cover
Contact Name
Asef Kurniyawan Hardjana
Contact Email
publikasidiptero@gmail.com
Phone
+62811582318
Journal Mail Official
publikasidiptero@gmail.com
Editorial Address
Jalan A. Wahab Syahrani No.68, Sempaja, Samarinda, Kalimantan Timur, Indonesia
Location
Kota samarinda,
Kalimantan timur
INDONESIA
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
ISSN : 24605875     EISSN : 24605883     DOI : https://doi.org/10.20886/jped
Core Subject : Agriculture,
Silvikultur; Jasa Lingkungan (Nilai Hutan); Biometrik Hutan; Pengolahan Hasil Hutan; Keteknikan dan Pemanenan Hutan; Hasil Hutan Bukan Kayu; Perlindungan Hutan; Konservasi Sumberdaya Hutan; Perhutanan Sosial, Ekonomi dan Kebijakan; Ekologi Tumbuhan dan Biomassa Hutan; Mikrobiologi dan Bioteknologi; Hama dan Penyakit Hutan; Anatomi Kayu; Hidrologi dan Konservasi Tanah Hutan; Dendrologi, Fitogeografi dan Arsitektur Pohon; Fisiologi Tumbuhan
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 173 Documents
PERILAKU BERSARANG ORANGUTAN MORIO (Pongo pygmaeus morio) PADA HABITAT DI SEKITAR SUNGAI SANGATA KANAN Zheri Hermawan; Yaya Rayadin; Paulus Matius; Yosep Ruslim
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.1.11-20

Abstract

Perubahan lanskap hutan alami akibat aktifitas pembangunan ekonomi maupun bencana kebakaran hutan memberi dampak kepada keberadaan habitat dan populasi Orangutan morio (Pongo pygmaeus morio). Kawasan hutan yang menjadi habitat orangutan morio di Kalimantan Timur saat ini telah terfragmentasi menjadi beberapa unit habitat, dengan luasan yang bervariasi dan tersebar pada berbagai fungsi lanskap. Orangutan morio memiliki perilaku adaptasi yang baik dalam habitatnya. Oleh karena ini dalam penelitian ini dilakukan pengamatan karakteristik pohon sarang dan sarang orangutan morio pada habitatnya di sekitar sungai Sangata Kanan. Hasil pengamatan dijumpai 26 sarang di 25 pohon sarang dengan jenis Ulin (Eusideroxylon zwageri) yang paling banyak digunakan. Pada jalur transek tidak ditemukan sarang tipe A dan B. Secara umum, karakteristik sarangnya sangat penting dalam pemahaman kondisi habitat orangutan.
PENGARUH PENYIAPAN LAHAN TERHADAP PERTUMBUHAN Shorea leprosula Miq. DAN Shorea balangeran (Korth.) Burck PADA LAHAN ALANG-ALANG DI SAMBOJA, KALIMANTAN TIMUR Ishak Yassir; Yuniar Mitikauji
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2007.1.1.23-35

Abstract

Penelitian pengaruh penyiapan lahan terhadap pertumbuhan tanaman Shorea leprosula Miq. dan Shorea balangeran (Korth.) Burck telah dilakukan di areal rehabilitasi lahan Samboja Lestari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi pengaruh teknik penyiapan lahan terhadap pertumbuhan S. leprosula Miq. dan S. balangeran (Korth.) Burck yang ditanam pada lahan kritis yang ditumbuhi alang-alang. Empat perlakuan penyiapan lahan yang dicoba dalam penelitian ini adalah sistem cemplongan, jalur, jalur herbisida dan  herbisida total. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok lengkap. Setiap perlakuan penyiapan lahan pada masing-masing jenis ditanam sebanyak 25 tanaman dengan jarak tanam 5 m x 5 m, jumlah kelompok 3 buah, sehingga total jumlah tanaman yang diamati sebanyak 600 tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan penyiapan lahan tidak memberikan perbedaan yang nyata baik terhadap persen hidup, pertumbuhan tinggi dan pertumbuhan diameter. Hasil penelitian ini memberikan input bahwa pemilihan teknik penyiapan lahan termurah berupa cemplongan dan jalur merupakan alternatif terbaik, sedangkan pengaturan cahaya atau kebutuhan naungan pada tahap awal pertumbuhan S. leprosula Miq., diperlukan, lain halnya dengan Shorea balangeran (Korth.) Burck  yang dapat tumbuh dengan baik pada lahan alang-alang tanpa diberi naungan.
Keragaman Genetik Meranti (Shorea leprosula Miq.) Asal Kalimantan Dengan Analisis Isozim Tri Maria Hasnah
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2014.8.1.35-46

Abstract

Shorea leprosula Miq. merupakan salah satu jenis kayu dari famili Dipterocarpaceae yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kerusakan hutan alam karena illegal logging dan konversi lahan diduga telah mengurangi keragaman genetik dan mempersempit basis genetik jenis tersebut. Sebagai penanda genetik molekuler, isozim dapat digunakan untuk menduga tingkat keragaman genetik. Pengetahuan mengenai kergaman genetik akan memberikan peranan yang penting dalam program pemuliaan dan konservasi genetik jenis S. leprosula di Indonesia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun S. leprosula yang masih juvenile dari populasi Kalimantan pada lima pertanaman konsevai ex-situ yang terletak di Carita (Banten), Semaras - Pulau Laut (Kalimantan Selatan), Gunung Kencana (Jawa Barat), Batu Ampar (Kalimantan Timur), dan Kotawaringin Timur (Kalimantan Tengah). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Gunung Bunga (Kalimantan Barat), Kenangan (Kalimantan Timur), Melak (Kalimantan Timur), Bengalun (Kalimantan Timur), Labanan (Kalimantan Timur), Meraang (Kalimantan Timur), Sambarata (Kalimantan Timur), dan Bukit Baka (Kalimantan Tengah). Empat sistem enzim tersebut dikendalikan oleh lima lokus (6Pg, Got, Est-1, Est-2, dan Shd) dengan 22 alel. Keragaman genetik S. leprosula di Kalimantan tergolong tinggi (HT =0,329) dengan 61,2% keragaman genetik berasal dari keragaman antar populasi. Peningkatan proporsi individu homozigot dijumpai pada hampir semua lokus pada semua populasi S. leprosula di Kalimantan ditandai dengan indeks fiksasi yang bernilai positif (F-ix = 0,312).
Keanekaragaman Jenis Meranti (Shorea spp.) Di Resor Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Riki Prayoga; Indriyanto Indriyanto
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2019.5.2.71-78

Abstract

Meranti merupakan salah satu marga dari family Dipterocarpaceae yang memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi, namun saat ini keberadaanya terancam dikarenakan oleh deforestasi dan degradasi hutan, sehinggga diperlukan upaya perlindungan agar keanekaragaman jenis meranti tetap lestari. Untuk mejaga keanekaragaman jenis meranti tesebut diperlukan penelitian yang menganalisis tingkat keanekaragaman jenis meranti di Resor Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis vegetasi dengan metode garis berpetak dan dianalisis menggunakan Indeks Keanekaragam Jenis (H’) dan Indeks Kemerataan (E). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat keanekaragaman jenis meranti di Resor Pemerihan TNBBS masuk dalam kategori rendah dengan nilai H’ sebesar 0,59, sedangkan tingkat kemerataannya memiliki kategori tinggi dengan nilai E sebesar 0,66.
PENGARUH UKURAN BENIH ASAL KALIMANTAN BARAT TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT Shorea leprosula DI PERSEMAIAN Rayan Rayan; Deddy Dwi Nur Cahyono
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2011.5.2.11-20

Abstract

Bibit berkualitas baik, jumlah yang cukup dan tepat waktu merupakan faktor yang dapat menentukan keberhasilan penanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran benih terhadap pertumbuhan bibit S. leprosula di persemaian Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda. Benih diperoleh dari populasi hutan alam Gunung Bunga Kalimantan Barat dari 6 pohon induk. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan ukuran benih. Setiap pohon induk terdiri dari tiga perlakuan, diulang tiga kali dan masing-masing ulangan terdiri dari 50 benih. Dari pengamatan diperoleh hasil rata-rata daya kecambah sebesar 64,22% untuk benih berukuran kecil, 77% untuk ukuran sedang dan 83,56% ukuran besar. Rata-rata tinggi sebesar 26,24 cm untuk benih berukuran kecil 28,13 cm ukuran sedang dan 34,18 cm ukuran besar. Sementara itu rata-rata diameter untuk benih berukuran kecil sebesar 0,26 cm, ukuran sedang sebesar 0,28 cm dan benih berukuran besar sebesar 0,31 cm. Benih yang berukuran lebih besar menghasilkan daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter bibit lebih besar dibandingkan dengan biji yang berukuran lebih kecil. Setelah dianalisis secara statistik parameter daya kecambah, pertumbuhan tinggi dan diameter menunjukkan hasil berbeda nyata.
Pengaruh Perlakuan Penebangan Limit Diameter Terhadap Riap Diameter Pohon Hutan 16 Tahun Setelah Penebangan di Sangai, Kalimantan Tengah Abdurachman Abdurachman; Farida Herry Susanty
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2014.8.2.81-88

Abstract

Pengaruh perlakuan penebangan limit diameter pada riap diameter pohon di hutan 16 tahun setelah penebangan telah diteliti. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan informasi pengaruh sistem tebang pilih terhadap riap diameter pohon di hutan. Lokasi penelitian berada di Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) di Sangai, Kalimantan Tengah. Pengukuran dilaksanakan pada 8 plot, dimana masing-masing plot seluas 1 ha (100 x 100 m), ada empat perlakuan yaitu Penebangan dengan diameter >40 cm, >50 cm dan >70 cm serta perlakuan kontrol. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap berblok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter rata-rata pertahun untuk grup Dipterocarpaceae adalah 0.62 cm/tahun akibat kontrol, 0.66 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.64 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.65 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm), sedangkan Non Dipterocarpaceae diperoleh hasil 0.47 cm/tahun akibat kontrol, 0.48 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >40 cm, 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >50 cm dan 0.49 cm/tahun akibat penebangan dengan diameter >70 cm. Tidak terdapat perbedaan riap yang nyata antara perlakuan penebangan batas diameter, dalam 16 tahun pasca penebangan.
Anatomi Kayu Dari Akar Dan Batang Tiga Jenis Pasak Bumi (Kuning, Merah Dan Hitam) Dari Katingan, Kalimantan Tengah Supartini Supartini; Erwin Erwin
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.25-32

Abstract

Pemanfaatan Pasak Bumi sebagai obat afrodisiak telah meningkatkan nilai jual jenis ini di pasaran. Tiga jenis Pasak Bumi yang dijual yaitu Pasak Bumi kuning, merah dan hitam. Katingan merupakan salah satu daerah sumber bahan baku ketiga jenis ini. Penelitian bertujuan untuk mengetahui ciri anatomi kayu dari ketiga jenis pasak bumi (pasak bumi kuning, merah dan hitam) yang berasal dari Katingan, Kalimantan Tengah. Sampel yang digunakan adalah kayu Pasak Bumi kuning, merah dan hitam pada akar dan batang. Ciri anatomi kayu yang diamati meliputi pembuluh, jari-jari, parenkim, serat dan saluran interseluler. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kayu Pasak bumi kuning berwarna kuning kecoklatan, pembuluh baur dengan pola radial sampai diagonal, parenkim aksial paratrakel selubung tipis (akar) dan bentuk jala (batang), jari-jari biseri dan multiseri, serat bersekat dijumpai dan saluran interseluler aksial (SIA) terdapat di batang. Kayu Pasak bumi merah berwarna coklat kemerahan, pembuluh baur dengan pola radial, parenkim aksial paratrakeal dengan selubung tipis, jari-jari uniseri dan biseri (akar) serta multiseri (batang), serat bersekat terlihat jelas, dan SIA dijumpai di akar. Kayu pasak bumi hitam berwarna kecoklatan, pembuluh baur dengan pola radial, parenkim aksial paratrakeal bentuk pita tipis di akar, jari-jari multiseri, serat bersekat terlihat jelas, dan  terdapat saluran interseluler radial (SIR) di akar dan SIA di batang.
PENGARUH NAUNGAN TERHADAP PROSES EKOFISIOLOGI DAN PERTUMBUHAN SEMAI Shorea selanica (DC.) Blume DI PERSEMAIAN Sudin Panjaitan; Reni S. Wahyuningtyas; Dewi Ambarwati
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2011.5.2.73-82

Abstract

Shorea selanica merupakan jenis meranti yang cukup menjanjikan untuk program penanaman komersial, rehabilitasi hutan, serta reforestasi lahan konservasi. Mengingat sampai saat ini belum diketahui besarnya intensitas cahaya yang optimal untuk pertumbuhan semai S. selanica di persemaian, maka perlu dilakukan pengujian pengaruh beberapa persentase naungan terhadap pertumbuhan semai S. selanica. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan: N0 = tanpa naungan (0%), N1= naungan 55%, N2 = naungan 65%, N3 = naungan 75%. Dua semai S. selanica ditanam pada petak-petak percobaan berukuran 60 cm x 100 cm yang di atasnya diberikan sarlon net dengan intensitas naungan yang berbeda-beda. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi: tinggi dan diameter semai, jumlah daun, laju fotosintesis, berat segar dan berat kering semai. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu setelah tanam, kecuali berat segar dan berat kering oven yang diamati pada akhir penelitian (6 minggu setelah tanam). Hasil penelitian menunjukkan pemberian naungan sebesar 65% memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan semai S. selanica dan pengaruhnya sangat nyata terhadap pertambahan tinggi, diameter batang, berat segar dan berat kering semai dengan nilai rata-rata berturut-turut 10,85 cm; 1,113 mm; 12,558 g dan 3,463 g. Pemberian naungan yang terlalu berat (75%) pada penelitian ini terbukti memberikan pengaruh yang jelek terhadap pertumbuhan semai, bahkan lebih jelek dibandingkan tanpa pemberian naungan atau pemberian naungan 55%. Semai S. selanica diduga toleran terhadap naungan dengan IC cahaya sekitar 35%, tetapi IC matahari <35% mulai menghambat pertumbuhannya.
KEANEKARAGAMAN FUNGI MAKRO PADA TEGAKAN BENIH DIPTEROCARPACEAE DI TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING DAN TAMAN NASIONAL SEBANGAU KALIMANTAN TENGAH Massofian Noor; Amiril Saridan
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2013.7.1.53-62

Abstract

Penelitian keanekaragaman fungi makro dilaksanakan pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Penelitian ini dilaksanakan selama 10 bulan, yaitu bulan Maret - Desember 2012. Latar belakang flora fungi makro pada suatu daerah tertentu yang belum pernah diketahui potensi dan keanekaragaman fungi makro sangat diperlukan eksplorasi dan tujuan  untuk mengidentifikasikani jenis dan manfaat fungi makro untuk kepentingan manusia. Metode yang dipergunakan adalah metode jalur dengan lebar 20 meter (10 meter dari kiri dan kanan dari garis sumbu sepanjang 1000 meter) dengan jarak antar jalur 200 meter, pengumpulan fungi makro dilakukan sensus 100 %. Identifikasi fungi makro mempergunakan kunci determinasi. Hasil penelitian yang diperoleh pada tegakan benih Dipterocarpaceae di Hutan Taman Nasional Tanjung Puting dan Taman Nasional Sebangau diperoleh rata-rata sebanyak 18 genus 44 jenis dan 335 individu., yang terdiri dari fungi makro  penghancur kayu  (71,91 %), penghancur serasah (4,13 %), sebagai sembion pada jenis Dipterocarpaceae (10,41 % ), sebagai ramuan obat (0,96 %) , dan dapat dikonsumsi sebagai bahan makanan (9,46 %). Iklim makro pada kedua lokasi  relatif sama. Hasil Uji- t tingkat keanekaragaman fungi makro dari dua lokasi yang berbeda menunjukan tidak berbeda nyata, nilai kesamaan Morisita Horn (CmH) diperoleh 1,31 atau 1 lebih, menunjukkan bahwa distribusi fungi makro pada kedua areal penelitian menyebar.
Keragaman Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat Di Kampung Sakaq Lotoq Kabupaten Kutai Barat Zefanius Zefanius; Kiswanto Kiswanto; Paulus Matius
Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa
Publisher : Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jped.2020.6.1.51-62

Abstract

Pengetahuan tradisional yang memanfaatkan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit telah dimiliki dan dipertahankan oleh masyarakat secara turun temurun. Sebagai contoh, pengetahuan suku Dayak yang bermukim di pedalaman hutan Kalimantan cukup besar sehingga dapat memilih dan memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obat secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman jenis tumbuhan yang telah digunakan secara tradisional oleh masyarakat suku Dayak Tunjung dan Dayak Benuaq di Kampung Sakaq Lotoq sebagai obat. Pengumpulan data-data lapangan menggunakan metode purposive sampling dan wawancara langsung dengan tokoh adat, petinggi kampung, dan para pembeliatn (dukun pengobatan). Penelitian ini telah menemukan 48 jenis tumbuhan dari 28 suku yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah daun dan akar. Jenis tumbuhan berkhasiat obat tersebut telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat untuk menyembuhkan 29 jenis penyakit.

Page 2 of 18 | Total Record : 173


Filter by Year

2007 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 8, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2020): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2019): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2018): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 2 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2017): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 2 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Ekosistem Dipterokarpa Vol 8, No 2 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 8, No 1 (2014): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 2 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 2 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 6, No 1 (2012): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 2 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 5, No 1 (2011): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 4, No 1 (2010): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 3, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 2, No 1 (2008): Jurnal Penelitian Dipterokarpa Vol 1, No 1 (2007): Jurnal Penelitian Dipterokarpa More Issue