cover
Contact Name
Muhammad Zuhurul Fuqohak
Contact Email
hermeneutik@stainkudus.ac.id
Phone
+6285326311019
Journal Mail Official
hermeneutik@stainkudus.ac.id
Editorial Address
Program Studi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus, Jl. Conge Ngembalrejo PO.BOX 51 Kudus, Jawa Tengah, Indonesia
Location
Kab. kudus,
Jawa tengah
INDONESIA
Hermeneutik : Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
ISSN : 19077246     EISSN : 25026402     DOI : http://dx.doi.org/10.21043/hermeneutik
We accept scholarly article that the subject covers textual and fieldwork studies with various perspectives of Quranic Studies Quranic Exigesis Studies Philology Studies Ulumul Qur`an Living Qur`an
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir" : 10 Documents clear
Studi Komparasi Metodologi Penafsiran Amina Wadud dan Zaitunah Subhan dalam Masalah Perempuan
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.13088

Abstract

Perempuan dipandang sebagai makhluk yang inferior dibandingkan laki-laki. Posisinya sering terpinggirkan dalam segala aspek kehidupan manusia. Bahkan agama menjadi salah satu dasar untuk menempatkan perempuan di bawah laki-laki. Hal ini terlihat dalam beberapa tafsir klasik yang pengarangnya adalah laki-laki. Amina Wadud dan Zaitunah Subhan adalah dua tokoh perempuan yang merasa ketidakadilan terhadap perempuan di sekitarnya harus dihilangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji perbandingan metodologi tafsir Zaitunah Subhan dan Tafsir Amina Wadud dalam mengkaji masalah “Perempuan”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analisis. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Secara umum metodologi Tafsir Zaitunah Subhan dan Tafsir Amina Wadud menggunakan metode maudhu'i, karena sama-sama fokus membahas tema-tema tertentu. Namun dalam proses analisisnya, Tafsir Zaitunah Subhan menggunakan metode tafsir maudhu'i dengan mengacu pada tiga kitab utama dari tiga generasi, yaitu Tafsir Al-Qur'an karya Ibnu Katsir, Tafsir Al-Azhar karya Hamka dan Al-Qur'an dan terjemahannya. Sedangkan Tafsir Amina Wadud menggunakan model interpretasi hermeneutik.
Citra Tuhan Dalam Al-Qur’an (Studi Pemaknaan Ayat-Ayat Antropomorfisme dengan Pendekatan Semiotika Roland Barthes)
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12777

Abstract

Ayat-ayat antropomorfisme merupakan ayat-ayat yang apabila dipahami secara literal akan memberikan kesan bahwa Allah memiliki citra yang sama dengan makhluknya. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa Allah sebagai Tuhan memiliki tangan, wajah, mata, dan duduk di atas singgasana yang tercantum dalam in Q.S. al-Maidah ayat 64, al-Fath ayat 10, al-Qasas ayat 88, al-Baqarah ayat115, Taha ayat 39, Taha ayat 5, al-Zumar ayat 67, al-Rahma’n ayat 27, Yunus ayat 3, dan al-Qalam ayat 42. Penggambaran ini menimbulkan kontroversi penafsiran, karena di satu sisi al-Quran menyebutkan citra Tuhan dengan citra manusia, sementara di sisi  lain al-Qur’an menegaskan ketidaksamaan Tuhan dengan makhluk-Nya yang tercantum dalam Q.S al-Syura ayat 11 dan al-Ikhlas ayat 4. Perdebatan yang terjadi di masa klasik pun berlanjut hingga masa kontemporer. Atikel ini bertujuan untuk membahas penafsiran ayat-ayat antropomorfisme perspektif “semiotika Roland Bartes” beserta mengungkap tingkatan-tingkatan makna dalam tanda-tanda bahasa al-Quran. Metode penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian “kualitatif” dengan “pendekatan semiotika”. Sedangkan objek materialnya adalah ayat-ayat antropomorfisme  Q.S al-Maidah ayat 64, al-Baqarah ayat 115, Yunus ayat 3 dan objek formalnya adalah semiotika Roland Barthes yang digunakan untuk mengkaji makna ayat-ayat antropomorfisme yang telah disebutkan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ayat-ayat antroporfisme sama dengan ayat-ayat mutasyabihat dan citra Tuhan yang dimaksudkan dalam ayat-ayat tersebut memiliki makna denotasi, konotasi dan mitos seperti dalam Q.S al-Maidah ayat 64 memiliki makna “denotasi” Allah memiliki “tangan seperti makhluk”. Sedangkan makna konotasinya mereka “orang-orang yahudi” mengatakan tangan Allah “terbelenggu”. “Mitos” dari ayat tersebut yaitu Allah diisyaratkan memiliki anggota tubuh dalam ukuran besar dan memiliki kekuatan yang tidak tertandingi. Q.S al-Baqarah ayat 115 mengandung makna denotasi Allah memiliki rupa atau wajah, sedangkan makna konotasinya mengisyaratkan bahwa wajah Allah yaitu arah kiblat dan mitosnya dulu Nabi saw shalat Sunnah diatas unta beliau kemanapun arah unta itu. Q.S Yunus ayat 3 dengan makna “konotasi” Allah memiliki tubuh dan singgasana. Sedangkan konotasinya adalah Allah Mahakuasa, Mitosnya ialah Allah memiliki singgasana yang mana bentuknya seperti pada zaman kerajaan yaitu bentuknya besar dan megah. 
Deotorisasi Hermeneutika Sebagai Metode Tafsir Kontemporer (Analisis Kritis terhadap Pemikiran Firanda dalam Kanal YouTube “Firanda Andirja”)
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12964

Abstract

Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis pemikiran Firanda tentang penggunaan hermeneutika sebagai metode tafsir al-Alquran dalam konteks kehidupan kontemporer. Kajian ini memiliki signifikansi yang jelas karena berpijak pada fakta bahwa sampai hari ini ternyata heremenutika menjadi metode yang dipersoalkan oleh Firanda dengan dalih kehilangan relevansinya dalam konteks tafsir. Dalam menjelaskan persoalan tersebut, kajian ini menggunakan pendekatan sejarah sosial dengan model analisis kritis. Hasilnya, kajian ini menunjukkan bahwa pemikiran Firanda tentang hermenetika tidak bisa dilepaskan dari nalar ideologis dan pola pikir romantisisme yang menganggap produk tafsir dan keilmuannya yang eksis di masa lalu mesti selalu relevan dalam segala ruang dan waktu. Namun, harus diakui bahwa pemikiran ini sebenanrya merupakan hasil dari konstruk realitas sosialnya, seperti pendidikan, kultur, dan ideologi keagamaan yang dianut.
Deradikalisasi Pemahaman Al-Qur’an dan Hadis dalam Upaya Kontekstualisasi Konsep Jihad
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12758

Abstract

Tedapat anomali dalam memahami konsep jihad di kalangan ekstremis Muslim. Seringkali ayat-ayat Al-Qur'an maupun teks hadis digunakan sebagai sarana untuk melegitimasi gerakan jihad. Pemahaman tekstual menghasilkan perspektif yang sempit dalam memaknai jihad. Tulisan ini akan membahas pemahaman kelompok ekstremis dalam memahami dan meresepsi makna jihad dalam gerakannya. Tulisan ini menggunakan metode kajian library research yang berdasarkan fenoma aksi terorisme berkedok jihad di Indoneisa. Pada dasarnya pemaknaan ayat ataupun hadis harus berdasar kepada asbab al-nuzul dan asbab al-wurud, namun sayangnya beberapa orang cenderung tekstualis. Temuan menunjukkan bahwa kalangan ekstremis mengabaikan konteks kesejarahan teks, di mana ideal moral dari teks-teks tersebut adalah bahwa seseorang tidak boleh memerangi kafir mu’ahad yang hidup di negara muslim, dan bahwa seorang muslim wajib berbuat adil terhadap sesama, termasuk kepada non muslim.
Kontestasi dan Negosiasi: Tinjauan atas Kelompok Keagamaan Lain dalam Alquran
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.13959

Abstract

Gambaran hegemonitas masyarakat Arab pra-Islam dilukiskan dengan cukup baik dalam Alquran. Satu kondisi yang meniscayakan terjadinya tarik menarik kepentingan antara masing-masing kelompok. Artikel ini mencoba mengkaji konsep multikulturalisme tersebut. Multikulturalisme sebagai sebuah konsep sosial menjadi landasan penting dalam menjalankan kehidupan bersama. Dengan menggunakan pendekatan semantik Toshiko Izutsu, penulis mencoba menganalisis term-term tertentu dalam Alquran; Muslim, kafir, yahud, nashara, dan shabiin. Analisis menunjukkan bahwa multikulturalisme sebagai sebuah keniscayaan sejarah digambarkan dalam sudut pandang kontestasi dan negosiasi. Dengan menggunakan pendekatan historis, kontestasi multikulturalisme -dalam artian perang- di masa Muhammad SAW lebih banyak merupakan fenomone politik dan kebudayaan, bukan kontestasi keagamaan.Penelitian ini menyipulkan bahwa pergeseran wacana Alquran mengenai relasi Muslim dengan kelompok agama lainnya dari yang semula moderat –ditunjukkan dengan surat-surat yang turun menjelang hijrah nabi ke Madinah- ke sikap yang lebih keras bukanlah dilandasi oleh sikap keagamaan mereka.  Namun hal itu lebih merupakan konsekuensi dari kehidupan bersama yang dijalani oleh seluruh penduduk Madinah dalam rangka menjaga keutuhan kehidupan para penduduknya. Hal ini bisa dilihat dari perjanjian Madinah yang merupakan konsensus bersama yang membuat semua penduduk Madinah tanpa terkecuali berada dalam satu kesetaraan yang dijamin oleh undang-undang.
Tafsir Esoteris (Isyari) dalam Kitab Tafsir al-Qur’an al-Adhim Karya Ahmad Sahal Al-Tustari
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.14803

Abstract

Penelitian ini berusaha untuk mengungkap nilai-nilai esoteris dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan “Tafsir al-Qur’an al-Adhim” karya dari Sahal al-Tustari. Jenis penelitian adalah penelitian pustaka (liberary research) dengan metode kualitatif yang bersifat deskriftif dengan menggunakan analisis konten (content analysis). Adapun sumber datanya meliputi sumber data primer dan data sekunder. Sumber data primer kitab adalah kitab “Tafsir al-Qur’an al-Adhim” karya Ahmad Sahal al-Tustari, adapun sumber data sekunder meliputi kitab-kitab tafsir, jurnal dan berbagai buku yang terkait. Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: dalam surah al-Baqarah/2: 22 kata al-andad bermakna sekutu atau tandingan Allah SWT diartikan secara esoteris dengan nafsu amarah, bagi al-Tustari nafsu amarah adalah sekutu paling besar bagi Muslim. Toghut pada surah Al Baqarah/2:257 berarti syetan namun diartikan secara esoteric dengan nafsu, pangkat, wanita dan hal-hal yang memalingkan pada Allah SWT.  Patung anak sapi pada surah A’raf /7:148 makna dari al-ijil adalah patung anak sapi dimaknai oleh al-Tustari dengan usaha maksimal untuk menghindari semua yang membuat lupa pada Allah SWT.  Perintah berkurban pada al-Shaffat /37:107 yang berarti perintah berkurban dimaknai dengan keihklasan menurut al-Tustari keikhlasan adalah pucak pengorbanan tertinggi seorang Muslim pada Tuhannya. Jihad pada al-Taubat/9:73 berarti perintah memerangi orang kafir dimaknai secara sufistik dengan memerangi hawa nafsu danlarangan berbuat kerusakan pada al-Araf/ 7:56 diartikan dengan merusak ketaatan dengan kemaksiatan maka seorang Muslim harus membersihkan diri dari siklus dosa. 
Pencegahan Hoaks Pada Era Digital 4.0 dalam Perspektif Tafsir Kontemporer (Studi terhadap Tafsir al-Misbah dan Muyassar)
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12973

Abstract

Digitalisasi sebagai salah satu zaman yang semua kegiatan didukung dengan adanya teknologi, perkembangan teknologi pada era digital terus berjalan sebagaimana bidang yang mengalami perkembangan ketat ialah komunikasi dan informasi. Seiring berjalannya waktu, informasi hadir dalam ponsel pintar yang memiliki fitur canggih dapat diakses secara bandwitch. Namun, pada kenyataannya tidak sedikit pengguna digital mendapatkan informasi palsu yang lebih dikenal dengan hoaks. Media hadir menyampaikan sebuah informasi yang tidak terlepas dari berbagai kepentingan sosial dan politik.Berita hoaks sebagai bentuk berita palsu yang seharusnya pembaca dapat mengasumsikan antara faktual dan opini dan akan menggunakan metode penyaringan informasi sebagai bentuk evaluasi kesaksian dari lawan bicara yang terpercaya mana yang dapat ditolak. Menindak lanjuti adanya hoaks, maka dikaji berdasarkan Tafsir Al-Misbah dan Muyassar sebagai data primer. Penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk menindaklanjuti berita hoaks. Hasil menujukkan bahwa pembahasan hoaks terdapat pada Surah Al-Hujurat: 6 sebagai bentuk pencegahan hoaks, terutama pada era digital. Berita yang dibawakan oleh orang fasik tidak bisa langsung diterima karena akan merupakan perbuatan zalim. Selain itu, hadis dan juga ulama melalui fatwa MUI juga mengecam perbuatan hoaks dan memerintahkan agar melakukan tabayyun atau mengecek kebenaran berita itu. 
Al-Tafsîr al-Maqâsidî Baina Mutathalibât al-‘Asr wa Tahaddiyyâtihi
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12804

Abstract

Model tafsir maqasid merupakan model baru dalam wacana tafsir al-Quran. Model tafsir ini memiliki premis dasar bahwa produk harus merepresentasikan pemahaman teks al-Qur'an sebagai tujuan teks, yaitu terwujudnya kepentingan manusia di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, penelitian ini terfokus pada urgensi tafsir maqasid yang sangat dibutuhkan di masa mendatang, dan sangat mendesak untuk merealisasikannya, meskipun banyak tantangan dan hambatan yang kompleks. Penelitian ini berangkat dari kenyataan di masa kini, bahwa tren menyimpang telah menyebar. Tafsir maqasid yang mumpuni dapat menjawab berbagai kecenderungan yang menyimpang dalam memahami al-Quran. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan tafsir maqasid sebagai jenis interpretasi yang penting, karena menjadikan maqasid sebagai pijakan utama dalam penafsiran. Masalah penelitian yang disajikan dalam penelitian ini adalah sejauh mana umat Islam membutuhkan tafsir maqasid dan sejauh mana tafsir maqasid ini memberikan solusi dari beberapa masalah yang terkait dengan wacana hukum untuk mengakomodir kehidupan kontemporer. Peneliti mengambil pendekatan induktif dan analitis. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tafsir maqasidi merupakan jenis tafsir yang penting dan mengungkapkan rahasianya serta menunjukkan bagaimana al-Quran datang untuk memelihara kemaslahatan manusia dan untuk menangkal mudarat dari mereka.
Dakwah Historis Strategi dan Peran Raja Hubulo di Gorontalo sebagai Tafsir atas Surat An Nahl Ayat 125
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12867

Abstract

Raja Hubulo adalah salah satu dari lima raja yang menyebarkan agama Islam di Bolango. Dengan perjuangan menyebarkan ajaran agama Islam itulah beliau di beri gelar sebagai ”Aulia Shalihin”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui implementasi Surat An Nahl Ayat 125 melalui proses dakwah, strategi dakwah yang dilaksanakan oleh Raja Hubulo dan peran Raja Hubulo di masyarakat gorontalo. Penelitian ini merupakan kajian living Qur’an yang menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Pada penelitian ini data diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Proses dakwah beliau dimulai dari masa pemerintahannya yaitu pada tahun 1752-1772. Raja Hubulo memulai dakwahnya dengan menyebarkan agamanya dengan memegang prinsip adat bersandingkan Syara’ dan Syara’ bersandingkan kitabullah. Prinsip tersebut kemudian melahirkan lima prinsip masyarakat Gorontalo yaitu agama totalu (agama dikedepankan) lipu pehulalo (negeri yang dimuliakan) batanga pomaya (diri dikorbankan), harta potumbulo nyawa podunggalo (nyawa dikorbankan). Hubulo juga mengembangkan seni tradisional Gorontalo yakni Mera’ji, Dikili, Hubungo, serta seni tradisional melayu Lidu, Pandunga, Laya lopohiponu.
Tekstur Baru Tafsir Modern: Mahmud Syaltut dan Nalar Tematis non Sektarian dalam Menafsirkan Al-Qur’an
HERMENEUTIK Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir
Publisher : Program Studi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/hermeneutik.v16i1.12759

Abstract

Tafsir era kontemporer sering dianalogikan sebagai cara baru yang revolusioner dalam meng-al-Qur’an-kan manusia Islam modern. Berawal dari maraknya para orientalis seperti Theodor Nöldeke yang memantik semangat Muhammad Abduh dalam kontestasi pembacaan dan pemahaman terhadap tafsir di Mesir. Dari waktu ke waktu, kemudian muncul salah satu pemikir yang menjabat sebagai pimpinan tertinggi Universitas al-Azhar, Mahmud Syaltut. Artikel ini bertujuan untuk membaca dan memahami struktur dan konsep pemahaman tematis non-sektarian dalm studi tafsir, terlebih pada masanya Syaltut merupakan salah satu yang pertama melahirkan ide penafsiran al-Qur’an secara tematis. Dengan metode dan pendekatan hermeneutic secara komprehensif, penulis berusaha melihat keterpengaruhan dan latar belakang yang menjadikan Syaltut memiliki kemampuan yang cakap serta dinamis dalam memahamkan dan mementaskan pemahaman sektarian kepada pemahaman terhadap al-Qur’an yang universal, terlebih pada era Syaltut hidup. Gagasan tematik dalam menafsiri kalam Tuhan yang lebih kurang diwariskan pendahulunya ia coba matangkan konsepnya. Hal tersebut merupakan suatu bentuk (tekstur) baru pada ranah tafsir al-Qur’an modern. Mahmud Syaltut adalah sosok yang patut diberi apresiasi dalam ranah kajian tafsir kontemporer, khususnya model tematis. Kontribusinya masih membekas hingga hari ini dalam ranah kajian tafsir al-Qur’an, karena nalar dan usaha penafsirannya yang tidak lagi sektarian. Hasil dari pembacaan dan pemahaman terhadap konsep Mahmud Syaltut patutnya dapat memantik spirit muslim modern dalam membaca dan memahami ayat-ayat Tuhan dan memahami keragaman dalam penafsiran sehingga tidak saling klaim kebenaran dan menyalahkan perbedaan dalam menafsiri kalam Tuhan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2022 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 17, No 3 (2023): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir (Special Issues) Vol 17, No 2 (2023): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 17, No 1 (2023): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 16, No 2 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 16, No 1 (2022): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 15, No 1 (2021): Available June 2021 Vol 15, No 2 (2021): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 15, No 1 (2021): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 14, No 2 (2020): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 14, No 1 (2020): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 13, No 2 (2019): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 13, No 1 (2019): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 12, No 2 (2018): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 12, No 1 (2018): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 11, No 2 (2017): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 11, No 1 (2017): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 10, No 2 (2016): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 10, No 1 (2016): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 9, No 2 (2015): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 9, No 1 (2015): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 8, No 2 (2014): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 8, No 1 (2014): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 2 (2013): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir Vol 7, No 1 (2013): Hermeneutik: Jurnal Ilmu al-Qur'an dan Tafsir More Issue