengan memperhatikan berbagai gelar yang diberikan kepada-Nya, juga  melalui apa yang Dia katakana dan Dia lakukan dapat memberikan paham siapakah Yesus, dan mengapa Ia menjadi objek iman yang pantas. Matius 15:21-28 merupakan sebuah narasi yang menceritakan peristiwa penting dimana Yesus berangkat  dari wilayah Genesaret (14:34) menuju wilayah non-Yahudi yakni Tirus dan Sidon, pengalaman pertama Yesus didaerah itu yang diceritakan adalah pertemuannya dengan seorang perempuan Kanaan yang anak perempuannya kerasukan setan. Dapat dikatakan perikop ini adalah kasus kesembuhan orang sakit non-Yahudi namun dalam alurnya lebih menonjol kepada pengujian Iman. Dalam alur cerita yang dituliskan oleh Matius, setidaknya ada lima respon yang berbeda yang diterima perempuan itu, pertama Yesus diam, kedua murid-murid hendak mengusirnya, kemudian Yesus seolah-olah menolak, selanjutnya Yesus sepertinya menegurnya, dan terakhir Yesus menghadiahi dia pujian atas imanserta memberi kesembuhan anaknya. empat respon pertama merupakan ujian bagi Iman perempuan kanaan tersebut, dan yang kelima adalah hasil dari ujian itu.Kata Kunci :Kristen; Terpuji; Teruji: Matius
Analisis Model Pembelajaran Pendidikan Kristen: Integrasi Wawasan Dunia Kristen Dalam Blended Learning Asnita Basir Leman
KERUGMA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 1 (2021): April 2021
Publisher : STT Injili Indonesia Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.2500/kerugma.v3i1.25

Abstract

Abstract:Learning is feeding the soul. When Jesus gave the great commission to make disciples of all nations, it was complemented by the words and “teach them tērein (to observe, keep, preserve) all that He commanded the disciples.” Difficulties and obstacles in Christian education often occured due to fail in understanding the essence, purpose, content, concepts and context of learning that create chaos in its application. Meanwhile, the rapid growth in the field of educational psychology has caused lessons content and the teaching methods to be strongly influenced by secularism with the philosophy of humanism and relativism. The technological developments were triggered by the unpredictable global Covid-19 pandemic situation in 2020, forcing educators to immediately reformulate learning patterns to be more conducive. This article aims to analyze the blended learning model for Christian education, bya integrating educational psychology theories with the Biblical truth based on concept of christian worldview. The findings and conclusions are expected to contribute to the preparation of Christian education programs, applications and learning modules.Keywords: christian education; christian worldview; cultural mandate; gospel mandate; covid-19 pandemic; blended learning; mete cognitive.  Abstrak:Belajar ialah memberi makanan bagi jiwa. Ketika Yesus memberi amanat agung untuk menjadikan segala bangsa murid-Nya, itu dilengkapi dengan kata dan “ajarlah mereka tērein (memperhatikan, menyimpan, melestarikan) semua yang telah diperintahkan-Nya kepada murid-murid.” Banyak kali kesulitan dan kendala dalam pendidikan kristen terjadi karena kegagalan dalam memahami esensi, tujuan, konten, konsep dan konteks pembelajaran menyebabkan kekacauan dalam penerapannya. Sementara itu pertumbuhan pesat di bidang psikologi pendidikan menyebabkan konten pelajaran dan metode pengajaran sangat dipengaruhi oleh sekularisme dengan filosofi humanisme dan relativisme. Perkembangan teknologi dipicu situasi pandemi covid-19 yang tak terduga secara global tahun 2020, memaksa kalangan pendidik segera melakukan formasi ulang pola pembelajaran yang lebih kondusif. Artikel ini bertujuan menganalisis model pembelajaran blended learning bagi pendidikan kristen, dengan mengintegrasikan teori-teori psikologi pendidikan dengan kebenaran Alkitab berdasarkan konsep wawasan dunia kristen. Temuan dan kesimpulan diharapkan dapat memberi kontribusi bagi penyusunan program, aplikasi dan modul-modul pembelajaran pendidikan kristen ke depan.Kata Kunci: pendidikan Kristen; wawasan dunia Kristen; mandat budaya; mandat penginjilan; pandemi covid-19;blended learning; meta koginitif.