cover
Contact Name
Johanes Hasugian
Contact Email
johaneswhasugian@gmail.com
Phone
+6285265222617
Journal Mail Official
johaneswhasugian@gmail.com
Editorial Address
johaneswhasugian@gmail.com
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen
ISSN : 27216020     EISSN : 2721432X     DOI : 10.46305
Core Subject : Religion, Education,
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi dan pendidikan agama Kristen, dengan nomor ISSN: 2721-432X (online), ISSN: 2721-6020 (print), yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara, Medan. Focus dan Scope penelitian IMMANUEL adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Praktika Pendidikan Agama Kristen IMMANUEL menerima artikel dari dosen dan para praktisi teologi yang ahli di bidangnya, dari segala institusi teologi yang ada, baik dari dalam maupun luar negeri. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer yang ahli di bidangnya melalui proses double blind-review. IMMANUEL terbit dua kali dalam satu tahun, April dan Oktober
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021" : 5 Documents clear
Menanamkan Nilai Kesabaran di dalam Keluarga pada Masa Pandemi Covid-19 Ernida Marbun
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.22

Abstract

This article describes strategies to instill the value of patience in families during the Covid-19 Pandemic. This is very necessary because during the Covid-19 pandemic there was a problem of impatience between family members. The strategy of cultivating the value of patience is of course carried out with a Christian religious education approach in the family, meaning that the values of patience are taught by parents to their children. This article describes a problem-solving strategy based on John 15: 1-10, imitating Jesus' teaching to the disciples to be patient with the problems they will face in the future. The goal is that family members during the Covid-19 pandemic will continue to live patiently in Christ. The method used in this research is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi menanamkan nilai kesabaran dalam keluarga di masa pandemi Covid-19.  Hal ini sangat diperlukan karena pada masa pandemi covid-19 ini di dalam keluarga terjadi masalah ketidaksabaran antara anggota keluarga. Strategi penanaman nilai kesabaran tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan pendidikan agama Kristen di dalam keluarga artinya nilai-nilai kesabaran tersebut diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 15:1-10, meneladani pengajaran Yesus kepada murid-murid supaya sabar menghadapi persoalan yang akan mereka hadapi kedepan.  Tujuannya supaya anggota keluarga dalam masa pandemi Covid-19 ini tetap tinggal dengan sabar di dalam Kristus. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif dengan mendeskripsikan hasilnya. 
Eksposisi Kata dan Frasa Pelayanan Sosial Politik Nabi Samuel di Masa Pemerintahan Transisi Yonathan Mujianto
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.23

Abstract

The phrase that "Samuel ruled as judge over the Israelites all his life" indicates that the spiritual and governmental responsibilities did not cease until he died. The atmosphere of socio-political service is described even more strikingly and impressively when the monarchy reigned under the reign of the first king in Israel under the reign of King Saul. Socio-political service does not stop even though he is no longer the leader of the Israeli people, namely as a judge, but he still interacts with socio-political issues in addition to the spiritual and social problems of his nation. This fact of Samuel's ministry shows the need for a realistic understanding in today's society that the leadership of God's people in this matter can also be the leadership of God's church so as not to refuse at all or be hesitant to take part in ministry in socio-political life. In this paper the author only examines the exposition of words and phrases, namely trying to understand the knowledge or understanding of the biblical texts which are clearly closely related to the socio-political ministry of the Prophet Samuel so that this knowledge can be appropriated so that God's people can apply them in socio-political life. present time. The research method used in this paper is descriptive method. The use of this descriptive method is used to get a clear picture of the exposition texts, whether they are phrases / phrases or words that intersect with the experience and ministry of the prophet Samuel in the socio-political field during the transition period from the rule of judges to the monarchy of Israel. The themes of the descriptive study and discussion are formed from the exposition of the phrases and words in the socio-political field of the ministry and experience of the prophet Samuel.AbstrakFrasa bahwa “Samuel memerintah sebagai hakim atas orang Israel seumur hidupnya” mengindikasikan bahwa tanggungjawab spiritualitas dan pemerintahan tidak terhenti sampai dia meninggal. Suasana pelayanan sosial-politik justru terdeskripsikan dengan lebih mencolok dan mengesankan ketika pemerintahan monarkhi di bawah pemerintahan raja pertama di Israel di bawah pemerintahan raja Saul. Pelayanan sosial-politik tidak berhenti meskipun bukan lagi menjadi pemimpin umat Israel, yaitu sebagai hakim tetapi dia tetap berinteraksi dengan masalah-masalah sosial-politik di samping masalah spiritual dan sosial bangsanya. Fakta pelayanan Samuel ini menunjukkan perlunya pemahaman secara realistis dalam kehidupan bermasyarakat pada masa kini bahwa pimpinan umat Tuhan dalam hal ini bisa juga pimpinan gereja Tuhan agar tidak menolak sama sekali atau gamang untuk mengambil bagian pelayanan dalam kehidupan sosial-politik. Dalam tulisan ini penulis hanya mengkaji secara eksposisi atas kata dan frasa yaitu berusaha memahami pengetahuan atau pemahaman dari teks-teks Alkitab yang jelas erat berkaitan dengan pelayanan sosial-politik Nabi Samuel agar kemudian pengetahuan tersebut dapat diapropriasikan agar dapat diaplikasikan umat Tuhan dalam kehidupan sosial-politik masa kini. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif.  Penggunaan metode deskriptif ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas atas teks-teks eksposisi baik itu frasa/ungkapan atau kata yang bersinggungan dengan pengalaman dan pelayanan nabi Samuel dalam bidang sosial-politik di masa-masa transisi dari pemerintahan para hakim menjadi pemerintahan monarkhi Israel.  Tema-tema kajian dan pembahasan yang deskriptif tersebut terbentuk dari eksposisi atas frasa dan kata bidang sosial-politik dari pelayanan dan pengalaman nabi Samuel.
Kontribusi Teologi Kepemilikan dan Fungsi Kekayaan Menurut Lukas bagi Upaya Pengentasan Kemiskinan di Indonesia Vasika Hananti
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.25

Abstract

The problem of poverty in Indonesia is still unresolved to date. Related to the problem of poverty, ideas emerge in an effort to alleviate poverty that focuses on empowerment, entrepreneurship and deacons. These three ideas of thought can lead to dangers, including: empowerment and entrepreneurship can trigger the spirit of capitalism which can lead to greed and high egocentrism. Whereas deacons can make people keep silent without the effort to move out of poverty. So that the three concepts of poverty alleviation do not fall into this danger, it is necessary to provide a basis for thinking about the theology of ownership and the function of wealth. One of the books that could provide a prospect for rationale is the book of Luke. The book of Luke leaves ample room for discussion of the theology of property and function of wealth. In this paper, the author uses a qualitative approach with a descriptive analysis method. The result of this research is that the book of Luke contributes thoughts about the theology of ownership and the function of wealth. His contribution is that in Luke's writings there is a systemic pattern that was born from the theology of property and function of wealth. This systemic pattern can contribute to the idea that the church can create a poverty alleviation system that not only works on an individualistic level, but also has a communal dimension that involves poor and rich people in order to create a community without social disparities.AbstrakPersoalan kemiskinan di Indonesia masih belum terselesaikan hingga saat ini. Terkait masalah kemiskinan ini muncul gagasan pemikiran dalam upaya mengentaskan kemiskinan yang berfokus pada pemberdayaan, kewirausahaan dan diakonia. Ketiga gagasan pemikiran ini dapat mengarah pada bahaya, diantaranya: pemberdayaan dan kewirausahaan dapat memicu semangat kapitalisme yang dapat menimbulkan keserakahan dan egosentrisme yang tinggi. Sedangkan diakonia dapat membuat orang untuk berdiam diri tanpa daya upaya untuk beranjak dari kemiskinannya. Agar ketiga konsep pengentasan kemiskinan itu tidak jatuh pada bahaya tersebut, maka perlu memberikan landasan pemikiran tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Salah satu kitab yang dapat memberikan prospek landasan pemikiran adalah kitab Lukas. Kitab Lukas memberi ruang yang besar untuk membicarakan tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis. Hasil penelitian ini adalah kitab Lukas memberikan kontribusi pemikiran tentang teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Kontribusinya adalah dalam tulisan Lukas terdapat adanya suatu pola sistemik yang dilahirkan dari teologi kepemilikan dan fungsi kekayaan. Pola yang sistemik tersebut dapat menyumbangkan pemikiran agar gereja dapat membuat suatu sistem pengentasan kemiskinan yang tidak hanya bekerja pada aras individualistik, melainkan juga memiliki dimensi komunal yang melibatkan orang-orang miskin dan kaya untuk dapat menciptakan komunitas yang tanpa kesenjangan sosial. 
Strategi Pemecahan Masalah Pelayanan Pastoral Kontekstual Berdasarkan Yohanes 4:1-26 dan Pemuridan Masa Kini Sabda Budiman; Harming Harming
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.26

Abstract

This article describes problem solving strategies in pastoral ministry. The problem solving strategy is certainly carried out with a contextual approach. It means that the principles of pastoral service are aligned with local situations and conditions. This article describes problem solving strategies based on John 4:1-26, by looking at Jesus' example in solving problems experienced by Samaritan women. Furthermore, this article also describes the follow-up service that can be done to the counselor when it is served. The purpose is of course for the counselor to draw closer and to know Christ more deeply and for the counselor to continue to grow. The method used in this study is a qualitative method with a descriptive approach.AbstrakArtikel ini menjelaskan tentang strategi pemecahan masalah dalam pelayanan pastoral. Strategi pemecahan masalah tersebut tentunya dilakukan dengan pendekatan kontekstual. Artinya bahwa prinsip-prinsip pelayanan pastoral itu diselaraskan dengan situasi dan kondisi setempat. Artikel ini memaparkan strategi pemecahan masalah berdasarkan Yohanes 4:1-26, dengan melihat teladan Yesus dalam memecahkan masalah yang dialami oleh perempuan Samaria. Lebih jauh, artikel ini juga menjelaskan tentang pelayanan follow up yang dapat dilakukan kepada konseli ketika sudah dilayani. Tujuannya tentu agar konseli semakin dekat dan mengenal Kristus lebih dalam lagi serta agar konseli terus bertumbuh. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif.
Kearifan Lokal Masyarakat Tapanuli Utara sebagai Wahana dalam Membangun Toleransi Umat Beragama Oloria Malau; Ratna Saragih; Rencan Carisma Marbun; Robinson Simanungkalit; Melinda Siahaan
IMMANUEL: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 1 (2021): APRIL 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46305/im.v2i1.20

Abstract

The Batak ethnic community consisting of the Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak and Mandailing communities are North Tapanuli people who adhere to Christianity, Catholicism and Islam. The North Tapanuli people inhabit the Tarutung sub-district, Sipoholon sub-district, Siborong-borong district, Pahae Julu district. , Pahae Jae District, Sipahutar District, Pangaribuan District and Garoga District. . With a pluralistic community background consisting of various religions, the people of North Tapanuli can maintain tolerance between religious believers. It is proven that until now there has not been any conflict between religious groups. The purpose of this research is to examine how the North Tapanuli community builds tolerance between religious believers. In addition, what potential does North Tapanuli have that are used in building tolerance. This research uses qualitative research with a phenomenological approach by conducting observations and interviews and literature study is used in this study. The results of this study indicate that Dalihan Na Tolu as the Kinship System of the Batak community is the local wisdom of the North Tapanuli community. This kinship concerns kinship ties with blood ties (one offspring) and marital ties. Local keariophan has the potential to build tolerance between people. This study concludes that the people of North Tapanuli can build tolerance between religious believers because their local wisdom lives and develops in that community and is hereditary.AbstrakMasyarakat Batak di Tapanuli Utara meliputi Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak dan Mandailing yang menganut agama Kristen, Katolik dan Islam. MasyarakatTapanuli Utara mendiami wilayah kecamatan Tarutung, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siborong-borong, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, KecamatanSipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga. Dengan latar belakang masyarakat majemuk agama, masyarakat Tapanuli Utara dapat memelihara toleransi antarumat beragama.Terbukti sampai saat ini belum ditemui konflik antaruamat beragama. Tujuan penelitian  untuk mengkaji bagaimana masyarakat Tapanuli Utara membangun toleransi antarumat beragama. Selain itu, potensi apa yang dimiliki Tapanuli Utara yang digunakan dalam membangun toleransi. Penelitian ini mengunakan penelitian kualititatif dengan pendekatan fenomenologi dengan melakukan observasi dan wawancara serta studi pustaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Dalihan na Tolu sebagai sistem kekerabatan masyarakat Batak merupakan kearifan lokal masyarakat Tapanuli Utara. Kekerabatan ini menyangkut hubungan kekeluargaan beradasrakan ikatan darah (satu keturunan) dan ikatan perkawinan. Kearifan lokal memiliki potensi dalam membangun toleransi antarumat. Penelitian ini menyimpulkan bahwa masyarakat Tapanuli Utara dapat membangun toleransi antarumat beragama dikarenakan kearifan lokal yang dimiliki mereka hidup dan berkembang di masyarakat tesebut dan secara turun-menurun. 

Page 1 of 1 | Total Record : 5