cover
Contact Name
Sehat Ihsan Sadiqin
Contact Email
jsai@ar-raniry.ac.id
Phone
+6282165108654
Journal Mail Official
jsai@ar-raniry.ac.id
Editorial Address
Gedung Fakultas Ushuluddin Lantai I, Prodi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin UIN Ar-Raniry, Jln. Lingkar Kampus, Kopelma Darussalam Banda Aceh, Aceh 23111.Telp. (0651)7551295.
Location
Kota banda aceh,
Aceh
INDONESIA
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI)
ISSN : -     EISSN : 27226700     DOI : 10.22373
The focus and Scope of JSAI is to provide a scientific article of conceptual studies of sociology of religion, religious communities, multicultural societies, social changes in religious communities, and social relations between religious communities base on field research or literature studies with the sociology of religion perspective or sociology. Fokus dan Skope JSAI adalah artikel ilmiah tentang studi konseptual sosiologi agama, komunitas agama, masyarakat multikultural, perubahan sosial dalam komunitas agama, dan hubungan sosial antara komunitas agama berdasarkan penelitian lapangan atau studi literatur dengan perspektif sosiologi agama atau sosiologi.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 1 (2023)" : 9 Documents clear
Kerentanan Sosial pada Komunitas Pemulung di Perkotaan Mayang Puti Seruni; Rakhmat Hidayat
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2129

Abstract

The waste picker community faces social exclusion and poverty, resulting in a high degree of social vulnerability. To implement effective social policies, it is crucial to understand the complex social vulnerabilities experienced by these individuals. This study aims to illuminate the extent of deprivation faced by urban Indonesian waste pickers in the modern world, revealing not only the intricacies and depth of their vulnerabilities but also the contributing factors. A qualitative research approach was employed, consisting of interviews and observations within a South Tangerang waste picker community from 2014 to 2018. The findings reveal that waste pickers' vulnerabilities stem from interrelated, multidimensional, and layered deprivations. These vulnerabilities should not be viewed as isolated individual conditions but rather as collective community experiences. Consequently, social policies must be developed with a focus on the collectivity of waste pickers, taking into account their relationships and vulnerabilities, and implemented progressively over time. AbstrakKomunitas pemulung hidup dalam eksklusi sosial dan kemiskinan, yang menyebabkan derajat kerentanan sosial mereka tinggi. Kebijakan sosial yang tepat tidak akan bisa terlaksana jika tidak diketahui kompleksitas kerentanan sosial yang dialami pemulung. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana pemulung di perkotaan Indonesia mengalami deprivasi dalam dunia modern, sehingga dapat terungkap bukan hanya lapisan-lapisan dan kedalaman dari kerentanan mereka, tetapi juga beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Untuk itu, peneliti melakukan studi kualitatif dengan wawancara dan observasi pada satu komunitas pemulung di kota Tangerang Selatan, sejak tahun 2014 hingga 2018. Hasil temuan menunjukkan bahwa kerentanan yang dialami pemulung disebabkan oleh deprivasi yang berlapis, multidimensional dan saling berkaitan. Kerentanan pemulung juga tidak dapat dipahami sebagai kondisi individual, tapi pengalaman kolektif yang berbasis komunitas. Oleh sebab itu, kebijakan sosial yang dikembangkan harus memahami kolektivitas pemulung tersebut, harus menimbang semua relasi dan kerentanan yang dimiliki pemulung, dan harus dilaksanakan secara bertahap dalam waktu yang tidak sebentar.
Ekspresi Spiritualitas Kelompok Keagamaan di Beberapa Wilayah Provinsi Aceh Hanif Saputra
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2449

Abstract

This study aims to explore the existence of diverse religious groups in the province of Aceh and how they engage in religious activities alongside other groups. In collecting data, the researcher used the library research method to gather references from books, journals, and academic research reports related to the topic, as well as the Netnography method to gather public information through relevant social media. The results show that there are several different religious groups in Aceh with varying views and expressions of their rituals in different regions. The Tastafi group, Jama'ah Tabligh, and the T. Raja Ubiet community group have different characteristics and expressions in their spiritual activities. On the other hand, the Wahabi group shows a far different view from the local spiritual practices, causing them to be isolated from other religious groups. This study reinforces the reality that although Aceh has implemented Islamic law as positive law, religious groups can still thrive and not hinder the emergence of various religious expressions in the community. Abstrak Kajian ini bertujuan untuk mengeksplorasi tentang eksistensi beragam kelompok keagamaan di Provinsi Aceh dan bagaimana mereka melakukan aktivitas keagamaan secara berdampingan dengan kelompok lainnya. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode library research yang mengumpulkan referensi dari buku, jurnal, dan laporan penelitian akademik yang berhubungan, serta metode Netnografi yang mengumpulkan informasi publik melalui media sosial yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelompok keagamaan yang berbeda dalam pandangan dan ekspresi ritual mereka di beberapa wilayah Aceh seperti kelompok Tastafi, Jamaah Tabligh, dan kelompok masyarakat T. Raja Ubiet. Kajian ini mempertegas realitas bahwa meskipun Aceh telah menerapkan syariat Islam sebagai hukum positif, namun kelompok keagamaan tetap dapat berkembang dan tidak menghalangi lahirnya berbagai ekspresi keagamaan dalam masyarakat.
Perempuan Bali dalam Pengelolaan Pariwisata di Bali Dewa Putu Oka Prasiasa; Yeyen Komalasari; Dewa Ayu Diyah Sri Widari
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2557

Abstract

Women are often positioned as marginal people in various fields of life, including the position of Balinese women in managing tourism in Bali. This article aims to analyze the position of Balinese women in tourism management in Bali. This research is a literature study with a qualitative descriptive analysis. This research found that Balinese women are very enthusiastic as homeworkers because they are related to domestic activities. These symptoms are related to the ideological superstructure and work ethic. This study also found that social structure and material infrastructure strengthen the work ethic. Balinese women think that work is yadnya, needs to be carried out and practiced to improve self-quality. Even though Balinese women experience injustice in the management of tourism in Bali, they are still eager to earn a living. Abstrak Perempuan sering diposisikan sebagai kaum marginal dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Artikel ini bertujuan menganalisis posisi perempuan Bali dalam pengelolaan pariwisata di Bali. Penelitian ini merupakan studi literatur dengan analisis deskriptif kualitatif. Penelitian ini menemukan perempuan Bali amat bergairah sebagai pekerja rumahan karena berkaitan dengan kegiatan domestik. Gejala ini terkait dengan superstruktur ideologi dan etos kerja. Penelitian ini juga menemukan struktur sosial dan infrastruktur material memberikan penguatan terhadap etos kerja. Perempuan Bali menganggap kerja adalah yadnya, perlu dilaksanakan serta diamalkan untuk peningkatan kualitas diri. Meskipun perempuan Bali mengalami ketidakadilan dalam pengelolaan pariwisata di Bali, namun mereka tetap bersemangat untuk memperoleh nafkah.
Partisipasi Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat di Objek Wisata Pulau Banyak Aceh Singkil Sopar Sopar; Mursyidin Mursyidin; Arfriani Maifizar; Riki Yulianda; Rahmah Husna Yana
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2570

Abstract

Several tourist attractions in Indonesia have involved local communities in their management and development. Community empowerment strategies include human resource development, productive endeavors, provision of information, capital development, and group institutionalization. This article focuses on women's participation in the empowerment of coastal communities in the tourist attraction of Pulau Banyak, Aceh Singkil. The objective of this article is to describe women's participation, forms of empowerment, and inhibiting factors. This study is based on qualitative field research to be conducted in 2022. Data was collected through in-depth interviews with relevant informants. The study showed that, in addition to the economic potential of marine and fisheries resources, Pulau Banyak also possesses promising tourism potential due to its attractive natural landscapes. This tourism potential has been utilized by the local community and women through microeconomic activities. However, women's empowerment strategies in the context of tourism on Pulau Banyak are still limited and rely on government assistance. Insufficient mentoring and limited marketing access are obstacles to women's empowerment. Abstrak Beberapa objek wisata di Indonesia telah melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan dan pengembangan. Strategi pemberdayaan masyarakat termasuk pengembangan sumber daya manusia, usaha produktif, penyediaan informasi, pengembangan modal, dan kelembagaan kelompok. Artikel ini fokus pada partisipasi perempuan dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di objek wisata Pulau Banyak, Aceh Singkil. Tujuan artikel ini adalah mendeskripsikan partisipasi perempuan, bentuk pemberdayaan, dan faktor penghambatnya. Kajian ini didasarkan pada penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif yang dilakukan pada tahun 2022. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dengan informan terkait. Kajian ini menunjukkan bahwa selain potensi ekonomi dari hasil kelautan dan perikanan, Pulau Banyak juga memiliki potensi wisata yang menjanjikan karena panorama alamnya yang menarik. Potensi wisata tersebut telah dimanfaatkan oleh masyarakat dan kaum perempuan dalam bentuk aktivitas ekonomi mikro, Namun, strategi pemberdayaan perempuan dalam konteks wisata di pulau banyak masih terbatas dan bergantung pada bantuan pemerintah. Kurangnya pendampingan dan akses pemasaran yang terbatas menjadi kendala dalam pemberdayaan perempuan.
Eksistensi dan Ancaman Usaha Pegaraman di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie Ibnu Phonna Nurdin; Dara Fatia; Cut Lusi Chairunnisak
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2611

Abstract

Barriers in salt farming endeavors are constantly encountered by salt farming communities, thereby impacting the future sustainability of salt production. This article aims to describe the sustainability threats posed by traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Simpang Tiga Subdistrict, Pidie Regency. The article presents findings from a qualitative field research conducted using observational data and in-depth interviews with selected traditional salt farmers employing purposive sampling technique. The study reveals that the existence of traditional salt farming activities in Gampong Cebrek, Pidie Regency, is confronted with several issues that could potentially jeopardize their future existence. Firstly, the regeneration process of salt farmers is not progressing effectively. Secondly, the declining participation and capabilities of salt farmers due to their advanced age. Thirdly, government policies have led to a decrease in production and distribution of salt. Lastly, the conversion of agricultural land into residential areas has occurred. Abstrak Hambatan dalam usaha pegaraman selalu terjadi pada komunitas petani garam yang berdampak pada keberlanjutan usaha garam di masa mendatang. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang ancaman keberlanjutan dari aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek, Kecamatan Simpang tiga, Kabupaten Pidie. Artikel ini merupakan hasil penelitian lapangan menggunakan metode kualitatif. Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara mendalam kepada petani garam tradisional yang dipilih menggunakan teknik purposive. Kajian ini menunjukkan bahwa eksistensi aktivitas pertanian garam tradisional di Gampong Cebrek Kabupaten Pidie dihadapkan pada beberapa persoalan yang kemudian dapat mengancam eksistensi mereka di masa mendatang. Pertama, proses regenerasi pertani garam yang tidak berjalan dengan baik. Kedua, partisipasi dan kemampuan petani garam yang semakin menurun karena telah memasuki usia senja. Ketiga, kebijakan pemerintah yang berdampak pada menurunnya aktivitas produksi dan distribusi garam. Keempat, terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan pemukiman.
The Decline of Local Political Parties in Post-Conflict Aceh: A Qualitative Study Siti Ikramatoun; Zulfan Zulfan; Aminah Aminah
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2644

Abstract

The Aceh peace process has been ongoing for nearly two decades. Some studies note that an essential aspect contributing to the Aceh peace context is the presence of local political parties in the post-peace era. This article aims to describe the declining existence of local political parties in the political life of Aceh society. This study employs a qualitative method, with primary data obtained from interviews and secondary data gathered from relevant literature reviews. The study reveals that local political parties in post-conflict Aceh have essentially gone through three of the four phases and are beginning to enter the fourth. The first phase is the formation of local political parties, the second is their rise, and the third is their victory in Aceh's political contestation. The fourth phase is decline or reduction, characterized by local parties being abandoned by their supporters. This research identifies several factors indicating the current existence of local political parties in the decline phase: 1) Loss of public trust; 2) Pessimism among political actors; 3) Weak party integrity and human resources; 4) Unprofessional organizational management; and 5) Internal conflicts within the party. These factors are not independent but are interconnected with one another.
Revitalisasi Peran Filsafat sebagai Proses Transformasi Masyarakat Multikultural Juwaini Juwaini
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2690

Abstract

Philosophical thought has implications for the process of societal transformation, encompassing both the development of science and technology and the development of multicultural societies themselves. This study aims to examine how philosophy plays a role in the transformation of multicultural societies and the position of philosophy within the social framework of a multicultural society. A qualitative approach with a literature review model is employed in this study. The findings of this study demonstrate that multicultural societies in Indonesia have undergone transformation parallel to global advancements in science, technology, and societal progress. Consequently, the study of philosophy needs to be revitalized both academically and sociologically. There are three crucial points that require revitalization, namely through the three pillars of El: social philosophy's eligibility, the elimination of perennialistic thinking, and the elaboration of progressive multicultural philosophy. Abstrak Pemikiran filsafat memiliki implikasi terhadap proses transformasi masyarakat, baik itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maupun perkembangan masyarakat multikultural itu sendiri. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji tentang bagaimana filsafat berperan dalam transformasi masyarakat multikultural dan bagaimana kedudukan filsafat dan tatanan sosial masyarakat yang multikulturalistik. Kajian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan model studi kepustakaan. Kajian ini menunjukkan bahwa masyarakat multikultural di Indonesia telah bertransformasi seiring dengan perkembangan dunia, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, studi filsafat perlu direvitalisasi, baik secara akademis ataupun sosiologis. Ada tiga poin penting yang perlu direvitalisasi, yaitu melalui tiga pilar El; eligibilitas filsafat sosial, eliminasi berpikir perenialistik, dan elaborasi filsafat multikulturalisme progresif.
Memahami Fenomena Populisme di Abad ke-21 Muhammad Sahlan; Muhammad Yunus Ahmad
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2691

Abstract

This article aims to discuss populism, a term in politics that is increasingly used throughout the world, including in Indonesia. Populism has been used to describe many leaders and situations in different contexts, and scholars have not agreed on a definitive formulation. This article will fill this gap by using a literature review to increase and enrich knowledge about populism and deepen its surrounding discourse, specifically academic discourse in social and political fields. This article contends that although scholars differ in their definition of populism, the political phenomenon can still be identified. Empirically, populism can be identified through behaviors, attitudes, and political rhetoric. Furthermore, the article concludes that increased populism in a global and national context is influenced by various contexts and problems that exist in different countries. Abstrak Artikel ini membahas tentang populisme, yaitu sebuah term politik yang akhir-akhir ini menguat di dunia, termasuk di Indonesia. Populisme telah digunakan untuk menggambarkan pemimpin dan situasi dalam konteks yang beragam, dan para scholar belum menemukan kata sepakat mengenai formulasi definisi yang tepat tentang populisme. Artikel ini mencoba mendiskusikannya dengan menggunakan pendekatan studi literatur dengan harapan dapat memberikan kontribusi dan pengayaan pengetahuan, memperdalam diskursus dan menambah wacana akademik, khususnya dalam bidang ilmu sosial dan politik. Kajian ini berpendapat bahwa meskipun para ahli memiliki pandangan yang berbeda tentang populisme, tidak berarti fenomena sosial politik ini tidak dapat diidentifikasi. Pada tingkat empiris, populisme dapat diidentifikasi melalui sikap, perilaku dan retorika politiknya. Artikel ini berkesimpulan bahwa menguatnya populisme di tingkat global dan nasional dipengaruhi oleh faktor yang beragam sesuai dengan konteks dan persoalan yang dihadapi oleh masing-masing negara.
Fenomena Bercadar Perempuan Aceh Kontemporer dalam Analisis Sejarah, Budaya dan Teologi Lukman Hakim
Jurnal Sosiologi Agama Indonesia (JSAI) Vol 4 No 1 (2023)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/jsai.v4i1.2704

Abstract

The phenomenon of wearing a face veil (bercadar) in Aceh, which has now become a model for Muslim women's attire, is believed to have originated not from local eccentricities but from local traditions. The practice of wearing a face veil represents a newly formed cultural expression in the contemporary religious context of Acehnese Muslim women. This article explores various aspects related to the use of the veil among Muslim women in Aceh today, including the historical emergence of the veil within the socio-cultural context of Acehnese society, the cultural and objective conditions of Acehnese society that allow for the emergence of the veil, and the theological motives underlying the contemporary usage of the veil by Acehnese women. This study is based on observations and interviews. Observations were conducted on the increasing number of women wearing the veil in society, particularly among students at various universities and educational institutions in Aceh. The study indicates that although the veil does not have historical roots in Acehnese fashion, it is still accepted as a new Islamic culture. The use of the veil in Aceh has become a cultural necessity as Aceh opens itself up to a globalized world system, which inevitably leads to intercultural connections. The theological significance of wearing the veil among Acehnese Muslim women also indicates an increased awareness of improving their relationship with the Divine Creator. Therefore, the phenomenon of wearing a face veil as a contemporary fashion style among Acehnese Muslim women to express their religious identity is not bound by local history and even remains open to embracing cultures and expressions of beliefs from outside, as long as those cultures do not contradict Islamic values. Abstrak Bercadar yang kini menjadi sebuah model berpakaian muslimah Aceh diyakini bukan berasal dari tradisi lokal keacehan. Fenomena bercadar merupakan sebuah bentukan budaya baru dalam ekspresi keagamaan muslimah Aceh kontemporer. Artikel membahas beberapa sisi terkait penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh hari ini yang meliputi; sejarah kemunculan cadar dalam konteks sosial budaya masyarakat Aceh, budaya dan kondisi objektif masyarakat Aceh yang memberi ruang kemunculan cadar, dan motif teologi dalam konteks penggunaan cadar perempuan Aceh kontemporer. Kajian ini didasarkan pada observasi dan wawancara. Observasi dilakukan atas fenomena pemakai cadar yang semakin bertambah dalam masyarakat, terutama dari kalangan mahasiswa di beberapa universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Aceh. Kajian ini menunjukkan bahwa meskipun cadar tidak memiliki akar sejarah dalam model berbusana di Aceh namun tetap diterima sebagai sebuah budaya baru yang islami. Penggunaan cadar di Aceh menjadi keniscayaan budaya ketika Aceh membuka diri dalam sebuah sistem dunia yang global, yang memungkinkan terjadi keterhubungan antar budaya yang tidak mungkin terelakkan. Penggunaan cadar di kalangan muslimah Aceh ini secara teologis juga menunjukkan peningkatan kesadaran memperbaiki hubungan yang lebih baik dengan khalik. Dengan demikian fenomena bercadar sebagai gaya berpakaian muslimah Aceh kontemporer dalam mengekspresikan identitas keagamaannya tidak terikat oleh sejarah lokal dan bahkan membuka diri untuk menerima budaya dan ekspresi keyakinan yang berasal dari luar selama budaya itu tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.

Page 1 of 1 | Total Record : 9