cover
Contact Name
JOKO SANTOSO
Contact Email
ps.johnsantoso@gmail.com
Phone
+6287836107190
Journal Mail Official
jurnalberitahidup@gmail.com
Editorial Address
Jl. Solo-Kalioso KM.7.Solo
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Transformasi Fondasi Iman Kristen dalam Pelayanan Pastoral di Era Society 5.0
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189/jtbh.v4i1.181
Core Subject : Religion,
Focus & Scope Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal Teologi Sistematika Teologi Pastoral Kepemimpinan Kristen Pendidikan Agama Kristen
Articles 40 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022" : 40 Documents clear
Desain Pemuridan sebagai Model Pembinaan Warga Gereja Berkelanjutan bagi Jemaat Purim Marbun
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.259

Abstract

One of the problem for spiritual formation is finding and determining a sustainable coaching model. The church must be have sustainable spiritual formation models for carried out mature spirituality church members. The program of Church Community Development often does not reach the final goal, namely faith maturity which is marked by changing in character, this is due the absence of consistent, planned and measurable model spiritual formation. Starting from this issue, this research seeks and describe ideas about discipleship as a model sustainable spiritual formation for church growth. Discipleship as a model of sustainable church formation is carried out not only in the form of classical teaching but also individually. The research method in this paper is a qualitative study with a literature analysis approach. The final result of this research shows design nurturing by consistent and continuous discipleship is able to achieve measurable spiritual maturity.Salah satu masalah pembinaan jemaat ialah mencari dan menentukan model pembinaan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan dalam rangka mendewasakan kerohanian jemaat. Pembinaan Warga Gereja (PWG) sering tidak mencapai tujuan akhir yakni kedewasaan iman yang ditandai dengan perubahan karakter, hal ini disebabkan belum adanya  model yang konsisten, terencana dan terukur dalam pembinaan warga gereja. Bertitik tolak pada  masalah ini, artikel ini berupaya memberikan paparan dan gagasan tentang pemuridan sebagai model pembinaan iman yang dilakukan secara konsisten dan kontiniu. Pemuridan sebagai model pembinaan warga gereja yang berkelanjutan dilaksanakan bukan hanya dalam bentuk pengajaran klasikal melainkan juga secara individual. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah studi kualititatif dengan pendekatan analisis kepustakaan. Hasil akhir dari penelitian ini menemukan disain pembinaan melalui pemuridan yang konsisten dan berkelanjutan untuk  mencapai kedewasaan rohani yang terukur sesuai indikator yang telah ditetapkan.
Pendidikan Kristen dalam Pelayanan Konseling Pranikah di Era Disrupsi Carolina Etnasari Anjaya; Andreas Fernando; Wahju Astjarjo Rini
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.203

Abstract

The era of disruption encourages all humans to adapt to the changes that occur. Christian youth and Christian families are required to be able to withstand these changes by living in the firmness of the Christian faith, according to God's will. Christian education in premarital counseling is very important in this era because through it Christian families will be able to survive in an increasingly uncertain world. This research method is descriptive qualitative, with literature study and observation techniques. The author uses the Bible and various relevant literature. The purpose of this study is to provide a description of how Christian education can form premarital counseling that can guide Christian families in this era. The results of the study conclude that it is necessary to transform premarital counseling from just a church service program to Christian education to provide a new form. Christian education in pre-marital counseling is developed to post-marital counseling, which is carried out continuously throughout life according to the principles of Christian education. The implementation of Christian education in pre-marital counseling is as follows: First, the teaching materials emphasize the development of the personal dimension as a creation that is in the image and likeness of God and the relational dimension, building a relationship that is holy and pleasing to God. Second, the implementation of Christian education in pre-marital counseling includes six stages: First, the preparation of young people to find a life partner. Two, at a time when a future husband and wife decided to start a new family. Three, the young family stage. Four, pre-adolescent and adolescent family stages. Five, the family stage of adulthood, when the children in the family have started to grow up. Six, the stages of old age. Third, forming counselors as guides and guides who fear God, living the truth of God's word so that they can become examples of life.  Era disrupsi mendorong semua manusia untuk beradaptasi dalam perubahan yang terjadi. Orang muda Kristen dan keluarga Kristen dituntut untuk dapat bertahan menghadapi perubahan tersebut dengan tetap hidup dalam kekokohan iman Kristen, sesuai kehendak Allah. Pendidikan Kristen dalam konseling pranikah menjadi sesuatu hal yang sangat penting di era ini karena melaluinya  keluarga Kristen akan mampu bertahan di dalam dunia yang semakin penuh ketidakpastian.  Metode  penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, dengan teknik studi pustaka dan observasi. Penulis mempergunakan Alkitab dan berbagai literatur yang relevan. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan deskripsi mengenai  bagaimana pendidikan Kristen dapat membentuk konseling pranikah dapat menjadi penuntun keluarga Kristen di era ini. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perlu transformasi konseling pranikah dari sekadar program pelayanan gereja menjadi pendidikan Kristen untuk memberikan bentukan baru. Pendidikan Kristen dalam konseling pranikah dikembangkan sampai pada konseling paska menikah, diselenggarakan secara terus menerus berkesinambungan sepanjang hayat memenuhi prinsip pendidikan Kristen. Implementasi pendidikan Kristen dalam konseling pranikah sebagai berikut: Pertama, materi pengajaran menekankan kepada  pengembangan dimensi personal sebagai ciptaan yang segambar dan serupa Tuhan dan dimensi relasional, membangun hubungan yang kudus dan berkenan bagi Tuhan.  Kedua, Penyelenggaraan  pendidikan Kristen dalam konseling pra nikah  meliputi enam tahap: Satu, persiapan kaum muda mencari pasangan hidup. Dua,  pada masa ketika sepasang calon suami istri memutuskan untuk membina keluarga baru. Tiga, tahap keluarga usia muda. Empat, tahapan keluarga pra remaja dan remaja. Lima, tahapan keluarga masa dewasa, ketika anak-anak dalam keluarga sudah mulai tumbuh dewasa. Enam, tahapan masa tua.  Ketiga, membentuk konselor sebagai  pembimbing dan penuntun yang takut akan Tuhan, menghidupi kebenaran firman Tuhan sehingga mampu menjadi teladan hidup.  
Relasi Ibadah Sejati Berdasarkan Roma 12:1 terhadap Pertumbuhan Rohani Orang Kristen di Era Globalisasi Sonny Herens Umboh; Areyne Christi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.145

Abstract

Christian worship is the statement of GOD himself in Jesus Christ and the people reaction of HIMself (GOD alone). The problem is that : What is the real meaning of christian worship ? How do the spirituality growth of christian people? How the realization of truly worship based on Rome 12:1 to spiritual growth of christian people In globalization era. Answer : (1) truly worship based on rome 12:1 is : (a) the real offering is the offering that isnt show by offering riches that is only things but by fully surrendering ourself  to GOD and lead by HIS will. (b) The holy present is decree, grant and gift of GOD. (c) Self surrendering of christian people or believer is act that pleasing our GOD. (2) Spiritual growth of christian is the essence by learning religion and become daily life basis. (3) More intense the truly worship of someone live,holy and delight upon GOD so she will gaining in spirituality. Ibadah Kristen adalah pernyataan diri Allah sendiri dalam Yesus Kristus dan tanggapan manusia terhadap-Nya. Persoalan yang muncul adalah: Apa yang dimaksud dengan Ibadah sejati? Bagaimanakah keadaan pertumbuhan kerohanian orang Kristen? Bagaimanakah relasi Ibadah Sejati berdasarkan Roma 12:1 terhadap Pertumbuhan Rohani Orang Kristen di Era Globaliasi?  Jawabnya: (1) Ibadah sejati dalam Roma 12: 1 adalah: (a)  persembahan yang hidup adalah suatu persembahan yang ditunjukkan bukan dengan cara menyerahkan harta benda yang merupakan benda mati melainkan dengan menyerahkan diri kepada Allah untuk sepenuhnya dituntun menurut kehendak-Nya. (b) Persembahan yang kudusan adalah ketetapan, pemberian dan kasih karunia dari Allah. (c) Persembahan tubuh dari orang Kristen atau orang percaya adalah sebuah tindakan menyenangkan Allah.  (2) Pertumbuhan kerohanian orang Kristen merupakan sebuah intisari dari pembelajaran dasar-dasar agamawi dan menjadi dasar-dasar kehidupan yang dilakukan sehari-hari. (3) Semakin ibadah sejati seseorang hidup,  kudus, dan berkenan kepada Allah maka ia semakin bertumbuh dalam kerohaniannya.
Masker: Pendekatan Konseling Pastoral di Era Pandemi Imanuel Teguh Harisantoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.169

Abstract

In the pandemic era, maskers, face shield and handsanitizer are common in society. These health protocols present difficulties in relating to others, but this study looks at the above in a different way. Research with this library approach and descriptive method helps researchers to see the phenomenon of maskers positively and then construct them in a pastoral counseling perspective. This study looked at maskers that originally presented their own hassles in relating to others; become a barrier in building togetherness, communio with others, especially supported by the government's call to keep distance, stay away from crowds and reduce mobility; into a new approach to practical counseling. Maskers provide comfort, tranquility, and hope for a better life for users and others around them. With a maskers, the counselor can ensure himself to be present, related, and build communion with the counsellor and at the same time convince himself that he is called by God to proclaim salvation. Maskers can enlivening one’s mid  from anxiety by a pandemic; ensure acceptance of others, even if they are indicated infectious diseases; joy and volunteering in performing service duties; enable people to ally oneself and cooperate; strengthen the alliance and continue to lead people to reflect on their actions. Maskers bring new hope and new approach in carrying out pastoral counseling functions.
Peranan Roh Kudus dalam Memberi Kekuatan bagi Orang Percaya Berdasarkan Efesus 3:16 Theofilus Sunarto
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.162

Abstract

AbstractPaul's prayer in Ephesians 3:16, "I pray that he, according to the riches of his glory, may be strengthened and strengthened with power through his Spirit in the inner man." The Epistle of Ephesians was written by Paul while in prison, Paul wanted to strengthen the believers in Ephesus, especially in his prayer 3: 14-21 so that they would be strengthened and strengthened so that the faith of Christ remains and is rooted in their lives of love. This is what is the discussion in this article, parsing this verse, knowing the role of the Holy Spirit in giving strength to believers. The role of the Holy Spirit is very important to believers, because human beings basically have shortcomings and weaknesses. By their own strength human beings are more often lost and unable to make a decision that comes with good. Man needs a power that exceeds his own power or even the supernatural power of the Holy Spirit. With the Holy Spirit the believer will gain the strength to strengthen his faith, as a foundation in the course of his life in the Lord Jesus Christ.Keywords: Holy Spirit; Believers; Ephesians 3:16AbstrakDoa Paulus dalam Efesus 3:16, “Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya, menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu”.  Surat Efesus di tulis Paulus waktu di penjara, Paulus ingin menguatkan orang percaya yang di Efesus, khususnya dalam doa-nya 3:14-21 supaya mereka diteguhkan dan dikuatkan sehingga iman Kristus tetap tinggal dan berakar dalam kehidupan kasih mereka. Inilah yang menjadi pembahasan dalam artikel ini, mengupas ayat ini, mengetahui peranan Roh Kudus dalam memberi kekuatan bagi orang percaya.  Peranan Roh Kudus sangat penting bagi orang percaya, karena manusia pada dasarnya mempunyai kekurangan dan kelemahan.  Dengan kekuatannya sendiri manusia lebih sering tersesat dan tidak mampu untuk memutuskan sebuah keputusan yang mendatangan kebaikan.  Manusia membutuhkan kekuatan yang melebihi kekuatan sendiri atau bahkan kekuatan supranatural yaitu Roh Kudus.  Dengan Roh Kudus orang percaya akan memperoleh kekuatan untuk meneguhkan iman-nya, sebagai landasar dalam perjalanan hidupnya di dalam Tuhan Yesus Kristus.Kata-kata kunci: Roh Kudus ; Orang Percaya; Efesus 3:16
Keberpihakan Yesus (Analisis Sosio-Teologis Terhadap Teks Yohanes 4:1-42) Sipora Blandina Warella; Karel M Siahaya; Flora Maunary
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.244

Abstract

Konteks cerita teks dan sosial masyarakat teks ini tampak kekuatan struktural dari segi agama dan etnis Yahudi kuat membentuk keseragaman kultural bahwa secara hierarkhi masyarakat dengan latar kultur itu adalah unggul karena pemilihan Yahweh. Hal ini menimbulkan cara pandang dan sikap bahwa mereka masyarakat kelas satu sedangkan masyarakat Samaria dan yang lain adalah kelas dua, masalah perbedaan sosial yang tidak mengalami moderasi. Para rohaniawan Yahudi dalam kekuasaan dan status tidak dapat melakukan kontrol sosial di tengah struktur kekuasaan sosio-religius masyarakatnya yang melanggengkan perbedaan dan segregasi. Yesus memiliki mind set dan tindakan moderat dengan membangun percakapan moderasi bersama perempuan Samaria. Kesimpulannya ialah moderasi ala Yesus menjadi bencana bagi eksklusivisme dan dominasi masyarakat Yahudi yang mapan dalam kelas sosialnya, sebaliknya menjadi harapan bagi penataan konstruk sosial masyarakat moderat yang mengalami keslamatan universal. Kebaruan penelitian ialah moderasi ala Yesus dengan sikap menjumpai perempuan itu, membangun dialog mentransformasi bangunan ruang sosial bersama dalam perbedaan yang menghadirkan keslamatan universal, dimulai dengan sikap, tindakan dialogis dengan perempuan Samaria.
Internalisasi Moderasi Beragama dalam Kurikulum Sekolah Tinggi Teologi di Indonesia Rifky Serva Tuju; Babang Robandi; Donna Crosnoy Sinaga
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.240

Abstract

Keragaman Agama di bangsa Indonesia menjadi sebuah kekayaan yang unik dari bangsa ini. Indonesia yang majemuk suku, ras, dan agama, memerlukan sikap yang toleransi. Kemajemukan Agama yang beragam memiliki bahaya yang mengancam bagi bangsa ini. Sikap-sikap intoleran sering sekali terjadi. Agama menjadi bagian penting dan vital seiring dengan banyaknya masyarakat yang memiliki sikap fanatisme dengan agamanya yang mengakibatkan retaknya hubungan antar umat beragama di Indonesia. Pemerintah terus mencari solusi dalam menangani masalah-masalah intoleran yang terjadi di Indonesia. Itulah sebabnya moderasi beragama tepat jika diterapkan dalam kehidupan masyarakat yang multicultural ini. Di tahun 2021 melalui Kemendikbud Nadiem membuat Kurikulum Moderasi beragama demi menghapus intoleransi di sekolah.  Moderasi beragama merupakan sebuah solusi dalam menghadapi berbagai perbedaan yang berujung pada intoleransi beragama dan menghadapi banyaknya kelompok-kelompok ekstrem dan fundamental agama. Pemerintah menjadikan sekolah sebagai pusat pengajaran moderasi beragama.  Untuk itu dengan membentuk mahasiswa yang moderat terhadap agamanya pemerintah merasa perlu untuk memasukan kurikulum moderasi beragama  untuk memperkecil adanya orang-orang yang memiliki paham radikalisme terhadap pemeluk agama lain. Dengan memasukkan moderasi beragama di dalam kurikulum Sekolah Tinggi Teologi dapat menanamkan prinsip beragama yang moderat bagi para Mahasiswa. Sehingga dengan adanya kurikulum ini para dosen dapat membimbing mahasiswa agar memiliki karakter yang berkualitas, Sekolah TinggiTeologi menjadi toleran, sehingga menciptakan generasi muda yang menyadari bahwa kebersamaan adalah sumber kekuatan bangsa.
Perumpamaan Tentang Penabur Sebagai Kunci Memahami Esensi Kerajaan Allah The Theo Christi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.266

Abstract

Ada begitu banyak pandangan yang berbeda tentang Kerajaan Allah di benak semua orang percaya, terutama di antara banyak denominasi, dan beberapa denominasi bahkan bertentangan satu sama lain. Akibatnya, gereja-gereja kurang memiliki dorongan untuk mencari substansi Kerajaan Allah. Dalam Injil sinoptik, peneliti menemukan sepuluh dari empat puluh lima perumpamaan yang berbicara tentang esensi Kerajaan Allah. Dalam kajian ini, menyajikan salah satunya, yaitu “perumpamaan tentang penabur”, yang membahas tentang empat tanggapan hati manusia terhadap firman Kerajaan Allah. Ketika peneliti membaca temuan penelitian sebelumnya dalam pencarian tentang esensi Kerajaan Allah, ternyata para peneliti belum membahas kaitan “benih yang ditabur dengan Kerajaan Allah”. Untuk itu,, peneliti menemukan ruang kosong untuk diteliti yaitu mencari tahu apa arti buah dan kelimpahan dalam perumpamaan tentang penabur ini dalam kaitannya dengan esensi Kerajaan Allah. Dengan menggunakan metode studi literatur, peneliti memaparkan arti Kerajaan Allah dan makna berbuah dalam kelimphaan dengan Kerajaan Allah dengan mengkaji artikel ilmiah dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. Hasil penelitian menemukan bahwa esensi Kerajaan Allah itu dipahami sebagai buah dari kehidupan seseorang  yang telah mengalami transformasi hati setelah ditaburi dengan benih firman Allah. Hasilnya secara kuantitas dapat  berbeda untuk setiap orang Kristen namun secara kualitas layak dihargai sebagai bukti eksistensi Kerajaan Allah dalam hidup seorang pengikut Kristus yang sejati, 
Pancasila Sebagai Providensia Allah bagi Kekristenan di Indonesia Oda Judithia Widianing
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.210

Abstract

Anthropocentric kerap kali menjadi konklusi pemahaman doktrin Providensia. Hal ini membuat seolah-olah Allah hadir untuk melayani manusia dan kepentingannya. Alkitab tidak pernah memaksudkan seperti itu. Theocentric adalah inti dari semua pergerakan sejarah. Maka final-end dari karya providensia adalah pada diri Allah sendiri, demi kemuliaan-Nya dan penggenapan rencana kekal-Nya. Namun Allah yang maha kuasa dan kasih itu bekerja dengan berbagai sarana yang Dia tetapkan untuk memelihara apa yang telah Dia ciptakan, secara khusus bagi umat ketebusan-Nya. Demikian pula halnya dengan kekristenan di Indonesia yang sudah hidup sejak kolonialis VOC. Pancasila adalah sarana yang Allah tetapkan dalam kedaulatan-Nya untuk menjadi sarana providensia-Nya bagi orang percaya di Indonesia.  Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data adalah studi pustaka berpijak pada biblical perspective. Dalam artikel ini penulis akan mengkaji tentang providensia Allah yang berlaku bagi umat Kristen di negara Bhineka Tunggal Ika dengan berpijak pada historikal Pancasila dan implementasi yang seharusnya dikerjakan umat Kristen di Indonesia sebagai respon terhadap providensia Allah ini. Kebaruan dari artikel ini adalah melihat final-end providensia Allah secara kosmis dalam diri Kristus sebagai Kepala dan fakta sejarah Pancasila menjadi Common Platform yang adalah sarana providensia Allah bagi umat Kristen Indonesia
Analisis Grammatical-Exegetical Wahyu 3:20 dan Implikasinya Terhadap Relevansi Penggunaan Wahyu 3:20 Dalam Model Penginjilan Kontemporer Jhon Leonardo Presley Purba; Riang Hati Waruwu; Amran Manullang; Robinson Rimun
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 4, No 2 (2022): Maret 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v4i2.195

Abstract

Revelation 3:20 is a popular verse that used in contemporary evangelism to encourage the unbelievers to believe in Jesus. Nevertheless, is such usage relevant to the text and context of Revelation 3:20? Using a descriptive qualitative research form with an interpretative model of Grammatical-Exegetical analysis, the aims of this study is to find the theological meaning of Revelation 3:20 and its implications for the relevance of the using of Revelation 3:20 in contemporary evangelistic models. The results of this study conclude that based on the text and context of Revelation 3:20, the usage of this verse in contemporary evangelism toward unbelievers is irrelevant to the text and its context, the meaning of "the door that knocks" by Jesus in this verse does not refer to the door of an individual's heart who do not know Christ but the "spiritual door" of the church or community of believers who have known Christ who are asked to repent from self-satisfied and lukewarmness because of physical wealth, this is also the true theological meaning of Revelation 3:20 which is very relevant with the moral and spiritual state of the church in the modern era which also tends to be self-satisfied and spiritually lukewarm so the implication for believers and the church today is the church need to repent from its self-satisfied, spiritual lukewarmness and "open its doors" for Christ so that Christ can come in to His church and live with His church.  Wahyu 3:20 merupakan ayat yang populer digunakan dalam penginjilan kontemporer untuk mendorong individu yang belum percaya menjadi percaya kepada Yesus. Namun, apakah penggunaan demikian relevan dengan teks dan konteks Wahyu 3:20? Menggunakan bentuk penelitian kualitatif deskriptif dengan model penafsiran analisa Grammatical-Eksegetical, penelitian ini bertujuan untuk menemukan makna teologis Wahyu 3:20 dan implikasinya terhadap relevansi penggunaan Wahyu 3:20 dalam model penginjilan kontemporer. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa berdasarkan teks dan konteks Wahyu 3:20, penggunaan ayat ini dalam penginjilan kontemporer terhadap orang yang belum percaya tidak relevan dengan teks dan konteksnya, makna “pintu yang diketuk” oleh Yesus dalam ayat ini bukan merujuk pada pintu hati seorang individu yang belum mengenal Kristus melainkan “pintu rohani” gereja atau komunitas orang percaya yang telah mengenal Kristus yang diminta untuk bertobat dari berpuas diri dan suam-suam rohani karena kekayaan jasmani, inilah juga yang menjadi makna teologis yang sebenarnya dari Wahyu 3:20 yang sangat relevan dengan keadaan moral dan kerohanian gereja di era modern yang juga cenderung berpuas diri dan suam-suam secara rohani sehingga implikasinya bagi orang percaya dan gereja masa kini adalah agar gereja bertobat dari sifat berpuas diri, suam-suam rohani dan “membuka pintunya” bagi Kristus agar Kristus dapat datang kepada gereja-Nya dan tinggal bersama dengan gereja-Nya.

Page 4 of 4 | Total Record : 40