cover
Contact Name
Aryanto Budiono
Contact Email
jurnalkadesibogor@gmail.com
Phone
+6281284671987
Journal Mail Official
cbm.budiono@gmail.com
Editorial Address
Jl. Transyogi – Cariu – Kab. Bogor - Jawa Barat Tromol Pos 01 – Cariu 16840
Location
Kab. bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Kadesi : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
ISSN : 26554801     EISSN : 28077040     DOI : -
Core Subject : Religion,
The publication of the JURNAL KADESI: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen aims to disseminate ideas and research results related to religious studies and Christian Religious Education.
Articles 48 Documents
Hukuman Mati, Alkitab dan HAM Endang Pasaribu
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (535.805 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.1

Abstract

This study aims to reveal,produce data and facts whether the death penalty is something that is in line with human rights and the Bible as a Christian foundation. The benefits of this research theoretically provide an understanding to the wider community about the death penalty and human rights, increase and equip society to have This research uses descriptive qualitative methods, this method is used for social and humanities research and can also be used in theological studies. The results of this study indicate that the death penalty in Indonesia is a standard and legal matters in the Criminal Code, even though human rights are not in line and in agreement with its implementation, the death penalty will still be implemented if the Criminal Code does not undergo a revision in the chapter that contains the death penalty. The implementation of this research is to teach every person or Christian to be the authority to accept and be responsible for receiving the death penalty, because it is impossible for the death penalty to be given to a person who has not committed a crime.
Pendidikan Kristen dan Karakter Merri Natalia Situmorang
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (461.92 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.2

Abstract

The basis of Christian ethics in living together and working is not in rules, but in God's unchanging character. As the image and likeness of God, humans have good social and relational relationships with one another. The problem in this research is that the damage to humans due to sin makes humans no longer able to have the character that comes from God in achieving their life goals and in living together. Humans face many challenges in life so that there is competition for millions of people in a place (Gen. 3: 17-19). Humans throw each other down, hate, jealousy, bribes, injustice happen everywhere. This research uses descriptive theoretical qualitative research methods through literature and biblical studies. The benefit of this research is that through the Christian Religious Education process, Christians are active in teaching and learning the truth of God's Word, teaching God's people that in Christ man is a new creation (Ephesians 2:10) to do good deeds. The conclusion in this research is that with a mind and conscience renewed by Christ, it is possible for humans to develop the world of creation and life together with honesty, holiness, justice and love. Man in Christ finds himself stronger and can bring honor to his Creator. God's character is reflected in the character life of Christians in fulfilling God's purposes. This Christian character cannot be obtained simply through shortcuts but can only be obtained through the process of Christian education.
Teologi dan Teknologi dalam Pandangan Sekuralisasi di Era Post Modernitas Napoleon Manalu
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (475.171 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.3

Abstract

Teologi dan Teknologi adalah dua hal yang menarik untuk dikaji disatu sisi kedua hal itu merupakan tindakan spritual sedangkan yang lain adalah rasional. Disisi lain memiliki fokus yang berbeda, bahkan bisa disebut tidak memiliki hubungan di tinjau dari sudut pandang disiplin ilmu yang memiliki perbedaan yang kontras. Teologi yang acapkali disanggah dan dijadikan perbandingan dalam hal kemampuan rasio yang dimiliki kususnya dikalangan para ilmuan, teknokrat ataupun saintis. Dalam pengertian seolah-oleh teologi tidak dapat memberi jawaban terhadap masalah dalam teknologi. “Ketika diperhadapkan dengan sains, agama seakan-akan tidak berdaya. Karena tuntutan yang dikemukakan apakah teologi dapat menyelesaikan hal-hal yang bersifat ilmiah. Disinilah para saintis (ilmuwan) yang ateis menantang agama untuk membuktikan keberadaan Tuhan. Tentu saja jika pembuktian itu dituntut seperti pembuktian sains, Tuhan tidak mungkin dapat dibuktikan. Masalahnya adalah agama sudah ada terlebih dahulu dari sains (modern). Agama yang dalam konteks Eropa Barat adalah Kristen atau Yudaisme dan belakangan Islam sudah lama dikenal. Ketika saisn muncul dan berkembang ada hal-hal yang dulu diterima begitu saja dalam ajaran agama sekarang menjadi pertanyaaan dan sanggahan. Misalnya tentang penciptaan. Agama mengajarkan bahwa dunia ini ada karena diciptakan oleh Tuhan. Jadi bukan karena dengan sendirinya. Sedangkan sains memaparkan bagaimana bumi ini terjadi melalui pembuktian-pembuktian alami yang tidak memperlihatkan peranan Tuhan sama sekali”. Tetapi sebaliknya jika hal itu dijadikan pertanyaan terbalik tentu lebih tidak mudah lagi untuk memberi jawaban. Sementara dari pihak penganut paham sekuralisasi lebih bernada sarkasme yang secara langsung memberi sanggahan terhadap doktrin kekristenan misalnya dalam hal pernikahan Kristen yang menjadi perbincangan hangat belakangan ini. Gereja dianggap telah melanggar hak asasi seseorang di dalam memiliki jenis pernikahan. “Ketika masyarakat menganggap bahwa homoseksual adalah hak individual yang harus dihormati, sebagaimana masyarakat menganggap orang yang berzina dan berkumpul dan kumpul kebo” adalah hak individualnya yang tidak boleh dicampuri oleh orang lain atau negara sekalipun. Maka negara-negara yang mengambil hukum sekuler juga tidak menganggap zina sebagai perbuatan kriminal. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Indonesia warisan Belanda, misalnya menyatakan bahwa perzinahan bukanlah suatu kejahatan. Hanya mereka yang terikat dengan perkawinan dan kemudian melakukan hubungan seks di luar pernikahan, dapat dikatakan sebagai perzinahan.”[2] Sesungguhnya jika dikaji secara bijak dan jernih perbincangan kaum ilmuwan dengan kaum rohaniawan memiliki dua kajian yang berbeda yang satu berorientasi kepada dunia sedangkan yang lain berorientasi pada sorga. Teori sumber teologi berasal dari kitab suci dalam hal kekristenan tentulah berpusat pada Alkitab. Sedangkan teknologi memiliki dasar dan sumber yang secara logis digali dari aspek alamiah yang diolah secara rasional. Gereja dalam sejarah perkembangannya sudah meletakkan dasar pelayanan pada tiga hal yaitu: koinonia, marturia dan diakonia. Disatu sisi hal ini menunjukkan gereja terbuka terhadap pelayanan sosial dsb, akan tetapi hal itu tidak dapat ditarik sebagai kompromi untuk secara bebas memanfaatkan fakta sejarah, karya Tuhan maupun kesaksian para tokok iman untuk maksud penelitian ilmiah semata-mata. Otoritas Alkitab hanya dapat dikaji pada implementasi visi dan misi pemberitaan kabar baik yang bertujuan membangun kehidupan iman jemaat melalui pelayanan gereja. Teologi itu sendiri tidak dibangun oleh kemampuan ilmu pengetahuan melainkan inspirasi dari Roh Kudus atas nama Tuhan para nabi berbicara atas nama Tuhan. Sedangkan teknologi selalu berbicara sebagai ilmu pengetahuan. Tidak sedikit juga kalangan Kristen yang mencoba untuk menuntaskan hal ini dan mencari ayat-ayat yang tepat untuk membenarkan pendapat mereka yang dengan mencari persamaan konteks pada teks. Tidak bisa dipungkiri bahwa teologi membutuhkan teknologi sebagai sarana dan media di dalam memberitakan firman Tuhan. Tetapi hal ini tidak akan mengubah hakekat teologi maupun teknologi baik dalam status maupun peranannya. Pertanyaan yang ditujukan di seputar bagaimana teologi menjawab teknologi jawaban yang paling tepat bahwa teknologi adalah alat sebagai sumbangsih peradaban dan kebudayaan untuk tujuan kemajuan hidup yang lebih baik. Teologi bersifat absolute sedangkan teknologi bersifat relatif sifat konstan pada teologi bukan berarti menurunkan kemampuannya sehingga berada di bawah teknologi melainkan di setiap perubahan teknologi, teologi menjadi sumber inspirasi dan kreasi. Dengan makna yang sederhana teologi berbicara terhadap hal-hal yang subjektivtas sedangkan objeknya bisa berada pada lingkup teknologi sebagai hasil dan bukan proses. Proses pada produktivitas membutuhkan kreasi yang berasal dari hikmat Tuhan berdasarkan Alkitab kemudian ditunjukkan kemudian oleh hasil. Yohanes 1: 1-3, “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang dijadikan.” Pencipta dan yang diciptakan sama –sama berada tetapi yang satu mengadakan yang lain diadakan. Jika tidak demikian maka kehidupan akan berubah mundur dan tidak akan ada kemajuan seandainya teknologi menjadi yang utama dalam kehidupan manusia. Sama halnya dengan ilmu pengetahuan yang lain memiliki peranan sebagai objek dan bukan subjek terhadap teologi. Salah satu pertanyaan pokok yang bukan saja menyibukkan filsafat tetapi juga teologi ialah: bagaimana kemauan, atau kehendak, manusia dapat dipahami, apakah ia bebas ataukah ditentukan dari luar (yakni oleh Allah atau “nasib” dan sebagainya”)? Adakah predestinasi (takdir) bahwa Allah menentukan sega-galanya yang terjadi dan tidak ada kebebasan bagi manusia untuk menentukan sendiri? Mengikuti garis pemikiran Spinoza, sebenarnya hanya ada satu jawaban: Segala-galanya ditentukan oleh Allah, karena substansi manusia adalah substansi Allah, dan Dialah yang menentukan. Hanya saja manusia tidak memahami kenyataan itu sehingga beranggapan bahwa ia sendiri yang menentukan kehendak dan perbuatannya. Atau bahwa Allah memaksakan kemauan-Nya atas diri manusia. Jadi, pada hakikatnya manusia tidak bebas. Dua hal yang berkembang yang mewarnai abad post modern inilah yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini
Peranan Gereja dalam Sistem Pemerintahan yang Baik di Indonesia David Ming
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.812 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.4

Abstract

The relationship between the church and a good goverment a very important matter to be discussed both in the academic sphere and in the scope of society in general. The relationship differs from time to time because the relationship between the two causes polemics. This is due to the understanding of the field that the ministry of the church should be limited to theological matters. On the other hand, there are those who argue that church activities cannot be narrowed down to only abstract/theological matters. Instead, the church must show concern for its concern for very concrete social issues, such as how to build good governance. From the results of this discussion, it was found that the Church must continue to provide color in Indonesian politics by continuing to provide inspiration in the midst of a pluralistic society in this nation.
Prinsip-Prinsip Hidup yang Berkenan di Hadapan Tuhan dalam Pujian Penyembahan Menurut 2 Tawarikh 5-7 dan Aplikasinya bagi Orang Percaya Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Ester Yunita Dewi
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.716 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.5

Abstract

Praise and worship are the foundation of every believer’s live. In almost all aspects of the believer’s life, worship is contorted with praise. Praise of worship became the focus of ehaven and especially in Old Testament times, praise worship became the center of worship tog God. However, it is still not too focused on the life of worship and praise. Whereas in worship praise, Jesus was present and touched His people. Sometimes what happens praise worship also becomes a routine in achurch. Even the lives of believers are not in accordance with God’s Word, so God is not present in worship praise. Because it cannot be separated between the life of believer and the praise of worship. A life that is in holiness is and absolute requirement for praise and worship to be pleasing before God. The context of this discussion is focused on the praised and worship that Salomon did when consctrating the Temple, where the Lord was present. This study uses a descriptive method, which is to leanr about the Principles of Living A Good Life Before God in Praise and Worship According to 2 Chronicles 5-7 and its Application for Believers Today. The goal is that through writing, namely : First, believers understand how important praise and worship are; Second : believers understand and have an attitude of life that is pleasing before God in praising and worshiping Him; Third, God is present in the worship of every believers.
Strategi Pelayanan Bersama “Penginjilan” bagi dan melalui Kaum Muda Berdasarkan Matius 28:19-20 Ester Yunita Dewi
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.321 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.6

Abstract

Dunia pemuda adalah dunia yang mulai diwarnai dengan krisis dan permasalah-permasalah pemuda dalam rangka menuju kepada kemandirian dan kedewasaan. Masa pemuda secara psikologis sekitar umur 20-30 belum dapat dipastikan mereka semua sudah memiliki kestabilan dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah dalam hal kerohanian. Mereka memerlukan kehidupan kerohanian yang stabil. Kehidupan kerohanian yang stabil bagi pemuda dapat menjadi kekuatan dalam menghadapi persoalan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari yakni berkaitan dengan citra diri, jodoh, pergaulan dan pekerjaan. Namun, sebaliknya keadaan kerohanian yang kurang atau tidak stabil dapat membawa pemuda terjebak dalam kesulitan saat menghadapi krisis dan permasalah dalam rangka menuju kepada kemandirian dan kedewasaan. Bila kehidupan rohaninya kurang stabil persoalan karena keempat hal tersebut dapat menimbulkan masalah baru yang bagi dirinya dapat menjadi masalah serius atau tidak seperti suatu masalah, tetapi menimbulkan masalah bagi orang lain. Mereka perlu dijangkau dan dibawa kepada Kristus dan bagi yang sudah di dalam Kristus mereka perlu pembinaan untuk terlibat aktif dalam pelayanan kaum muda ini. Penginjilan adalah salah satu strategi yang cocok bagi pelayanan kaum muda. Pelayanan penginjilan sangat relevan bagi kaum muda dan dilakukan oleh kaum muda juga. Kaum muda memiliki banyak kreatifitas, waktu, kesempatan dan lainnya untuk melaksanakan strategi pelayanan ini. Tujuan penelitian secara rinci adalah (1) menjelaskan perihal menanamkan kesadaran penginjilan pada pemuda, (2) menguraikan strategi dalam memperlengkapi pemuda dengan pelajaran penginjilan dan (3) menguraikan kegiatan-kegiatan penginjilan bersama. Penelitian dengan pendekatan kualitatif-deskriptif pada karya ilmiah ini dilakukan terhadap teks Matius 28:19-20 dan kepustakaan yang memuat data-data yang dapat mendukung penerapan pelayanan penginjilan bagi dan melalui kaum muda.
Kisah Exodus Bani Israil sebagai Titik Temu Terhadap Perspektif Umat Beragama untuk Jalan Damai Suriawan Surna; Aji Suseno; Paul Kristiyono
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.998 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.7

Abstract

It is undeniable that the Israeli-Palestinian conflict has the potential to create chaos in relations between Christians and Muslims at the grassroots level. The perspective from a religious point of view often complicates the Israeli-Palestinian conflict. It must be realized, however, that from a religious perspective there is a meeting point between Islam and Christianity so as to prevent conflict among religious communities. The meeting point of the Islamic and Christian viewpoints can be based on the story of the exodus or the release of the Israelites or the Hebrews from slavery in the land of Egypt which is written in the Bible and the Koran. Exodus (the liberation of the people of Israel from slavery in Egypt) can be a meeting point for Christians and Muslims in Indonesia to establish a dialogue that respects and appreciates each other in good relations between the two religious communities, and further provides an understanding that religious perspectives can be combined with the principles of international relations to achieve peace between Israel and Palestine within the framework of a two-state solution as championed by the Indonesian government internationally.
Refleksi Teologi Kovenan Berdasarkan Kejadian 1-3 dan Implikasinya bagi Kehidupan Orang Percaya Masa Kini Yosua Budi Ristiono; Junio Richson Sirait
JURNAL KADESI Vol. 3 No. 2 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.094 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v3i2.9

Abstract

Covenant theology is one of the most important parts of the Christian faith. Theology is God's initiative in persuading His love for man. God promises to give redemption to all men without requirement. However, advances in technology and science have harmed one's belief in God's promise. The purpose of this study was to find reflections of covenant theology found in Genesis 1-3 and its implications for today's believers. The method used in this article is library research with a descriptive qualitative approach. Through the research of the library, three covenants that God gave to man were covenants of work, redemption, and grace. The covenant can still be enjoyed by all believers today if, it can place Christ at the center of the fulfillment of god's covenant.
Paulus Sang Pendidik David Ming
JURNAL KADESI Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (435.683 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v4i1.11

Abstract

Artikel ini ingin menyajikan tentang pengajaran Paulus sebagai seorang tokoh penulis dan pendidik yang memiliki kewibawaan Kristus di dalam pengajarannya. Dimana Rasul Paulus adalah sebagai seorang Rasul Kristus yang memberitakan Injil kebenaran kepada non-Jahudi. Selain sebagai seorang Rasul, ia juga sebagai seorang pengajar dan pendidik yang luar biasa, melalui pengajarannya banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan, banyak pengajar yang dilahirkan, bahkan banyak gereja-gereja Tuhan yang berdiri melalui pelayanan Rasul Paulus. Melalui sebuah pengalaman pribadi perjumpaan dengan Kristus Yesus Tuhan. Menjadikan Rasul yang utama dalam penulisan kitab Perjanjian Baru. Di dalam pengajarannya. Pertama: pengajarannya membawa banyak orang mendapatkan pengertian baru tentang Kristus. Kedua memberikan kesaksian hidup bagi orang yang mendengarkannya sebagai bentuk penginjilan yang powerfull. Metode penelitian yang penulis lakukan bersifat kualitatif dengan pendekatan teologis. Dimana dalam artikel ini, penulis memaparkan tentang Rasul Paulus selain sebagai seorang pendidik dan pengajar juga menjadi sebagai pemberita Injil . Temuan penelitian ini adalah sebagai metode pemberitaan Injil Kristus. Sangat penting untuk meneladani Rasul Paulus yang memiliki kemampuan sebagai pengajar dan pendidik sehingga menghasilkan generasi penerus bagi kelangsungan gereja Tuhan di dalam pelayanan bagi jemaat yang dilayani.
PENGARUH GADGET DAN PERTUMBUHAN KEROHANIAN REMAJA SMP ADVENT BARUSJULU DI MASA PANDEMI COVID-19 BERDASARKAN ULANGAN 6:7 Stepanuston Pelawi; Stimson Hutagalung; Rolyana Ferinia
JURNAL KADESI Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kadesi Bogor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (410.602 KB) | DOI: 10.54765/ejurnalkadesi.v4i1.12

Abstract

Latar belakang dilaksannya penelitian ini, melihat anak remaja yang selalu menggunakan gadget baik dalam belajar maupun dalam waktu santai, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penggunaan gadget dikalangan remaja  dan melihat pertumbuhan kerohanian remaja selama pandemi covid-19 dilingkungan SMP Advent Barusjulu berdasarkan Ulangan 6:7. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini  kualitatif  dan deskriptif dengan melakukan wawancara kepada 124 remaja yang bersekolah di SMP Advent Barusjulu untuk menguatkan hasil analisis kualitatif. Hasil dari penelitian ini lebih banyak waktu yang digunakan remaja untuk bermain gadget daripada berdoa dan membaca Alkitab. Disaat menjelang tidur, remaja lebih banyak menggunakan waktu untuk bermain gadget untuk membuka media sosial dan aplikasi lainnya dan lupa untuk berdoa dan pada waktu  bangun tidur hal pertama yang dilakukan remaja adalah membuka gadgetnya yang mengakibatkan mereka lupa untuk berdoa.  Implikasi penelitian ini agar orang tua berperan untuk menolong dan membimbing anak-anak mereka membagi waktu dalam bermain gadget dan membaca dan menyelidiki firman Tuhan supaya tingkat kerohanian remaja dapat meningkat. Guru Agama Kristen juga memiliki peranan dalam mengarahkan anak remaja SMP Advent Barusjulu untuk meningkatkan pertumbuhan kerohanian.