cover
Contact Name
Prof. Widiatmaka
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jtl_soilipb@yahoo.com
Editorial Address
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti Wing 12 Lt 4, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (Journal of Soil Science and Environment)
ISSN : 14107333     EISSN : 25492853     DOI : -
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan merupakan media yang menyajikan artikel mengenai hasil penelitian dan telaah perkembangan mutakhir dalam bidang ilmu tanah, air, dan ilmu lingkungan sebagai bahan kajian utama.
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan" : 8 Documents clear
Pola Perubahan Penggunaan Lahan dan Neraca Pangan di Kabupaten Karawang: Land Use Change Pattern and the Balance of Food Production in Karawang District Alwan Rafiuddin; Widiatmaka Widiatmaka; Khursatul Munibah
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.841 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.15-20

Abstract

Karawang Regency is one of the rice production centers in West Java. However, the dynamics of land use and land cover changes in the region are estimated to be high because of its proximity to the nation’s capital. These dynamics have led to changes in rice production. This research was conducted to study the patterns of land use and land cover change over the period of 2000-2013 and its relation to the balance of food production. Changes in land use and land cover were identified by the use of Landsat TM imagery of 2000, 2003, 2007, 2010 and 2013. The production and productivity of rice were obtained from the statistical data of Karawang Regency, 2001-2014. The results showed that in the period between 2000 and 2013, paddy fields identified from imagery were decreased from 116,268 ha in 2000 to become 103,866 ha in 2013. The most extensive changes in land use and land cover were the changes from the rice to the settlements. The most dominant area of the increased settlement comes from the paddy fields and dryland agriculture. The average decrease of paddy fields during 2000-2013 was 0.93% per year. This has resulted in a decrease in the contributions of Karawang to export rice for surrounding regions by 5% during the last 13 years. Keywords: Balance of food production, paddy fields, the pattern of land-use change
Kecukupan Hara Fosfor pada Pertumbuhan dan Produksi Kedelai dengan Budidaya Jenuh Air di Tanah Mineral dan Bergambut: Phosporus Sufficiency for Growth and Production of Soybean under Saturated Soil Culture in Mineral and Peaty Soils Bachtiar Bachtiar; Munif Ghulamahdi; Maya Melati; Dwi Guntoro; Atang Sutandi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.752 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.21-27

Abstract

Tujuan penelitian adalah menentukan dosis dan pemberian pupuk P pada varietas kedelai di tanah bergambut dan mineral dengan budidaya jenuh air di lahan pasang surut. Penelitian ini dilaksanakan di tanah bergambut dan mineral lahan pasang surut tipe B dan C di Kecamatan Tanjung Lago Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan dari April hingga Agustus 2014. Penelitian menggunakan rancangan petak-petak terpisah. Petak utama adalah varietas (Willis dan Tanggamus), anak petak adalah waktu aplikasi (0, 0 dan 4 MST), dan anak-anak petak adalah dosis pupuk (0, 36, 72, 108 kg P2O5 ha-1). Hasil percobaan menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di tanah mineral bergambut lebih rendah daripada di tanah mineral. Di tanah mineral bergambut waktu aplikasi fosfor pada 0 dan 4 MST lebih meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas, sedangkan waktu aplikasi fosfor di tanah mineral lebih baik pada umur pada 0 dan 4 MST. Dosis pupuk 108 kg P2O5 ha-1 meningkatkan produktivitas tanaman kedelai di tanah mineral bergambut sedangkan dosis 72 kg P2O5 ha-1 lebih baik untuk tanah mineral. Pada tanah mineral bergambut, interaksi (Tanggamus, waktu aplikasi 0 dan 4 MST serta dosis 72 kg P2O5 ha-1), menghasilkan produktivitas tanaman kedelai tertinggi (2.83 ton ha-1). Sementara itu interaksi (Tanggamus, waktu aplikasi 0 dan 4 MST serta dosis 72 kg P2O5 ha-1) menghasilkan produktivitas tanaman kedelai tertinggi 3.8 ton ha-1 di tanah mineral dengan teknik budidaya jenuh air di lahan pasang surut. Kata kunci : Dosis pupuk, Glycine max (L) Merr., fosfor, kemasaman tanah, varietas
REGRESI LOGISTIK BINER DAN RASIONAL UNTUK ANALISIS BAHAYA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN CIANJUR Reni Kusumo Tejo; Dwi Putro Tejo Baskoro; Baba Barus
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (803.302 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.35-41

Abstract

Sepanjang tahun 2002-2007 Cianjur telah mengalami 33 kali kejadian longsor. Tujuan penelitian ini adalah: (i) mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap bahaya tanah longsor di Kabupaten Cianjur, dan (ii) menganalisis bahaya tanah longsor di Kabupaten Cianjur. Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor yang paling berpengaruh terhadap bahaya longsor di Kabupaten Cianjur adalah analisis regresi logistik biner dan analisis rasional. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik biner dan rasional, curah hujan merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya longsor di daerah penelitian. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien parameter curah hujan yang tertinggi pada ketiga persamaan (0.542 pada hasil menggunakan SPSS, 0.920 pada hasil menggunakan Idrisi, dan 0.29 pada hasil analisis rasional). Kejadian longsor dipengaruhi terutama oleh kelas curah hujan yang tinggi. Ketiga peta bahaya longsor menghasilkan lokasi-lokasi untuk kelas bahaya sedang sampai tinggi. Pada peta bahaya longsor hasil regresi logistik biner menggunakan SPSS, kelas bahaya sedang sampai tinggi terdapat di bagian barat laut dan tenggara Cianjur. Pada peta hasil analisis menggunakan Idrisi, kelas tersebut di bagian tengah dan bagian utara Kabupaten Cianjur. Peta bahaya longsor hasil rasional, kelas bahaya longsor sedang dominan dan menyebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Cianjur. Peta bahaya longsor hasil regresi logistik biner menggunakan Idrisi lebih baik dibandingkan dua peta bahaya lainnya, karena mempunyai nilai koefisien determinan terbesar yaitu 0.980. Kata kunci: Regresi logistik biner, bahaya, tanah longsor, rasional
Acacia auriculiformis dan Eragrostis chariis: Vegetasi Potensial dari Lahan Bekas Tambang Timah Pulau Bangka Sebagai Fitoremediator Pb dan Sn: Acacia auriculiformis and Eragrostis chariis: Potential Vegetations from Tin-Mined Lands in Bangka Island as Pb and Sn Phytoremediator Eka Sari; Giyanto Giyanto; Untung Sudadi
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (528.849 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.1-7

Abstract

Lead (Pb) and Tin (Sn) are heavy metals most commonly found in tin-mined lands, Bangka Island. Heavy metal contaminated soil can be remediated by applying phytoremediation technology. This research was aimed to analyze vegetation composition and structure in tin-mined lands, to evaluate Pb and Sn accumulation in soils and tissues of the dominant vegetations, and to determine potential vegetations to be utilized as Pb and Sn phytoremediator. The observation was conducted at reclaimed tin-mined lands (LBTR), unreclaimed tin-mined lands (LBTB), and secondary forest lands as the control. Dominant vegetation was determined by the species-area curve and vegetation analysis using the Square method. Accumulation of Pb and Sn in soil and tissue of the dominant vegetation were respectively determined using Morgan extractant and toxicity characteristic leaching procedure (TCLP). The results showed that soil-Sn was undetected. The total soil-Pb in LBTR and LBTB exceeded its quality standard. The highest level of total soil-Pb was found in LBTR. The content of tissue-Pb and -Sn in the dominant vegetation did not exceed them each normal limits. Acacia auriculiformis in secondary forest and Eragrostis chariis in LBTB were found potential to be utilized as Pb and Sn phytoremediator. Keywords: Acacia auriculiformis, Eragrostis chariis, Pb, phytoremediator, Sn
Best Management Practice untuk Menurunkan Debit Aliran dan Hasil Sedimen DAS Ciujung Menggunakan Model SWAT: Best Management Practice to Reduce Flow Discharge and Sediment Yield in Ciujung Watershed Using SWAT Model Dede Sulaeman; Yayat Hidayat; Latief Mahir Rachman; Suria Darma Tarigan
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.996 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.8-14

Abstract

Ciujung Watershed is the biggest and considered one of the major watersheds in Banten Province related to floods that take place almost every year in the area. The study aimed to review the SWAT (Soil and Water Assessment Tool) Model performance in predicting flow discharge and sediment yield to determine the best management practice to reduce those parameters in Ciujung Watershed. There were some steps in running SWAT model, including: (1) delineate watershed; (2) create Hydrology Response Unit (HRU); (3) HRU definition; (4) climate data input; (5) write SWAT input files; (6) run SWAT model; (7) calibration and validation; and (8) hydrological parameters simulation. The study showed that the model had a good performance in predicting flow discharge with R2 and NSE values in the calibration process of 0.83 and 0.65 respectively. Meanwhile, the model resulted in not a satisfying performance in predicting sediment yield with R2 value of 0.55 and NSE value of -193.62. The validation process in predicting flow discharge produced R2 and NSE values of 0.78 and 0.63 respectively. Land management practices used in this study are reforestation, land degradation rehabilitation, soil and water conservation practice with vegetative and mechanical methods, and all land management practice implementation. The last scenario is the best management practice that can be implemented in Ciujung watershed to maintain watershed conditions. The scenario produced the best river regime coefficient by 65 (moderate), reduced direct runoff and sediment yield by 46% and 95% respectively, and increased lateral and return flow by 32% and 80% respectively. Keywords: Best management practice, flow discharge, hydrological parameters, sediment yield, SWAT model
Analisis Risiko Gempabumi di Cilacap Provinsi Jawa Tengah: Earthquake Risk Analysis in Cilacap, Central Java Province Muhaimin Muhaimin; Boedi Tjahjono; Darmawan Darmawan
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (907.905 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.28-34

Abstract

Gempabumi merupakan kejadian yang datangnya secara tiba-tiba. Hingga kini kejadian gempa bumi tersebut masih belum dapat diprediksi kedatangannya. Wilayah yang berdekatan dengan jalur subduksi pada umumnya merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana gempabumi, seperti Kabupaten Cilacap yang berada di pesisir selatan Pulau Jawa. Gempabumi Tasikmalaya yang terjadi tanggal 2 September 2009, dengan magnitudo M 7.3 terbukti telah berdampak besar terhadap wilayah Kabupaten Cilacap. Hal ini yang membuat perlunya penelitian risiko gempabumi di wilayah Cilacap. Studi bahaya gempabumi dan kerentanan akan sangat mendukung untuk penilaian risiko maupun program mitigasi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis dan pemetaan bahaya, kerentanan, dan risiko gempabumi di kota Cilacap. Metode untuk analisis bahaya gempabumi menggunakan nilai percepatan tanah maksimum di permukaan (PGAM) dari hasil metode probabilistik. Untuk kerentanan gempabumi ditentukan berdasarkan jenis penggunaan lahan. Adapun untuk perhitungan risiko bencana gempabumi digunakan persamaan R = H × V. Berdasarkan hasil analisis bahaya, didapatkan bahwa seluruh Kota Cilacap tergolong ke dalam kelas bahaya sedang dengan nilai PGAM bervariasi dari 0.405 – 0.494 gal. Berdasarkan hasil analisis kerentanan, diperoleh bahwa kerentanan tinggi terdapat di penggunaan lahan permukiman yang meliputi Desa-desa Tambakreja, Sidanegara, Donan, Tritih Kulon bagian selatan, Cilacap, Mertasinga, dan Kamulyan. Adapun hasil analisis risiko menunjukkan bahwa kelas risiko tinggi di daerah penelitian meliputi area seluas 3,237.40 ha yang terdapat di Desa-desa Lomanis, Tambakreja, Tritih Kulon, Sidanegara, Donan, Mertasinga, dan Cilacap, sehingga di desa-desa tersebut perlu mendapat perhatian dan prioritas untuk program mitigasi bencana ke depan. Kata kunci: Kota Cilacap, risiko gempabumi, percepatan tanah maksimum di permukaan, metode probabilistik
Comparison of Three Models for Predicting The Spatial Distribution of Soil Organic Carbon in Boalemo Regency, Sulawesi: Comparison of Three Models for Predicting The Spatial Distribution of Soil Organic Carbon in Boalemo Regency, Sulawesi Eloise Mason; Yiyi Sulaeman
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1119.349 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.42-48

Abstract

Information on the spatial distribution of soil organic carbon content is required for sustainable land management. But, creating this map is time-consuming and costly. Digital soil mapping methodology makes use of legacy soil data to create provisional soil organic carbon map. This map helps soil surveyors in allocating the next soil observation. This study aimed: (i) to develop predictive statistical soil organic carbon models for Sulawesi, and (ii) to evaluate the best model between the three obtained models. Boalemo Regency in Gorontalo Province (Sulawesi) was selected as a studying area due to abundant legacy soil data. The study covered dataset preparation, model development, and model comparison. Dataset of soil organic carbon at 6 different depths as the target was established from 176 soil profiles and 7 terrain parameters were selected as predictors. Soil-landscape models for each soil depth were created using a regression tree, conditional inference tree, and multiple linear regression techniques. The result showed that model performance differed among 3 modeling techniques and soil depths. The tree models were better than the multiple linear regression model as they have the lowest RMSE index. The best model in the mountainous area seems to be the regression tree model, whereas in the plains it may be the conditional inference tree. In creating the provisional map, several models should be developed and the median of the predicted value is used as a provisional map. Keywords: Digital soil mapping, multiple linear regression, regression tree, soil-landscape model, soil organic carbon map
Studi Peran Subsektor Perikanan dalam Pengembangan Wilayah di Kota Sibolga: Study of Fisheries Subsector in Supporting Regional Development in Sibolga Muhammad Aspan Panggabean
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
Publisher : Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (631.006 KB) | DOI: 10.29244/jitl.18.1.49-55

Abstract

Subsektor perikanan diharapkan bisa menjadi sektor strategis bagi pengembangan wilayah Kota Sibolga di masa depan, karena sektor ini merupakan sumber daya fundamental dan termasuk sumberdaya terbarukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi pengembangan subsektor perikanan di Sibolga, (2) menganalisis keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkages) dari ekonomi subsektor perikanan di Sibolga, (3) menggali persepsi pemangku kepentingan tentang pengembangan subsektor perikanan di Sibolga, dan (4) merumuskan arah prioritas pengembangan subsektor perikanan di Sibolga. Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, Hierarcy Analytical Process (AHP), dan Input-Output (I-O). Hasilnya menunjukkan bahwa subsektor perikanan menyumbang produk domestik regional bruto tertinggi hingga 22.86% dan memberikan kontribusi terhadap total output hingga 17.70%. Perikanan di Sibolga masih memiliki potensi untuk dieksplorasi mencapai 123.63 ribu ton di zona WPP-572, belum termasuk eksploitasi di luar zona ekonomi eksklusif. Keramba Jaring Apung (KJA) masih memiliki ruang seluas 1,276.97 ha untuk dimanfaatkan, terletak di Kecamatan Sibolga Utara dan Kota Sibolga. Subsektor perikanan secara total masih memiliki keterkaitan ke belakang dan ke depan (backward and forward linkages) yang kecil. Rendahnya hubungan subsektor perikanan memberikan dampak yang rendah terhadap peningkatan output sektor lain baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sektor lainnya. Persepsi pemangku kepentingan mengatakan bahwa sumber daya manusia dari kegiatan penangkapan ikan merupakan prioritas utama dalam pengembangan subsektor perikanan, namun dari analisis sumber daya manusia, perikanan budidaya harus menjadi prioritas pengembangan di subsektor perikanan di Sibolga. Kata kunci: Subsektor perikanan, keterkaitan, pembangunan daerah, Sibolga

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2016 2016


Filter By Issues
All Issue Vol 25 No 1 (2023): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 24 No 2 (2022): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 24 No 1 (2022): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 23 No 2 (2021): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 23 No 1 (2021): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 2 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 22 No 1 (2020): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 2 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 21 No 1 (2019): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 11 No 2 (2009): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 11 No 1 (2009): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 2 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 20 No 1 (2018): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 19 No 2 (2017): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 19 No 1 (2017): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 18 No 1 (2016): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 2 (2015): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 17 No 1 (2015): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 2 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 16 No 1 (2014): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 2 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 15 No 1 (2013): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 2 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 14 No 1 (2012): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 2 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 13 No 1 (2011): Jurnal Tanah dan Lingkungan Vol 12 No 2 (2010): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 12 No 1 (2010): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 10 No 2 (2008): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 10 No 1 (2008): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 9 No 2 (2007): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 9 No 1 (2007): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7 No 2 (2005): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 7 No 1 (2005): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 No 2 (2004): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6 No 1 (2004): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 5 No 1 (2003): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 3 No 2 (2000): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 2 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 2 No 1 (1999): Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan More Issue