cover
Contact Name
Rinto Hasiholan Hutapea
Contact Email
rintohutapea81@gmail.com
Phone
+6281330296185
Journal Mail Official
danumpambelum21@gmail.com
Editorial Address
Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya Alamat: Jl. Tampung Penyang No.KM.6, Menteng, Kec. Jekan Raya, Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah 73112
Location
Kota palangkaraya,
Kalimantan tengah
INDONESIA
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja
ISSN : 27976858     EISSN : 2797684X     DOI : https://doi.org/10.54170/dp.v1i2
Danum Pambelum: Jurnal Teologi Dan Musik Gereja adalah jurnal yang diterbitkan oleh Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya. Periode Terbitan Jurnal ini yaitu bulan Mei dan November. Ruang Lingkup kajian jurnal ini di antaranya: Teologi Perjanjian Lama, Teologi Perjanjian Baru, Teologi dan Budaya, Misiologi, Sosiologi Agama, dan Musik Gereja.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
Hubungan Sabat dan Keselamatan Dalam Perjanjian Lama Sance Mariana Tameon
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.565 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.53

Abstract

The Sabbath is God's mandate for man to rest from all affairs and work. It began when God stopped creating the heavens and the earth and everything in them on the seventh day (Genesis 2:1-3). God appointed the Sabbath as a day of rest. Since God rested, humans who were created in God's image must rest also. One of the most beautiful blessings that come from the Sabbath is refreshment. The Sabbath was closely related to God's action in saving humankind from destruction. This study aimed to analyze the relationship between the Sabbath and salvation in the Old Testament. The literature review is used as the method where the author looks for the main source of research and then analyzes it to find the meaning of the data. The results show that the Sabbath becomes a sign of the covenant and symbol of the special relationship in grace between God-the Redeemer, and His chosen people. The Sabbath had become a sign that reminded the Israelites and believers that God by His grace had sanctified, chosen, and delivered them. The Sabbath was a picture of salvation by God's sovereign grace in exodus. The Sabbath interpreted as people's gratitude expression for the goodness of God who has saved, redeemed and freed humankind from slavery and slavery of the sin. Sabat merupakan mandat Allah bagi manusia untuk beristirahat dari segala urusan dan pekerjaan. Hal ini dimulai ketika Allah berhenti menciptakan langit dan bumi serta segala isinya pada hari ketujuh (Kejadian 2:1-3). Hari Sabat ditentukan Allah sebagai hari peristirahatan. Karena Allah beristirahat, maka manusia yang diciptakan menurut gambar Allah juga harus beristirahat. Salah satu berkat terindah yang diperoleh dari hari Sabat adalah penyegaran kembali. Sabat juga erat kaitannya dengan tindakan Allah dalam menyelamatkan manusia dari kebinasaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji mengenai hubungan Sabat dan keselamatan dalam Perjanjian Lama. Metode yang dipakai adalah content analysis/analisis isi dimana penulis mencari sumber utama penelitian lalu menganalisis untuk menemukan makna yang terkandung dalam data tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sabat menjadi tanda kovenan, dan merupakan simbol dari hubungan khusus dalam anugerah antara Allah-Penebus dan orang-orang pilihan-Nya. Sabat telah menjadi tanda yang mengingatkan bangsa Israel dan orang percaya bahwa Allah dengan rahmat-Nya telah menguduskan, memilih, dan melepaskan mereka. Sabat menjadi gambaran dari keselamatan oleh anugerah Allah yang berdaulat dalam peristiwa eksodus. Sabat harus dimaknai sebagai ungkapan syukur umat atas kebaikan Allah yang telah menyelamatkan, menebus dan membebaskan manusia dari perbudakan dan perhambaan dosa.
Pengenalan Injil Dalam Hikmat Allah dan Hikmat Dunia Berdasarkan Teks 1 Korintus 1:18 Mercy Hia
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.505 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.54

Abstract

The gospel is a message of grace from God for the salvation of mankind. In the gospel, there is also the power to work out salvation in attaining the likeness and image of God. For the gospel to be delivered, humans need to know the word of God written in the gospel. The text of 1 Corinthians 1:18-25 divides knowledge of the gospel into two, namely knowledge of the gospel in the wisdom of God and knowledge of the gospel in the wisdom of the world. Both of these things are correlated with the salvation that will be received by humans. John Chrysostom said that the wisdom of the world to see the life of Jesus Christ and his resurrection is impossible. This conception creates doubt and even distrust of people which leads to the rejection of the gospel. So the denial of the lordship of Jesus Christ is the rejection of the gospel. Injil adalah berita anugerah yang berasal dari Allah untuk keselamatan manusia. Di dalam injil juga terdapat kekuatan untuk mengerjakan keselamatan dalam mencapai keserupaan dan segambar dengan Allah. Supaya tujuan injil tersampaikan maka manusia perlu mengenal firman Allah yang tertulis di dalam injil. Teks 1 Korintus 1:18-25 membagi dua pengenalan injil, yaitu pengenalan injil dalam hikmat Allah dan pengenalan injil dalam hikmat dunia. Kedua hal ini korelasi dengan keselamatan yang akan diterima oleh manusia. John Chrysostom mengatakan bahwa hikmat dunia melihat kehidupan Yesus Kristus dan kebangkitannya merupakan sesuatu hal yang mustahil terjadi. Konsepsi ini yang menciptakan keraguan bahkan ketidakpercayaan manusia yang berujung kepada penolakan injil. Jadi penolakan akan ketuhanan Yesus Kristus adalah penolakan terhadap injil.
Strategi Pembinaan Musik Gereja Dalam Upaya Meningkatkan Musikalitas Pemuda GKE Pandohop Pransinartha
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.981 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.55

Abstract

Gereja Kalimantan Evangelis (GKE) Pandohop is one of the pioneer churches located in Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas which is experiencing a shortage of musician resources. Besides that, the musicality of the musicians in this church are not maximal because of the lack of ability to read musical notation, to sing and also to accompany the congregational songs which is affecting the worship. It makes the worship become less attractive and monotonous. One of the methods held by GKE Pandohop is making a special strategy through music development for youth so that the vision and mission of GKE Pandohop can be achieved, such as: witness, fellowship and serve. In addition, by using this strategy is expected to increase youth musicality and to increase youth participation in church services. The method used by the authors in this research is a descriptive method with a qualitative approach that aims to provide an overview and explanation of the music development strategy in order to increase youth musicality in GKE Pandohop Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas. Gereja Kalimantan evangelis (GKE) Pandohop merupakan salah satu gereja pioner yang berada di Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas yang sedang mengalami kekurangan sumber daya pemusik. Selain itu, musikalitas yang dimiliki oleh pemusik di gereja ini juga belum maksimal karena keterbatasan kemampuan dalam membaca notasi angka, bernyanyi dan mengiringi nyanyian jemaat yang berdampak kepada Ibadah. Hal ini membuat ibadah menjadi kurang menarik dan monoton. Salah satu cara yang dilakukan pada saat ini oleh GKE Pandohop untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan membuat strategi khusus melalui pembinaan musik bagi pemuda agar visi dan misi GKE Pandohop dapat tercapai yaitu bersaksi, bersekutu dan melayani. Selain itu, dengan penggunaan strategi ini diharapkan musikalitas pemuda akan meningkat serta meningkatkan partisipasi pemuda dalam pelayanan gereja. Metode yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk memberikan gambaran dan penjelasan mengenai strategi pembinaan musik dalam upaya meningkatkan musikalitas pemuda GKE Pandohop Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas.
Penatalayanan Ibadah Terbatas Pada Masa Pandemi Covid-19 Erman Saragih
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.031 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.58

Abstract

This article has an idea about the arrangement of limited worship (individuals) during the covid-19 pandemic. In this article, the functions of obedience theology, the construction of koinonia, and the liturgy of perichoresis are sub-discussed. The lens of discussion about theology during the Covid-19 pandemic. Empirically, worship at home is a massive and proactive solution. The capacity of worship at home is always carried out in a hierarchical liturgical pattern. Koinonia as a spirit relation of communal communion is constructed as a model for the church of individual koinonia. The method used is a literature study, specifically content analysis with the principle of systematic literature review. The conclusion that I convey is first, obedience theology as the basis of Christian spiritual ethics. Second, the early church fellowship pattern emphasized dynamic power by the apostles so that they were able to endure and overcome obstacles. Third, proactive fellowship becomes a common model to survive and start thinking about the future of the church. Fourth, individual worship liturgies can consider the principle of the perichoresis relation to delay the hierarchical pattern of worship. Artikel ini menyoal tentang penatalayanan ibadah terbatas (di rumah) pada masa pandemi covid-19. Pada artikel ini fungsi teologi ketaatan, konstruksi koinonia, dan liturgi perikoreisis menjadi sub pembahasan. Lensa pembahasan seputar teologi di masa pandemi Covid-19. Secara empiris, ibadah di rumah menjadi solusi masif dan bersifat proflektif. Kapasitas ibadah di rumah selalu dilakukan dalam pola liturgi hierarkis. Koinonia sebagai relasi spirit persekutuan komunal dikonstruksi menjadi model menggereja koinonia individual. Metode yang dilakukan menggunakan studi literatur secara khusus analysis content dengan prinsip tinjuan literatur secara sistematis. Kesimpulan yang saya sampaikan adalah pertama, teologi ketaatan sebagai basis etis spritual ibadah terbatas. Kedua, pola persekutuan gereja mula-mula menekankan kuasa dinamis oleh para rasul sehingga mampu bertahan dan melampaui hambatan. Ketiga, persekutuan Proflektif menjadi model bersama untuk bertahan dan mulai memikirkan masa depan gereja. Keempat, liturgi ibadah individual dapat mempertimbangkan prinsip relasi perikoresis untuk menunda hierarkisasi pola ibadah.
Metode Kreatif Vocalizing Untuk Meningkatkan Kualitas Bernyanyi Paduan Suara Christi Lucas
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (215.347 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.64

Abstract

The purpose of this study is to explain the importance of vocalizing creative methods that can improve the quality of choral singing. Every choir member or singer needs to apply vocalizing as the main basis in singing and the coach must master the correct theory and be able to generate new ideas in leading vocal warm-ups. Because vocalizing is so important for choirs and singers. The research method used in the preparation of this scientific paper is a qualitative research method, namely by conducting interviews with several respondents, looking for books related to this scientific work, dictionaries and journals. The purpose of this scientific work is as follows: first, so that every member of the choir or singers, is able to achieve quality results when singing. Second, to explain the importance of the creative method of vocalizing on the quality of choral singing. The third is to explain how creative vocalizing methods can improve the quality of choral singing. The conclusion from the results of this analysis are: The vocalizing creative method is a new idea and innovation that can be developed, so that in its implementation the singer does not feel bored and monotonous, but makes the practice more creative and effective. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan tentang pentingnya metode kreatif vocalizing yang dapat meningkatkan kualitas bernyanyi paduan suara. Setiap anggota paduan suara atau para penyanyi perlu menerapkan vocalizing sebagai dasar yang utama dalam bernyanyi dan pelatih harus menguasai teori yang benar dan mampu menghasilkan ide-ide yang baru dalam memimpin pemanasan vokal. Sebab vocalizing begitu penting bagi paduan suara dan para penyanyi. Metode penelitian yang dipakai dalam penyusunan karya ilmiah ini adalah metode penelitian kualitatif yakni dengan melakukan wawancara kepada beberapa responden, mencari buku-buku yang berkaitan dengan karya ilmiah ini, kamus dan jurnal. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, untuk menjelaskan pentingnya metode kreatif vocalizing pada kualitas bernyanyi paduan suara. Kedua, untuk menjelaskan bagaimana metode kreatif vocalizing yang dapat meningkatkan kualitas bernyanyi paduan suara. Kesimpulan dari analisis ini adalah: metode kreatif vocalizing sangat penting dilakukan karena merupakan dasar yang paling utama dalam bernyanyi dan pelatih mampu menerapkan ide dan inovasi baru yang dapat dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya penyanyi tidak merasa bosan dan monoton, melainkan membuat latihan lebih kreatif dan efektif.
Implementasi Kebijakan Pembangunan Bidang Agama dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat: Yoan Colina
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.304 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.65

Abstract

Religion has a strategic role and position whose main function is as an ethical and moral foundation that influences the national development of the Indonesian state. Religion can be said as a value and a system that must be understood and carried out by every community as an individual who lives and resides in a country as the basic foothold to animate the life of the nation and state. In Indonesia, religion is an important milestone in the development of the country because religion is the spiritual, ethical and moral foundation of an individual. The government has a number of policies in the development of the religious sector to support the realization of social welfare. In the public policy stage, program implementation becomes an important stage in the main public policy. To realize social welfare in the community, programs that support development are implemented such as economic, social, infrastructure, and cultural and religious programs. This writing departs from this issue and wants to examine in depth how the implementation of the development program in the field of religion to support the realization of social welfare for the community, especially in the Central Borneo Province, using qualitative descriptive writing methods, using the perspective of Public Administration, Public Policy Theory, Implementation Theory, Development Theory and Community Welfare. The findings of this study indicate that in implementing the development policy in the field of religion, Christian Guidance for the Regional Office of Central Kalimantan province uses three stages of the process, namely input, process and program. Agama memiliki peran dan kedudukan strategis yang fungsi utamanya adalah sebagai landasan etika dan moral yang mempengaruhi pembangunan nasional negara Indonesia. Agama bisa dikatakan sebagai nilai dan sistem yang harus dipahami serta dijalankan oleh setiap masyarakat sebagai individu yang hidup dan berdiam di suatu negara sebagai pijakan dasar untuk menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara. Di Indonesia agama merupakan tonggak penting dalam pembangunan negara karena agama merupakan landasan spiritual, etika dan moral seorang individu. Pemerintah memiliki sejumlah kebijakan dalam pembangunan bidang agama untuk mendukung terwujudnya kejehteraan sosial. Dalam tahapan kebijakan publik implementasi program menjadi tahapan yang penting dalam pokok kebijakan publik. Untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dalam masyarakat, maka diimplementasikan program-program yang menunjang pembangunan seperti program ekonomi , sosial, sarana prasarana , serta budaya dan agama. Penulisan ini berangkat dari isu tersebut dan ingin mengkaji secara mendalam bagaimana implementasi dari program pembangunan bidang agama untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan sosial masyarakat, secara khusus di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah, dengan menggunakan metode penulisan deskriptif kualitatif, dengan menggunakan perspektif Administrasi Publik, Teori Kebijakan Publik, Teori Implementasi, Teori Pembangunan dan Kesejahteraan Masyarakat. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mengimplementasikan Kebijakan pembangunan bidang agama, Bimas Kristen Kantor Wilayah provinsi Kalimantan Tengah menggunakan tiga tahapan proses yaitu Input, Proses dan program.
Penatalayanan Musik Gereja Di Masa Pandemi Covid-19 Agus Budi Handoko
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.302 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.67

Abstract

The problem of the Covid-19 outbreak has an impact on worship activities in churches which have changed the model to the use of online worship. Church music as part of worship is certainly prepared in online worship so it needs stewardship so that it can take place well. The purpose of this study is to explain the impact of the Covid-19 pandemic on the stewardship of church music in worship. The research method uses a qualitative approach and the type is descriptive narrative. The research location is at the Kalawa Congregation GKE, Kasongan Regency, Central Kalimantan. The results of the study found that the Covid-19 pandemic had an impact or influence on church life, whether it was a negative impact that became an obstacle or a positive impact that became a strength. Permasalahan wabah Covid-19 berdampak dalam kegiatan ibadah di gereja yang berubah model ke penggunaan ibadah online. Musik Gereja sebagai bagian dari ibadah tentu dipersiapkan dalam ibadah online sehingga perlu penatalayanan agar bisa berlangsung dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan dampak pandemi Covid-19 penatalayanan musik gereja dalam ibadah. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan jenisnya adalah deskriptif naratif. Lokasi tempat penelitian adalah di GKE Jemaat Kalawa, Kabupaten Kasongan, Kalimantan Tengah. Hasil penelitian dijumpai bahwa pandemi Covid-19 membawa dampak atau pengaruh dalam kehidupan bergereja, baik itu dampak negatif yang menjadi hambatan ataupun juga dampak positif yang menjadi kekuatan.
El-Shadday dan Korelasinya dengan Dewi Karema dalam Mitologi Penciptaan Manusia Di Suku Minahasa Firman Panjaitan; Regen Wantalangi
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (294.328 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.68

Abstract

Understanding of God is very important in religious life, especially when religion is confronted with culture. There needs to be contextualization efforts in understanding God comprehensively so that it can be accepted from a religious as well as cultural perspective. Through this, God is not only understood correctly Biblically, but at the same time is understood based on the context of the local community. This article aims to find the understanding of God in the Minahasa context by contextualizing the understanding of God in the Bible with the local context. This article uses a qualitative method with a literature study approach for research into the Minahasa cultural context coupled with a critical interpretation of biblical research, especially Genesis 1:26-28. The results of the study prove that God, known as El Shadday in the Bible understanding can be contextualized with the understanding of Dewi Karema, so that God in the form of El Shadday understood by Minahasa culture is not just a masculine God but also a feminine God. Thus the God of El Shadday in the Bible is not a foreign God in the life of the Minahasa tribe, but a God who is very close to human life, especially in the figure of Dewi Karema. Pemahaman tentang Allah menjadi hal yang sangat utama dalam kehidupan beragama, terutama ketika agama diperhadapkan pada budaya. Perlu ada upaya kontekstualisasi dalam memahami Allah secara komprehensif sehingga dapat diterima dalam perspektif agama sekaligus budaya. Melalui hal ini, Allah tidak hanya dipahami dengan benar secara Alkitabiah, tetapi sekaligus dipahami berdasarkan konteks masyarakat setempat. Artikel ini bertujuan untuk menemukan pemahaman Allah dalam konteks Minahasa dengan cara mengkontekstualisasikan pemahaman tentang Allah dalam Alkitab dengan konteks setempat. Artikel ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur bagi penelitian terhadap konteks budaya Minahasa ditambah dengan tafsir kritis terhadap penelitian Alkitab, khususnya Kejadian 1:26-28. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Allah, yang dikenal dengan nama El Shadday dalam pemahaman Alkitab dapat dikontekstualisasikan dengan pemahaman Dewi Karema, sehingga Allah dalam wujud El Shadday yang dipahami oleh budaya Minahasa bukan sekadar Allah yang maskulin melainkan Allah dalam wujud feminine, sehingga kehidupan El Shadday sangat dekat dengan kehidupan manusia.
Komunikasi Interpersonal Yesus dan Implementasinya Bagi Pelayanan Gereja Yolantya Widyasari
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 1 No 2 (2021): DPJTMG: November
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.734 KB) | DOI: 10.54170/dp.v1i2.71

Abstract

Communication is certainly a primary aspect of church ministry. But the reality is that there are often imbalances that result in church divisions due to ineffective communication. The purpose of this paper is to find out how the communication that Jesus did, especially in interpersonal communication techniques and their implementation for church services. Interpersonal communication itself is defined as a state of interaction in face-to-face events. This study uses a literature study approach, namely by reading, taking notes and processing research materials. The description of this topic is from several stories of Jesus' interpersonal communication in the Gospels. The result of the theoretical study is how Jesus always paid attention to the communication component. He shapes the message by adjusting the various characteristics of the communicant and adapting to each context that occurs. Then Jesus is also able to overcome every disturbance well, and produces various extraordinary responses from each recipient of His message, and achieves the goal of effective interpersonal communication. The interpersonal communication that Jesus did can also be implemented in church services, namely pastoral counseling services. Komunikasi tentu menjadi aspek primer dalam pelayanan gereja. namun kenyataan yang dijumpai, seringkali terjadi ketimpangan yang mengakibatkan perpecahan gereja karena komunikasi yang tidak efektif. Tujuan penulisan ini mencoba menemukan bagaimana komunikasi yang Yesus lakukan, khususnya dalam teknik komunikasi interpersonal dan implementasinya bagi pelayanan gereja. Komunikasi interpersonal sendiri didefinisikan sebagai suatu keadaan interaksi dalam peristiwa tatap muka. Kajian ini menggunakan metode pendekatan studi pustaka, yaitu dengan membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitian. Uraian topik ini, yaitu dari beberapa kisah komunikasi interpersonal Yesus dalam kitab-kitab Injil. Hasil kajian teori adalah bagaimana Yesus selalu memperhatikan komponen komunikasi. Ia membentuk pesan dengan menyesuaikan berbagai karakteristik komunikan dan menyesuaikan setiap konteks yang terjadi. Kemudian Yesus juga mampu mengatasi setiap gangguan dengan baik, dan menghasilkan berbagai respon yang luar biasa dari setiap penerima pesan-Nya, serta mencapai tujuan komunikasi interpersonal yang efektif. Komunikasi interpersonal yang Yesus lakukan juga dapat diimplementasikan dalam pelayanan gereja, yaitu salah satunya pelayanan pastoral konseling.
Bunuh Diri Bukan Kehendak Bebas Perspektif Neurosains dan Psikoanalisis Sigmund Freud Alvary Exan Rerung
Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja Vol 2 No 1 (2022): DPJTMG: Mei
Publisher : Institut Agama Kristen Negeri Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.364 KB) | DOI: 10.54170/dp.v2i1.76

Abstract

The reality of death due to suicide ia a news that makes a dilemma. Case to case took place throughout 2020 and sparked debate over the course of action. Is it a human free will or not. In connection with this debate, I view suicide from the perspective of Neuroscience and Sigmund Freud’s Psychoanalysis as an attempt to make people aware that suicide occours an a result of a secuence of events that leads to it psychologically. The approach used are descriptive qualitative mhetods and literature study and interview and strengthen the literature data. The purpose of the study is to show the reader about the background of events that influence a person to commit suicide. By looking at the complexity of the problem, it’s hoped that the community will be sensitive and not add to the burden on the perpetrators. This paper offers a counter narrative by carrying out two philosophical concepts of tosangrapu and siangkaran culture. With these two concepts, there is hope that suicide cases can be reduced because they are defeated by the sensitivity in society to embrace and help each other when there is a problem in their life. Realitas kematian akibat kasus membunuh diri sendiri merupakan berita yang membuat dilema. Kasus demi kasus terjadi sepanjang tahun 2020 dan mengumandangkan perdebatan tentang tindakan tersebut. Apakah itu sebuah kehendak bebas manusia atau bukan. Berkaitan dengan perdebatan tersebut, penulis melihat tindakan bunuh diri dari perspektif neurosains dan psikoanalisis Sigmund Freud sebagai upaya untuk menyadarkan masyarakat bahwa tindakan bunuh diri terjadi akibat adanya urutan peristiwa yang mengantarnya secara psikologis. Pendekatan yang digunakan menggunakan metode kualitatif deskriptif dan studi pustaka serta wawancara untuk memperkuat data kepustakaan. Tujuan dari penelitian ini untuk menunjukkan kepada pembaca tentang adanya latar belakang peristiwa yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan bunuh diri. Dengan melihat kompleksitas masalah itu, diharapkan masyarakat bisa peka dan tidak menambah beban pelaku. Tulisan ini menawarkan kontra narasi dengan melakukan dua konsep filosofis budaya tosangrapu dan siangkaran. Dengan dua konsep ini, ada harapan bahwa kasus bunuh diri dapat dikurangi karena dikalahkan oleh kepekaan dalam masyarakat untuk saling merangkul dan membantu ketika mendapat suatu masalah dalam kehidupannya.