cover
Contact Name
ROBERT PURBA
Contact Email
jurnalpneumatikos@stapin.ac.id
Phone
+6281329494800
Journal Mail Official
jurnalpneumatikos@stapin.ac.id
Editorial Address
Linkungan Pasir Asih No. 802-821 RT. 03 RW. 10 Majalengka 45411
Location
Kab. majalengka,
Jawa barat
INDONESIA
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi/Kependetaan
ISSN : 22524088     EISSN : 26858002     DOI : https://doi.org/10.56438
PNEUMATIKOS merupakan wadah untuk memublikasikan hasil penelitian teologi, baik penelitian literatur maupun lapangan, yang dilakukan oleh para dosen Sekolah Tinggi Teologi STAPIN Majalengka dan STT lain di seluruh Indonesia. Focus dari Jurnal ini ialah: Biblika (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) Dogmatika Kristen Historika Gereja Pentakostalisme Teologi Praktika
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 48 Documents
Mempraktikkan Hukum Kasih di Era Pandemi Covid-19 Nehemia Pasaribu
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 12 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v12i2.59

Abstract

Abstract: Covid-19 is a weakness experienced by everyone, which has an impact on health, poverty, and even society. During the COVID-19 pandemic, government regulations regarding health protocols were enforced, so that in carrying out activities there were social restrictions to reduce the spread of the virus, social restrictions also had an impact on church activities. But the church must still express the love that Jesus taught in the second commandment, which states "love your neighbor". This article aims to provide an understanding of how to practice the law of love. The method in this study uses an analytical literature approach. In this finding, it was found that during the Covid-19 pandemic, the church must continue to practice the law of love without violating the provisions of government regulations regarding health protocols.Abstrak: Covid-19 adalah sebuah kelemahan yang di alami semua orang, yang berdampak pada kesehatan, kemiskinan, bahkan sosia. Di masa pandemi Covid-19 diberlakukan peraturan pemerintah tentang protokol kesehatan, sehingga dalam melakukan kegiatan ada batasan sosial untuk mengurangi penyebaran virus, pembatasan sosial juga berdampak dalam kegiatan gereja. Namun gereja harus tetap menyatakan kasih yang telah diajarkan Yesus di dalam hukum yang kedua, yang menyatakan “kasihilah sesamamu manusia”. Artikel ini mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana cara mempraktekkan hukum kasih. Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan literatur analisis. Dalam temuan ini diperoleh bahwapada masa pandemi Covid-19, gereja harus tetap memraktekkan hukum kasih tanpa melanggar ketetapan peraturan pemerintah tentang protokol kesehatan.
Chip dan Antikristus: Suatu Perspektif Etis Teologis Iin Nur Indrayani Sihombing
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i1.61

Abstract

Abstract: One example that always raises in gossip around the sign of the antichrist (666). When computers were first popularized, some Christians become nervous, because they thought this device was means for the antichrist to rule the world. Now, ironically, it’s hard to find a church that doesn’t have computers. Like wise with the use of barcodes (a kind of striped sign with numbers underneath that is often found on commercial products). Not a few Christians frowned and were super alert when this technology was introduced. Today almost all Christians benefit from this technology.
Perilaku Manusia dalam Menghadapi Covid-19: Suatu Tinjauan Etis Teologis Imron Widjaja; Iin Nur Indrayani Sihombing
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 12 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v12i2.62

Abstract

Abstract: March 2020, the world was shaken by the outbreak of the Corona Virus (Covid-19) pandemic which caused panic everywhere. This virus is very easy to transmit, hundreds of thousands of people are infected and even die. In Indonesia, the government has given appeals to the public on how to deal with this epidemic. But in reality, there are still many Indonesian people who do not heed the appeal. Therefore, this study aims to analyze human behavior in overcoming the spread of the covid-19 virus. The research method used in this research is descriptive analysis approach. The results show that human behavior displayed by people who do not comply with government advice is mostly based on cognitive bias. In addition to analyzing the behavior of the Indonesian people and how to overcome them, this article also provides suggestions on how to maintain the safety of the human soul with the application of ethics approach. Abstrak: Maret 2020, dunia digoncang dengan wabah pandemic Virus Corona (Covid-19) yang membuat kepanikan dimana-mana. Virus ini mudah sekali penularannya, ratusan ribu manusia terinfeksi bahkan sampai kepada kematian. Di Indonesia, pemerintah telah memberikan himbauan-himbauan kepada masyarakat bagaimana cara mengatasi wabah ini. Tetapi pada kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yangtidak mengindahkan himbauan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perilaku manusia dalam mengatasi penyebaran virus covid-19 ini. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan deskriptif analisis. Hasil menunjukkan bahwa perilaku manusia yang ditampilkan oleh orang yang tidak mematuhi himbauan pemerintah kebanyakan didasari oleh bias kognitif. Selain menganalisa perilaku masyarakat Indonesia dan cara menanggulanginya, artikel ini juga memaparkan saran-saran bagaimana menjaga keselamatan jiwa manusia dengan pendekatan Penerapan Etika.
Pendidikan Agama Kristen bagi Anak dalam Gereja: Tantangan dan Solusi Novida Dwici Yuanri Manik; Amos Neolaka; Sutrisno
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 12 No. 2 (2022): Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v12i2.63

Abstract

Abstract: Christian religious education is a necessity for all age groups, including children. Instead, Christian Religious Education should be taught as early as possible for the good of the child in the future. The church is one of the places for children to get a Christian education, and the church is one of the main places for children to learn about Christianity. But unfortunately, sometimes the church forgets to pay attention to this need so the children's group becomes a little sidelined and only focuses on activities for adults. Even though there are so many ways to introduce Christian Religious Education to children in the church. Children are the future of the church; therefore, this age group should receive the same attention as other age groups. Therefore, the church must strive for the continuity of Christian Religious Education for children's groups. Thus, children who are said to be the future of the church can be committed from an early age to live according to the way of Christ and face the challenges they face. Abstrak: Pendidikan Agama Kristen merupakan kebutuhan bagi semua golongan usia, termasuk juga kelompok anak. Justru, Pendidikan Agama Kristen harus diajarkan sedini mungkin demi kebaikan anak di masa depan. Gereja merupakan salah satu tempat bagi anak untuk mendapatkan pendidikan Agama Kristen, dimana gereja menjadi salah satu wadah utama bagi anak untuk mempelajari tentang Kekristenan. Namun sayangnya, terkadang gereja lupa memperhatikan kebutuhan ini, sehingga kelompok anak menjadi sedikit tersisihkan dan hanya fokus pada kegiatan untuk orang dewasa. Padahal ada begitu banyak cara dalam mengenalkan Pendidikan Agama Kristen bagi anak di dalam gereja. Anak merupakan masa depan gereja, karena itu kelompok usia ini harusnya mendapat perhatian yang sama dengan kelompok usia lainnya. Karena itu, gereja harus berupaya untuk keberlangsungan Pendidikan Agama Kristen bagi kelompok anak. Sehingga, anak yang dikatakan merupakan masa depan gereja, dapat berkomitmen sejak dini untuk hidup seturut dengan jalan Kristus dan menghadapi tantangan yang mereka hadapi.
Pemberdayaan Jemaat Sebagai Strategi Gereja dalam Mempersiapkan Guru Sekolah sebagai Generasi Penerus di Era Digitalisasi Eben Munthe
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i1.66

Abstract

Abstract: The teacher is a very noble profession and plays an important role in preparing a future generation, especially in the digitalization era so that the church in carrying out the Great Commission of Christ, which is to make all nations become disciples of Jesus, has a responsibility to empower existing resources, namely the congregation as one of the strategies that can be implemented. the church is doing in preparing the congregation as school teachers so that they can educate students as the next generation of the church in particular and the next generation of the Indonesian nation in this digitalization era so that later they can be useful for the nation and state and the church. The writing methods used are qualitative research methods and library research, namely collecting materials from various sources such as books, articles and other reading materials that can be used as references for writing this article.Abstrak: Frofesi seorang Guru adalah sangat mulia dan sangat berperan penting dalam mempersiapkan sebuah generasi mendatang terutama di era digitalisi sehingga gereja dalam melaksanakan Amanat AgungNya yaitu menjadikan semua bangsa menjadi murid Yesus memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan sumber daya yang ada yaitu jemaat sebagai salah satu strategi yang gereja lakukan dalam mempersiapkan jemaat sebagai guru sekolah sehingga dapat mendidik murid-murid sebagai generasi Penerus gereja pada khususnya dan generasi penerus bangsa Indonesia di era digitalisasi ini sehingga kelak mereka bermanfaat bagi bangsa dan negara serta gereja. Metode penulisan yang digunakan ialah metode penelitian kualitatif dan perpustakaan (library research) yaitu mengumpulkan dari berbagai sumber seperti buku-buku, artikel-artikel dan bahan-bahan bacaan lainnya yang dapat dijadikan referensi bagi penulisan artikel ini.
Pendampingan Pastoral terhadap Wanita sebagai Orang tua Tunggal dalam Pendidikan, Kerohanian, dan Kehidupan Sosial Anak di Era Pandemi Covid-19 Markus Kusni
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i1.67

Abstract

Abstrak: Pandemi covid-19 membuat wanita sebagai orangtua tunggal mengalami berbagai masalah dan pergumulan dalam mendampingi anak dalam hal Pendidikan, kerohanian dan kehidupan sosialnya. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan pendampingan pastoral diberikan kepada para orangtua terkusus wanita sebagai orangtua tunggal supaya mampu melewati dan menghadapi segala keadaan terlebih di masa sulit terkait dengan mendidik anak. Artikel ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui artikel dan sumber bacaan lainnya yang membahas topik yang sama, data yang terkumpul diuraikan untuk menyelesaikan pokok penelitian. Hasil penelitian ini adalah: pertama, Pendampingan pastoral diberikan kepada wanita sebagai orangtua tunggal untuk menghadapi masa sulit mulai dari sejak dia memerankan diri sebagai kepala keluarga sejak kematian suaminya. Kedua, Pendampingan pastoral diberikan kepada wanita sebagai orangtua tunggal dalam pemenuhan kebutuhan anak baik, pendidikan, kerohanian dan kehidupan sosial anak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pendampingan pastoral terhadap wanita sebagai orangtua tunggal apabila diberikan sedini mungkin akan menolong banyak orangtua dalam mendampingi dan mendidik anak-anak mereka walaupun dalam masa sulit sekalipun.
Signifikansi Kemampuan Manajerial Gembala Jemaat dalam Upaya Mencapai Visi-Misi Gereja Pieter Anggiat Napitupulu; Christy Lumban Tobing
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 1 (2022): Juli 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i1.68

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan Gereja seperti yang diharapkan oleh para Gembala tidak terlepas dari kemampuan manajerial seorang Gembala dalam mengupayakan pewujudan dari visi dan misi gereja tersebut. Kemampuan manajerial inilah yang harus dimiliki bahkan perlu diupgrade oleh seorang Gembala Jemaat. Terhadap pemahaman pentingnya kemampuan manajerial seorang Gembala dalam meujudkan visi dan misi gereja ternyata ada yang berpandangan negative, yang hanya mengutamakan sisi kemampuan kerohanian saja seperti mengandalkan doa dan sejenisnya. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif literatur dengan metode deskripsi analisis interpretatif, yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman pentingnya kemampuan manajerial seorang Gembala Jemaat dalam mengupayakan pencapaian visi dan misi gereja sehingga akan mewujudkan pertumbuhan gereja. Hasil kajian: Seorang gembala penting untuk menetapkan dan menguasai visi, misi dan tujuan dari gereja yang digembalakannya, serta memiliki kemampuan manajerial dalam penggembalaannya. Dengan kemampuan manajerial seorang gembala akan dapat keluar dari pelayanan rutinitas sehingga gereja dapat bertumbuh dengan mencapai visi dan misi serta tujuan yang sudah ditetapkan.
Hakikat TUHAN: Suatu Analisa terhadap Sebutan Nama TUHAN Menguduskan dan Aplikasinya dalam Kehidupan Kristen Chardo Nardy Silitonga; Priyantoro Widodo
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i2.52

Abstract

One important issue in Christian dogma is the name of God. The polemic that often arises is the use of the words YHWH and Allah. In the New Indonesian Translation, the word used to translate the word YHWH is the word LORD by using a capital letter. In the Bible, God's name can be given to humans; some are God himself who reveals His name. Exodus 31:13, there is a term that sanctifies God, a name that God has attached to Himself. In this research, the method used is qualitative, with the study of terms and analysis of the meaning of words. When God calls himself a sanctifying LORD, God reveals himself as a holy God who has freed God's people to become his own. The sanctifying God marks a people who are distinguished from other nations. God, the creator who has power over space and time, is present among His people and makes the nation holy so that it is worthy to worship before God on the Lord's Sabbath. Abstrak Satu isu penting dalam dogma kekristenan adalah mengenai nama Allah. Polemik yang seringkali muncul adalah pemakaian kata YHWH dan Allah. Dalam Terjemahan Baru kata yang dipakai untuk menerjemahkan kata YHWH adalah kata TUHAN dengan menggunakan huruf kapital. Dalam Alkitab pemberian nama Allah bisa dari manusia dan ada yang Allah sendiri yang menyatakan nama-Nya. Dalam Keluaran 31:13 ada satu istilah TUHAN yang menguduskan yang merupakan satu nama yang disematkan TUHAN pada diri-Nya. Dalam penelitian ini metode yang dipakai adalah kualitatif dengan studi istilah dan analisis makna kata. Ketika Allah menyebut dirinya sebagai TUHAN yang menguduskan Allah menyatakan diri-Nya sebagai Allah yang kudus yang telah membebaskan umat Tuhan untuk menjadi milik kepunyaan-Nya sendiri. TUHAN yang menguduskan menandai suatu umat yang dibedakan dari bangsa-bangsa lain. Tuhan sang pencipta yang berkuasa atas ruang dan waktu hadir ditengah-tengah umat-Nya dan menjadikan bangsa itu kudus, sehingga layak untuk beribadah dihadapan Allah pada hari Sabat Tuhan.
Pentingnya Keseimbangan antara Kualitas Rohani dan Manajerial Pemimpin dalam Menyelesaikan Konflik Organisasi Pieter Anggiat Napitupulu
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i2.57

Abstract

In life, every human being cannot be separated from conflicts, both between individuals and individuals with groups or between organizations. Likewise, every organization is inseparable from the name of conflict, both between individuals and individuals, individuals and groups, between groups within organizations, and even between organizations, and to be able to resolve conflicts requires the role of a leader who can provide the best solution in resolving conflicts, namely a win-win solution. or a solution that wins both parties and does not harm either party. Leaders with what quality can provide solutions or solutions that are good and profitable for all parties and do not harm any of the parties involved in a conflict, namely leaders who have balanced qualities between spiritual qualities and managerial qualities in making the best decisions that benefit the parties who are in conflict so that the conflict can be resolved properly. Abstrak Dalam hidup setiap manusia tidak mungkin terlepas dari konflik baik antar individu maupun individu dengan kelompok atau antar organisasi. Demikian pula setiap organisasi tidak terlepas dari yang namanya konflik baik antar individu-dengan individu, individu dengan kelompok, antar kelompok dalam organisasi bahkan antar organisasi dan untuk dapat menyelesaikan konflik diperlukan peran pemimpin yang dapat memberikan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan konflik yaitu win-win solution atau solusi yang memenangkan kedua belah pihak tidak ada yang merugikan salah satu pihak. Pemimpin dengan kualitas bagaimana yang dapat memberikan solusi atau jalan keluar yang baik dan menguntungkan bagi semua pihak dan tidak merugikan salah satu pihak yang sedang terlibat konflik yaitu pemimpin yang memiliki kualitas seimbang antara kualitas rohani dengan kualitas manajerialnya dalam mengambil keputusan yang terbaik yang menguntungkan pihak-pihak yang sedang dalam konflik sehingga konflik dapat diselesaikan dengan baik
Pancasila dan Gereja: Implikasi dalam Bernegara di Indonesia Antoni Sinulingga; Susanti Embong Bulan
PNEUMATIKOS: Jurnal Teologi Kependetaan Vol. 13 No. 2: Januari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Alkitab Penyebaran Injil Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56438/pneuma.v13i2.65

Abstract

Pancasila is the basis of the state for all Indonesian people with social, cultural, and religious backgrounds, including Christianity. The problem is the church, which is the symbol of Christianity; there are pros and cons when the church needs to participate in the state (politics) in Indonesia. Some Christians believe that the church does not need to be active, and some need to be active in the state (politics). The purpose of this paper is to explain what Pancasila is and what the implications of church involvement in the state in Indonesia are. The method used is a literature review of theological ethical studies. The result of this research is that the church and the state have their respective duties and roles and support each other based on the values of Pancasila. Abstrak Pancasila adalah dasar negara bagi seluruh rakyat Indonesia yang memiliki latar belakang sosial, budaya, dan agama, termasuk kekristenan. Persoalannya, gereja yang menjadi lambang kekristenan terjadi terjadi pro dan kontra, ketika gereja apakah perlu berpartisipasi dalam bernegara (politik) di Indonesia. Ada sebagian umat Kristen berpandangan bahwa gereja tidak perlu aktif dan Sebagian perlu aktif dalam bernegara (berpolitik). Tujuan penulisan ini adalah menjelaskan apakah Pancasila dan bagaimana implikasinya keterlibatan gereja dalam bernegara di Indonesia. Metode yang digunakan adalah literature review dalam kajian etis teologis. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa gereja dan negara memiliki tugas dan peranannya masing-masing dan saling menopang yang dilandasi nilai-nilai Pancasila.