cover
Contact Name
Joseph H Sianipar
Contact Email
josephhsianipar@gmail.com
Phone
+62818537111
Journal Mail Official
stft@suryanusantara.ac.id
Editorial Address
Jl. Rakutta Sembiring, Pondok Sayur, Siantar Martoba. Pematangsiantar
Location
Kota pematangsiantar,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara
ISSN : 23391359     EISSN : -     DOI : -
Tujuan dari jurnal ini adalah untuk mempublikasikan berbagai hasil penelitian dari dosen-dosen theologi STFT Surya Nusantara. Scope dari penelitian di dalam jurnal ini mencakup bidang ministry atau pelayanan jemaat yang lebih dikenal dengan applied theology (konsentrasi kepemimpinan gereja), kemudian Biblika (Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, juga penelitian dibidang historika atau sejarah gereja, Jurnal ini menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat maupun gereja dalam menemukan solusi dalam menghadapi permasalahan yang ada di dalam masyarakat dan jemaat
Articles 50 Documents
PENGARUH PERAN PENDETA TERHADAP PEMAHAMAN DAN PENERAPAN DOKTRIN BAIT SUCI DI LINGKUNGAN GEREJA MASEHI ADVENT HARI KETUJUH Elfri Darlin Sinaga
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.332 KB)

Abstract

The Doctrine of Sanctuary is one of the most important Bible Doctrines within the Seventh-day Adventist Church. The correct understanding about the priesthood ministry of Christ in the Heavenly Sanctuary must be understood and implemented fully by its church’s members. There are assumptions that many of church members have a little understanding about the doctrine of sanctuary and they have a lack understanding about the benefit of that doctrine to be understood and implemented in everyday life. What is the level of understanding of that doctrine within the Seventh-day Adventist church members? How much is the application of Sanctuary Doctrine within the members of the congregation? Then, what is the level of influence of the pastor’s role in teaching that doctrin to his church members? This research aims to enhance the role of the pastor in educating and equipping the church members have a full understanding on theological teachings on sanctuary doctrine and its implementation in everyday life. The result of this study indicated that the level of understanding of the church members on the doctrine of Sanctuary (Y1) was on the score value 2.976 or hesitation and the implementation (Y2) was on the the score value 2.128 or disagree. The influence of the pastor’s role as educator in teaching of sanctuary’s doctrine towards the theological understanding of the Seventh-day Adventists church’s members throughout the municipality Pematangsiantar are at 0,316 or 9.9% and the influence of the pastor’s role towards the implementation of the doctrine of Sanctuary in the life of the church members are at 0.369 or 13.6%. It means that contributions given by the pastor toward the understanding of the church members (Y1) and toward the implementation of the doctrine of sanctuary in the life of the church members (Y2) exists but is weak or insignificant. Based on the results of this research will provide advice to church’s pastor in order to further enhance its role in teaching that doctrine and its implementations, so that all church’s members become more proficient on that subject and should prepare themselves worthy to receive the merit of Christ mediation’s services in the Heavenly Sanctuary.
KAJIAN PERANAN AUDIT INTERNAL ORGANISASI NIRLABA: ADVENT Tanggor Sihombing
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (248.812 KB)

Abstract

Jasa Audit internal dalam setiap entitas merupakan hal yang sangat penting. Namun beberapa lembaga nir-laba apalagi lembaga keagamaan sering abai atau melakukan audit internal tetapi tidak secara maksimal. Studi ini mengkaji bagaimana standar audit internal dilingkungan organisasi Advent secara umum yang dibuat oleh GCAS (General Conference Auditing Service) dan lebih khusus di Indonesia kawasan barat. Dalam mengatur audit internal Advent, menggunakan working policy yang tertulis dengan identitas SA Auditing Policies, SA 05 Auditor and Auditing. Setelah melihat policy ini, penulis membandingkan dengan IIA (Institute of Internal Auditors), yang membuat standar dalam praktek auditor internal.IIA telah menyusun tiga standar yang disebut Standar Atribut, Standar Kinerja dan Standar Implementasi.Dalam kajian ini, penulis fokus membahas Standar Atribut. Hasil dari kajian ini menunjukkan bahwa, petunjuk audit internal yang ditulis oleh GCAS sangat terbatas, meski entitas yang akan diaudit itu mempunyai skope dunia dengan lembaga yang sangat banyak, sehingga berpotensi tidak maksimal dalam pencapaian tujuan auditor internal yang dimaksudkan. Sehingga rekomendasi penulis, menyarankan agar dilengkapi dan mengacu kepada standar yang umum seperti yang dituliskan pada manual IIA.
KOMUNIKASI DAN INTERAKSI DALAM TIM KERJA SEBAGAI CERMIN KUALITAS KERJASAMA TIM Joseph H Sianipar
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (184.736 KB)

Abstract

Penelitian ini menggunakan metode riset kuantitatif yang bertujuan untuk melihat kualitas kerjasama tim ditinjau dari aspek komunikasi dan interaksi di kalangan para pelayan gereja. Hasilnya menunjukkan bahwa salah satu aspek yang paling gampang dilihat untuk menilai kualitas kerjasama dalam sebuah tim kerja adalah dengan memperhatikan komunikasi dan interaksi diantara sesame anggota tim kerja tersebut. Komunikasi yang buruk adalah suatu hambatan bagi kerjasama tim. Komunikasi itu sendiri didasarkan oleh budaya yang sama dan bergantung atas harapan yang sama. Ketika harapan berbeda maka komunikasi akan terganggu. Para pelayan jemaat merasa perlu meningkatkan ketrampilan dalam berkomunikasi agar dapat mengembangkan kerjasama tim yang baik. Dari empat faktor komunikasi maka yang paling penting menurut riset ini adalah: (1) menerima saran dengan cara konstruktif, (2) mau berbagi suka dan duka, sukses maupun kegagalan kepada rekan kerja, (3) berusaha lebih memahami sudut pandang rekan kerja lewat mendengarkan secara aktif, serta (4) memiliki akses kepada komunikasi tim dan mengetahui dengan jelas berbagai kegiatan pada masa mendatang. Selain komunikasi ada juga aspek interaksi diantara anggota tim. Komunikasi yang kelihatannya baik belum tentu menjadi jaminan adanya interaksi yang baiak di antara anggota tim. Minimnya interaksi diantara anggota tim akan melemahkan ikatan yang mengikat tim kerja tersebut. Dalam hal ini responden sepakat bahwa kualitas interaksi di antara tim pelayan gereja MAHK masih dapat ditingkatkan. Berikut ini adalah interaksi yang dianggap paling efektif dalam meningkatkan kesatuan tim kerja, antara lain: (1) keterlibatan semua anggota tim dalam semua kegiatan tim kerja, (2) kerelaan mempertahankan kesatuan tim diatas kepentingan pribadi, (3) kerjasama diantara sesame anggota tim, (4) kemauan untuk belajar dari sesama anggota tim, dan (5) lebih memiliki interaksi positif daripada interaksi negative.
HAMARTIA AND CHARIS OF GOD IN ROMANS: AN EXEGETICAL STUDY Zainal Sibagariang
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 6 No. 1 (2018)
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.062 KB)

Abstract

Terminologi dosa dan kasih karunia (Yunani: hamartia dan charis ) adalah dua tema penting dalam pemikiran Paulus khususnya dalam buku Roma. Kedua kata ini digunakan berulangkali dan lebih banyak dibandingkan dengan penggunaannya dalam buku-buku Paulus lainnya. Dari 91 kali pemakaian kata hamartia dalam keseluruhan buku-buku karangan Paulus, sebanyak 24 kali dia gunakan hanya dalam buku Roma, sedangkan untuk kata charis, dari 105 kali kemunculannya dalam tulisan-tulisan Paulus, sebanyak 24 kali muncul. Latarbelakang kemunculannya secara berulang dan paling sering dalam buku Roma disebabkan signifikansi kedua terminologi dalam kitab ini. Menurut kitab Roma dosa telah mengakibatkan hal yang sangat buruk bagi manusia dan telah mengakibatkan perpisahan dengan Allah. Karena dosa manusia kehilangan kemulian Allah dan terancam dibawah ancaman kematian kekal tetapi dalam kasih-Nya telah memberikan kasih karunia (charis) kepada manusia sebagai penawar dari keadaan keberdosaan tersebut. Pemberian kasih karunia ini memungkinkan manusia untuk dibebaskan dari ancaman yang diakibatkan oleh dosa. Namun sayang dalam gereja Roma sebagai tujuan surat ini dan juga sepanjang zaman Kekristenan banyak orang yang salah menafsirkan dan menyalahgunakan terminologi ini. Hubungan kedua kata ini tidak dimengerti dengan jelas sehingga banyak yang berpendapat bahwa Kasih Karunia membebaskan manusia dari dosa sekalipun tetap hidup didalamnya. Namun Dalam exposisi buku Roma Paulus menunjukkan bahwa Kasih karunia ini adalah sebuah pembenaran dari Allah melalui iman atas apa yang Allah lakukan untuk keselamatan manusia dan menegaskan bahwa Kasih karunia bukanlah sebuah justifikasi bagi seseorang untuk tetap hidup dalam dosa, melainkan apabila seseorang sudah menerimanya maka haruslah dilanjutkan dengan proses yang disebut dengan penyucian.
PENGARUH TOLERANSI BERAGAMA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA SMK KESEHATAN SAHATA, PEMATANGSIANTAR Harmonvikler Dumoharis Lumbanraja; Donald Loffie Muntu
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 1 (2019): January
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (269.53 KB)

Abstract

Tolerance is one of the crucial problem in the social life, where the variety of community aspect become the separating wall between the individual, creating disharmony and intolerance, that cause social friction and dislike to each other. Religion intolerance is a national problem where the people who cling to a religion and belief could have friction in the social life. This research is to determine the influence of religion tolerance toward social interaction among high school student in SMK Kesehatan Sahata in Pematangsiantar, North Sumatera. The research is empirical, the sampling technique used was problability sampling focused on simple random sampling, and the formula of Slovin to determine the number of respondents. Variables were used are entered/removed to explain the variable entered and method used. Data analysis was used using simple linear regression to explain the correlation/relationship (R) as 0.563. The result of determinant coefficient (R Square) was 0.317, that interpreted the influence of independent variable (religion tolerance) toward the dependence variable (social interaction) was 31.7%. The study concludes that religion tolerance has influence toward social interaction among high school students in SMK Kesehatan Sahata.
ALLAH DAN TRINITAS Sebuah Pendasaran Dialektis-Filosofis Hegelian Fitzerald Kennedy Sitorus
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 1 (2019): January
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.376 KB)

Abstract

Mengapa gerangan Hegel bagi Protestan tidak seperti Thomas Aquinas bagi Katolik Roma? – Karl Barth Pokok permasalahan agama dan filsafat adalah kebenaran abadi dalam objektivitasnya, yakni Allah dan tidak lain dari Allah dan pemaparan mengenai Allah ... (Karena itu), agama dan filsafat itu identik, perbedaan keduanya adalah kekhasan cara masing-masing dalam memahami Allah tersebut – G.W.F. Hegel Semua hal pada dirinya sendiri adalah kontradiktif – G.W.F. Hegel
THE USE OF VERBAL REPERTOIRE IN THE HUMAN STATUS AS THE IMAGO DEI AND GOD’S KINGDOM COMMUNITY Jonter Pandapotan Sitorus
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 1 (2019): January
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (219.475 KB)

Abstract

Originally, Christians are created according to God’s image - imago dei – which indicates that God’s attributes also live and exist in the life of His people. Furthermore, while living here on earth, Christians have two status. The First is the status as a citizen in this world. The Second is the status as the citizen of the Kingdom of God. As this world’s citizen, human beings have rights and responsibilities toward the government in which they live. Their citizenship has been arranged according to the rule of the specific country. As the citizen of the Kingdom of Godthrough the grace of God that has chosen His people, human beings have to pay attention to their communication ability especially the ability to use the language and its variations, known as verbal repertoire. The usage of verbal repertoire is expected to glorify God in the communication individually and collectively as a community. Moreover, human beings, as imago dei and the people of God’s Kingdom, have to use verbal repertoire to be a blessing for other people and draw to God those who live far from Him through their verbal testimonies. Key words: Imago Dei, verbal repertoire, people of the Kingdom of God.
THE CHURCH MUSICIANS AND THEIR IMPORTANT ROLES IN WORSHIP Dante Oblimar
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 1 (2019): January
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.388 KB)

Abstract

Many musicians find themselves engaged in different musical activities of their respective church affiliations all throughout the year. In the Philippines, Malaysia, Indonesia, Singapore, and Thailand, where I had the privilege of working with the Seventh-day Adventist Churches, musicians are tasked to handle leadership function as elected church officers to take charge of the musical needs of the church. Their main function includes assigning singers, accompanists, instrumentalists, and song leaders for each weekly services such as the Midweek Prayer Meeting, Vespers, Sabbath School program, Hour of Worship, and sometimes even for the afternoon service efor the youth. As a practice, a music committee is formed which may include the membership of the elected music leader, associates, church pastor, and the elder for music. The committee usually appoints other musicians who may be requested to provide music for the church such as a choir director for adult, youth, and for children. They are also requested to prepare programs for church special celebrations such as thanksgiving, year-end gatherings, and others. Outreach activities where musical parts are needed keep the musicians busy not to mention their involvement in other services such as funerals, hospital or sick visitations, and others. Keywords: Worship and Music
COMPARATIVE ACHIEVEMENTS OF SEVENTH-DAY ADVENTIST LEADERSHIP IN INDONESIA PRE AND POST 1970 Rexon Nainggolan
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 1 (2019): January
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.48 KB)

Abstract

The year 1970 is an important milestone in Seventh-day Adventist organization in Indonesia. First, as the Union of Indonesia was organized in 1929, 1970 is relatively the middle of the Indonesia movement up to now. Second, started in 1970 the leadership in the two Indonesia unions were transferred from non-Indonesian leaders to the native Indonesian. In that relation, this study compares the achievements of the Seventh-day Adventist church leadership in Indonesia pre and post 1970, the year when the leaderships were transferred from non-Indonesian to the native Indonesian, from the view of membership, numbers of churches, as well as the institutional and landmarks establishments.The finding indicates that the achievements of Seventh-day Adventist church in Indonesia under leadership of native Indonesia post 1970 is significantly decrease when compared to the non-Indonesian leadership in previous period from the view of membership growth(83.55%) and number of churches (102.94%). This conclusion is indicated by average annual membership growth which decreases from 7.81% in Period 1 of to 3.56% in Period 2 and the average annual number of churches growth which decreases from 5.30% in Period 1 of to 2.69%. The statistical data also reported that most of current major institutions and landmarks were established during the leadership of non-Indonesian. Nevertheles, the leadership in Period 2 had maintained the institutions and developed them into more sophisticated institutions. Keywords: Seventh-day Adventist Church , leadership, membership growth, number of churches
PERAN GEMBALA JEMAAT TERHADAP PERTUMBUHAN JUMLAH BAPTISAN GEREJA MASEHI ADVENT HARI KE TUJUH DI DISTRIK SIMALUNGUN SELATAN A Horatius F. Silalahi
Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara Vol. 7 No. 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Jurnal Theologia Forum STFT Surya Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (43.153 KB)

Abstract

Memberitakan Injil merupakan satu perintah agung dari Yesus Kristus. Ketika Yesus memulai pekerjan-Nya di bumi ini salah satu pelayanan-Nya adalah memberitakan Injil melalui pengajaran-pengajaran yang Yesus lakukan. Alkitab mengatakan dalam (Matius 9 : 35) bahwa, “ Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.”