cover
Contact Name
Robby Irsan
Contact Email
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Phone
+6282149492595
Journal Mail Official
robbyirsan@teknik.untan.ac.id
Editorial Address
Jl. Prof. Dr. H Jl. Profesor Dokter H. Hadari Nawawi, Bansir Laut, Kec. Pontianak Tenggara, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124
Location
Kota pontianak,
Kalimantan barat
INDONESIA
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah
ISSN : -     EISSN : 26222884     DOI : https://doi.org/10.26418/jtllb
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah (ISSN: 2622-2884) is a scientific journal published by Environmental Engineering Study Program, Faculty of Engineering, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Indonesia. The journal was purposed as a medium for disseminating research results in the form of full research article, short communication, and review article on aspects of environmental sciences. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah is registered on the ISSN starting from Vol. 6, No. 2, July 2018. Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah accepts articles in Bahasa Indonesia or English by covering several topics of environmental studies including clean water supply, wastewater distribution, and treatment, drainage and treatment of liquid waste, solid waste treatment (solid waste), air pollution control, management of industrial and B3 discharges, environmental management (impact analysis), environmental conservation, water and soil pollution control, environmental health and sanitation, occupational safety and health, pollution control in wetlands. Since 2023, The journal periodically publishes four issues in a year in January, April, July, and October.
Articles 26 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017" : 26 Documents clear
STUDI ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI NURUL HUDA DI KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA Ruri Nurizki
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.525 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18273

Abstract

ABSTRAK yang bersifat komunal agar limbah domestik yang dihasilkan masyarakat tidak langsung dibuang ke Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan terjadinya perubahan tata guna lahan disebagian besar kawasan perkotaan dikarenakan kebutuhan akan pemukiman yang juga semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, akan terjadi peningkatan jumlah limbah domestik yang dihasilkan dan di buang kebadan perairan, khususnya sungai. Hal ini akan berdampak buruk bagi kualitas air sungai yang juga merupakan sumber baku air bersih masyarakat setempat dikarenakan air limbah tersebut dibuang tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu. Sungai Nurul Huda merupakan salah satu sungai yang terletak di kawasan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya yang menjadi sumber air utama bagi masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Skripsi ini bertujan untuk mengetahui kondisi kualitas, besar beban pencemar dan perkiraan potensi beban pencemar untuk 20 tahun ke depan serta pengendalian terhadap beban pencemar air Sungai Nurul Huda.. Tahapan penelitian  ini berupa pengumpulan data primer yaitu dimensi saluran (lebar dan kedalaman), luas penampang basah, kecepatan aliran, debit, pengambilan sampel, perhitungan beban pencemar untuk proyeksi 20 tahun dan analisis pengendalian beban pencemar. Pengambilan sampel kualitas air menggunakaan metode grab sample saat surut terendah yaitu pada Tanggal 4 Maret  2015 pukul 23.00 WIB dan saat pasang tertinggi pada Tanggal 5 Maret 2015 pukul 07.00 WIB dengan parameter yang diuji yaitu BOD, COD, fospat, nitrat, kekeruhan, suhu dan pH. Berdasarkan hasil pengujian indeks pencemar, kondisi kualitas air Sungai Nurul Huda pada kondisi pasang secara umum tercemar ringan untuk baku mutu kualitas air kelas I, II, dan III (PP No.82 Th 2001). Sementara untuk baku mutu kelas IV masih memenuhi baku mutu air. Pada kondisi surut, air Sungai Nurul Huda tercemar ringan untuk baku mutu kelas I. Sementara untuk kelas II, III, dan IV masih memenuhi baku mutu. Besarnya beban pencemar yang masuk ke Sungai Nurul Huda pada saat pasang untuk 4 parameter pencemar masing-masing sebesar BOD 659,24 kg/hr mg/l, COD 4118,90 kg/hr, fospat 8,43 kg/hr, dan nitrat 86,89 kg/hr. Sedangkan untuk kondisi surut besar beban pencemar yang masuk adalah BOD 189,04 kg/hr, COD 841,75 kg/hr, fospat 4,64 kg/hr, dan nitrat 204,35 kg/hr. Besarnya potensi beban pencemaran yang akan masuk ke Sungai Nurul Huda untuk 20 tahun yang akan datang adalah sebesar BOD 4,94 kg/hr, COD 141,69 kg/hr, posfat 2,11 kg/hr, nitrat 10, kg/hr. Berdasarkan hasil tersebut, pengendalian terhadap kualitas air sungai dapat dilakukan dengan tidak membuang sampah di sungai, melakukan penghijauan di sekitar sungai untuk menjaga kondisi kualitas air serta sosialisasi oleh pemerintah kepada masyarakat untuk mengurangi dampak yang akan ditimbulkan olehakitivitas masyarakat, dan selanjutnya dapat membangun IPAL baik itu yang bersifat individu maupun badan air, dan dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Kata kunci : Sungai Nurul Huda, Indeks Pencemaran, Beban Pencemar, PBPD
EVALUASI WADAH TEMPAT PEMBUANGAN SEMENTARA (TPS) BERDASARKAN KONSEP PERILAKU MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUNGAI JAWI DALAM) Faisal Engineering
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.288 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.19648

Abstract

ABSTRAK Tempat Pembuangan Sementara (TPS) adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendaur ulang, pengelolaan, dan /atau tempat pengelolaan sampah terpadu. Di lokasi TPS inilah kita dapat melihat perilaku masyarakat dalam membuang sampah dimana perilaku tersebut tentu akan berdampak pada kondisi lingkungan TPS. Penelitian ini dilakukan pada masyarakat dan TPS yang berlokasi di Kelurahan Sungai Jawi Dalam, Kecamatan Pontianak Barat karena TPS dilokasi tersebut kondisi fisik wadah dan lingkungan disekitarnya terlihat kurang baik dan posisi TPS tersebut terletak di tepi jalan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana perilaku masyarakat dalam membuang sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kelurahan Sungai Jawi Dalam dan mengevaluasi TPS untuk memperoleh wadah TPS yang ideal sesuai dengan konsep perilaku masyarakat dalam membuang sampah dan SNI 19-2454- 2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan bagian pewadahan sampah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif untuk mendeskripsikan analisis perilaku masyarakat dalam membuang sampah di TPS dan mendeskripsikan hasil evaluasi pewadahan TPS di Kelurahan Sungai Jawi Dalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat di Kelurahan Sungai Jawi Dalam sebesar 74,5% cenderung tidak melakukan pemilahan sampah dan sebesar 93% perilaku masyarakat membuang sampah dengan cara turun dari kendaraan dan memasukkan sampah tepat ke dalam wadah TPS. Sedangkan untuk evaluasi terhadap wadah TPS diperoleh hasil bahwa wadah TPS yang ideal adalah wadah TPS yang tidak mudah rusak, memiliki tutup, kedap air, berbahan fiberglass atau logam besi, memiliki landasan dasar yang massive, dilengkapi saluran drainase, dan disediakan sesuai dengan jenis sampah yaitu TPS untuk sampah organik dan anorganik dengan disertai warna dan keterangan.   Kata kunci : evaluasi wadah tps, perilaku masyarakat, tempat pembuangan sementara
INSIDENSI PENYAKIT DIARE BERDASARKAN KEPADATAN BAKTERI COLIFORM DI SUNGAI JAWI, KOTA PONTIANAK Liza Syafitri; Rahmawati Rahmawati; Laili Fitria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.091 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18538

Abstract

ABSTRAKSungai Jawi menjadi saluran primer yang digunakan oleh masyarakat setempat dan muara saluran sekunder dari kawasan perumahan. Bakteri coliform biasa dijadikan indikator keberadaan bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit water borne disease yaitu diare. Hal tersebut menjadi dasar tujuan penelitian ini untuk mengetahui kepadatan bakteri coliform di saluran Sungai Jawi dan hubungannya terhadap parameter suhu, pH, DO dan BOD serta insidensi penyakit diare di Sungai Jawi. Titik pengambilan sampel dilakukan di hulu, tengah dan hilir Sungai Jawi saat kondisi pasang-surut Sungai Kapuas pada bulan September 2016 jam 09.40 WIB (saat surut) dan jam 15.40 (saat pasang). Analisis hubungan kepadatan bakteri coliformterhadapparameter suhu, pH, DO dan BOD serta insidensi diare menggunakan uji korelasi Pearson Product Momentsementara analisis hubungan masyarakat yang menggunakan air Sungai Jawi terhadap insidensi diare menggunakan uji Chi-Square. Hasil analisis kualitas air menunjukkan bahwa kepadatan bakteri coliform meningkat dari titik hulu menuju titik hilir dengan nilai 150-1.500 MPN/100 ml saat pasang dan 930-11.000 MPN/100 ml saat surut. Analisis uji korelasi Pearson Product Moment menunjukkan adanya hubungan positif (berbanding lurus) parameter pH dan BOD serta hubungan negatif (berbanding terbalik) parameter suhu dan DO terhadap kepadatan bakteri coliform. Hasil uji korelasi juga menunjukkan adanya hubungan antara kepadatan bakteri coliform terhadap insidensi diare, dengan nilai koefisien korelasi -0,649 (pasang) dan -0,695 (saat surut). Sementara hasil analisis uji Chi-Square(df=1;a=5%) menunjukkan adanya hubungan antara masyarakat pengguna air Sungai Jawi dan insidensi diare. Jadi, dapat disimpulkan air Sungai Jawi berpotensi sebagai faktor terjadinya diare di Sungai Jawi. Kata Kunci :Diare, Coliform, Sungai Jawi, Pontianak
PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA SEBAGAI KOAGULAN UNTUK MENURUNKAN KADAR BOD DAN TSS LIMBAH CAIR RUMAH MAKAN Ida Lafiyah
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.632 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.23888

Abstract

ABSTRAKLimbah cair yang dihasilkan oleh aktivitas rumah makan mengandung senyawa organik berupa karbohidrat, protein, lemak dan minyak yang apabila masuk ke badan air dapat menyebabkan pencemaran. Pengolahan koagulasi-flokulasi menggunakan koagulan kimia masih menghasilkan endapan mengandung unsure kimia, maka dari itu pemanfaatan koagulan alami seperti biji asam jawa digunakan untuk pengolahan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi penggunaan biji asam jawa sebagai koagulan untuk menurunkan kadar BOD dan TSS pada limbah cair rumah makan. Berdasarkan hasil uji pendahuluan, konsentrasi BOD sebesar 2234 mg/L dan TSS sebesar 1430 mg/L. Nilai tersebut masih berada diatas standar baku mutu berdasarkan Permen LH No 5 Tahun 2014 yaitu konsentrasi BOD sebesar 100 mg/L dan TSS sebesar 100 mg/L. Variabel penelitian yang digunakan adalah pemberian dosis koagulan biji asam jawa dengan variasi dosis 3 gram/L, 4 gram/L, 5 gram/L, 6 gram/L dan 7 gram/L, dengan kecepatan pengadukan lambat sebesar 100 rpm selama 1 menit dan kecepatan pengadukan lambat sebesar 40 rpm selama 3 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara dosis koagulan dan kecepatan pengadukan terhadap efisiensi penurunan parameter BOD sebesar 90,97 % dari 2.234 mg/L menjadi 201,8 mg/L dan parameter TSS sebesar 95,18 % dari 1430 mg/L menjadi 68,88 mg/L. Efektivitas pengolahan belum sesuai yang diharapkan karena hasil yang diperoleh masih melewati baku mutu, untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan penambahan pengolahan lain yang dapat mendukung penurunan pararameter BOD dan TSS agar hasil yang di dapat melewati baku mutu Permen LH No 5 Tahun 2014. Kata kunci : Koagulan, biji asam jawa (Tamarindus indica), koagulasi-flokulasi
ANALISIS DAN IDENTIFIKASI STATUS MUTU AIR TANAH DI KOTA SINGKAWANG STUDI KASUS KECAMATAN SINGKAWANG UTARA Asmi Nur Aisyah
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (971.708 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18404

Abstract

ABSTRAK Keberadaan air baku sebagai sumber air bersih memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat di suatu daerah.Air baku yang dapat dijadikan sebagai sumber air bersih adalah air permukaan, air hujan maupun air tanah. Singkawang Utara merupkan salah satu wilayah yang masyarakatnya masih memanfaatkan air tanah sebagai air baku. Hasil pengamatan secara organoleptik yang pernah dilakukan pada Februari 2016 lalu terhadap kualitas air tanah yang digunakan oleh masyarakat setempat secara fisik terlihat berwarna kuning kecokelatan, berbau dan menyebabkan kulit menjadi kering bahkan alergi. Berdasarkan hal tersebut, peneliti mencoba mengkaji kualitas air sumur dangkal di Kecamatan Singkawang Utara. Tujuan dari penelitian adalah menganalisis kualitas air tanah dangkal secara fisika, kimia, dan mikrobiologi berdasarkan Baku Mutu Air Kelas I dari Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 dan menetukan status mutu kualitas air sumur dangkal dengan menggunakan Metode Storet. Lokasi penelitian dilakukan di 7 titik di Kecamatan Singkawang Utara, masing-masing titik mewakili kawasan administratif (kelurahan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis pengujian sampel air tanah dangkal di Wilayah Singkawang Utara yang melebihi baku mutu adalah parameter Fisika yaitu TDS dengan nilai tertinggi 1530 mg/L pada titik 2 disebabkan karena kondisi sumur yang terletak diantara dua (2) buah cubluk dengan jarak 4 m dan 6 m serta selokan yang berjarak 4 m. Parameter Kimia yaitu Besi (Fe) dengan nilai tertinggi 4,0 mg/L pada titik 6, Mangan (Mn) dengan nilai 2,3 mg/L pada titik 7, keberadaan unsur dari parameter tersebut disebabkan karena adanya pengaruh dari kondisi tanah yang terdapat di Wilayah Singkawang Utara, Nitrat (NO3) dengan nilai 75,3 pada titik 7 disebabkan karena jarak antara sumur dengan cubluk yang relatif dekat yaitu 8,5 m dan adanya ativitas dari peternakan kambing dengan jarak 4 m. Parameter biologi yaitu Total Coliform dengan nilai MPN 1100 pada titik 1, 2, 6 dan 7 karena kondisi sumur pada titik 1, 2, 6 dan 7 berdasarkan konstruksi tidak dilengkapi dengan penutup sumur, kondisi jarak terhadap cubluk yang relatif dekat yaitu berjarak ≤ 10 m, adanya sumber pencemar lain berupa tumpukan sampah, selokan, dan kadang ternak. Identifikasi status mutu air tanah di Wilayah Singkawang Utara termasuk dalam Kelas B (cemar ringan) dengan skor -7,9. Faktor yang mempengaruhi pencemaran tersebut berasal dari faktor alami maupun non alami. Faktor alami berasal dari kondisi geologi wilayah setempat, sedangkan faktor non alami berasal dari aktivitas yang terdapat di sekitar sumur. Kata Kunci: Kualitas Air Tanah Dangkal, Metode Storet, Singkawang Utara
PEMETAAN KEBISINGAN PADA KAWASAN PENDIDIKAN AKIBAT TRANSPORTASI DI AREA ZOSS (ZONA SELAMAT SEKOLAH) DI KOTA PONTIANAK Ade Supriyatno
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1010.692 KB) | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.21200

Abstract

ABSTRAKPenelitian ini dilaksanakan pada kawasan sekolah kota Pontianak yaitu SDN 17, TK Pertiwi dan SMPN 9 kota Pontianak yang memiliki ZoSS (Zona Selamat Sekolah) yang dibangun pada tahun 2015. Berdasarkan Pada pasal 31 Perda No 2 Tahun 2013 tentang RTRW 2013-2033 di sebutkan bahwa kawasan peruntukan pelayanan umum yaitu kawasan pendidikan seharusnya berada di jalan Ampera di kelurahan Sungai Jawi kecamatan Pontianak kota. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan yang terjadi di lokasi sesungguhnya, dimana lokasi sekolah yang masih berada di kawasan yang bukan di peruntukan khusus untuk sekolah. SDN 17 berlokasi di Jalan Putri Candramidi kota pontianak, TK Pertiwi berlokasi di jalan K.H A. Dahlan, dan SMPN 9 berlokasi di jalan Pengeran Natakusuma dimana ketiga jalan termasuk daerah yang cukup padat transportasinya di kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kebisingan, memetakan sebaran tingkat kebisingan, dan membuat upaya penanggulangan akibat tingkat kebisingan di masing-masing lokasi. Penentuan titik pengukuran dilakukan pada aplikasi google earth, yang kemudian pada saat di lapangan titik koordinatnya diambil menggunakan aplikasi GPS. Pengukuran tingkat kebisingan pada penelitian dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Pengukuran dilakukan selama 10 menit pada setiap titik, dan data yang diperoleh adalah data tingkat kebisingan dengan mengacu pada SNI 7231:2009. Pemetaan sebaran tingkat kebisingan menggunakan aplikasi  surfer 11. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat kebisingan di SDN 17, TK Pertiwi dan SMPN 9 kota Pontianak melebihi baku mutu ambang batas kebisingan untuk kawasan pendidikan dalam hal ini sekolah yang tertuang dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP.48/MENLH/11/1996 yaitu sebesar 55 dB. Berdasarkan hasil penelitian bahwa nilai tingkat kebisingan tertinggi adalah 72,8 dBdenganjarakbangunansekolahterhadapjalanraya 13 m, yaitu pada SDN 17 kota Pontianak. Tingkat kebisingan terendah terdapat pada SMPN 9 kota Pontianak yaitu dengan nilai kebisingan 52,3 dBdenganjarakbangunansekolahterhadapjalanraya 40 m. Peta sebaran tingkat kebisingan di kawasan pendidikan kota pontianak dominan berwarna kuning dan merah, yang artinya tingkat kebisingan di area sekolah rata-rata di antara 60-70 dB. Upaya untuk meminimalisir kebisingan dari aktivitas transportasi di Pontianak yaitu membuat BPB dapat berupa penghalang alami (natural barrier) dan penghalang buatan (artificial barrier), Menmbahkan tanaman yang dapat meredam bising. Serta untuk pemerintah kota bisa membuat kebijakan mengenai pemakaian moda transportasi umum. Kata Kunci :Zoss, sekolah, surfer 11, pemetaan kebisingan
PEMANFAATAN AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN PENYERAP LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA LIMBAH CAIR LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN Amanda Rialita
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18338

Abstract

ABSTRAK Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura merupakan satu diantara laboratorium yang belum memiliki pengolahan. Hasil pengujian limbah cair laboratorium kandungan tembaga (Cu), COD dan pH masih melebihi standar baku mutu  berdasarkan PERMEN LH No.5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, yaitu tembaga (Cu) 19,085 mg/L, pH 1,15. Berdasarkan permasalahan tersebut dibutuhkan pengolahan untuk mereduksi zat pencemaran yang ditimbulkan. Satu diantara teknologi yang digunakan yaitu adsorpsi menggunakan ampas tahu. Adsorpsi dengan pemanfaatan ampas tahu karena tahu mengandung protein. Kandungan protein yang terdapat pada ampas tahu dalam 100 gram adalah 17,4 gram (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Protein tersebut memiliki daya serapan dari asam-asam amino yang membentuk ion bermuatan dua (zwitter ion). Logam yang bersifat toksik dapat diikat dengan protein sebagai metalotionein. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efisiensi penggunaan ampas tahu sebagai penyerap logam tembaga (Cu), COD dan Ph serta mengetahui pengaruh waktu kontak dari ampas tahu terhadap penyerap logam tembaga (Cu), COD dan pH. Pengolahan limbah cair laboratorium dilakukan dengan cara aktivasi fisika terhadap ampas tahu agar bisa digunakan sebagai adsorben. Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan melakukan penelitian skala laboratorium. Ampas tahu yang digunakan sebanyak 1 gram dengan limbah 100 ml lalu dikontakkan dengan alat shaker pada variasi waktu 30, 60, 90, 120 dan 150 menit. Dilakukan duplo agar didapatkan hasil yang akurat. Hasil penelitian dari pengolahan limbah cair Laboratorium Teknik Lingkungan adalah tembaga (Cu) dengan efisiensi penurunan sebesar 47,523% dari 19,085 mg/L menjadi 10,013 mg/L pada waktu kontak 150 menit. Untuk parameter COD naik sebesar 5% dari 360 mg/L menjadi 379 mg/L dan pH turun sebesar 18% dari 1,15 menjadi 0,94. Nilai tersebut masih belum memenuhi standar baku mutu berdasarkan PERMEN LH No. 5 Tahun 2014.   Kata kunci : adsorpsi, ampas tahu, limbah laboratorium, tembaga (Cu)
ANALISA JUMLAH TITIK PANAS (HOTSPOT) TERHADAP INDEX STANDAR PENCEMARAN UDARA (ISPU) SEBAGAI INDIKATOR KUALITAS UDARA DI KOTA PONTIANAK Rezki Maulana; Dian Rahayu Jati; Laili Fitria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.19650

Abstract

ABSTRAKPencemaran udara di Kota Pontianak sebagian besar disebabkan oleh pembukaan lahan yang di lakukan oleh masyarakat untuk membuka lahan pertanian baru, perumahan serta industri. Aktivitas ini selain menyebabkan dari pencemaran udara juga mengakibatkan munculnya Titik Panas (Hotspot) dari kebakaran hutan yang terjadi paling banyak pada musim kemarau. Sebagian besar kebakaran hutan terjadi pada lahan gambut yang berpotensi menghasilkan kabut asap. Kabut asap ini menyebabkan adanya perubahan kualitas udara. Untuk mengetahui adanya hubungan antara memburuknya kualitas udara akibat kebakaran hutan maka perlu dilakukan penelitian untuk melihat korelasi antara ISPU dengan jumlah titik panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah titik panas (Hotspot) tahun 2010 – 2015 di Kota Pontianak, mengetahui konsentrasi parameter kualitas udara () dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)dan menganalisa hubungan antara jumlah titik panas (Hotspot) dengan konsentrasi parameter () dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Kota Pontianak tahun 2010 – 2015. Data yang digunakan adalah data titik panas (Hotspot) yang didapat dari Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat dan nilai  dari data Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) yang di dapat dari Dinas Badan Lingkungan Hidup Kota Pontianak dengan menggunakan alat Fix Station AQMS. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis statistik korelasi terhadap dua data tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada rentang tahun 2010 hingga 2015, jumlah titik panas (Hotspot) tertinggi terjadi pada tahun 2014 pada bulan Februari dengan jumlah 37 titik panas (Hotspot). Nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) tertinggi terjadi pada tahun 2010 pada Bulan Oktober dengan jumlah rata-rata 256,38 ug/m3. Sementara titik panas (Hotspot) terendah terjadi pada tahun 2010 pada Bulan Januari dengan jumlah 2 titik panas (Hotspot), sedangkan nilai Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) terendah terjadi pada tahun 2013 pada Bulan Maret dengan jumlah rata-rata 121,1 ug/m3. Hal ini terjadi karena titik panas (Hotspot) yang tertangkap oleh satelit NOAA bukan hanya berasal dari kebakaran hutan tetapi juga dari sumber lain sepeti asap transportasi, pabrik maupun pembakaran untuk buka lahan pertanian dan perumahan yang baru. Satelit NOAA dapat menangkap titik  yang lebih panas dari lingkungan sekitarnya.Untuk mengetahui kekuatan hubungan antara kedua variabel tersebut, dilakukan analisa korelasi dengan program SPSS. Pada uji korelasi antara jumlah Hotspot dengan nilai  pada tahun 2014, didapatkan nilai signifikan 0,028 (kurang dari 0,05), yang berarti ada hubungan secara signifikan antara jumlah hotspot dengan nilai PM10.Pada tahun 2010, didapatkan nilai signifikan 0,552 (lebih dari 0,05) yang artinya tidak ada hubungan secara signifikan antara jumlah hotspot dengan nilai PM10. Kata Kunci : Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU), kualitas udara,titik panas (hotspot) 
UJI TANAMAN COONTAIL (CERATOPHYLLUM DEMERSUM) SEBAGAI AGEN FITOREMEDIASI LIMBAH CAIR KOPI Suryadi Isna Apriani Ulli Kadaria
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18541

Abstract

ABSTRAK Limbah cair kopi dihasilkan dari pengolahan biji kopi cara basah yakni pada proses pengelupasan (pulping) dan pencucian (washing) biji kopi. Komponen utama dalam limbah cair kopi adalah berupa bahan organik yang dapat beresiko meningkatkan kadar pencemaran lingkungan dalam suatu perairan. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu limbah cair kopi yang diperbolehkan untuk dibuang adalah BOD sebesar 90 mg/L dan nilai rentang pH sebesar 6-9. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar efisiensi penurunan BOD dan peningkatan nilai pH limbah cair kopiserta untuk mengetahui waktu pemaparan optimum tanaman coontail(Ceratophyllum demersum) dalam menurunkan parameter BOD dan peningkatan nilai pH limbah cair kopi. Penelitian ini menggunakan fitoremediasi dengan sistem batch yang terdiri dari 3 unit reaktor kontrol (tanaman dan air bersih) dan 3 unit reaktor uji (tanaman dan limbah kopi) dengan variasi waktu pemaparan selama 12 hari, 15 hari, dan 18 hari yang dilakukan dengan dua kali pengulangan (duplo) yang kemudian dianalisis dengan menggunakan perhitungan rumus efisiensi dan dengan mengamati kondisi tanaman coontail. Hasil penelitian diperoleh data peningkatan nilai pH pada hari ke 12 sebesar 3,7 (dari 4,2 menjadi 7,9), pada hari ke 15 meningkat sebesar 4,1 (dari 4,2 menjadi 8,3), dan pada hari ke 18 meningkat mencapai 4,3 (dari 4,2 menjadi 8,5). Sedangkan nilai penurunan BOD pada hari ke 12 sebesar 45,5% (dari 466,06 mg/L menjadi 253,915 mg/L), pada hari ke 15 sebesar 52,86% (dari 466,06 mg/L menjadi 219,075 mg/L), dan pada hari ke 18 sebesar 66,94% (dari 466,06 mg/L menjadi 154,085 mg/L). Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui nilai efisiensi penurunan BOD dan peningkatan pH tertinggi pada hari ke 18. Kata kunci:Fitoremediasi coontail (Ceratophyllum demersum), BOD, pH, Limbah Cair Kopi
PENGOLAHAN LIMBAH CAIR TAHU DENGAN PENAMBAHAN KITOSAN PADA REAKTOR ANAEROB DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL Erwin Kurnianto
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 5, No 1 (2017): JURNAL 2017
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v5i1.18405

Abstract

ABSTRAK Industri tahu merupakan salah satu industri yang menggunakan kedelai sebagai bahan baku utamanya. Limbah cair tahu memiliki kandungan BOD, COD, dan TSS yang tinggi, sehingga berpotensi mencemari perairan. Pengolahan limbah cair tahu dapat dilakukan dengan berbagai proses, baik dengan proses biologi, kimia,  maupun secara fisika. Pengolahan limbah secara kimia salah satunya menggunakan kitosan. Kitosan merupakan polielektrolit kationik dan polimer berantai panjang, mempunyai berat molekul besar dan reaktif karena adanya gugus amina, hidroksil yang bertindak sebagai donor elektron dan bersifat biodegradable. Penelitian ini bertujuan  untuk mengetahui tentang pengaruh penambahan kitosan berdasarkan variasi waktu tinggal pada pengolahan limbah cair tahu dengan reaktor anaerob, dan mengetahui efektifitas pengolahan terbaik terhadap variasi waktu tinggal pengolahan limbah  cair tahu dengan penambahan kitosan pada reaktor anaerob. Penelitian dilakukan dalam skala Laboratorium yang dilakukan di Workshop Teknik Lingkungan dengan menggunakan 2 buah reaktor pengamatan yaitu reaktor kontrol dan reaktor perlakuan. Kitosan dilarutkan dengan menggunakan asam asetat 1%. 1 gr kitosan dilarutkan dalam 100 ml larutan asam asetat 1%, kemudian kitosan dicampurkan kedalam air limbah dengan dosis 225 mg/l dalam 4 liter air limbah pada reaktor perlakuan. Penambahan kitosan pada reaktor anaerob dilakukan pengamatan pada variasi waktu tinggal 4 hari, 8 hari, 12 hari dan 16 hari. Berdasarkan hasil penelitian, Pengaruh Penambahan kitosan pada reaktor anaerob terlihat pada parameter BOD dan TSS, sedangkan pH tidak terjadi perubahan. Pengaruh penambahan kitosan dilihat dari hasil penurunan parameter BOD pada reaktor kontrol berturut-turut pada hari ke 4, 8, 12, dan 16 yaitu 3%, 10%, 31% dan 48%, sedangkan pada reaktor perlakuan mengalami penurunan berturut-turut sebesar 5%, 36%, 45%, dan 58%. Pengaruh penambahan kitosan terhadap penurunan TSS pada reaktor kontrol berturut-turut pada hari ke 4, 8, 12, dan 16 yaitu  65%, 78%, 85% dan 87%. Penurunan TSS pada reaktor perlakuan berturut-turut yaitu 72%, 81%, 91% dan 93%. Waktu tinggal terbaik pada pengolahan limbah tahu dengan penambahan kitosan pada reaktor anaerob dan tanpa penambahan kitosan terdapat pada hari ke 16. Kata kunci: Kitosan, reaktor anaerob, limbah cair tahu, Total Suspended Solid (TSS), Biological Oxygen Demand (BOD), Ph

Page 1 of 3 | Total Record : 26