cover
Contact Name
Muhammad Amin Sunarhadi
Contact Email
mamin.sunarhadi@staff.uns.ac.id
Phone
+6281390716299
Journal Mail Official
jurnalekosains@gmail.com
Editorial Address
Ilmu Lingkungan FMIPA Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres Surakarta 57126 INDONESIA
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Ekosains
ISSN : 19797826     EISSN : -     DOI : -
Jurnal Ekosains mempublikasikan hasil penelitian di bidang lingkungan maupun interdisipliner terkait yang belum pernah dipublikasikan atau sedang dipertimbangkan untuk dipublikasikan di jurnal lain. Jurnal Ekosains menerima artikel baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris yang mencakup beberapa topik kajian lingkungan antara lain: Manajemen lingkungan Ekologi Lingkungan Konservasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pembangunan dan Lingkungan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Perencanaan dan Administrasi Lingkungan Kesehatan lingkungan Teknik Lingkungan dan Pencemaran Lingkungan, dan Sistem Informasi Lingkungan Manajemen Bencana
Articles 72 Documents
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorgum bicolor (L.) Moench ) TERHADAP PENAMBAHAN BAHAN PEMBENAH TANAH, SISTEM IRIGASI DAN PUPUK HAYATI DI LAHAN KERING LOMBOK UTARA Adiansyah A; Suwardji S; I Made Sudantha
Ekosains Vol 8, No 03 (2016)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3964.434 KB)

Abstract

Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan daerah yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari lahan kering yaitu seluas 1.807.463 ha (84 % dari luas wilayahnya). Sejumlah 649.000 ha potensial dikembangkan sebagai lahan pertanian produktif. Kendala utama dalam pengembangan lahan kering di NTB adalah keterbatasan air dan jenis tanah yang bertekstur kasar berpasir. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas tanah di lahan kering adalah dengan penambahan bahan organik melalui aplikasi pupuk kandang dan biochar. Penggunaan pupuk hayati memiliki sifat yang lebih ramah lingkungan dengan menerapkan prinsip pemanfaatan limbah. Upaya konservasi sumber daya air pertanian dilakukan dengan penataan sistem irigasi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) terhadap penambahan bahan pembenah tanah, sistem irigasi dan pupuk hayati di tanah pasiran lahan kering. Penelitian dilaksanakan di Desa Akar-akar Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara mulai bulan Juli s/d November 2015. Penelitian ini dirancang menggunakan Randomized Complitely Blok Design (RCBD) dengan perlakuan petak terbagi (split plot). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Aplikasi pupuk kandang, biochar dan pupuk hayati dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dari 6,71 ton/ ha menjadi 17,31 ton/ ha (pupuk kandang+pupuk hayati) (p5) atau setara dengan peningkatan 157,97%. (2) Variasi sistem irigasi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. (3) Perlakuan pemupukan yang lebih efesien dalam penggunaan air adalah perlakuan pemupukan kombinasi pupuk kandang dan pupuk hayati (p5) dengan sistem springkler dengan WUE sebesar 38,17 kgmm-1.
Asosiasi Mikoriza Pada Pembibitan Rajumas (Duabanga moluccana Blume) dengan Sumber Inokulum Rizosfer dari Berbagai Jenis Tanaman Budidaya dan Gulma Wahyu Yuniati Nizar; Wayan Wangiyana,; Baharuddin AB
Ekosains Vol 9, No 01 (2017)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (52.622 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya asosiasi fungi mikoriza dan jenis fungi mikoriza yang berasosiasi dengan Rajumas dengan sumber inokulum rizosfer dari tanaman budidaya pertanian dan gulma dengan melakukan penelitian percobaan penanaman di rumah kaca. Percobaan penanaman dilakukan di rumah Gaharu Universitas Mataram, dari bulan Pebruari 2014 sampai dengan bulan April 2014 yang ditata menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pengaturan perlakuan secara faktorial dengan 2 faktor perlakuan, yaitu Faktor 1 :Sumber Inokulum Rizosfer yang terdiri dari 3 (tiga) aras yaitu S0 = Tanpa FMA/Steril, S1 = Rizosfer dari tanaman inang, S2 = Rizosfer + tanaman inang; Faktor 2 : Inang FMA (I) yang terdiri dari : I1 = Kedelai, I2 = Kacang Hijau, I3 = Jagung Ketan, I4 = Orok-orok, I5 = Rumput Belulang. Data dianalisis dengan analisis keragaman (ANOVA), yang dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Jujur pada taraf nyata 5%.Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulum FMA meningkatkan respon pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun.Hasil analisis varians (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan beberapa sumber inokulum rizosfer dari berbagai inang berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter dan bobot kering, kolonisasi FMA sedangkan pada jumlah spora ada perbedaan yang signifikan antara perlakuan sumber inokulum dan inang.Jenis spora jamur mikoriza yang ditemui dalam penelitian ini hanya Glomus sp. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua jenis spora dapat mengkolonisasi perakaran tanaman Rajumas.
PENERAPAN "GREEN HOSPITAL" SEBAGAI UPAYA MANAJEMEN LINGKUNGAN DI RUMAH SAKIT PERTAMINA CIREBON Fahriza Risnawati; Purwanto P; Onny Setiani
Ekosains Vol 7, No 01 (2015)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5604.26 KB)

Abstract

KAJIAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA ALAM PADA SUB DAS KEEROM DISTRIK SENGGI KAB. KEEROM PROVINSI PAPUA Prabang Setyono; Sri Budiastuti; Semuel Jeujanan
Ekosains Vol 7, No 03 (2015)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (777.127 KB)

Abstract

Pemanfaatan sumberdaya alam oleh masyarakat di Sub DAS Keerom meliputi aktivitas berladang, aktivitas mencari sagu, aktivitas berburu dan aktivitas mengambil kayu. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan juga kebutuhan ekonomi. Aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam tersebut mengakibatkan penurunan fungsi Sub DAS Keerom. Tujuan Penelitian untuk: 1. Melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang terkait dengan penurunan fungsi Sub DAS Keerom, 2.Menemukan faktor dominan penyebab penurunan fungsi Sub DAS Keerom, 3. Melakukan identifikasi perilaku masyarakat 4.Mengkaji faktor-faktor pengaruh perilaku masyarakat.Penelitian lapangan dilakukan di Sub DAS Keerom yaitu kampung Senggi Distrik Senggi dengan metode wawancara mendalam, angket serta diskusi kelompok terfokus. Pemeriksaan kualitas air menggunakan data sekunder pada pemenelitian sebelumnya pada lokasi yang sama.Hasil identifikasi dilapangan diketahui aktivitas berladang dan penebangan kayu dilakukan di pinggir sungai mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimentasi di sungai Keerom. Pemeriksaan kualitas air pada sungai Keerom menunjukkan parameter Zat Padat Tersuspensi (TSS) 792 mg/l, Biological Oxygen Demand (BOD) 15, 09 mg/l, dan Chemical Oxygen Demand (COD) 38 mg/l. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi perairan pasa Sub DAS Keerom  telah terjadi pencemaran sungai taraf tercemar ringan menurut metode Indeks Pencemaran (Pollution index) berkisar 1,22 sampai 3,13. Faktor yang paling dominan dalam penurunan fungsi Sub DAS Keerom adalah aktivitas penebangan kayu yang dilakukan pada pinggir sungai sepanjang aliran sungai. Perilaku masyarakat dalam pemanfaatan sumberdaya alam tergolong kedalam  perilaku ramah lingkungan 64, 51 % yang terdiri dari perilaku memelihara 44 % dan perilaku memperbaiki 21 %. Perilaku tidak ramah lingkungan diketahui sebesar 35,49 %  yang terdiri dari perilaku merusak 23 % dan perilaku mengabaikan 12 %. Faktor yang  mempengaruhi perilaku masyarakat adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari persepsi, motivasi dan keinginan masyarakat dalam merespon faktor-faktor eksternal seperti faktor fisik (sumberdaya alam) faktor ekonomi (pendapatan, permintaan), faktor pendukung (sarana dan prasarana jalan dan telekomunikasi) serta faktor pendorong (lemahnya penegakan hukum serta keterlibatan aparat).
PENGARUH KELEMBAGAAN TERHADAP KESEJAHTERAAN PETANI HUTAN KEMASYARKATAN SENGGIGI KECAMATAN BATU LAYAR KABUPATEN LOMBOK BARAT, NUSA TENGGARA BARAT Leolistari L; Sitti Latifah; I Gusti Lanang Parta Tanaya
Ekosains Vol 8, No 02 (2016)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.242 KB)

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara kritis keberadaan dan permasalahan kelembagaan serta tingkat kesejahteraan petani serta untuk mengetahui pengaruh kelembagaan terhadap  tingkat kesejahteraan petani dalam pemanfaatan HKm di Desa Senggigi. Dalam penelitian ini, teknik analisis yang digunakan adalah analisis scoring, analisis indek Good Servise Ratio, uji t hitung, dan analisis deskriptif. Analisis ini digunakan untuk menilai kelembagaan petani HKm, tingkat kesejahteraan masyarakat dan pengaruh kelembagaan terhadap tingkat kesejahteraan petani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64% petani memanfaatkan lahan HKm dengan luasan lahan 0.1 – 0.9 ha. Untuk dapat memanfaatkan lahan hutan dalam bentuk HKm, petani ini tergabung di Gapoktan Merte Sari dengan 10 kelompok kecil didalamnya. Dari pengalaman kelompok, diketahui tiga kelompok telah didirikan sejak tahun 2002, sisanya baru pada tahun 2007 terbentuk. Hal ini kemudian berpengaruh terhadap kondisi kelembagaan yang dapat dilihat dari kelembagaan kelompok pemula terkategorikan pada kriteria tidak baik. Sedangkan pada kelembagaan kelompok lanjut terkategorikan pada kriteria cukup baik. Sementara tingkat kesejahteraan petani HKm Senggigi baik kelompok pemula maupun kelompok lanjut berada pada keadaan belum sejahtera. Hal ini dilihat dari perbandingan nilai konsumsi dan jasa berturut-turut sebesar 0,23 dan 0,24. Disisi lain, peningkatan kondisi kelembagaan kelompok dari tidak baik pada kelompok tani pemula menjadi cukup baik pada kelompok tani tingkat lanjut dan ini tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani peserta HKm di Senggigi.
EFISIENSI TRIPIKON-S SEBAGAI SOLUSI SANITASI MASYARAKAT TEPI AIR SUNGAI MARTAPURA KOTA BANJARMASIN Eka Rahayu Normasari; Prabang Setyono; Ari Natalia Probandari
Ekosains Vol 9, No 01 (2017)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.535 KB)

Abstract

Tripikon adalah salah  satu  alat yang memiliki fungsi seperti septctank  untuk mengatasi masalah sanitasi pada suatu daerah yang memiliki sempit lahan atau rawa. Tripikon ditemukan oleh Prof. Hardjoso Prodjopangarso Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan digunakan oleh Pemerintah Kota Banjarmasin kepada masyarakat tepi air Sungai Martapura  sebagai solusi sanitasi untuk mencegah masuknya feases  ke badan sungai sekaligus mencegah pencemaran E.coli. Sampel uji diambil secara random pada pengelompokkan jumlah pengguna Tripikon-S dengan 3 kategori. Yaitu pengguna 5 orang, 4 orang dan 3 orang. Sehingga diambil sampel untuk mewakili masing-masing kelompok, yaitu pengguna I terdiri dari 5 orang, pengguna II terdiri dari 4 orang dan pengguna III terdiri dari 3 orang pengguna. Perombakan limbah E.coli yang terjadi dalam Tripikon-S pada masing-masing pengguna sangat baik, sehingga mampu untuk menguraikan limbah E.coli dalam kisaran angka 70-90%. Terjadi variasi limbah yang tidak terolah pada Tripikon-S yang dipengaruhi oleh jumlah pengguna. Pada pengguna I limbah yang tidak terolah 22%, pengguna II 18,64% dan pengguna II 9,69%. Limbah yang tidak terolah inilah yang lepas keperairan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa walaupun Tripikon-S memiliki efisiensi yang tinggi untuk menguraikan limbah, namun masih menyisakan limbah buangan pada outletnya dan tidak memenuhi baku mutu limbah yang dibuang ke media penerima yaitu Sungai Martapura.
Aspek Hukum dan Lingkungan Program Inventarisasi Emisi dalam Penyusunan Air Quality Management Kota Surakarta Widhi Himawan; Cynthia Permata Sari
Ekosains Vol 10, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.434 KB)

Abstract

Emisi udara tumbuh dan berkembang menjadi permasalahan global lingkungan perkotaan, khususnya negara berkembang. Sayangnya, hingga kini, dokumen dan aplikasi “Air Quality Management” (AQM) belum dimiliki oleh mayoritas kota menengah dan besar di Indonesia. Inventarisasi emisi (IE) menjadi bagian dari landasan penyusunan AQM perkotaan. Ironi bahwa kegiatan IE baru dimulai di Indonesia pada 5 tahun terakhir dengan dipelopori Kota Palembang dan Surakarta, meskipun kegiatan ini telah menjadi amanah dalam Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 1999. Tujuan kajian ini adalah menentukan nilai penting inventarisasi emisi di Kota Surakarta dari aspek hukum dan lingkungan. Metode penelitian adalah studi literatur dan koleksi data sekunder yang dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa kegiatan inventarisasi emisi memiliki nilai penting sebagai metode ilmiah dalam mengestimasi beban emisi perkotaan secara mendetail, sekaligus menunjukkan resiko emisi dari setiap aktivitas spesifik di masa depan. Secara hukum, inventarisasi emisi menjadi tindakan nyata pemangku kebijakan dan stakeholders lingkungan untuk mematuhi regulasi terkait pengendalian pencemaran udara. Inventarisasi emisi menjadi landasan penting secara ilmiah pada aspek lingkungan maupun aspek hukum untuk penyusunan sebuah dokumen AQM yang berkualitas, valid dan reliabel.
KANDUNGAN LOGAM BERAT DAN KADAR YODIUM PADA SUMBER MATA AIR (Suatu Analisis Terhadap Faktor Terjadinya Down Syndrome Dengan Metode Atomic Absorbtion Spectrofotometry (AAS) Pada Masyarakat ”Kampung Idiot” Sidowayah) Fuad Fitriawan; Sunarto S
Ekosains Vol 7, No 02 (2015)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.198 KB)

Abstract

Kampung Idiot merupakan julukan bagi suatu daerah atau kampung yang masyarakatnya menyandang Idiot sebagian besar atau sebagian kecil, diantaranya adalah Dusun Sidowayah yang terletak di Desa Sidoharjo Kecamatan Jambon Ponorogo. Beberapa instansi terkait menganggap bahwa masyarakat sidowayah banyak yang idiot karena pada tanah pertnaian mereka kadar iodiumnya sangat rendah, namun asumsi tersebut dirasa kurang cukup memenuhi data akan adanya masalah di kampung sidowayah, sehingga peneliti berusaha untuk mengumpulkan beberapa data lain terkait dengan defisiensi iodium. Adapun analisis penelitian ini meliputi tiga aspek yaitu analisi sampel air dari sembilan titik sumber mata air di Kampung Sidowayah, analisis sedimen dan analisis kadar iodiumnya. Dilakukan dengan cara uji Atomic Absorbtion Spectrofotometri dan uji titrasi untuk Iodiumnya. Dari hasil yang telah diperoleh diketahui bahwa Logam berat jenis Besi (Fe) yang terakumulasi dalam sumber mata air Ndawe telah melebihi ambang batas atas baku mutu air kelas I yang telah di tetapkan, demikian juga dengan jenis logam Timbal (Pb) pada sumber  mata air sidowayah telah melebihi baku mutu air kelas I. Sedangkan pada sedimen air kandungan Besi (Pb) dan Mangan (Mn) jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan jenis logam berat lain pada sedimen. Logam berat jenis Fe yang terakumulasi dan sumber mata air Ndawe sebesar 1,340 ppm, sedangkan logam berat jenis Pb pada Sumber mata air Sidowayah sebesar 0,08 ppm, dan pada sedimen Fe sebesar 3,23 ppm-5,45 ppm, sedangkan Mn sebesar 0,06 ppm-0,14 ppm Kadar Iodium pada Sumber Mata Air dan Sedimen Dusun sidowayah Keseluruhan setelah dilakukan uji kadar Iodium tidak menunjukkan hasil yang di inginkan, atau kadarnya tidak terdeteksi <0,00.
STRATEGI PENGELOLAAN PERKEBUNAN BERBASIS KESTABILAN EKOSISTEM DI KECAMATAN NIBUNG, KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA, SUMATERA SELATAN Danang Kusnadi; MTh. Sri Budiastuti; Edi Purwanto
Ekosains Vol 7, No 03 (2015)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (529.807 KB)

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kestabilan ekosistem di perkebunan karet dan sawit di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara dan memperoleh strategi pengelolaan perkebunan yang berbasis pada kestabilan ekosistem. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perkebunan kelapa sawit, karet dan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode garis berpetak, dengan petak 20m x 20m digunakan untuk mengumpulkan data jenis pohon, 10m x 10m digunakan untuk mengumpulkan data jenis tiang (anak pohon), 5m x 5m digunakan untuk mengumpulkan data jenis tumbuhan bawah dan 2m x 2m digunakan untuk mengumpulkan data jenis rumput. Keberadaan satwa atau hewan teknik yang digunakan adalah wawancara dan identifikasi jejak hewan (feses dan sarang). Data sosial diperoleh dengan wawancara mendalam kepada masyarakat. Teknik analisa data menggunakan Program Exel 2007 dan Analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseimbangan ekosistem di perkebunan karet dan sawit ditinjau dari aspek nilai indeks keanekaragaman berada dalam kategori rendah, pada vegetasi perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada tingkat pohon (0,05), tingkat anak pohon (0,57), tingkat tumbuhan bawah (0,83) berada dalam kategori rendah atau sedikit dan tingkat rumput (1,22) berada dalam kategori sedang. Sedangkan pada vegetasi perkebunan tanaman karet (Hevea brasiliensis) pada tingkat pohon (0,04), tingkat anak pohon (0,50), tingkat tumbuhan bawah (0,61) berada dalam kategori rendah atau sedikit dan tingkat rumput (1,42) berada dalam kategori sedang. Berdasarkan analisis SWOT ada dua strategi untuk pengelolaan berbasis kestabilan ekosistem Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) petani karet dan sawit, untuk menghasilkan dan meningkatkan produksi lateks dan tandan buah segar (TBS) dalam hal kualitas dan kuantitas dengan mengelola perkebunan secara arif, bijaksana dan sesuai standar operasional prosedur (SOP) pengelolaan yang telah ada sebelumnya. Dan Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) petani karet dan sawit, untuk mentaati perundang-undangan tentang lingkungan hidup agar peralihan lahan perkebunan menjadi permukiman terminimalisir dan dapat terwujudnya hutan konservasi di Kecamatan Nibung, Kabupaten Musi Rawas Utara.
TAHAPAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI DESA CANGKRINGKECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN DEMAK Yuliana Dewi Rahmawati; Hartuti Purnaweni; Tukiman Tukiran
Ekosains Vol 8, No 01 (2016)
Publisher : Program Studi ilmu Lingkungan, Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.366 KB)

Abstract

Pengelolaan banjir tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, namun harus dengan melibatkan masyarakat melalui pendekatan partisipatoris atau pemberdayaan masyarakat. Dengan tahapan pemberdayaan masyarakat melalui fasilitasi program pemerintah PNPM MP diharapkan upaya pengelolaan banjir menjadi lebih efektif dan berkelanjutan.Penelitian ini bertujuan menganalisis implementasi tahapan pemberdayaan dalam pengelolaan lingkungan melalui PNPM Mandiri Perdesaan.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan metode in dept interview. Pemilihan informan/narasumber menggunakan teknikpurposive dan snow ball sampling. Sumber data primer berupa data dari informan yang berasal dari unsur pelaku program, masyarakat dan instansi pemerintah. Data Sekunder berasal dari laporan dan dokumentasi PNPM Mandiri Perdesaan di tingkat desa dan kecamatan, Monografi Desa Cangkring, data dan dokumen terkait dari instansi pemerintah (BPS, Bappeda dan BPBD) Kabupaten Demak.Hasil penelitian :  Desa Cangkring telah memenuhi tiga dari empat teori tahapan pemberdayaan Deliveri, meliputi : (1) Tahap Seleksi Lokasi/ Wilayah, (2) Tahap Sosialisasi Pemberdayaan Masyarakat, (3) Tahap Proses Pemberdayaan Masyarakat, namun belum sepenuhnya memenuhi Tahap 4. Yaitu Tahap Pemandirian Masyarakat. Hal ini karena masih adanya kebutuhan akan keberadaan faktor eksternal (Fasilitator Pendamping). Menurut Teori Wilson, secara umum tingkatan tahapan pemberdayaannya termasuk dalam tahapan Harnessing atau memanfaatkan.