cover
Contact Name
Khoiruddin
Contact Email
khoiruddin@che.itb.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jtki@cheitb.id
Editorial Address
https://www.aptekim.id/jtki/index.php/JTKI/about/contact
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Teknik Kimia Indonesia
ISSN : 16939433     EISSN : 26864991     DOI : http://dx.doi.org/10.5614/jtki
Core Subject : Engineering,
Jurnal Teknik Kimia Indonesia (JTKI) merupakan majalah ilmiah yang diterbitkan oleh Asosiasi Pendidikan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (APTEKIM). Versi cetak JTKI telah diterbitkan secara berkala sejak tahun 2001 (p-ISSN 1693-9433). Mulai Volume 18 No. 2 Agustus 2019, terbitan berkala versi daring telah memiliki no. ISSN 2686-4991 (SK ISSN: 0005.26864991/JI.3.1/SK.ISSN/2019.11, 4 November 2019). Seluruh artikel yang diterbitkan telah melalui proses penilaian. Proses ini dilakukan oleh para akademisi dan peneliti pada bidang terkait untuk menjaga dan meningkatkan kualitas penulisan artikel yang dimuat, pada skala nasional khususnya dan internasional umumnya.
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 3, No 2 (2004)" : 9 Documents clear
Front Matter Vol 3, No 2 (2004) Yazid Bindar
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.fm

Abstract

Pembuatan serbuk kering bermuatan jamur Phanerochaete chrysosporium Dwina Moentamaria
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.5

Abstract

Have been learned influence of ability of carrier media of white rot fungus of Phanerochaete chrysosporium (P.chrysosporium) for degradation of textile waste. The objective of this research to make dry powder P.chrysosporium with low water content mixedly is containing liquid media of inoculum and carrier media of flour dried  cassava and maizena . This drying powder prevent growing other contaminant and used by media of carrier in order to facilitate distribution to consumer go together ability of white rot fungus kept in the form of dry powder for a long time relative. P.chrysosporium grown at liquid media of Nitrogen Limited Media (NLM) during 4 days is so that obtained by extracelluler enzyme obstetrically is its highest Lignin Peroxide (Lip) which personating of degradation of an organic matter especially synthethic dyes. Variable used is ratio of liquid media which have been growed by P.chrysosporium to solid media that is 1:0,8; 1:1; 1:1,2; 1:1,4; drying times 2,3,4,5 hours by freeze dryer. Result of research obtained, carrier media of cassava flour by ratio 1:0,8, drying time 5 hours, a period of keeping 1 month moon able to degradation concentration of waste of textile as much 57,58 %. Carrier media of mixture of cassava and maizena flour by ratio 1:1,4, drying time of 5 hours, a period of keeping 1 month; moon able to degradation concentration of waste of textile as much 29,55 %.Key Words: Phanerochaete chrysosporium, Carrier Media, Dry PowderAbstrakDalam penelitian sebelumnya telah dipelajari pengaruh kemampuan media pembawa (carrier) yang bermuatan jamur pelapuk putih Phanerochaete chrysosporium (P.chrysosporium) untuk mendegradasi limbah tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk membuat serbuk kering P.chrysosporium kadar air rendah dengan mencampurkan media cair yang berisi inokulum dan media pembawa tepung gaplek dan jagung. Serbuk kering dengan kadar air rendah dapat menghindari tumbuhnya kontaminan lain sehingga dapat digunakan setelah penyimpanan yang relatif lama. Produk serbuk kering lebih efisien digunakan karena memudahkan pendistribusian ke pengguna. Inokulum P.chrysosporium ditumbuhkan pada media cair Nitrogen Limited Media (NLM) selama 4 hari sehingga diperoleh enzim ekstraseluler dengan kandungan terbesarnya Lignin Peroksida (LiP) yang berperan sebagai pendegradasi zat organik terutama warna sintetis. Variabel yang digunakan adalah ratio media cair yang telah ditumbuhi P.chrysosporium terhadap media padat yaitu 1:0,8; 1:1; 1:1,2; 1:1,4; lama pengeringan 2,3,4,5 jam dengan freeze dryer. Hasil penelitian menunjukkan media pembawa tepung gaplek (ubi kayu) dengan ratio 1:0,8, waktu pengeringan 5 jam, masa simpan 1 bulan mampu menurunkan konsentrasi limbah tekstil sebanyak 57,58 %. Sedang media pembawa campuran tepung gaplek dan jagung  dengan ratio 1:1,4, waktu pengeringan  5 jam,  masa simpan 1 bulan mampu menurunkan konsentrasi limbah tekstil sebanyak 29,55 %.Kata Kunci : Phanerochaete chrysosporium, Media Pembawa, Serbuk Kering
Permodelan ekstraksi fluida superkritis M Margono
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.1

Abstract

Supercritical Fluid Extraction have been used widely in the natural material industries, because it produced excellent mass transfer properties, ease solubility control due to temperature and pressure. A mathematical model based on shrinking-core model of the extraction process and simulation were used. Mechanism of the extraction process involves dissolution of solute, diffusion to the surface of a solid particle in the porous region (intraparticle diffusion), and mass transfer across stagnant film around the solid particle. Partial differential equation involves steady-state, axial convection and mass transfer from surface of the particle through a film around it were used to solve this model equation. The curves of Peclet number, Biot number on the extracted concentrations are compared to study the effects of operating conditions on concentration extracted of modeling. A developing model is the aim of this work where it could be used to get data and plot the whole curves, while the result of experiments could not work well. It is concluded that a "Shrinking-Core" model of supercritical extraction could be used to know the effect of particle size, length of extractor and also intraparticle diffusion effective.Key Words: Shrinking-Core Model, Supercritical Fluid Extraction, Dispersion, Stagnant Film. AbstrakEkstraksi fluida superkritis telah dipergunakan secara luas dalam industri-industri hasil alam, karena sifat-sifat perpindahan panasnya sangat baik dan mudahnya pengontrolan suhu dan tekanan. Model matematik yang dipergunakan adalah model shrinking-core dan simulasi dari proses ekstraksi. Mekanisme suatu proses ekstraksi meliputi pelarutan, difusi ke arah permukaan partikel padat di dalam daerah porous (difusi intrapartikel), dan perpindahan massa melalui film stagnan yang mengelilingi partikel padat. Penyelesaian persamaan dari model ini menggunakan anggapan steady-state dengan konveksi ke arah aksial dan adanya perpindahan massa dari permukaan padatan melalui film yang mengelilinginya. Juga dipelajari pengaruh kondisi operasi dibandingkan kurva bilangan Peclet, bilangan Biot pada konsentrasi terekstrak terhadap hasil dari pemodelan. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat suatu model, dimana model yang dikembangkan ini dapat dipergunakan untuk menghitung dan menggambarkan grafik secara keseluruhan, yang kalau dari hasil eksperimen saja tidak mungkin dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa model "Shrinking-Core" dari proses ekstraksi superkritis dapat dipergunakan untuk mengukur pengaruh dari ukuran partikel yang dipakai untuk penelitian, pengaruh panjang ekstraktor dan mengetahui efektivitas difusi intrapartikel.Kata Kunci: Shrinking-core  Model, Ekstraksi Fluida Superkritis, Dispersi, Film Stagnan.
Sintesa nanoporus aterial MCM-41 Dany Wibowo; Ivy Yuanita; Adriana Anteng Anggorowati; Suryadi Ismadji
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.6

Abstract

MCM-41 is a based silica new material which has pore size fall in mesopore category. This material has potential application in industry such as catalyst, catalyst support, adsorbent, molecular host, etc. To the present, there are two mechanisms in preparation of MCM-41: liquid crystal templating mechanism and lamellar transformation. The preparation  of MCM-41 affected by many factor such as temperature and reaction time. This paper describes the preparation of MCM-41 and its characterization. In our present study the characterization of MCM-41 were performed by XRD and benzene adsorption. From the experimental results it can be seen that the optimum temperature and reaction time for the preparation of MCM-41 are 90°C and 4 days, respectively. The pore diameter, pore volume, and surface area of the MCM-41 are 3.8496 nm, 0.7154 cm3/g and 743.3115 m2/g, respectively. Key Words: MCM-41, Characterization Abstrak MCM-41 merupakan material baru yang berbasis silica dengan ukuran mesopori. Senyawa ini memiliki banyak fungsi dalam berbagai aplikasi industri antara lain sebagai katalis, adsorben, molecular host dan katalis support. Saat ini terdapat 2 macam mekanisme pembentukan yaitu liquid crystal templating mechanism dan transformasi lamellar. Pembentukan MCM-41 dipengaruhi oleh berbagai macam hal antara lain suhu dan waktu proses sintesa. Percobaan ini bertujuan menentukan suhu dan lama proses sintesa yang optimum serta melakukan karakterisasinya. Karakterisasi MCM-41 dapat dilakukan dengan  berbagai macam metode analisa. Analisa yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan analisa XRD dan cara adsorbsi dengan gas dimana MCM-41 sebagai adsorben dan benzene digunakan sebagai adsorbat. Karakterisasi ini bertujuan sebagai analisa kualitatif tentang diameter, volume pori, dan luas permukaan MCM-41 yang terbentuk dari sintesa MCM-41. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa suhu dan waktu sintesa yang optimum didapatkan dari hasil MCM-41 dengan suhu 90°C dan lama waktu sintesa 4 hari. Diameter yang dihasilkan  3,8496 nm, volume porinya 0,7154 cm3/gr dan luas permukaan yang didapat 743,3115 m2/gr. Kata Kunci :MCM-41, Karakterisasi
Pengaruh berbagai konsentrasi mediator pada biodelignifikasi menggunakan enzim kasar lignin peroksidase Arief Widjaja; F Ferry; M Musmariadi
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.2

Abstract

Pulp and paper industries all over the world are facing an ever increasing pressure from environmentally concern organization due to lignin delignification using chemicals that is harmful for the environment. Lignin degradation process using biological treatment such as using enzyme lignin peroxidase is very promising since it is a benign process using minimum or even no hazardous chemicals. Biodelignification process has been performed using crude enzymes secreted from White Rot Fungi. The enzymes are Lignin Peroxide (LiP), in which these enzymes need the addition of mediator as cofactor in order for the enzymes to work in vitro. The mediators used for LiP are veratryl alcohol (VA) and  in which their concentration was varied. It was shown from the experiments that by using these crude enzymes, 28,7% of lignin degradation on baggase were achieved using VA: H2O2 ratio of 40/40 mM, and without mediators lignin degradation was only 10,8% Using the same ratio of mediators, 28,2% of lignin degradation on pulp was achieved, and without mediators lignin degradation on pulp were just 9,5%. Key Words: Lignin Peroxidase, Biopulping, Biobleaching, Pulp, Mediator Abstrak Industri pulp dan kertas di dunia menghadapi tekanan yang semakin keras dari organisasi peduli lingkungan yang berkaitan dengan proses penghilangan lignin yang mencemari lingkungan. Pada umumnya proses penghilangan lignin dilakukan dengan menggunakan senyawa kimia yang menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan. Proses delignifikasi menggunakan cara biologi (biobleaching atau biopulping), antara lain dengan menggunakan enzim lignin peroksidase, tanpa atau sedikit menggunakan bahan kimia berbahaya merupakan proses yang ramah lingkungan sehingga memberikan alternatif yang menjanjikan. Pada percobaan ini telah dilakukan proses biodelignifikasi menggunakan enzim kasar yang dihasilkan oleh jamur pelapuk putih. Enzim Lignin Peroksidase (LiP) yang diproduksi jamur pelapuk putih ini membutuhkan mediator sebagai kofaktor bagi kerja enzim secara in vitro. Mediator yang dipakai adalah veratryl alcohol (VA) dan H2O2, dimana konsentrasinya digunakan sebagai variabel. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan enzim kasar dari jamur pelapuk putih Phanerochaete chrysosporium.  dicapai degradasi lignin tertinggi untuk substrat bagas sebesar 28,7% pada perbandingan mediator 40 mM VA: 40 mM H2O2, sedangkan tanpa penambahan mediator degradasi lignin hanya sebesar 10,8%. Dengan perbandingan mediator yang sama, untuk substrat pulp, dicapai degradasi lignin sebesar 28,2%, sedangkan tanpa penambahan mediator hanya didapatkan degradasi lignin sebesar 9,5%. Kata Kunci: Lignin Peroksidase, Biopulping, Biobleaching, Pulp, Mediator
Methodology for the synthesis of environmentally compliant chemical process system, case study: the production of biodiesel from vegetable oils Retno Gumilang Dewi
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.7

Abstract

Among of the basic processes in a chemical process system, chemical reaction is the first stage and is considered as the most important step of a chemical process design undertaking as it determines the design of subsequent processes. Thereby, the design of 'environmentally compliant' chemical process system hinges on how the chemical reaction is synthesized and environmental consideration is integrated into the design processes of chemical process system that is minimal in the generation of spent resources, efficient in the use of raw materials, and prioritize the use of renewable resources. An attempt was carried out to formulate a methodology by which a preliminary screening can be made to come up with a set of chemical reaction paths. Based on these selected reaction paths, the optimization process is then carried out to maximize the economic performance of the. reaction system using environmental compliances as optimization constraint. The optimal reaction path will lead to the formulation of various species allocation schemes in the reaction system. Most feasible reaction paths are screened from species allocation alternative schemes. The best scheme is selected based on some parameters, namely (i) the efficiency of raw material utilization per unit product, (ii) economic potential regarding the gross profit margin, and (iii) environmental aspects concerning the pollution potential from the production system. A computer program 'Hysis' is used in this study to evaluate these parameters.Key Words : Reaction Path Synthesis, Renewable-based Processes, Environmentally Compliant, Chemical Process DesignAbstrakDi antara proses-proses dasar dalam suatu sistem proses kimia,proses reaksi kimia merupakan tahap utama yang paling  penting dan menjadi penentu di dalam perancangan proses kimia. Dengan demikian, perancangan sistem proses kimia yang 'memenuhi persyaratan lingkungan' tergantung bagaimana proses reaksi  kimia  disintesakan  dan  pertimbangan  lingkungan diintegrasikan ke dalam perancangan sistem yang minimal dalam pembentukan limbah, efisien dalam penggunaan bahan baku, dan mengutamakan penggunaan sumber daya yang terbarukan. Suatu upaya telah dilakukan untuk memformulasikan sebuah metodologi di mana penseleksian awal dapat dibuat untuk memunculkan satu kelompok rute-rute reaksi. Berdasarkan rute-rute reaksi ini, optimisasi dilakukan untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sistem proses kimia yang dibentuk berdasarkan rute-rute reaksi yang dipilih pada penseleksian awal dengan menggunakan  pemenuhan  persyaratan lingkungan sebagai batasan-batasan yang digunakan dalam pelaksanaan optimisasi. Rute reaksi yang optimal ini akan berperan di dalam pembentukan berbagai macam pola pengalokasian komponen bahan ('species allocation'). Pola pengalokasian komponen bahan yang terbaik, dipilih berdasarkan sekumpulan parameter yang terdiri ataspertimbangan-pertimbangan teknis, ekonomis, dan lingkungan. Program 'Hysis' digunakan pada penelitian ini untuk mengevaluasi parameter­ parameter  tersebut.Kata Kunci : Sintesa Rute Reaksi, Proses-proses Terbarukan, Memenuhi Persyaratan Lingkungan, Desain Proses Kimia
Comparison of several models to assess the effect of micromixing phenomena on the yield of complex chemical reactions in stirred tank Ali Altway; Sugeng Winardi; M Rachimoellah
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.3

Abstract

The effect of micromixing phenomena on the course of chemical reactions occuring in continuous stirred tank reactor was very important especially for fast reactions case. Previous workers have analyzed the effect using several models. The aim of this work is to make comparative study of several models to asses the effect of micro mixing phenomena on the course of two competitive fast parallel chemical reactions carried out in continuous stirred tank reactors. The reaction system investigated was the same as that studied by Baldyga (2001), neutralization of sodium hydroxide and hydrolysis of ethyl chloroacetate. Two closure approaches based on CFD available in FLUENT, Generalized Finite Rate Formulation (GFRF) and Probability Density Function (PDF), and a mechanistic model, Packet Diffusion Model, have been compared in assessing the effect of turbulent mixing on the yield of reaction. Baldyga's experimental data have been used to validate the computational results. The study concludes that a simple mechanistic model, Packet Diffusion Model, can predict fairly well (comparable in accuracy to the more sophisticated model such as PDF and GFRF model) the effect of micromixing phenomena on the course of parallel competitive chemical reactions in the continuous stirred tank reactor.Key Words : Micromixing, Continuous Stirred Tank Reactor, C.FD, PDM, GFRF, PDFAbstrakPengaruh fenomena micromixing terhadap berlangsungnya reaksi kimia yang terjadi di dalam reaktor kimia tangki berpengaduk menjadi sangat penting terutama untuk kasus reaksi-reaksi cepat. Beberapa penelitian terdahulu telah menganalisa secara teoritis pengaruh fenomena ini terhadap kinerja reaktor tangki teraduk menggunakan beberapa model. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan beberapa model untuk menganalisa pengaruh fenomena micromixing pada jalannya dua reaksi paralel kompetitif cepat yang terjadi di dalam reaktor alir tangki teraduk menggunakan beberapa model. Sistem reaktor yang diselidiki adalah sama dengan yang dipelajari Baldyga (2001), yaitu reaksi netralisasi sodium hidroksida dan hidrolisa ethyl chloroacetat. Dua pendekatan closure berbasis CFD yang tersedia pada FLUENT, yaitu Generalized Finite Rate Formulation (GFRF) dan Probability Density Function (PDF), dan suatu model mekanistik, yaitu Packet Diffusion Model, telah dibandingkan dalam menganalisa pengaruh pencampuran turbulen pada yield reaksi. Data eksperimen Baldyga telah digunakan untuk mengvalidasi hasil-hasil perhitungan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa model mekanistik yang sederhana, yaitu Packet Diffusion Model, dapat memprediksi cukup baik, sebanding dari segi ketelitiannya dengan model berbasis CFD yang lebih rumit, pengaruh fenomena micromixing terhadap jalannya dua reaksi paralel kompetitif di dalam reaktor tangki teraduk.Kata Kunci : Micromixing, Reaktor Alir Tangki Teraduk, CFD, PDM, GFRF, PDF
Pengaruh preparasi dan penambahan timah putih (Sn) terhadap pembentukan karbon pada katalis reformasi kukus dengan pendukung magnesia (MgO) Oberlin Sidjabat
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.4

Abstract

The mostly problem in steam reforming of hydrocarns deactivation of catalyst due to carbon formation on catalyst. Therefore it is necessary to conduct investigation in extending the life of catalyst. The utilization of magnesia (MgO) as support and addition of tin  (Sn) over nickel­-containing catalyst have been investigated on carbon formation and its activities at temperature 500°-700° C, with a certain mol ratio of C/H2O. Hydrocarbon compounds, which are used as feedstock are methane, ethane, and propane. The nickel-containing catalyst, is prepared by impregnation method with magnesia as support, whereas magnesia is obtained by reacting of Mg(NO3)2 and ammonia solution. Meanwhile carbon formation is determined by thermogravimetric and activity test is conducted in fix-bed reactor. The results indicated that the rate of carbon formations and the catalyst-activities depend on reaction temperature, type of hydrocarbon as feedstock, catalyst formulation, and preparation of catalyst method. The rate of carbon formation increased as increment of atomic number of hydrocarbon in feedstock (C3>C2>C1). Meanwhile catalyst activities decreased with increment of carbon formation. The effect of tin (Sn) element addition indicated that carbon formation be higher and catalyst activity decreased due to the present of chloride element and formation of ethylene. The catalyst that is prepared by methanol method giving higher Conversion or activity and carbon formation compared with catalyst that prepared by aqueous method.  Key Words:  Steam Reforming, Carbon Formation, Activity, Tin, Magnesia  Abstrak  Masalah yang sering dihadapi dalam reformasi kukus senyawa hidrokarbon adalah percepatan penurunan aktivitas karena pembentukan karbon pada katalis. Sehubungan dengan itu perlu penelitian untuk dapat memperpanjang umur katalis. Penggunaan magnesia   (MgO) sebagai pendukung dan penambahan timah putih (Sn) pada katalis nikel telah diteliti terhadap pembentukan karbon maupun aktivitasnya pada suhu  500°C sampai dengan 700°C, dengan rasio mol C/H2O tertentu. Senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai umpan adalah metana, etana dan propana. Katalis, dengan logam aktif nikel, disiapkan dengan metode impregnasi dengan pendukung magnesia yang diperoleh dengan mereaksikan Mg(N03)2 dan ammonia  dalam dua jenis larutan. Sedangkan pembentukan karbon ditentukan dengan sistem termogravimetri dan uji aktivitas pada reaktor unggun tetap. Hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan pembentukan karbon dan aktivitas katalis tergantung pada suhu reaksi, senyawa hidrokarbon yang digunakan sebagai umpan, formulasi katalis, dan metoda preparasi katalis. Kecepatan pembentukan  karbon bertambah dengan pertambahan  jumlah   atom karbon dalam umpan (C3>C2>C1). Sedangkan aktivitas katalis menurun dengan bertambahnya pembentukan karbon. Pengaruh penambahan unsur timah putih (Sn) menunjukan pembentukan karbon yang tinggi dan aktivitas katalis yang menurun karena adanya unsur klorida (Cl) dan terbentuknya produk etilena. Katalis yang dipreparasi dengan larutan metanol memberikan konversi atau aktivitas dan pembentukan karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan katalis yang dipreparasi dalam larutan air.  Kata Kunci : Reformasi Kukus, Pembentukan Karbon, Aktivitas, Timah Putih, Magnesia
Polimerisasi larutan akrilamid dengan mekanisme radikal bebas menggunakan metoda mixed-solvent precipitation Boy Arief Fachri; R Rochmadi; Arief Budiman
Jurnal Teknik Kimia Indonesia Vol 3, No 2 (2004)
Publisher : ASOSIASI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK KIMIA INDONESIA (APTEKIM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtki.2004.3.2.8

Abstract

The most common method for producing polyacrylamide is solution polymerization. In this way, the polymer product is difficult to be separated. A method for overcoming this problem is using mixed­ solvent precipitation method. The kinetics aspect of free-radical polymerization of acrylamide using mixed-solvent precipitation method was studied. Acrylamide was polymerized in methanol-water solution with potassium persulfate as initiator. Two models of polymerization were proposed based on the initiation stage. Model I described the first order and the second order was represented by model 2. Polymerization of acrylamide was carried out in batch process. A methanol-water solution of acrylamide was charged into the flask and heated to the desired temperature. When the desired temperature was reached, the initiator potassium persulfate was introduced quickly into the reaction medium. Aliquots were taken from the reaction medium at a regular time then analyzed its polymer content by gravimetri method.  Variables investigated were temperature (45-60°C), amounts of initiator (2.8.10-5-5.10-5 mole/mL) and monomer concentration (3.52.10-4-1.41.10-3 mole/mL). It can be concluded that both model 1 and model 2 can predict well the polymerization of acrylamide. The average error of model is less than model 2. Spesifically, the rate constant for every reaction in the models is got from the results of this experiment.  Key Words : Acrylamide, Potassium Persulfate, Mixed-solvent Precipitation, Polymerization, The Kinetics  Aspect  Abstrak  Polimerisasi larutan merupakan polimerisasi akrilamid yang paling umum, akan tetapi memiliki kelemahan dalam proses pemisahan polimer yang terbentuk. Polimerisasi akrilamid dengan mekanisme radikal bebas menggunakan metode mixed-solvent precipitation merupakan salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari kinetika reaksi polimerisasi akrilamid melalui pengembangan model pada tahap inisiasi, yaitu model untuk order satu dan model 2 untuk order 2. Polimerisasi akrilamid dilakukan secara batch didalam labu leher tiga. Larutan akrilamid dimasukan ke dalam labu leher tiga dan dipanaskan mencapai suhu yang telah ditentukan, kemudian ditambahkan inisiator kalium persulfat (suhu dijaga tetap). Cuplikan diambil pada selang waktu tertentu dan kandungan polimer dianalisa dengan cara gravimetri. Peubah yang dipelajari meliputi variasi suhu (45-60 °C), jumlah inisiator (2.8.10 -5-5.5.10 -5 mol/mL) dan konsentrasi monomer (3.52.10-4-1.41.10-3 mol/mL). Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa model 1 dan model 2 dapat menjelaskan kinetika polimerisasi akrilamid, akan tetapi model 1 memberikan ralat rata-rata yang lebih kecil dibandingkan dengan model 2. Secara spesijik, konstanta kecepatan untuk masing-masing reaksi dalam model diperoleh dari hasil percobaan ini.  Kata Kunci : Akrilamid, Kalium Persulfat, Mixed-solvent  Precipitation,  Polimerisasi,   Kinetika Reaksi

Page 1 of 1 | Total Record : 9