cover
Contact Name
Dwi Wahyuni
Contact Email
dwiwahyuni@uinib.ac.id
Phone
+6281272162942
Journal Mail Official
al-adyan@uinib.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Mahmud Yunus Padang Kode Pos 25153
Location
Kota padang,
Sumatera barat
INDONESIA
Al-Adyan: Journal of Religious Studies
ISSN : 2745519X     EISSN : 2723682X     DOI : -
Al-Adyan: Journal of Religious Studies adalah jurnal ilmiah akademis yang diterbitkan oleh Program Studi (Prodi) Studi Agama-Agama Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Imam Bonjol Padang. Jurnal ini terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember yang mempublikasikan artikel berbasis hasil penelitian studi agama dalam ragam perspektif;perbandingan, sejarah, sosiologi, antropologi, fenomenologi, hubungan antar agama, multikulturalisme, serta isu-isu kontemporer lainnya. Al-Adyan: Journal of Religious Studies mengundang para penulis dan peneliti untuk menyumbangkan karya terbaik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
Normal Baru dalam Praktik Keagamaan Islam pada Masa Pendemi di Kota Padang Firma, Tri Bunga
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v1i2.1980

Abstract

The Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) hitting the world has impacted all aspects of life, such as economy, social, tourism, education and religion. This study examines new habits in Muslim religious practices due to the pandemic in Padang City. As an area that contributes to the most covid-19 patients in Indonesia, which in fact the majority are Muslim, it has also experienced the impact of the coronavirus in religious life. Worship practices have also changed due to the outbreak. Mosques are closing down and worship services are beginning to be diverted to their respective homes. Such conditions require Muslims to rise up and must be able to be resilient. This is what encourages the birth of a new pattern of life (New Normal) so that the level of Muslim religious life returns to normal. New Normal requires Muslims to adapt and transform new habits (new habitus) in performing religious practices (prayer). For example, there is a distance shof, wearing a mask, carrying a prayer mat and other equipment needed when praying at the mosque, preparing hand sanitizers in every house of worship, and regularly checking the temperature of congregants visiting the mosque and always referring to health protocols that are guided by Maqosid Assyariah. On the other hand, the application (new normal) of worship, in practice, has been misunderstood by a number of Muslims in Padang city. It has triggered the birth of a new narrative that invites pros and cons, in the form of acceptance and rejection. Therefore, in this case, it is necessary to apply the principles of maqashid syari'ah amid Covid-19.Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) yang melanda dunia telah berdampak pada semua aspek kehidupan, seperti ekonomi, sosial, pariwisata, pendidikan dan agama.  Studi ini mengkaji kebiasaan baru dalam praktik keagamaan Muslim akibat pandemi di Kota Padang. Sebagai daerah yang menyumbang pasien covid-19 terbanyak di Indonesia, yang mayoritas beragama Islam, juga mengalami dampak virus corona dalam kehidupan beragama.  Praktik ibadah juga telah berubah karena wabah tersebut. Masjid ditutup dan layanan ibadah mulai dialihkan ke rumah masing-masing. Kondisi seperti itu menuntut umat Islam untuk bangkit dan harus bisa kembali seperti normal.  Hal inilah yang mendorong lahirnya pola hidup baru (New Normal; Kenormalan baru) sehingga taraf kehidupan beragama umat Islam kembali seperti biasa. Kenormalan baru mewajibkan umat Islam untuk menyesuaikan dan mengubah kebiasaan baru (habitus baru) dalam menjalankan amalan keagamaan (sholat). Misalnya ada jarak shof, memakai masker, membawa sajadah dan perlengkapan lain yang dibutuhkan saat shalat di masjid, menyiapkan hand sanitizer di setiap rumah ibadah, serta rutin mengecek suhu jemaah yang berkunjung ke masjid dan selalu mengacu pada protokol kesehatan yang dipandu oleh Maqosid Assyariah.  Di sisi lain, penerapan (kenormalan baru) ibadah, dalam praktiknya, telah disalahartikan oleh sejumlah umat Islam di Kota Padang. Hal tersebut memicu lahirnya narasi baru yang mengundang pro dan kontra, berupa penerimaan dan penolakan.  Oleh karena itu, dalam hal ini, perlu diterapkan prinsip maqashid syari'ah di tengah pandemi.
Perspektif Islam dan Kristen Terhadap Multikulturalisme Zaiddin, Zaiddin
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v1i2.1940

Abstract

The relationship between Islam and Christianity often appears in a paradoxical face.  In the aspects of power and politics there are often tensions, conflicts and even violence.  However, in the aspects of socio-cultural, tolerance, mutual respect and cooperation still appear to be running, as if two religions promote multiculturalism.  This research discusses how multiculturalism is in the perspective of Islam and Christianity.  This article is compiled using the multiculturalism approach itself by referring to books and articles discussing about issues of multiculturalism about the two religions.  The results of the research conclude that normatively Islam does not only recognize the existence of religions but also respects and gives freedom to their adherents to practice their beliefs as well as cultural diversity.  Meanwhile, in both the Old and New Testaments, Jesus also made a similar movement.  Even as a continuation of the teachings of Judaism, he came not to destroy it, but to fulfill and perfect it.  Jesus also respected the different sects and understandings of each religious group.Relasi Islam dan Kristen seringkali tampil dalam wajah paradok. Pada aspek-aspek kekuasan dan politik sering diwarnai ketegangan, konflik bahkan kekerasan. Namun pada aspek-aspek sosial budaya, toleransi, saling menghargai dan kerjasama masih tampak berjalan yang mengandaikan kedua agama meruangkan multikulturalisme. Tulisan ini membahas bagaimana multikulturalisme dalam perspektif Islam dan Kristen. Artikel ini disusun denga menggunakan pendekatan multikulturalisme sendiri dengan merujuk buku-buku dan artikel yang berbicara tentang isu-isu multikulturalisme terhadap kedua agama tersebut. Hasil riset menyimpulkan bahwa secara normatif Islam tidak hanya mengakui keberadaan agama-agama tapi juga menghormati dan memberi kebebasan pada pemeluk-pemeluknya untuk mengamalkan keyakinannya itu termasuk juga keragaman budaya. Sementara baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Yesus juga melakukan gerakan serupa. Bahkan sebagai pelanjut ajaran agama Yahudi, ia datang bukan untuk menghancurkannya, melainkan untuk menggenapi dan menyempurnakannya. Yesus juga menghormati perbedaan aliran dan pemahaman masing-masing kelompok keagamaan.
RISE AND FALL OF MAMLUK SULTANATE: The Struggle Against Mongols and Crusaders in Holy War Firdaus, Yelmi Eri; Elfia, Elfia; Meirison, Meirison
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 1, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v1i1.1713

Abstract

For 300 years, precisely from 1250 to 1517, the Mamluk Dynasty ruled in Egypt and Syria. Their power ended after the conquest of the Ottoman Turks, who later built a new empire. The writer wants to describe how the slave nation could become a ruler who gained legitimacy from Muslims. Mamluk is a soldier who comes from slaves who have converted to Islam. "The mamluk phenomenon," as David Ayalon called it, was an extremely large and long-lived important politic, which lasted from the 9th century to the 19th century AD. Over time, Mamluk became a robust military caste in various Muslim societies. Especially in Egypt, but also the Levant, Iraq, and India, mamluks hold political and military power. In some cases, they gained the position of the Sultan, while in other cases, they held regional power as amir or beys. The historical method starts with collecting literature, sorting, and analyzing and interpreting the writer doing historiography on the dynamics of this mamluk dynasty government. A dynasty filled with phenomenon, which originated from slaves and then turned into the ruler of a vast territory. Not only that, but the slaves were also able to defeat big countries like France, Portugal, and Italy. The Mamluk Sultanate was famous for repelling the Mongols and fighting with the Crusaders. They are descended from various variations, but the most frequent is Kipchak Turks, depending on the period and region in question. When a mamluk is bought, their status is above ordinary slaves, who are not permitted to carry weapons or carry out specific tasks. In places like Egypt, from the Ayyubid dynasty to the era of Muhammad Ali of Egypt, Mamluk is considered as "real rulers" with social status over those born as Muslims.Selama 300 tahun, tepatnya dari tahun 1250 hingga 1517, Dinasti Mamluk memerintah di Mesir dan Suriah. Kekuatan mereka berakhir setelah penaklukan Turki Ottoman, yang kemudian membangun sebuah kerajaan baru. Penulis ingin menggambarkan bagaimana negara budak bisa menjadi penguasa yang mendapatkan legitimasi dari umat Islam. Mamluk adalah seorang prajurit yang berasal dari para budak yang telah memeluk Islam. "Fenomena mamluk," sebagaimana David Ayalon menyebutnya, adalah politik penting yang sangat besar dan berumur panjang, yang berlangsung dari abad ke-9 hingga abad ke-19. Seiring waktu, Mamluk menjadi kasta militer yang kuat di berbagai masyarakat Muslim. Terutama di Mesir, tetapi juga Levant, Irak, dan India, mamluk memegang kekuasaan politik dan militer. Dalam beberapa kasus, mereka mendapatkan posisi Sultan, sementara dalam kasus lain, mereka memegang kekuasaan regional sebagai amir atau lebah. Metode historis dimulai dengan mengumpulkan literatur, menyortir, dan menganalisis dan menafsirkan penulis melakukan historiografi pada dinamika pemerintahan dinasti mamluk ini. Sebuah dinasti penuh dengan fenomena, yang berasal dari budak dan kemudian berubah menjadi penguasa wilayah yang luas. Bukan hanya itu, tetapi para budak juga mampu mengalahkan negara-negara besar seperti Perancis, Portugal, dan Italia. Kesultanan Mamluk terkenal karena memukul mundur bangsa Mongol dan bertarung dengan Tentara Salib. Mereka diturunkan dari berbagai variasi, tetapi yang paling sering adalah Kipchak Turki, tergantung pada periode dan wilayah yang dimaksud. Ketika mamluk dibeli, status mereka di atas budak biasa, yang tidak diizinkan membawa senjata atau melakukan tugas tertentu. Di tempat-tempat seperti Mesir, dari dinasti Ayyubiyah ke era Muhammad Ali dari Mesir, Mamluk dianggap sebagai "penguasa nyata" dengan status sosial atas mereka yang terlahir sebagai Muslim.
Pancasila Sebagai Titik Temu Agama-Agama Dan Kemanusiaan: Diskursus Nurcholish Madjid Dan Yudi Latif Sulbi, Sulbi; Siregar, Salmanul Hakim
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.1999

Abstract

Recently, exclusive religious attitudes and disharmony of the humanitarian and political order in differences are getting stronger in Indonesia. This paper aims to analyze the position of Pancasila as the melting pot of religions and the future of humanity. Through literature review; encyclopedias, books, journals, magazines, papers, and media, this paper starts from the data collection, data processing, and data analysis stage. The results of the study show that Indonesia as a pluralist country must create an atmosphere of open dialogue in the spirit of humanity. Therefore, the existence of Pancasila is placed as a bridge meeting point. Not the other way around, understanding the nation and Pancasila in exclusive actions to encourage the behavior to reject the truth of other religions and other people's thoughts. This study concludes that accepting differences gracefully, or acknowledging the existence of other religions is creating the same human order.Akhir-akhir ini, sikap keagamaan eksklusif dan ketidakharmonisan tatanan kemanusiaan maupun politik di tengah perbedaan semakin menguat di Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis posisi Pancasila sebagai titik temu agama-agama dan masa depan kemanusiaan. Melalui kajian kepustakaan; ensiklopedi, buku, jurnal, majalah, makalah  dan media-media, tulisan ini dimulai dari pengumpulan data, pengelohan data dan  tahap menganalisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa Indonesia sebagai negara yang pluralis harus menciptakan suasana dialog yang terbuka dalam spirit kemanusiaan. Oleh sebab itu keberadaan Pancasila diletakan sebagai jembatan titik temu. Bukan sebaliknya, memahami bangsa dan Pancasila pada tindakan eksklusif sehingga mendorong pada perilaku menolak kebenaran dari agama-agama lain dan pikiran orang lain. Kajian ini sampai pada kesimpulan bahwa menerima perbedaan dengan lapang dada, atau mengakui keberadaan agama-agama lain adalah menciptakan tatanan kemanusiaan yang sama.
Nilai Dan Fungsi Tradisi Ziarah Di Dusun Kawangan Syaifullah, Syaifullah; Safitri, Eqlima Dwiana
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.2520

Abstract

This paper is entitled Values and Functions of the Pilgrimage Tradition in Kawangan Hamlet, precisely in Ngadirejo, Temanggung, Central Java.  The aims of this study are: (1) Describing the factors of the perpetuation of the pilgrimage tradition in the village of Kawangan.  (2) Knowing the value and function of the pilgrimage tradition in the village of Kawangan in Bronislow Malinowski's theory of functionalism.  This study uses a qualitative method, described descriptively. Collecting data has done through field studies: interviews, observations, participant observers and literature studies.  The pilgrimage ritual in the village of Kawangan is still sustainable until now because of the local community trust, the loyalty to the ancestral heritage and the integrative needs.  While the values and functions of pilgrimage ritual are: (1) Religious Functions, (2) Social Functions, (3) Economic Functions and (4) Entertainment Functions.Tulisan ini berjudul Nilai dan Fungsi Tradisi Ziarah di Dusun Kawangan, tepatnya di Ngadirejo, Temanggung, Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini yaitu; (1) memaparkan faktor-faktor langgengnya tradisi ziarah di dusun Kawangan; (2) mengetahui nilai dan fungsi tradisi ziarah di dusun Kawangan dalam teori fungsionalisme Bronislow Malinowski. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dipaparkan secara deskriptif. Pengumpulan data melalui studi lapangan: wawancara, observasi, pengamatan terlibat (participant observer) dan studi pustaka. Ritual ziarah di dusun Kawangan tetap lestari sampai sekarang dikarenakan; kepercayaan masyarakat lokal, kesetiaan memegang teguh warisan leluhur dan kebutuhan integratif. Sementara nilai dan fungsinya adalah, (1) fungsi keagamaan, (2) fungsi sosial, (3) fungsi ekonomi dan (4) fungsi hiburan.
Fungsi Anak Dalam Yadnya Sebagai Basis Pembentukan Karakter Rusli, Ayu Rustriana
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.2644

Abstract

The purpose of this paper is to describe the function of children in Hinduism with the obligation to carry out yadnya and the formation of children's character. In the discussion, the method used is library research. There are two understandings related to the function of the child, first, the child should respect, repay the services of parents and ancestors which is implemented in the implementation of pitra yadnya. Second, when children carry out their obligations to carry out their pitra yadnya, children indirectly learn to shape their character. Characters formed in yadnya include religiosity, responsibility, and communication skills.Tujuan penulisan ini adalah  untuk mengambarkan fungsi anak dalam agama Hindu dalam kaitannya dengan kewajiban melaksanakan yadnya serta pembentukan karakter anak. Dalam pembahasannya, metode yang digunakan adalah library research.  Ada dua pemahaman yang terkait dengan fungsi anak, pertama, anak memiliki kewajiban untuk menghormati, membalas jasa orang tua dan leluhur yang diimplementasikan dalam pelaksanaan pitra yadnya. Kedua, ketika anak menjalankan kewajibannya untuk melaksanakan pitra yadnya, secara tidak langsung anak belajar untuk membentuk karakternya. Karakter yang dibentuk dalam yadnya antara lain, adalah religiusitas, tanggungjawab dan kemampuan komunikasi. 
Peran Harnojoyo dalam Gerakan Sholat Subuh Berjamaah di Kota Palembang Amin, Muhammad; Hendro, Beko
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.1930

Abstract

The purpose of this research is to examine the role of Harnojoyo as The Mayor of Palembang City (2018-2023) in the implementation of Peraturan Walikota Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Gerakan Sholat Subuh Berjamaah. This research is a qualitative research using data collection techniques in the form of observation and documentation. Researchers focus more on observing photos of the activities of the Subuh prayer movement that have been carried out from social media and online news sites. Documentation method was used to obtain data on research demographics. The researcher limits the research from 2018 to February 2020. Meanwhile, to analyze the data that has been collected, a critical discourse analysis approach is used. This analysis aims to gain an understanding of the discourse that exists in online media and online news sites about the implementation of the Subuh prayer movement in congregation which then gets answers about Harnojoyo's role in the implementation of the Subuh prayer movement in congregation. The conclusion of this research is that Harnojoyo as the Mayor of Palembang has a significant role in the implementation of the congregational Subuh prayer movement.Tujuan penelitian ini yakni mengkaji tentang peran Harnojoyo Wali Kota Palembang (2018-2023) dalam pelaksanaan Peraruran Walikota Nomor 69 Tahun 2018 Tentang Gerakan Sholat Subuh Berjamaah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Peneliti lebih memfokuskan observasi pada foto-foto kegiatan gerakan shalat Subuh bejamaah yang telah dilaksanakan dari media sosial dan situs berita online.  Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai demografi penelitian. Peneliti membatasi penelitian dari tahun 2018 hingga Februari 2020. Sedangkan untuk menganalisis data yang telah terkumpul digunakan pendekatan analisis wacana kritis. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman mengenai wacana yang ada di media online dan situs berita online tentang pelaksanaan gerakan sholat Subuh berjamaah yang kemudian didapatkan jawaban tentang peran Harnojoyo dalam pelaksanaan gerakan sholat Subuh berjamaah. Simpulan dari penelitian ini yakni Harnojoyo sebagai Wali Kota Palembang mempunyai peran yang signifikan dalam pelaksanaan gerakan sholat subuh berjamaah.
Implementasi Ajaran Konfusius Dalam Barongsai: Telaah Grup Satya Dharma Kelenteng Hok Hien Bio Di Kudus Jawa Tengah Rosyid, Moh; Kushidayati, Lina
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.2312

Abstract

The purpose of this paper is to find a correlation between the teachings of Confucius and the lion dance group Satya Dharma at the Hok Hien Bio Temple in Kudus. The importance of research to provide understanding to the public that lion dance is not only a game or sport but Confucian values characterize the actors. Research data obtained by interviews and observations were analyzed descriptively qualitatively. The results showed that the lion dance group practiced regularly twice a week for free, followed by young people of all religions and ethnicities. This group was invited by residents in Kudus to the cultural carnival and people's party. The behavior of players and coaches follows the teachings of Confucius in the Si Shu Bible. First, it contains 8 confessions of faith (ba chen gui), realizing taboos, namely that what is immoral should not be seen (Hwi Lee But Si), heard (Hwi Lee But Thing), spoken (Hwi Lee But Gan), done (Hwi Lee But Tong), uphold the four pillars, understand the word (Ti Bing), receive the word (Siu Bing), uphold the word (Liep Bing), perfect the word (SingBing). Both behave in a friendly, gentle, honest, capable, obedient, sincere, simple, steady, and mighty manner, do tripusaka, are wise (Ti), loving (Jien), and brave (Yong). Third, abandon the 3 behaviors of arrogant, lazy, and extravagant, friendly, honest, and knowledgeable, have good relations with others (Ren Dao) and God (Tian/Shang Di) (Tian Dao).Tujuan tulisan ini adalah untuk mencari korelasi antara ajaran Konfusius  dan kelompok barongsai Satya Dharma di Kelenteng Hok Hien Bio di Kudus. Pentingnya riset untuk memberi pemahaman pada publik bahwa barongsai tidak hanya permainan atau olahraga tetapi nilai konfusius mewarnai para pelakunya. Data riset diperoleh dengan interviu dan observasi yang dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil riset memperlihatkan bahwa kelompok barongsai berlatih rutin seminggu dua kali secara gratis, diikuti oleh anak muda lintas agama dan etnis. Kelompok ini diundang warga di Kudus pada acara kirab budaya dan pesta rakyat. Perilaku pemain dan pelatih menaati ajaran Konfusius dalam Kitab Suci Si Shu. Pertama, memuat 8 pengakuan iman (ba chen gui), mewujudkan pantangan yakni yang tak susila jangan dilihat (Hwi Lee But Si), didengar (Hwi Lee But Thing), diucapkan (Hwi Lee But Gan), dilakukan (Hwi Lee But Tong), menjunjung empat pilar, mengerti firman (Ti Bing), menerima firman (Siu Bing), menegakan firman (Liep Bing), menyempurnakan firman (SingBing). Kedua berperilaku 9 dengan ramah, lemah-lembut, jujur, cakap, patuh, tulus hati, sederhana, mantap, dan perkasa, melakukan tripusaka, bijaksana (Ti), cinta kasih (Jien), dan berani (Yong). Ketiga, meninggalkan 3 perilaku sombong, pemalas, dan foya-foya, bersahabat dengan lurus, jujur, dan berpengetahuan luas, berhubungan baik dengan sesama (Ren Dao) dan Tuhan (Tian/Shang Di) (Tian Dao).
Tradisi Pembacaan Maulid Barzanji Dalam Perspektif Fenomenologi-Dekonstruksi Derrida Mukarom, Ahmad Soheh; Furqon, Syihabul; Busro, Busro
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.1978

Abstract

This paper examines the text of Maulid Al-Barzanji. The sacred text contains the personality of the Prophet Muhammad, which implies one side of the myth of the Prophet, as an idol through the text and what the implications are when the text is deconstructed. The writing uses Derrida's phenomenological approach through deconstruction operations to uncover the camouflage aspects of the text on the one hand and the field of sacredness on the other. Meanwhile, Derrida's theory of deconstruction will operate sequentially looking for the roots where religion has become mere rites and myths. Because, it is clear that the root of religious myth is the text, in addition to the crystallization of idols. Research shows that in the text of Maulid al-Barzanji found fields of the sacredness of the text, about how the text preaches the divine side of the Prophet, as well as its significance as an ordinary human being (basyar). In addition, it was found that in the barzanji tradition, there was no crystallization of the Prophet's idol.Tulisan ini mengkaji teks Maulid Al-Barzanji. Teks sakral tersebut berisi personalitas Nabi Muhammad SAW yang mengimplikasikan satu sisi pemitosan Nabi Muhammad SAW sebagai idol melalui teks dan bagaimana implikasinya ketika teks didekonstruksi. Tulisan ini menggunakan pendekatan fenomenologi Derrida melalui operasi dekonstruksi untuk membongkar aspek kamuflatif teks di satu sisi dan medan sakralitas di sisi lainnya. Sementara teori dekonstruksi Derrida akan beroperasi secara sekuensial mencari akar-akar di mana agama telah jadi sekadar ritus dan mitos. Sebab, jelas bahwa akar dari pemitosan agama adalah teks, di samping pengkristalan idol. Penelitian  menunjukan bahwa dalam teks Maulid al-Barzanji ditemukan medan-medan sakralitas teks, ihwal bagaimana teks mengabarkan sisi Ilahiah Nabi SAW, sekaligus signifikansinya sebagai insan biasa (basyar). Di samping itu ditemukan fakta bahwa dalam tradisi barzanji, tidak terjadi pengkristalan idol Nabi.
Dari Intoleransi Menuju Kerjasama Lintas Agama: Studi Kasus Masyarakat Muslim Hidayat, Thaufiq
Al-Adyan: Journal of Religious Studies Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/al-adyan.v2i1.1985

Abstract

The phenomenon of religious intolerance has raised a number of problems that are not beneficial for the preservation of Bhinneka Tunggal Ika. Not only destroying the joints of unity, intolerance is also very sensitive when it comes to religious issues. However, if it refers to the social aspect, it is evident that there are several interfaith collaborations that have helped build the spirit of unity. According to the aforementioned, this paper aims to describe theoretically the portrait of intolerance transformed into interfaith cooperation, especially for Muslims. This research is a literature research using description and interpretation methods in analyzing the problem so that a conclusion can be drawn. The results of this study reveal that the transformation of intolerance into cooperation starts from intolerance to dialogue, arises from the awareness that Islam also emphasizes tolerance towards other groups so as to allow dialogue between religious adherents. Furthermore, the author places the social work dialogue model as the basis for building interfaith cooperation, as was practiced by prophet Muhammad and friends. In the last process, the dialogue continues into cooperation involving all religious adherents, such as preventing drugs, eradicating gambling, fighting alcohol, handling crime, and social support.Fenomena intoleransi agama telah banyak memunculkan sejumlah persoalan yang tidak menguntungkan bagi kelestarian bhineka tunggal ika. Tidak hanya merusak sendi persatuan, intoleransi sangat sensitif terjadi bila bersinggungan dengan masalah agama. Namun jika merujuk pada aspek sosial, maka akan terlihat beberapa kerjasama lintas agama yang turut mengkontruksi semangat persatuan. Berangkat dari hal tersebut, tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara teoritis potret intoleransi bertransformasi menjadi kerjasama lintas agama khususnya bagi umat Islam. Penelitian ini merupakan riset kepustakaan dengan menggunakan metode deskripsi dan interprestasi dalam menganalisis masalah sehingga ditarik suatu kesimpulan. Adapun hasil penelitian ini mengungkap bahwa transfomasi intoleransi menuju kerjasama dimulai dari intoleransi ke dialog, muncul dari kesadaran bahwa Islam juga menekankan toleransi terhadap golongan lain sehingga memungkinkan terjadinya dialog antar penganut agama. Selanjutnya penulis menempatkan model dialog kerja sosial sebagai landasan membangun kerjasama lintas agama, seperti yang pernah dipraktikan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat. Pada proses yang terakhir, dialog berlanjut ke kerjasama yang melibatkan seluruh penganut agama seperti penangkalan narkoba, pemberantasan judi, memerangi minuman keras, penanganan kriminal, dan penyantunan sosial.