cover
Contact Name
Yurnalis
Contact Email
jurnal.musiketniknusantara@gmail.com
Phone
+6285263221706
Journal Mail Official
jurnal.musiketniknusantara@gmail.com
Editorial Address
Jl. Bahder Johan 27128, Sumatera Barat
Location
Kota padang panjang,
Sumatera barat
INDONESIA
Musik Etnik Nusantara
Core Subject : Art,
JURNAL MUSIK ETNIK NUSANTARA is an academic journal published by Department of Karawitan, Faculty of Performing Arts, Institut Seni Indonesia Padangpanjang twice a year. This journal publishes original articles with focuses on the results of studies in the field of Indonesian ethnic music. The coverage of topics in this journal includes: Traditional Music Contemporary Music Musik Performence Composition or Arrangement Musicology Ilustration Music Etnomusicology World Music Technology Music Music Education Organology of Music
Articles 36 Documents
Lagu Buaian Sarin Inspirasi Penciptaan Komposisi Musik Dua Jiwa Dalam Buaian Azzura Yenli Nazrita; Syahri Anton; Asril Asril; Asep Saepul Haris
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3202

Abstract

-Talempong merupakan salah satu ensambel musik tradisional yang dimiliki oleh beberapa nagari dalam wilayah Minangkabau, Genre talempong yang terdapat di Minangkabau meliputi talempong pacik dan talempong duduak. Salah satu jenis dari talempong duduak adalah ensambel talempong limo yang terdapat di Koto Tinggi Nagari Ampek Koto Palembayan Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam, salah satu ciri khas lagunya adalah lagu buayan sarin. Buayan Sarin ini memiliki unsur musikal dengan pola melodi yang bersifat tanya jawab dan terkesan bolak balik yang bagi masyarakat Nagari Koto Tinggi pola melodi ini disebut juga dengan istilah buai, pola melodi ini menjadi dasar garapan bagi pengkarya untuk dijadikan sebagai sebuah  bentuk karya komposisi musik yang penggarap beri judul dengan “Dua Jiwa dalam Buaian”. Karya komposisi musik ini diwujudkan dengan menggunakan metode pendekatan World Music, dengan cara mengembangkan pola melodi lagu buayan sarin tersebut ke dalam bentuk lain serta menghadirkan beberapa bentuk kebaruan dalam berbagai aspek garap. Melalui garapan karya komposisi musik “Dua Jiwa Dalam Buaian” pengkarya mencoba menghadirkan beberapa bentuk inovasi (kebaruan) dalam berbagai aspek garap sesuai dengan konsep yang ditawarkan, tanpa mengabaikan kaidah–kaidah sebuah seni pertunjukan dengan harapan karya ini bisa memberikan warna baru dan berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penciptaan seni musik.
‘Dagam’ Kesenian Indang di Desa Mangoe Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Ariyan Bur; M. Arif Anas; Asep Saepul Haris; Arnailis Arnailis
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3088

Abstract

ABSTRAKKesenian indang Pariaman adalah salah satu kesenian tradisi bernafaskan Islam. Namun seiring dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pendukungnya, kesenian ini mengalami perkembangan menjadi kesenian rakyat yang tidak lagi dipertunjukan di surau, tetapi diluar surau, seperti di tempat-tempat terbuka, rumah-rumah penduduk, panggung pertunjukan, laga,laga dan sebaginya. Selain itu terjadi juga perkembangan dari segi teks, struktur sajian, bentuk penyajian, dan bahkan sistem pengelolaan. Indang memiliki struktur permainan yang terdiri dari darak panjang, imbauan lagu, darak pendek, nyanyian atau lagu, darak panjang. terdapat beberapa macam darak diantaranya: darak tujuah, darak kupak kapiak, darak tereang ka tereang, yang mana setiap pola awal atau pembuka darak berda-beda, hal ini lah yang menjadi pedoman oleh para anak Indang agar mengetahui darak apa yang akan dimainkan. Karya komposisi musik karawitan yang berjudul “Dagam” ini terinspirasi dari kesenian tradisi indang Pariaman yaitu pada darak tereang ka tereang. Pada darak tereang ka tereang tersebut pengkarya tertarik pada pola awal yang memiliki siklus pola yang lebih panjang dari pada darak yang lain. Dalam pengamatan pengkarya terhadap darak tereang ka tereang yang memiliki siklus pola yang panjang ini, pengkarya juga menemukan berbagai motif ritem yang dapat dikembangkan kembali. Karya komposisi musik “Dagam”  ini digarap dengan menggunakan metode pendekatan tradisi. mewujudkan ide/gagasan yang bersumber dari kesenian Indang Pariaman, yang terinspirasi dari darak tereang ka tereang dengan menggunakan pendekatan tradisi yang berjudul “Dagam” disajikan dalam bentuk pertunjukan secara lansung. Melalui garapan karya komposisi music “Dagam” pengkarya mencoba menghadirkan beberapa bentuk inovasi (kebaruan) dalam berbagai aspek garap sesuai dengan konsep yang ditawarkan. Kata Kunci: Indang Piaman; Darak Tereang ka Teranag; Pendekatan Tradisi    ABSTRACT            Indang is one of the performing arts with Islamic breath in Minangkabau. However, along with the socio-cultural development of the supporting community, This performing art has developed into a folk performing art which is no longer performed in surau, but outside the surau, such as in open places, people's houses, stage performances, fights, matches and so on. In addition, there have also been developments in terms of text, presentation structure, form of presentation, and even management systems. Indang has a game structure consisting of a long darak, an appeal to a song, a short darak, a song or song, a long darak. There are several types of darak including: darak tujuah, darak kupak kapiak, darak tereang ka tereang, where each initial pattern or opening of darak is different, this is the guideline for Indang children to know what darak will be played. This musical composition entitled "Dagam" was inspired by the traditional art of Indang Pariaman, namely darak tereang ka tereang. In the darak tereang ka tereang, the author is interested in the initial pattern which has a longer pattern cycle than the other daraks. In the artist's observation of the darak tereang ka tereang which has a long pattern cycle, the artist also finds various rhythmic motifs that can be redeveloped. The musical composition "Dagam" was worked on using the traditional approach method. realizing ideas/ideas originating from the art of Indang Pariaman, which was inspired by darak tereang ka tereang by using a traditional approach entitled “Dagam” presented in the form of a live performance. Through the work of the musical composition "Dagam" the artist tries to present several forms of innovation (newness) in various aspects of working according to the concept offered. Keywords: Indang Pariaman; Initial Pattern; Darak Tereang ka Tereang; Tradition Approach
Transformasi dan Pengembangan Pola Ritem Gandang Sarunai Pada Komposisi Musik “ Never Alone” Nadya Fitria Yunita; Susandrajaya Susandrajaya; Yurnalis Yurnalis; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3203

Abstract

-Gandang Sarunai merupakan salah satu intrumen tradisonal yang berasal dari Minangkabau tepatnya di Kabupaten Solok Selatan. Karya komposisi musik karawitan yang berjudul “Never Alone” terinspirasi dari kesenian tradisi Gandang Sarunai yaitu pada repertoar Gandang Duo Iliu yang berkembang di Nagari Pasia Talang Kecamatan Sungai Pagu. Gandang Sarunai biasanya dihadirkan dalam acara upacara adat, mananti tamu, acara batagak penghulu dan pernikahan. Repertoar Gandang Duo Iliu memiliki unsur musikal yang menarik yaitu sifat Interlocking karena Gandang Paningkah dan Gandang palalu pada permainan Gandang Duo Iliu saling terjalin. Selain Interlocking pada permainan Gandang Sarunai juga terkesan Kajau Mangajau (kejar mengejar). Karya komposisi musik “Never Alone” di garap dengan menggunakan metode pendekatan World Music. Karya ini bertujuan untuk mewujudkan ide/gagasan yang bersumber dari kesenian Gandang Sarunai repertoar Gandang Duo Iliu yang mencoba menghadirkan beberapa bentuk kebaruan dengan mengembangkan interlocking atau Kajau Mangajau yang berbeda menjadi sebuah komposisi musik karawitan, selain itu pengkarya ingin berbagi pengalaman musikal yang bisa memberikan inspirasi serta motivasi demi perkembangan komposisi musik itu sendiri.
Bentuk dan Fungsi Pertunjukan Saluang Panjang pada Masyarakat Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan Dori Saputra; Misda Elina; Firdaus Firdaus; Rafiloza Rafiloza
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3090

Abstract

ABSTRAKSaluang Panjang adalah salah satu kesenian tradisi yang pada dahulunya sering ditampilkan pada acara pesta perkawinan, kajo uwak lambai (pengangkatan raja), sukuran panen, hiburan anak muda dan hiburan pribadi di Nagari Luak Kapau Kecamatan Pauh Duo Kabupaten Solok Selatan. Saat ini kesenian Saluang Panjang  mulai  dilupakan karena masyarakat lebih tertarik menampilkan musik modern. Sebagai upaya pelestarian kesenian, Saluang Panjang ditampilkan sebagai pengiring musik tari, musik randai,  hiburan pada kegiatan gotong royong dan pada acara festival Seribu Rumah Gadang. Tujuan  penelitian ini untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi dan pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang di Nagari Luak Kapau. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi pertunjukan Saluang Panjang di lapangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa bentuk pertunjukan Saluang Panjang memiliki tiga karekter warna bunyi yaitu, tinggi, sedang dan rendah, dari ke tiga karakter warna bunyi Saluang Panjang tersebut, seiring dengan melodi pantun yang juga memiliki tinggi, sedang dan rendah. fungsi Saluang Panjang adalah sebagai hiburan, fungsi ekspresi, fungsi penghayatan, fungsi komonikasi, fungsi kesenambungan dari norma-norma lain. Pandangan masyarakat terhadap kesenian Saluang Panjang oleh kaum adat, kaum ulama, seniman tradisi, kaum tua, kaum muda-mudi dan masyarakat pada umumnya memberikan dampak yang positif terhadap kesenian Saluang Panjang, karena dapat membangkitkan atau memelihara nilai-nilai budaya sebagai indentitas suatu daerah yang terpelihara dan dijaga keberadaannya. Kata kunci: Bentuk; Fungsi; Saluang Panjang; Luak kapau   ABSTRACTSaluang Panjang is one of the traditional arts that used to be often performend at weddings, kajo uwak lambai (appointment of king), harvest celebrations, youth entertainment and personal entertainment in Nagari Luak Kapau, Pauh Duo sub-district, South Solok Regency. Currently Saluang Panjang art is starting to be forgotten because people are more interested in performing modern music. As an effort to preserve the arts, Saluang Panjang is performed as an accompaniment to dance music, randai music, entertainment at mutual cooperation activities and at the Thousand Houses Gandang festival. The purpose of this study is to describe the form, function and public viem of the Saluang Panjang art in Nagari Luak Kapau. The study used qualitative methods with data collection carried out by means of observation, interviews and documentation of Saluang Panjang performances in the field. The results showed that the form of the Saluang Panjang performance has three sound color characteristics, namely, high, medium and low, from the three characters of Saluang Panjang’s sound color, along with the melody of the rhyme which also has high, medium and low. Saluang Panjang function is as entertainment, expression function, appreciation function, communication function, continuity function from other norms. The public’s view of Saluang Panjang art by indigenous peoples, scholars, traditional artists, the elderly, young people and the community in general has a positive impact on Saluang Panjang art, because it can generate or maintain cultural values as the identity of an area that maintained and maintained.Keywords: Form; Function; Saluang Panjang; Luak Kapau       
Penyajian Dikie Rabano dalam Acara Perkawinan di Kanagarian Bukik Batabuah Kecamatan Canduang Kabupaten Agam Rahma Yunita Mah Yully Putri; Ediwar Ediwar; Sriyanto Sriyanto
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 1 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i1.3082

Abstract

ABSTRAK            Kesenian Dikie Rabano merupakan salah satu dari sekian kesenian tradisi yang ada di Kanagarian Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam. Pada penelitian terdapat tujuan untuk mengetahui kembali hal-hal yang pada kesenian Dikie Rabano seperti fungsi dan bentuk penyajian dalam upacara perkawinan. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi dengan menggunakan metode kualitatif yang dimana pada metode tersebut disertai dengan beberapa teknik seperti mengumpulkan data, wawancara, studi pustaka, serta dokumentasi sebagai bukti dalam melakukan penelitian. Pada kesenian Dikie Rabano terdapat fungsi bagi masyarakat di Kanagarian Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, Kabupaten Agam yakni sebagai sarana dalam upacara dan ritual, sebagai sarana hiburan, dan sebagai sarana tontonan. Kesenian Dikie Rabano juga memiliki bentuk penyajian yakni terdapat beberapa unsur-unsur antara lain lokasi penelitian kesenian Dikie Rabano, kostum pemain Dikie Rabano, pemain Dikie Rabano, instrumen/alat, repertoar/lagu, dan orang-orang yang terlibat dalam penyajian kesenian Dikie Rabano. Kata Kunci: Dikie Rabano; Pesta Perkawinan; Bentuk Penyajian; Fungsi. ABSTRACT            Dikie Rabano art is one of the many traditional arts in Kanagarian Bukik Batabuah, Canduang District, Agam Regency. In this study, there is a purpose to find out again things that are in the Dikie Rabano art, such as the function and form of presentation in a wedding ceremony. This research was conducted by collecting data and information using qualitative methods which are accompanied by several techniques such as collecting data, interviews, literature studies, and documentation as evidence in conducting research. In the art of Dikie Rabano, there is a function for the people of Kanagarian Bukik Batabuah, Canduang District, Agam Regency, namely as a means of ceremonies and rituals, as a means of entertainment, and as a means of spectacle. Dikie Rabano art also has a form of presentation, namely there are several elements, including the location of the Dikie Rabano art research, costumes of Dikie Rabano players, Dikie Rabano players, instruments/tools, repertoire/songs, and peoples involved in the presentation of Dikie Rabano art. Keywords: Dikie Rabano; Marriage; Form of presentation; function.   
Dendang Baruah Andiang dalam Potoguran di Nagari Banja Loweh Kecamatan Bukik Barisan Gebi Satria; Desmawardi Desmawardi; Arnailis Arnailis; M. Halim
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3204

Abstract

-Dendang baruah andiang merupakan lagu Tradisi Minangkabau yang termasuk ke dalam kelompok dendang darek yang digunakan untuk kegiatan Potoguran di Nagari Banja Loweh, Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Lima Puluh Kota. Kegiatan Potoguran merupakan kegiatan padukunan yang gunanya untuk mencelakai orang lain terutama dalam dunia percintaan. Teks yang digunakan adalah teks yang berbentuk pantun yang isinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan dunia pedukunan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dendang baruah andiang dalam kegiatan potoguran dengan menggunakan metode kualitatif serta memakai pendekatan deskriptif. Aspek-aspek yang dikaji meliputi, teks, konteks, bentuk  serta fungsi dendang Baruah Andiang terhadap kegiatan potoguran tersebut, untuk membahas bentuk penulis menggunakan teori bentuk dari A.A Djelantik, bentuk yang dikemukakan oleh Djelantik ada bentuk kongkret dan ada bentuk abstrak, bentuk konkret terdiri dari: saluang, peniup saluang, tukang dendang, tempat dan lainnya, sedangkan untuk membahas fungsi penulis menggunakan teori fungsi dari alam P Mariam yang mana dalam teorinya terdapat 10 fungsi, akan tetapi dalam 10 fungsi tersebut terdapat 5 fungsi yang berhubungan dengan fungsi dendang baruah andiang dalam kegiatan Potoguran diantaranya: fungsi komunikasi, fungsi reaksi jasmani, fungsi jati diri, fungsi estetis dan fungsi kepercayaan. 
Pengembangan Kesenian Dikia Rabano Dalam Komposisi Musik Baru Berjudul Baguguah Salman Alfarisi; Admiral Admiral; Firman Firman; I Dewa Nyoman Supenida
Jurnal Musik Nusantara Vol 2, No 2 (2022): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v2i2.3199

Abstract

-Dikie rabano merupakan salah satu kesenian tradisional bernuansa Islam yang ada di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam. Fungsi Dikie Rabano di Nagari Bawan adalah untuk baok anak kaaie (turun untuk mandi), Maulid Nabi, khitanan, dan malapeh niaiek (bentuk rasa syukur kepada Tuhan). Karya gubahan musik yang berjudul "baguguah" ini berasal dari kesenian tradisional Dikie Rabano pada repertoar baok anak ka aie (turun mandi) lagu-lagu Guguah Baarak di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam. Dikie Rabano biasanya disajikan dalam acara adat dan acara syukuran. Repertoar lagu-lagu Guguah Baarak memiliki kasus musikal yang menarik untuk dikembangkan dimana lagu ini terkesan monoton dengan memainkan pola ritme yang sama dari awal pertunjukan hingga akhir. Komposisi musik "baguguah" dilakukan dengan metode pendekatan tradisional. Mewujudkan ide/gagasan yang bersumber dari seni khasanah lagu-lagu Guguah Baarak Dikie Rabano, dengan mengembangkan pola-pola permainan rabano. Melalui karya komposisi musik "baguguah" seniman mencoba menghadirkan beberapa bentuk kebaruan dalam berbagai aspek karya sesuai konsep yang ditawarkan, dengan menggunakan pendekatan Tradisi, seniman ingin berbagi pengalaman bermusik yang dapat berkontribusi pada perkembangan komposisi musik itu sendiri.
Bentuk Pertunjukan Talempong Sikatuntuang Dalam Upacara Perkawinan di Padang Alai Bodi Line Amelia Putri; Syafniati Syafniati; Jonni Jonni
Jurnal Musik Etnik Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v3i1.3757

Abstract

This thesis discusses the form of the Talempong Sikatuntuang performance in a wedding ceremony in Padang Alai Bodi, East Payakumbuh District, Payakumbuh City. This study uses a qualitative research method with a descriptive analysis approach. Collecting data in this study using interview techniques, documentation, literature study, observation, and data analysis. Talempong Sikatuntuang art is an art handed down from ancestors which is still preserved by the people of Padang Alai Bodi. Initially this art was played by the local community during the rice harvest and also at traditional ceremonies such as batagak panghulu, child daro and marapulai processions, and so on. But over time, the game Talempong Sikatuntuang in the rice harvest event was no longer found. This art is art that is played in an ensemble consisting of talempong, oguang, Tabuk, and brushuntuang. The Talempong Sikatuntuang performance in the wedding ceremony only shows talempong, oguang, and Tabuk without brushuntuang. This is because in principle the brush untuang is an instrument that is played while standing in place.
Fungsi Kesenian Salawat Dulang di Nagari Duo Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam Vicky Fernando; Ediwar Ediwar; Jonni Jonni
Jurnal Musik Etnik Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v3i1.3790

Abstract

Kesenian Salawat Dulang merupakan salah satu dari sekian kesenian tradisi bernuansa islam yang ada di Nagari Duo Koto, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Pada penelitian terdapat tujuan untuk mengungkap fungsi dalam kehidupan masyarakat Nagari Duo Koto. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik mengumpulkan data, wawancara, studi pustaka, serta dokumentasi sebagai bukti dalam melakukan penelitian. Kesenian Salawat Dulang di Nagari Duo Koto dimainkan oleh 3 orang pemain, masing-masing pemain memukul alat musik yang disebut dengan dulang, dulang atau talam terbuat dari logam kuning yang berdiameter 65 cm. Dalam pertunjukannya kesenian ini berbeda dengan pertunjukan Salawat Dulang pada umumya, karena dalam penyajiannya berjumlah 3 orang pemain dan juga kesenian ini tidak diperlombakan atau tidak berbalas pantun.
KOMPOSISI MUSIK KONTEMPORER “STUBBORN SHUNT” TERISNPIRASI DARIKESENIAN GANDANG TIGO KABUPATEN AGAM Faisal Faridh Adhyaksa; Elizar Elizar; Sriyanto Sriyanto
Jurnal Musik Etnik Nusantara Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No 1 (2023): Jurnal Musik Etnik Nusantara
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/jmen.v3i1.3791

Abstract

Karya komposisi musik karawitan yang berjudul Stubborn Shunt ini terinspirasi dari kesenian Gandang tigo di Kabupaten Agam. Terdapat empat lagu yaitu Tigo-tigo, Panjang, Pararakan dan Cindangkuang. Satu jenis lagu yang menjadi pemicu ide dalam penggarapan karya adalah Pararakan, spesifikasinya pada fenomena musikal anak mintak ka induak, sehingga munculnya ide terhadap dua elemen listrik yang berbeda. Rumusan penciptaan yang diajukan dalam penciptaan karya seni ini yaitu; bagaimana pencapaian ide karya “Stubborn Shunt” bisa terwujud dalam bentuk komposisi musik yang bersumber dari tabrakan dua elemen listrik yang diungkapkan melalui musik elektronik dengan pendekatan kontemporer. Pelahiran karya kontemporer ini adalah upaya mewujudkan tawaran baru dalam bentuk garap yang bersumber dari kesenian Gandang tigo yang mana dalam penggarapan karya ini memakai komponen perangkat elektro yang diungkapkan dalam bentuk karya komposisi musik elektronik. Berdasarkan rumusan penciptaan diatas karya yang dihasilkan berupa: Bagian satu menyajikan ‘tabrakan’ dua elemen listrik yang berdeba yang telah digabungkan dengan visual art. Bagian dua menghadirkan karakteristik musikal yang bersifat “bertabrakan” hasil ide tabrakan arus listrik.

Page 3 of 4 | Total Record : 36