cover
Contact Name
Zulkipli Lessy
Contact Email
jkiipasca@gmail.com
Phone
+6288227810471
Journal Mail Official
jkiipasca@gmail.com
Editorial Address
Published by Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta Website: http://ejournal.uin-suka.ac.id/pasca/jkii Gedung Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner
ISSN : 25794930     EISSN : 27758281     DOI : https://doi.org/10.14421/jkii.v6i2.1195
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner welcomes original research for manuscripts with various theoretical perspectives and methodological approaches. It invites researchers and scholars of all backgrounds related to Islamic studies to contribute their research covering all aspects of Islam and the Islamic world in the areas of philosophy, history, religion, political science, international relations, psychology, sociology, anthropology, economics, environmental and development issues etc. related to scientific research. Jurnal Kajian Islam Interdisipliner offers an open platform for exchanging knowledge and ideas (with various perspectives) to facilitate methodological reform in Islamic studies and promote critical academic methodologies that respond to the current issues in Islam and the Islamic world.
Articles 77 Documents
Islam Nusantara: Harapan dan Tantangan Yulius Erick Tanabora
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v5i2.1143

Abstract

Tulisan ini menampilkan diskripsi tentang Islam Nusantara, Manhaj Fikrah Islam Nusantara, berbagai kritikan terhadap konsep Islam Nusantara serta analisa Epistemologi-Kritis padakonsep Islam Nusantara ini di masa depan.[This paper presents the Islamic Religion in Nusantara, Manhaj Fikrah in Nusantara, the various criticisms of the concept of Islamic Religion in Nusantara, and the Critical Epistemology concept of the future on Islamic Religion in Nusantara.]
Media Baru Dan Moral Panic: Studi Atas Majlis Al-Khidhir Shinta Nurani
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v3i2.1208

Abstract

Tulisan ini merupakan studi kasus Majlis al-Khidhir, salah satu kelompok Salafi di Indonesia yang mengalami moral panic karena khawatir eksistensinya akan tergerus oleh modernitas dengan adanya perubahan media dakwah. Selain itu, keberadaan kelompok yang mengatasnamakan dakwah Salafi (Salafi Selebriti) padahal sejatinya merusak citra dakwah Salafi telah bergerak lebih cepat dalam memanfaatkan media dakwah tersebut. Akhirnya negosiasi terhadap modernitas dilakukan Majlis al-Khidhir dengan tetap memegang teguh ideologi literalisnya tetapi terbuka terhadap media baru untuk melebarkan dakwahnya. Konsekuensinya, ‘telegram’ menjadi media baru paling efektif bagi Majlis al-Khidhir untuk mengeluarkan fatwa dan berinteraksi dengan pengikut setianya. [This paper is a case study of Majlis al-Khidhir, one of the Salafi Group in Indonesia who experienced moral panic for fear of its existence will be eroded by modernity with the changes of da'wah media. Coupled with the existence of a group that on behalf of Salafi da’wah (Celebrity Salafism) but in fact damage the image of da’wah Salafi has moved faster in utilizing the medium of propaganda. Finally, the negotiations against modernity were carried out by Majlis al-Khidhir by maintaining its literalist ideology but open to new media to spread its preaching. Consequently, 'telegram' became the most effective new medium for Majlis al-Khidhir to issue a fatwa and interact with its loyal followers.]
Studi Kitab Tabyin Al-Islah Karya K.H.A. Rifa’i Kalisalak Shinta Nurani
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 2, No 1 (2017)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v2i1.1081

Abstract

Tulisan ini membahas praktik penafsiran yang dilakukan oleh seorang ulama abad ke-19, K.H. Ahmad Rifa’i dalam Kitab Tabyin al-Islah. Kitab tersebut merupakan salah satu karya yang dihasilkan oleh K.H.A. Rifa’i sebagai upaya praktik penafsiran yang disusun secara tematik bukan secara tertib mushafi , bercorak fiqh dan mempertimbangkan kondisi serta realitas sosio-kultural yang terjadi pada era kolonialisme. Keberadaan kitab tersebut dan beberapa karya lainnya oleh K.H.A. Rifa’I menjadi senjata intelektual untuk melawan dan memberontak terhadap kolonialisme. Pola pemikiran, sikap dan tingkah laku noncooperation ini diwariskan kepada generasi Jam’iyah Rifa’iyah hingga sekarang ini.[This paper discusses the interpretive practice undertaken by a nineteenth-century scholar, K.H. Ahmad Rifa’i in Tabyin al-Islah. The book is one of the works produced by K.H.A. Rifa’i as an attempt of interpretive practice which is organized thematically rather than orderly mushafi patterned fiqh and considering socio-cultural conditions and realities that occurred in the era of colonialism. The existence of the book and several other works by K.H.A. Rifa’i became an intellectual weapon against and rebelled against colonialism. This pattern of thought, attitude, and behavior of noncooperation is passed on to Jam’iyah Rifa’iyah’s generation until now.]
Program Kontra-Radikalisasi melalui Pena Tasamuh: Penguatan Kader Fatayat NU di Yogyakarta dalam Bidang Literasi Online dan Media Sosial Umi Masruroh
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 6 No. 2 (2021)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v6i2.1187

Abstract

Artikel ini merupakan sebuah penelitian partisipatoris yang dilakukan oleh penulis sebagai salah satu peserta pelatihan penulisan media sosial moderat bagi kader Fatayat NU DIY melalui program Pena Tasamuh kerja sama PW Fatayat NU DI Yogyakarta dengan AFSC. Media sosial dan media literasi online sebagai salah satu alat strategis dalam penyebaran paham radikalisme juga harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mencegah penyebaran paham ini dengan mengcounter penggunakan konten moderat yang berisi narasi perdamaian dan penghormatan terhadap perbedaan. Di sisi lain, kader perempuan organisasi Islam moderat seperti Fatayat NU selama ini belum memaksimalkan media sosial dan literasi online untuk melawan gerakan kelompok radikal tersebut. Mengingat pentingnya gerakan Islam Moderat melalui media sosial dan literasi online ini, Fatayat NU DIY merancang program Pena Tasamuh yang fokus terhadap peningkatan kapasitas kader perempuannya dalam bidang literasi terutama untuk mengkampanyekan Islam yang ramah sebagai upaya pencegahan penyebaran paham radikal dalam masyarakat. Program Pena Tasamuh memberikan pelatihan bagi kader Fatayat NU di 5 Kabupaten Kota (Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, dan Kota Yogyakarta) untuk membuat konten media sosial dan literasi online yang bertujuan untuk mengimbangi maraknya konten media sosial dan literasi online Islam yang didominasi oleh kelompok radikal. Perempuan muda menjadi aktor penting dalam program ini karena peran perempuan dalam sebuah keluarga maupun Vol. 6 Nomor 2, Juli-Desember 2021 164 komunitas sangat besar termasuk dalam konteks penyebaran konten Islam Moderat. Tulisan ini berupaya memaparkan keberhasilan upaya pencegahan radikalisme melalui program Pena Tasamuh berdasarkan pada pengalaman pribadi penulis sebagai peserta dalam program.[This article is a participatory research conducted by the author as one of the participants in training on moderate social media writing for Fatayat NU DIY cadres through the Pena Tasamuh program in collaboration with PW Fatayat NU DI Yogyakarta and AFSC. Social media and online literacy media as one of the strategic tools in the spread of radicalism must also be utilized as well as possible to prevent the spread of this understanding by countering the use of moderate content containing narratives of peace and respect for differences. On the other hand, female cadres of moderate Islamic organizations such as Fatayat NU have so far not maximized social media and online literacy to fight the movement of these radical groups. Given the importance of the Moderate Islamic movement through social media and online literacy, Fatayat NU DIY designed the Pena Tasamuh program that focuses on increasing the capacity of itsfemale cadresin the literacy field, especially to campaign for friendly Islam as an effort to prevent the spread of radicalism in society. The Pena Tasamuh program providestraining for Fatayat NU cadres in 5 City Districts (Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Sleman, and Yogyakarta City) to create social media content and online literacy that aims to balance the rise of social media content and Islamic online literacy which is dominated by by radical groups. Young women are important actors in this program because the role of women in a family or community is very large, including in the context of spreading moderate Islamic content. This paper seeks to describe the success of effortsto prevent radicalism through the Pena Tasamuh program based on the author’s personal experience as a participant in the program.]
Pengaruh Kontestasi Politik Desa terhadap Konflik Ahmadiyah di Gegerung-Lombok Barat Mohamad Baihaqi
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 5, No 1 (2020)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v5i1.1135

Abstract

Penyerangan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Gegerung-Lombok terjadi pada 2005-2006 dan 2010. Pada tahun itu kontestasi pemilihan kepala desa bakal dilaksanakan. Beberapa bulan menjelang pemilihan kepala desa, salah satu tokoh agama kerap menyampaikan ceramah yang bernada provokatif. Belakangan diketahui bahwa tokoh agama tersebut berafiliasi dengan salah satu kontestan calon kepala desa. Penelitian ini mengungkapkan bahwa konflik dan kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah di Gegerung terjadi secara instrumental yang disebabkan oleh adanya kepentingan politik tokoh agama dan salah satu kandidat dalam pemilihan kepala desa setempat. Sekaligus menunjukkan bahwa konflik dan kekerasan terhadap Jemaat Ahmadiyah tidak hanya disebabkan oleh faktor perbedaan keyakinan antara Jemaat Ahmadiyah dan warga Desa Gegerung-Lombok Barat. Bukan pula terjadi semata karena adanya fatwa MUI dan peraturan diskriminatif bupati Lombok Barat. Keduanya tidak berhubungan secara langsung sebagai pemicu konflik dan kekerasan. Konflik dan kekerasan terhadap Ahmadiyah di Desa Gegerung justru terjadi karena adanya campur tangan politisi dan tokoh agama di yang menjadikan perbedaan sebagai komoditas politik.[The attack on the Jemaah Ahmadiyah in Gegerung-Lombok occurred in 2005-2006 and 2010 in conjunction with the contestation for the headman election. A few months before the village headman election, one of the religious leaders often delivered provocative lectures. It was later discovered that this religious figure was affiliated with one of the village head candidate contestants. This research focuses on whether there is a relationship between the political situation in Gegerung Village and the presence of the Jemaah Ahmadiyah? Does this relationship have a correlation with conflict and violence? Using the descriptive analysis method, this research aims to reveal the relationship between the potential situation of Gegerung Village and the existence of the Jemaah Ahmadiyah and its correlation with conflict and violence. The results showed that the conflict and violence against the Jemaah Ahmadiyah in Gegerung occurred instrumentally due to the political interests of religious leaders and one of the candidates in the local village head election. In addition, the researcher also found that the conflict and violence against the Jemaah Ahmadiyah was not only caused by factors of differences in beliefs between the Ahmadiyah congregation and residents of Gegerung Village-West Lombok, nor was it simply due to the MUI fatwa and the discriminatory regulations of the West Lombok Regent. Both are not directly related as triggers of conflict and violence. The conflict and violence against Ahmadiyah in Gegerung Village actually occurred because of the interference of politicians and religious figures who made differences as a political commodity.]
Logika Terbalik sebagai Dilālat al-Naṣṣ mazhab Mutakallimin dan Aḥnāf Ihsanudin Ihsanudin
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v3i2.1203

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah menguraikan titik temu perbedaan pendapat tentang "logika terbalik" atau Mafhūm mukhālafah antara mazhab Mutakallimin (diwakili oleh ulama-ulama' Syafi'i dan Maliki) dan mazhab aḥnāf (diwakili oleh ulama'-ulama Hanafi) dalam kajian uṣul fiqh. Pada dasarnya mazhab aḥnāf dalam pengambilan hukum dari dalālah manṭuq berbeda dengan mazhab mutakallimin. Penelitian ini juga mendeskripsikan jenis-jenis mafhūm mukhālafah beserta contohnya sebagai salah satu dilālat al-naṣṣ. Agar lebih mudah dalam menerapkan mafhūm mukhālafah peneliti mengutip sebagian ayat-ayat al-Qur'an dan al-Hadis sebagai objek kajian. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah corak pengambilan hukum melalui mafhūm mukhālafah memberikan nuansa dinamis untuk fuqaha dalam menentukan hukum dengan syarat dan ketentuan; tidak keluar dari dalālah manṭuq, mempunyai fungsi lain seperti memberikan semangat dan peringatan, tidak termasuk hukum adat masyarakat, independen, tidak menyimpang realitas, dan tidak bertentangan dengan teks naṣṣ lain. Adapun mafhūm mukhālafah dalam uṣul fiqh diantaranya, Mafhūm al-Shifah, Mafhūm al-Syarti, Mafhūm al-Ghāyah, Mafhūm al-‘adad, Mafhūm al-Laqab, dan Mafhūm al-Ḥasr.[This research to discuss the main outline "inverted logical" or mafhūm mukhālafah between schools of theology (mazhab ulama' Syafi'i and Maliki) and schools of though aḥnāf  (mazhab ulama' Hanafi) in a study the principles of jurisprudence (us}ul  fiqh). Its know his approach contrasted with the Hanafi methodology that determined the sources from dalālah manṭuq. Then this study to describe the types mafhūm mukhālafah as one of dilālat al-naṣs. As to simple analysis mafhūm mukhālafah take in the noble and in traditions as the object of study. The result this discuss, the pattern of take the principles of jurisprudence mafhūm mukhālafah give us new dinamic thought to scholars of Islamic law (ulama' fuqaha) in determining the law with the provision of: not out of dalālah manṭuq, has other functions (giving spirit, scare, remember the favor of Allah, etc.), excluding customary law communities, independent, does not deviate reality, and does not conflict with other texts. Study mafhūm mukhālafah in the principles of jurisprudence including; Mafhūm al-Shifah, Mafhūm al-Syarti, Mafhūm al-Ghāyah, Mafhūm al-‘adad, Mafhūm al-Laqab, and Mafhūm al-Ḥasr.]
Peran dan Tantangan FBNG O Humanitarian Internasional di Indonesia Yang Multikultur (Studi atas Muslim Aid dan Catholic Relief Services) Suhadi Suhadi
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 1, No 2 (2016)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v1i2.1063

Abstract

Sampai saat ini masih cukup banyak NGO internasional yang bekerja untuk Indonesia, terutama setelah belakangan ini banyak terjadi bencana alam. Salah satu tipe NGO tersebut adalah NGO yang berdasarkan agama atau faith based NGO (FBNGO). Tulisan ini mengkaji dua FBNGO: Catholic Relief Services (CRS) dan Muslim Aid (MA). Pertanyaan yang diajukan adalah, pertama, bagaimana taxonomi dua FBNGO yang bekerja dalam bidang humanitarian tersebut? Kedua, apa tantangan yang dihadapi oleh CRS dan MA dalam mengimplementasikan program-programnya dalam konteks Indonesia yang multikultur dan bagaimana strateginya untuk mengatasi tantangan itu? Kesimpulannya, baik MA maupun CRS dapat diklasifikasikan dalam taxonomi sintesis humanitarian. Identitas kelembagaan dua institusi tersebut adalah religius cum humanis. Kedua lembaga ini juga memegang kuat prinsip-prinsip dan standar-stadar humanitarian internasional, termasuk dalam berinteraksi dengan para penyintas. Meskipun demikian, tidak berarti CRS dan MA tidak menghadapi tantangan di lapangan, termasuk yang berkaitan dengan identitas agama yang sensitif. Oleh karena itu, dua FBNGO ini terdorong mengembangkan strategi bagaimana mengatasi masalah akibat sensitifitas agama yang kadang-kadang muncul di lapangan.[There are many international NGOs working for Indonesia, especially after the natural disasters have occurred during the last decade. One type of such NGO is faith-based NGO (FBNGO). This paper examines two FBNGOs: Catholic Relief Services (CRS) and Muslim Aid (MA). The questions are how is the taxonomy of the two FBNGOs working for humanitarianism? Then, what are the challenges faced by CRS and MA in implementing their programs in multicultural Indonesia society and how is the strategy to overcome those challenges? In conclusion, both MA and CRS can be classified as the humanitarian synthesis taxonomy. Institutional identity of the two institutions are religious cum humanism. Both institutions also hold strong principles and standards of international humanitarianism including in interacting with the survivors. However, it does not mean CRS and MA do not face challenges in the field, especially those relating to sensitive religious identity. Therefore, these two FBNGO encouraged to develop strategies to overcome problems due to religious sensitivities that sometimes appear in the field.]
Perlawanan Golongan Islam Terhadap Kolonialisme Belanda: Kajian Poskolonialisme Novel Pejuang-Pejuang Kali Pepe Karya Djamil Soeherman Atika Silma Nabila
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol. 6 No. 1 (2021)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v6i1.1215

Abstract

Dalam novel Pejuang-pejuang Kali Pepe (PpKP) karya Djamil Suherman (DS), kelompok pesantren digambarkan melakukan perlawanan terhadap kolonial Belanda dengan memanfaatkan narasi agama Islam. Identitas kolektif digunakan kelompok pesantren untuk membedakan anggota kelompoknya dengan kelompok penjajah sekaligus sebagai upaya mereka untuk mempersatukan anggotanya. Pembacaan novel PpKP melalui studi poskolonialisme dan serangkaian metode kualitatif deskriptif menunjukkan bahwa terdapat relasi biner antara kelompok pesantren (self) dan kelompok penjajah (Other). Hubungan oposisional ini direpresentasikan dengan kelompok pesantren sebagai Timur yang tradisional/spiritual, sedangkan kelompok penjajah adalah modern/material. Dalam hubungan yang demikian, kelompok pesantren melakukan resistensi dengan menggunakan narasi self sebagai korban dan pahlawan. Sebaliknya, Other adalah penjajah yang menjadi musuh bersama. Pengetahuan, kepercayaan, atau doktrin-doktrin agama Islam digunakan kelompok pesantren untuk melawan kolonialisme, sehingga muncul istilah-istilah kafir, sabil, syahid, dll. Lahirnya novel ini tidak terlepas dari intensi pengarang sebagai bagian dari kelompok Islam yang merespons diskriminasi Orde Baru terhadap kelompoknya. DS berharap agar kelompok Islam mendapatkan kesempatan yang lebih baik, khususnya dalam bidang politik. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana identitas agama yang dimanfaatkan kelompok pesantren melawan penjajah dalam novel PpKP.[In the novel Pejuang-pejuang Kali Pepe (PpKP) by Djamil Suherman (DS), the pesantren group is depicted as fighting against the Dutch colonialism by using Islamic religious narratives. Collective identity is used by the pesantren group to distinguish its group members from the colonial group as well as their efforts to unite their members. The reading of the PpKP novel through the study of postcolonialism and a series of descriptive qualitative methods shows that there is a binary relationship between the pesantren group (self) and the colonial group (Other). This oppositional relationship is represented by the pesantren group as the traditional/spiritual East, while the colonial group is modern/material. In such a relationship, the pesantren group performs resistance by using the narrative of self as a victim and a hero. On the other hand, the Other is a colonialist who becomes a common enemy. Islamic religious knowledge, beliefs, or doctrines are used by pesantren groups to fight colonialism, so that the terms kafir, sabil, syahid, etc. appear. The birth of this novel is inseparable from the author's intention as part of an Islamic group that responded to the New Order's discrimination against his group. DS hopes that Islamic groups will get better opportunities, especially in the political field. The purpose of this study is to explain how the religious identity used by the pesantren group against the invaders in the PPKP novel.]
Kontestasi Identitas dalam Pengobatan ala Nabi; Kajian Fenomenologi atas Munculnya Jam’iyah Ruqyah Aswaja Rofik Maftuh
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v4i1.1078

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang fenomena persaingan antar komunitas ruqyah di Kabupaten Kebumen hususnya, pasca munculnya Jam’iyah Ruqyah Aswaja yang telah menyatakan afiliasi dengan Jam’iyah Nahdlatul Ulama. Penulis melihat ada motif-motif lain selain dakwah dan pengobatan, seperti motif ekonomi dan persaingan komunitas muslim. Telah diketahui sebelumnya bahwa ruqyah syar’iyah cenderung pada ideologi salafi, sehingga Jam’iyah Ruqyah Aswaja sebagai langkah untuk mengcounter merebaknya ruqyah syar’iyah yang secara ideologi berbeda dengan kebanyakan umat muslim di Indonesia dan hususnya di Kebumen. Terdapat tiga komunitas yang ambil bagian dalam persaingan ini, yaitu Jam’iyah Ruqyah Aswaja (JRA), Komunitas Ruqyah Kebumen (KRK) yang secara ideologi berafiliasi pada salafi dan sempalan dari Komunitas Ruqyah Kebumen. Untuk melihat hal itu, penulis mencoba menggali data dengan cara observasi dan mengumpulkan buku-buku panduan ruqyah. Selain fenomena persaingan, tulisan ini juga melihat pola transformasi ruqyah dari segi hermeneutis dan performatifnya.[This paper examines the phenomenon of competition between ruqyah communities in the Kebumen Regency, particularly after the emergence of Jam'iyah Ruqyah Aswaja, which has declared affiliation with Jam'iyah Nahdlatul Ulama. The author sees other motives besides preaching and healing, such as economic motives and Muslim community competition. It has been known before that ruqyah shariah tends to a Salafi ideology, so Jam'iyah Ruqyah Aswaja is a step to counter the spread of ruqyah Syariah is ideologically different from most Muslims in Indonesia and especially in Kebumen. Three communities took part in this competition: Jam'iyah Ruqyah Aswaja (JRA), Ruqyah Kebumen Community (KRK) which is ideologically affiliated with Salafis and a splinter from the Ruqyah Kebumen Community. To see this, the writer tries to dig up the data through observation and collect ruqyah guidebooks. Apart from the competition phenomenon, this paper also looks at the transformation pattern of the ruqyah from a hermeneutical and performative perspective.]
Trafficking dalam Pandangan Hukum Pidana Islam Ahmad Fatah
Jurnal Kajian Islam Interdisipliner Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta, Indonesia.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/jkii.v1i1.1058

Abstract

Kajian ini bertujuan untuk memahami humantrafficking dalam pandangan pidana Islam. Kajian ini adalah penelitian kepustakaan (literaturereview) sehingga sumber-sumber yang digunakan adalah data kepustakaan baik primer maupun sekunder yaitu buku dan hasil penelitian yang relevan dengan tema. Hasil penelitian ini adalah, pertama, dalam wacana Islam klasik, trafficking dikenal dengan istilah bai` al-bigha` yang secara tekstual berarti jual beli pelacur. Kedua, dalam literatur hukum Islam, trafficking bisa diqiyaskan dengan perbudakan meskipun dalam praktiknya hal itu lebih kompleks sehingga bisa dikatakan bahwa trafficking adalah model perbudakan era modern.Ketiga, dalam kajian fikih jinayah, trafficking dapat dianalogikan dengan tindakan perkosaan dan perampasan(hirabah). Alhasil, pada prinsipnya Islam melarang segala bentuk eksploitasi termasuk eksploitasi dan perdagangan perempuan. Hukum trafficking dalam fikih jelas dilarang, diharamkan dan pelakunya menjadi musuh Allah SWT. Karena permasalahan trafficking dipengaruhi oleh multifactor yang saling berkait, maka untuk penanganannya juga perlu dilakukan dengan multi pendekatan mulai dari pendekatan agama, sosial, budaya, hukum, hingga ekonomi.[The purpose this study is to understand human trafficking in Islamic perspective, especially in criminal law. This is a literature study so the references islibrary sources both primary and secondary sources. The main findingsof this study are: first, historically human trafficking terminology is bai` al- bigha`,that means whore. Second, in the literature of Islamic law, human trafficking is a kind of slavery, although that is more complex. Third, human trafficking is seen as hirabah (sezing and rape). So, principally Islam does not allow some exploitation, especially human and woman exploitation. There are many factors of human trafficking took place so we needs an interrelatedapproach and strategy to solve it including religious, socio-cultural, law, and economy approaches.]