cover
Contact Name
SHOKHIBUN NI`AM
Contact Email
jurnalalitqan@gmail.com
Phone
+6281326234643
Journal Mail Official
shokhibunniam.staialanwar@gmail.com
Editorial Address
https://jurnal.staialanwar.ac.id/index.php/itqon/about/editorialTeam
Location
Kab. rembang,
Jawa tengah
INDONESIA
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur\'an
ISSN : 2442255X     EISSN : 25796275     DOI : https://doi.org/10.47454/itqan
FOCUS, AL ITQAN Jurnal Studi Al-Qur’an bertujuan untuk mempromosikan dan meningkatkan pemahaman terhadap Al-Qur’an melalui penerbitan hasil kajian dan penelitian tentang Al-Qur’an SCOPE, AL ITQAN menerbitkan kajian dan penelitian mengenai Al-Qur’an, meliputi mushaf, manuskrip, tafsir, terjemahan, ilmu-ilmu Al-Qur’an, serta living Qur’an dan mengutamakan hasil studi empiris maupun konseptual. https://jurnal.staialanwar.ac.id/index.php/itqon/FocusAndScope
Articles 82 Documents
PEPERANGAN NABI MUHAMMAD SAW. DAN AYAT-AYAT QITÂL Abdul Ghofur Maimoen
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 1 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i1.1

Abstract

Persoalan perang dalam masyarakat Islam belakangan ini kembali menjadi problematis karena kini muncul kecenderungan kelompok-kelompok yang memahami perang sebagai sebuah gerakan ofensif  atau menyerang. Pemahaman itu sangat mungkin didasarkan atas pembacaan terhadap ayat-ayat qitâl secara parsial.  Kajian ini mencoba membaca ayat-ayat qitâl atau perang dari perspektif Qur’ani secara holistik –tidak hanya melalui pendekatan tafsir tapi juga Ushul Fikih–, yang dibingkai dengan pembacaan terhadap sejarah Islam, terutama dalam kaitannya dengan sejarah perang Nabi Muhammad dan juga dilihat dari perspektif prinsip-prinsip dakwah Islam itu sendiri, karena  dengan begitu pembacaan terhadap ayat-ayat qitâl baru akan menjadi komprehensif dan tidak lagi sepotong-potong.
SEJARAH TAFSIR MTA (MAJLIS TAFSIR AL-QUR'AN) Muhammad Asif
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 1 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i1.2

Abstract

Majlis Tafsir Al-Qur'an (MTA) belakangan mengklaim bahwa mereka tidak melakukan penafsiran terhadap Al-Qur'an. Namun tampaknya hal ini berbeda dengan fakta di lapangan. MTA pada kenyataannya mempunyai kitab tafsir dan terus melakukan penafsiran terhadap Al-Qur'an. Tulisan ini menggambarkan sejarah, perkembangan serta dinamika tafsir MTA. Sejak tafsir itu didektekan oleh pendiri MTA, Abdullah Thufail, Tafsir MTA ternyata tidak statis tetapi telah mengalami perbaikan, perubahan, hingga revisi. Tafsir MTA pun diperkirakan akan masih terus mengalami perkembangan dan keberlanjutan. Key word: MTA, tafsir, revisi, berkelanjutan.
KONTROVERSI MUSHHAF AL-QUR’AN BERWAJAH PUISI KARYA HB. YASSIN: (Studi tentang Tatacara Penulisan dan Layout Mushhaf Al-Qur’an) Islah Gusmian
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 1 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i1.3

Abstract

HB. Yassin yang dikenal sebagai “Paus sastra” di Indonesia membuat terjemah Al-Qur’an dengan wajah puitis, yang disebut Mushhaf Al-Qur’an Berwajah Puisi. Gagasan ini kemudian melahirkan kontroversi di kalangan umat Islam Indonesia karena hasil kerja Yassin tersebut dianggap berbeda dengan mushhaf standar yang dipegangi umat Islam. Tulisan ini mencoba mengkaji tatacara penulisan dan layout Mushhaf Al-Qur’an Berwajah Puisi.  
AL-TAKRĀR FĪ AL-QUR`ĀN : (Kajian tentang Fenomena Pengulangan dalam al-Qur`an) Mohammad Luthfil Anshori
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 1 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i1.4

Abstract

Tulisan ini mengkaji secara eksploratif dan analitis tentang fenomena pengulangan (al-takrâr) yang terdapat di dalam al-Qur`an. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan secara konseptual tentang adanya fenomena pengulangan di dalam al-Qur`an, meliputi definisi, jenis, serta fungsi dari pengulangan tersebut. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan, yaitu penelitian dengan menggunakan studi teks atau pustaka yang pada umumnya lebih memerlukan olahan filosofik dan teoritik dari pada empirik. Pembahasan dalam penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu dengan memaparkan definisi pengulangan (al-takrâr) dalam al-Qur`an, jenis-jenis pengulangan, contoh, serta fungsi dari al-takrâr itu sendiri. Hasil dari penelitian ini adalah: 1) Secara terminologi dapat disimpulkan bahwa definisi al-takrâr fi al-Qur`ân yaitu pengulangan yang terdapat dalam al-Qur`an (kalâmullâh), baik berupa lafadz, ayat, maupun topik-topik tertentu seperti: kisah para nabi; pembahasan surga dan neraka; kabar gembira dan peringatan, serta pengulangan turunnya ayat ataupun surat, dengan tujuan-tujuan tertentu, yang hal ini merupakan salah satu bentuk i’jâz al-Qur`an, dalam segi gaya bahasa dan kandungan maknanya. 2) Secara umum, fenomena al-takrâr dalam al-Qur`an dibagi menjadi dua jenis, yaitu pengulangan lafadz dan makna (takrâr al-lafdz wa al-ma’nâ) dan pengulangan makna saja, tanpa lafadz (takrâr al-lafdz dûna al-ma’nâ). 3) Fungsi al-takrâr dalam al-Qur`an antara lain adalah li al-taqrîr (penetapan dan penegasan) li al-ta`kîd (menguatkan makna), li al-ta’dhîm (memuliakan), li al-tahwîl (memberikan gambaran buruk dan menakutkan).  
KESAHIHAN QIRĀ’AT DALAM PANDANGAN AL-ZAMAKHSYARI Abdul Wadud Kasful Humam
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 1 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i1.6

Abstract

Artikel ini menyoal bagaimana ukuran kesahihan qirâ’at al-Qur’an dalam pandangan al-Zamakhsyari sebagai tokoh rasionalis Mutazilah yang sangat fanatik terhadap premis mazhabnya. Namun dalam artikel ini, hanya akan dipaparkan tentang fanatisme alZamakhsyari terhadap mazhab nahwunya yang sangat berpengaruh terhadap pandangannya tentang kesahihan qirâ’at. Bagi al-Zamakhsyari, tidak ada istilah bacaan kanonik (qirâ’at mutawatirah) karena qirâ’at menurutnya adalah inferensi dan hasil ijtihad para qurra’, bukan dari Rasulullah melalui mata rantai periwayatan (asanid) yang independen dan otoritatif. Pandangan tersebut berdampak pada kebiasaan alZamakhsyari untuk menyalahkan dan menganggap tidak benar sebagian qira’at, mencela dan menganggap para rawi sebagai orang yang tidak mengetahui keindahan dan keagungan susunan kalimat al-Qur’an, mengunggulkan, memilih dan memilah sebagian qira’at dan mengklaim salah para sarjana qirâ’at, baik itu dari kalangan sahabat maupun tokoh-tokoh qirâ’at pasca sahabat. Kata Kunci: Kesahihan qirâ’at, bacaan-bacaan kanonik, mazhab kebahasaan
EPISTEMOLOGI TAFSIR AL-JABIRI : KRITIK ATAS FAHM AL-QUR`AN, AL-TAFSĪR AL-WĀḌIḤ ḤASBA TARTĪB AL-NUZŪL Muhammad Najib
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 2 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i2.7

Abstract

Tulisan ini bermaksud mengkaji tafsir al-Jabiri dalam Fahm al-Qur`ān dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut: Bagaimana epistemologi tafsir al-Jabiri? Apa pendapat alJabiri tentang tartīb al-nuzūl dan pengaruhnya terhadap pemaknaan al-Qur`an? Tafsir al-Jabiri didasarkan pada sumber konteks situasi dan budaya saat mana suatu ayat diturunkan. Hal itu didasarkan pada prinsip bahwa pemaknaan ayat-ayat al-Qur`an harus sesuai dengan makna yang dapat dipahami pada saat ayat tersebut diturunkan. Karena itu tartīb al-nuzūl menjadi aspek terpenting dalam tafsir al-Jabiri. Sebab tartīb al-nuzūl dapat memberikan arah bagi pararelisasi turunnya ayat dengan fase-fase dakwah Rasulullah Ṣalla Allah Alayhi wa sallam yang menciptakan konteks bagi pemaknaan ayat. Dalam menyusun tartīb al-nuzūl al-Jabiri menggunakan tartīb al-nuzūl versi kesarjanaan muslim sebagai acuan yang kemudian dimodifikasi dengan mengadopsi metode penyusunan tartīb al-nuzūl Noldeke dan Blachere. Penyusunan al-Jabiri menghasilkan tartīb al-nuzūl yang sama sekali berbeda dengan versi Noldeke maupun Blachere dan hanya berbeda dalam 13 surah dengan versi kesarjanaan Muslim. Key Words: tafsir al-Jabiri, epistemologi, tartīb al-nuzūl, Noldeke, sarjana Muslim.
METODE TAFSIR SINTESIS (TAWḤĪDI) MUḤAMMAD BAQIR AL-ṢADR: DARI REALITAS KE TEKS Abdul Wadud Kasful Humam
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 2 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i2.8

Abstract

Berawal dari ketidakpuasannya terhadap bentuk dan sistematika tafsir klasik (taḫlili) yang menurutnya telah melahirkan pandangan-pandangan parsial (not complete) dan atomistik serta belum mampu menyuguhkan pandangan solutif terhadap problem-problem kehidupan, juga karena motivasinya terhadap pernyataan sayyidina Ali bin Abi Thālib “Istantiq al-Qur’an….”, maka untuk menambal kekurangan-kekurangan dalam tafsir-tafsir klasik tersebut dan mengaplikasikan tesis ‘Ali, Muhammad Bāqir al-Şadr mengajukan sebuah metode tematik yang ia sebut dengan metode tawhîdi. Istilah tawhîdi, bukan dalam arti kesatuan tema dalam al-Qur’an sebagaimana metode tafsirnya Ḫasan al-Turābi dan yang lain, akan tetapi yang dimaksud tawhîdi oleh Bāqir al-Şadr adalah penyatuan pengalaman-pengalaman manusia (realitas sosial) dengan al-Qur’an. Metode tawhîdi adalah metode tafsir dimana penafsir tidak menafsirkan al-Qur’an secara membujur ayat per ayat, tetapi mengetengahkan pandangan al-Qur’an mengenai persoalan atau tema-tema kehidupan yang menyangkut masalah akidah, sosial dan kosmologi seperti tema tentang tauhid, kenabian (nubuwwah), ekonomi, norma-norma sejarah, penciptaan langit dan bumi dan lain-lain. Sehingga ketika ada tafsir yang disusun berdasarkan tema-tema tertentu dalam al-Qur’an dan tidak tuntas menyelesaikan problem sosial, maka Muhammad Bāqir al-Şadr menyebutnya dengan Dirāsah Qur’āniyyah, bukan tafsir tematik. Key Word: Metode tawhîdi, Dirāsah Qur’āniyyah, al-Sunan al-Tarikhiyyah
INFILTRASI ISRAILIYYĀT DALAM TAFSIR AL-QUR’AN Tsalis Muttaqien
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 1 No 2 (2015): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v1i2.10

Abstract

Kehadiran israiliyyāt dalam penafsiran Al-Qur’an telah menjadi polemik di kalangan para ahli tafsir. Karenanya tulisan ini mencoba mendiskusikan terma tersebut dari sisi perkembangan dan keberadannya dalam tafsir, pengaruh dan alternatif jalan keluarnya yang sedapat mungkin bisa diambil.
NALAR IDEOLOGIS FIQIH DALAM TAFSIR AL-QUR'AN (Telaah Konstruksi Tafsir Pada Masa Abbasiyah) Benny Afwadzi
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 2 No 1 (2016): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v2i1.13

Abstract

Artikel ini mengkaji tentang nalar ideologis fiqih yang muncul dalam periode dinasti Abbasiyah, yang mengkhususkan pada kitab tafsir dari ulama pengikut madzhab empat, yakni madzhab H̲anafi, Mâliki, Syâfi’i, dan H̲anbali. Ulama H̲anafiyah diwakili oleh al-Jashshâsh, ulama Mâlikiyah diwakili oleh Ibnu al-‘Arabi, ulama Syâfi’iyah diwakili oleh Fakhruddîn al-Râzi, dan ulama Hanâbilah diwakili oleh Ibnu al-Jauzi. Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa penafsiran terhadap ayat-ayat al-Qur’an dalam masing-masing kitab tafsir terlihat membela pemikiran dalam madzhab yang dianut oleh penulisnya. Beberapa sampel yang diambil, yakni diskursus ‘âm dan khâsh, amr dan nahy, serta lafadz musytarak membuktikan bahwa masing-masing ulama madzhab mempertahankan ideologi yang terdapat dalam madzhabnya dalam bidang fiqih, sehingga tafsir hukum yang muncul berwarna dengan warna madzhab si mufassir.    
SEMANTIK AL-QUR'AN : ANALISIS PENGGUNAAN KATA LIBĀS PRA DAN PASCA QUR`ANIK Azzah Nurin Taufiqotuzzahro
AL ITQAN: Jurnal Studi Al-Qur'an Vol 2 No 2 (2016): Al ITQAN Jurnal Studi Al-Qur'an
Publisher : STAI AL-ANWAR SARANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47454/itqan.v2i2.14

Abstract

This study sought to analyze the use of the word libās in the Qur'an. Besides plays as concepts related to everyday life, the concept of clothing in the word libās yet fully revealed. Many thought that libās in the Qur'an only have meaning as clothing. In fact, the word libās in the Qur'an includes of several meanings. Besides, the word libās be an interesting keyword to be studied in linguistic studies, especially using semantic analysis, hope, it can appearing the dynamic messages from The Koran vocabularies which is containing inside by examining analytically toward the concepts which seems to play an important role in the formation of Qur'anic vision. This paper concludes that the basic meaning of libās is wearing, and satara (covering). While the relational meaning that once covered later developed into an object that is used to cover (clothes). While the significance of libās from pre and post Qur`anic are same, that is covering. But in its development, The Koran refers to a new meaning as jewelry that used to adorn self (illegitimate). Comprehensively, the concept of libās from the meaning development from pre-Islam to the birth of Islam is drafted by covering something that must be covered. Indicatively, this things becomes characterizes the uniqueness of the Koran, as well as when The Koran adopts a vocabulary from pre-Islamic period which does not immediately change the meaning inside. Key Words: Libās verses, Semantics, Interpretation