cover
Contact Name
Asef Kurniyawan Hardjana
Contact Email
publikasidiptero@gmail.com
Phone
+62811582318
Journal Mail Official
publikasidiptero@gmail.com
Editorial Address
Jalan A. Wahab Syahrani No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : 24605875     EISSN : 24605883     DOI : https://doi.org/10.20886/jped
Core Subject : Agriculture,
Silvikultur; Jasa Lingkungan (Nilai Hutan); Biometrik Hutan; Pengolahan Hasil Hutan; Keteknikan dan Pemanenan Hutan; Hasil Hutan Bukan Kayu; Perlindungan Hutan; Konservasi Sumberdaya Hutan; Perhutanan Sosial, Ekonomi dan Kebijakan; Ekologi Tumbuhan dan Biomassa Hutan; Mikrobiologi dan Bioteknologi; Hama dan Penyakit Hutan; Anatomi Kayu; Hidrologi dan Konservasi Tanah Hutan; Dendrologi, Fitogeografi dan Arsitektur Pohon; Fisiologi Tumbuhan
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 173 Documents
PENGARUH SUNGKUP SETENGAH LINGKARAN DAN SUNGKUP KOTAK TERHADAP PERSENTASE HIDUP CABUTAN ANAKAN ALAM JENIS DIPTEROCARPACEAE DI PERSEMAIAN Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2008.2.1.49-58

Abstract

Penyiapan  bibit  adalah hal penting dalam pembangunan hutan tanaman  Dipterokarpa. Pendekatan umum yang telah diaplikasikan secara luas adalah mengkondisikan cabutan anakan alam ke dalam kondisi persemaian. Ada dua jenis sungkup yang biasa digunakan di persemaian, yaitu setengah lingkaran dan kotak. Penelitian ini menguji 2 jenis sungkup terhadap tingkat hidup Shorea agamii P. S. Asthon, Shorea macroptera Dyer, Shorea baccariana Burck dan Shorea sp.  Percobaan ini dilaksanakan di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Samarinda dengan menggunakan rancangan acak kelompok dengan ulangan masing-masing 50 cabutan anakan.  Secara umum (rata-rata  4 species tersebut) sungkup setengah lingkaran memberikan tingkat hidup bibit  yang jauh lebih tinggi  (93.96%), bila dibandingkan dengan sungkup kotak (61.25%).  Secara statistik hanya tingkat hidup  Shorea agamii P.S. Asthon dalam dua jenis sungkup tidak memberikan hasil yang berbeda nyata (berturut-turut 96,96 dan 85,65%).  Species lainnya perbedaannya nyata atau sangat nyata yaitu Shorea macroptera Dyer (93,03% dan 59,60%), Shorea baccariana Burck (89,71% dan 24,75%) dan Shorea sp (93,5 dan 59,60%).  Persentas hidup bibit yang lebih tinggi pada sungkup setengah lingkaran berhubungan dengan kelembaban dalam sungkup yang lebih tinggi.  Sungkup setengah lingkaran juga lebih praktis dan lebih ekonomis.
KERAGAMAN JENIS DIPTEROKARPA DI KABUPATEN BERAU, KALIMANTAN TIMUR Amiril Saridan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2009.3.1.9-20

Abstract

Hutan di Kalimantan lebih dikenal dengan nama hutan campuran Dipterocarpaceae dataran rendah, sebab pada hutan ini penyebaran dan potensi jenis Dipterocarpaceae sangat dominan dibandingkan jenis pohon dari suku lainnya. Banyaknya jenis yang terdapat dalam suku Dipterocarpaceae sangat menyulitkan dalam identifIkasi, khususnya untuk tingkat jenis. Dari ciri vegetatif, beberapa jenis bahkan cenderung sangat sulit dibedakan antara satu dengan yang lainnya. Data vegetatif berperan penting dalam identifIkasi jenis mengingat banyak sekali kegiatan yang berkaitan dengan inventarisasi hutan atau pemberian nama pohon dalam hutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman Dipterocarpaceae di Kabupaten Berau. Penelitian dilaksanakan melalui eksplorasi  dan identifikasi dengan mengumpulkan selengkap-lengkapnya spesimen herbarium dari jenis yang termasuk dalam suku Dipterocarpaceae. Dengan cara tersebut diharapkan dapat diperoleh jumlah jenis yang sebanyak-banyaknya. Informasi yang diperoleh merupakan sumber informasi penting dalam pengelolaan kawasan untuk rnewujudkan kelestarian hutan dimasa yang akan datang. Hasil penelitian menunjukkan bahwajenis Dipterocarpaceae yang terdapat di Kabupaten Berau mempunyai jumlah jenis Dipterocarpaceae yang tinggi yaitu 99 jenis. Total seluruh jenis yang ada di wilayah Kalimantan (termasuk Brunei, Sarawak dan Sabah) sebanyak 267 jenis yang berarti sekitar 37% jenis tersebut di temukan di Kabupaten Berau.
MODEL HUBUNGAN TINGGI DAN DIAMETER TAJUK DENGAN DIAMETER SETINGGI DADA PADA TEGAKAN TENGKAWANG TUNGKUL PUTIH ( Shorea macrophylla ( de Vriese ) P.S. Ashton ) DAN TUNGKUL MERAH ( Shorea stenoptera Burck.) DI SEMBOJA, KABUPATEN SANGGAU Asep Kurniyawan Hardjana
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.7-18

Abstract

Pengukuran diameter merupakan pekerjaan yang relatif mudah, murah dan dapat menghasilkan ukuran yang akurat, sedangkan pengukuran tinggi dan tajuk pohon merupakan pekerjaan yang relatif sulit dan membutuhkan banyak tenaga. Penyusunan model hubungan antara tinggi pohon dan tajuk pohon dengan diameter pohon merupakan salah satu alternatif teknis yang dapat mengurangi pekerjaan pihak pengguna dalam mengukur tinggi dan diameter tajuk pohon, sehingga dapat memberikan data yang cukup mendekati dari hasil pengukuran yang sebenarnya. Dari hasil inventarisasi dan identifikasi diketahui bahwa jenis tengkawang tungkul mendominasi jenis tengkawang di lokasi penelitian dengan kerapatan tegakan berkisar 63 – 166 pohon/ha, yang terdiri dari jenis tungkul putih sebanyak 128 pohon (79,48%), dan tungkul merah sebanyak 47 pohon (20,52%). Selanjutnya model regresi hubungan tinggi pohon dengan diameter batang (dbh) yang dapat terbangun adalah Ttp = -2,2697 + 1,2711d - 0,0162d2 (n= 128; R2= 0,8177; SE= 2,1271) untuk tungkul putih, sedangkan model regresi untuk tungkul merah adalah Ttm = -0,0803 + 0,9334d - 0,0072d2 (n= 47; R2=0,8759; SE= 1,3891). Persamaan hubungan diameter tajuk dengan diameter batang (dbh) tidak berbeda nyata, sehingga dapat disusun pula model persamaan regresi untuk tungkul putih yaitu DTtp = 0,7174 + 0,4360d – 0,0045d2 (n= 128; R2= 0,5172;  SE= 1,7739 ) dan tungkul merah yaitu DT tm = 3,3287d0,2327 (n= 47; R2=0,0658; SE= 0,322).
Keragaman Jenis Liana pada Tutupan Kanopi berbeda di Hutan lindung Wehea, Kalimantan Timur Rita Diana; Lisa Andani
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.2.149-156

Abstract

Liana merupakan tumbuhan merambat atau yang memanjat pada tumbuhan lain untuk mendapatkan cahayamatahari sebagai sumber energi bagi pertumbuhannya. Liana juga merupakan salah satu jenis tumbuhan yang menjadiciri khas dari ekosistem hutan hujan tropis dan kehadirannya memperkaya keanekaragaman jenis tumbuhan padaekosistem hutan tersebut. Penelitian yang dilakukan di Hutan Lindung Wehea, Kalimantan Timur ini bertujuan untukmenginventarisasi dan menganalisis keanekaragaman jenis liana pada tiga luas penutupan tajuk berbeda yaitu tertutup,semi terbuka dan terbuka. Metode penelitian yang digunakan adalah purposive sampling. Pengambilan sampel datadengan membuat 10 plot lingkaran dengan radius 17,8 meter dengan jarak antar plot 10 meter. Masing-masing persentasepenutupan kanopi pada lokasi tertutup, semi terbuka dan terbuka, didapat dengan fotograf hemispherical menggunakanaplikasi glama pada smartphone android dengan tambahan fish eyelens 235◦. Hasil pengukuran didapat persentasetutupan tajuk sebesar 60,57%, 59,49% dan 58,54%, dan dikelompokan sebagai kanopi terbuka (TB), semi terbuka (ST)dan tertutup (TT). Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa liana yang hadir pada lokasi TT memiliki jumlah individusebanyak 38 yang terdiri dari 14 jenis liana, pada lokasi ST, sebanyak 67 individu dan terdiri dari 25 jenis dan TBditemukan 47 individu yang terdiri dari 15 jenis. Indeks Keanekaragaman pada TT, ST dan TB masing-masing yaitu2,45; 3 dan 2,49. Indeks kemerataan pada ketiga lokasi tersebut yaitu 0,93; 0,93 dan 0,92. Indeks kekayaan jenis masing-masing yaitu 14,82; 21,08 dan 17,81. Sedangkan nilai dari indeks dominansi masing-masing lokasi sebesar 0,1; 0,06 dan 0,1.
PEMANGSA BIJI DIPTEROCARPACEAE Ngatiman Ngatiman; Adi Susilo
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2009.3.1.51-62

Abstract

Penelitian bama biji Dipterocarpaceae dilakukan di butan Penelitian Wanariset Samboja. Dari inventarisasi pohon dewasa diperoleh sembilan spesies yang sedang berbuah dan diteliti hama yang merusak biji. Di bawah tajuk dari sembilan spesies dipasang sejumlah perangkap biji. Biji Shorea pauciflora King, S leprosula Miq., S faguetiana Heirn, S parvifolia Dyer, Dipterocarpus cornutus Dyer, S. johorensis Foxw., S. smithiana Sym., S. ovalis Blume dan Cotylelobium sp. di kumpulkan dan diteliti serangga perusaknya. Persentase kerusakan biji akibat serangan perusak biji serangga adalab sebagai berikut: S. smithiana Sym. (6,83%), S. pauciflora King (0,08%), S. leprosula Miq. (12,30%), S. parvifolia Dyer (3,60%) dan S. faguetiana Heim (0,75%). Untuk S. johorensis, D. cornutus dan Cotylelobium sp. tidak ditemukan serangan dati serangga perusak biji. Kerusakan biji pra-pencar (predispersal) disebabkan oleb Nanophyes sp. dan Alcidodes sp. Berdasarkan type kerusakan di duga tupai memiliki andil dalam perusakan biji pra-pencar. Babi butan (Sus barbatus) teramati sebagai perusak biji pasea-penear di lantai hutan (post-dispersal seed predation).
PENGARUH PEMULSAAN TERHADAP PERTUMBUHAN MERANTI TEMBAGA (Shorea leprosula Miq) DI SEMOI, PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Abdurachman Abdurachman; Hartati Apriani; Massofian Noor
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.2.93-100

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan  mulsa yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan merantitembaga (Shorea leprosula Miq) semoi Kabupaten Penajam Paser Utara. Pengukuran dilaksanakan pada 16 plot, dimana masing-masing plot seluas 0,25 ha, ada empat perlakuan mulsa yaitu tanpa mulsa sebagai control, dengan mulsa seresah dan ranting tanaman, mulsa plastic perak hitam (mpph) ukuran 50 cm x 60 cm, dan mpph ukuran 100 cm x 120 cm. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antar perlakuan untuk pertumbuhan diameter dan tinggi yang ditunjukkan dengan hasil nilai  F dari analisa keragaman. Hasil uji beda nyata terkecil menunjukkan serasah berbeda signifikan terhadap perlakuan lainnya dengan rataan diameter pertahun 1,18 cm/tahun dan rataan tinggi pertahun 1.01 m/tahun.
PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea pauciflora KING) UMUR 36 BULAN DENGAN METODE RUMPANG Di HUTAN PENELITIAN KINTAP, KALIMANTAN SELATAN Sudin Panjaitan; Rusmanandan Rusmanandan; M. Sukma Alamsyah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2010.4.1.73-84

Abstract

Tujuan pcnelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui ukuran luas rumpang optimal yang memberikan pertumbuhan terbaik jenis meranti merah (Shorea pauciflora) pada areal belukar mahang, dan 2) didapatkannya paket teknologi silvikultur jenis meranti merah (Shorea pauciflora). Perlakuan yang diberikan terdiri 4 taraf ukuran rumpang (gap), yaitu 1) tanpa rumpang (Ao), 2) rumpang ukuran diameter 6 m (A1), 3) rumpang ukran diameter 9 m (A2), dan 4) rumpang ukuran diameter 12 m (A3). Diulang sebanyak 6 kali. Penelitian ini didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Penelitian ini dilakukan di Hutan Penelitian Kintap. Hasil pengukuran tanaman meranti merah (Shorea pauciflora) umur 36 bulan pada ukuran rumpang diameter 9 m (Iuas = 245 m2) dan ukuran rumpang diameter 12 m (Iuas = 542 m2) berpengaruh nyata dan Positif terhadap pertumbuhan meranti merah (Shorea pauciflora) dan berbeda sangat nyata dibanding ukuran rumpang diameter 6 m (Iuas = 113 m2) dan kontrol.
KONDISI LINGKUNGAN TEMPAT TUMBUH Shorea johorensis Foxw. DI AREAL HPH PT. AYA YAYANG INDONESIA, KALIMANTAN SELATAN Sudin Panjaitan; Reni S. Wahyuningtyas; Rabiatul Adawiyah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2012.6.1.11-22

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa kondisi lingkungan tempat tumbuh Shorea johorensis Foxw., seperti: persentase intensitas cahaya matahari yang masuk, pH tanah dan ketinggian tempat di areal HPH PT. Aya Yayang Indonesia (PT. AYI). Inventarisasi permudaan S. johorensis dilakukan pada plot pengamatan berukuran 50 m x 50 m yang dibagi menjadi 5 blok/ ulangan (10 m x 50 m) dan di dalamnya terdapat 5 petak (10 m x 10 m). Pada masing-masing petak dibuat petak-petak yang lebih kecil untuk pengamatan permudaan tingkat tiang (10 m x 10 m), pancang (5 m x 5 m) dan semai (2 m x 2 m). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di lokasi pengamatan (PT. AYI), jumlah semai S. johorensis cukup banyak yaitu 28 batang (2.800 anakan/ha), sedangkan pancang 29 batang (464 ha) dan tiang 19 batang (76 batang/ha) atau tergolong sangat miskin. Intensitas cahaya di sekitar permudaan tingkat semai, pancang dan tiang berturut-turut antara 22%-30%, 22%-31% dan 29%-36%. Perbedaan yang tidak jauh antara intensitas cahaya di sekitar semai, pancang dan tiang menunjukkan bahwa penutupan tajuk bagian atas cukup rapat sehingga sedikit sekali sinar matahari yang masuk, baik pada lapisan tengah sampai lapisan bawah hutan. Kondisi tersebut diduga menjadi penghambat pertumbuhan permudaan S. johorensis, yang ditunjukkan jumlah semai yang berlimpah ternyata tidak diimbangi dengan stok permudaan tingkat tiang dan pancang. Diduga keterbatasan intensitas cahaya yang masuk menghambat pertumbuhan pancang dan tiang sehingga menjadi stagnan dan mati. pH tanah di lokasi penelitian berkisar antara 4,18 - 4,2 (sangat asam). Pada kondisi demikian S. johorensis masih dapat tumbuh. Permudaan S. johorensis pada lokasi penelitian ditemukan pada ketinggian 300 m dpl. 
Studi Tata Guna Kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto Suryadi Suryadi; Aipassa Aipassa; Ruchaemi Ruchaemi; Matius Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2017.3.1.43-48

Abstract

Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan bukan asli yang berfungsi sebagai kawasan konservasi dengan mempunyai manfaat untuk keperluan : penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, kegiatan penunjang budidaya, prawisata alam dan rekreasi, pelestarian budaya. Sementara kondisi terakhir menunjukkan bahwa fungsi tata guna kawasan hutan ini sudah sangat terganggu, terdegradasi, rapuh dan terancam karena berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Oleh karena itu, studi tata guna kawasan Tahura Bukit Suharto sangat diperlukan untuk menghitung luasan penggunaan kawasan yang sesuai dengan fungsi dan yang tidak sesuai (terganggu karena aktivitas manusia) dengan fungsi kawasan Tahura Bukit Soeharto. Metode yang digunakan adalah survei wilayah dikombinasikan dengan citra satelit dan selanjutnya dilakukan pengukuran luas dengan program ArcView 3.3 dan GIS 3.3. Hasil studi menunjukkan bahwa kawasan yang sesuai dengan fungsi kawasan yaitu belukar, rawa dan air  berjumlah 53.340,95 Ha atau 78,71% dari luas kawasan. Sementara itu, pengunaan kawasan Tahura yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan adalah pertambangan, pertanian lahan kering campuran, pertanian lahan kering, tanah terbuka/kosong, pemukiman, tambak/perikanan dan perkebunan berjumlah 14.425,05 Ha atau 21,29% dari luas kawasan.
PERBANDINGAN SEMAI EMPAT PROVENANS Shorea Gysbertsiana BURCK DI PERSEMAIAN Deddy Dwi Nur Cahyono; Rayan Rayan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2012.6.1.67-73

Abstract

Studi pertumbuhan tingkat semai Shorea gysbertsiana Burck dilakukan terhadap empat provenans yaitu Bukit Baka, Gunung Bunga, Haurbentes dan Sungai Runtin. Variasi pertumbuhan yang diamati adalah tinggi dan diamater bibit. Rancangan Acak Lengkap (RAL) digunakan dengan provenans sebagai perlakuan. Dua puluh lima bibit diseleksi dari tiap provenans dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umur 12 bulan di persemaian, perbedaan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit diantara provenans sangat signifikan. Provenan Sungai Runtin menunjukkan pertumbuhan terbesar baik untuk tinggi (123,28 cm)dan diameter (9,70 mm) dibandingkan dengan provenans lainnya. 

Page 3 of 18 | Total Record : 173


Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue