cover
Contact Name
Maria Evvy Yanti
Contact Email
jurnalefata@gmail.com
Phone
+6281312414725
Journal Mail Official
jurnalefata@gmail.com
Editorial Address
Jl. Wijaya I No.29-31, RT.2/RW.4, Petogogan, Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12170
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Efata: Jurnal Teologi dan Pelayanan
ISSN : 24771333     EISSN : 27228215     DOI : https://doi.org/10.47543
Jurnal EFATA merupakan wadah publikasi online hasil penelitian para dosen di Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta, pada bidang teologi dan pelayanan Kristiani. Jurnal EFATA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta, dengan Focus and Scope adalah: 1. Teologi Sistematika 2. Teologi Biblika 3. Teologi Pastoral 4. Misiologi 5. Pelayanan Kristiani
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023" : 6 Documents clear
Misiologi untuk Mengupayakan Kelestarian Ekologis Paulus Eko Kristianto
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.125

Abstract

Amid an increasing ecological crisis, ecological sustainability is certainly a hope that needs to be pursued. One of the steps that can be done is through missiology reconstruction. Missiology here does not only mean evangelism and inviting people to embrace Christianity but proclaiming the Bible in a context, especially ecological sustainability. Thus, this article tries to examine missiology to strive for ecological sustainability. This effort is a theoretical analysis in which the author traces and builds missiology to that context. In practice, the research method used is library research methods on related books and journals. The research results show that missiology can be constructed to promote ecological sustainability. This construction is expected to add scientific discussion and implementation proposals to practice. Abstrak Di tengah krisis ekologi yang semakin meningkat, kelestarian ekologis tentu menjadi harapan yang perlu diupayakan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan yaitu melalui merekonstruksi misiologi. Misiologi di sini tidak hanya dimaksud sekedar penginjilan dan mengajak orang memeluk agama Kristen, melainkan mewartakan Injil secara nyata dalam konteks, khususnya kelestarian ekologis. Dengan demikian, artikel ini mencoba meneropong misiologi untuk mengupayakan kelestarian ekologis. Usaha ini bersifat analisis teoritis di mana penulis menelusuri dan membangun misiologi ke konteks tersebut. Dalam praktiknya, metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode penelitian pustaka terhadap buku dan jurnal terkait. Hasil penelitian diperoleh bahwa misiologi bisa dikonstruksi untuk mengupayakan kelestarian ekologis. Konstruksi ini diharapkan menambah diskusi keilmuan dan usulan implementasi ke praksis.
Gereja Menyikapi Radikalisme di Era Disruptif Yohana Fajar Rahayu; Karyo Utomo; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.122

Abstract

Church and radicalism; An attitude and the role of the church in an era of disruption amid a state of radicalism is to go hand in hand with the church's challenge to rise to light and love. The problem of radicalism is not only a local problem on a small scale but a problem being fought over by world leaders and the church. As part of human life, the church is called out from darkness to become light and as God's mandate amid the world, which naturally fulfills prophecy after prophecy regarding the end times. Where love grows cold, and man becomes selfish. Therefore the church is required to be able to play a role in helping the problem of radicalism by imitating the attitudes and examples of Jesus and his Apostles. For harmony and peace to be the goal of the church to have an impact using descriptive qualitative methods with a literature study approach and looking at the phenomenology of the church's situation in society, it can be concluded that the church exists to side with the truth and prioritize love, so the true church knows the meaning of the essence of the church as light and to be a blessing for humans because the existence of radicalism as a challenge to the church will bring the attitude and responsibility of the church to follow Jesus' example to fight with love and challenge the church in an era of disruption amid radicalism. Abstrak Gereja dan radikalisme; Sebuah sikap dan juga peran gereja dalam era disrupsi di tengah keadaan radikalisme adalah berjalan selaras dengan tantangan gereja untuk bangkit menjadi terang dan kasih. Permasalahan radikalisme bukan hanya menjadi masalah lokal dalam skala kecil, namun menjadi masalah yang digumulkan oleh pemimpin dunia dan gereja. Gereja sebagai bagian dari kehidupan manusia yang dipanggil keluar dari kegelapan untuk menjadi terang dan juga sebagai mandataris Tuhan di tengah dunia yang secara natural menggenapi nubuatan demi nubuatan terhadap akhir zaman. Di mana kasih menjadi dingin dan manusia akan mementingkan dirinya sendiri. Oleh karena itu gereja dituntut untuk dapat berperan dalam membantu masalah radikalisme dengan meneladani sikap dan teladan dari Yesus dan para Rasulnya. Supaya kerukunan dan kedamaian menjadi tujuan gereja berdampak menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi literatur dan melihat fenomenologi keadaan gereja ditengah masyarakat, dapat disimpulkan bahwa gereja hadir untuk berpihak kepada kebenaran dan mengutamakan kasih, maka gereja sejatinya mengetahui arti akan hakikat gereja sebagai terang dan menjadi berkat bagi manusia. Sebab adanya radikalisme sebagai tantangan gereja akan membawa sikap dan tanggung jawab gereja untuk mengikuti keteladanan Yesus memerangi dengan penuh kasih dan tantangan gereja dalam era disrupsi di tengah radikalisme.
Polemik Kritik Wasti terhadap Dominasi Patriakhal dalam Ester 1:9-12 Maria Evvy Yanti
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.100

Abstract

The Book of Esther is one of the books that have a variety of interpretations, especially in interpreting minorities who are faced with genocide amid God's silence. Some interpret the discriminatory treatment received by women as the actions of Queen Vashti, who took the bold step of refusing the king's request in the patriarchal culture. Some interpret that in a patriarchal culture, the ideal wife is obedient and respectful to her husband, but this is not the case with Vashti. Likewise, some interpret Vashti's actions as showing courage, integrity, and self-confidence. The purpose of writing this article is to discover the struggle of Vashti against Xerxes' domination in patriarchal culture. The method used is grammatical analysis from the Chiastic structure. The study results are Help only from God, the integrity of women in patriarchal communities, and women's participation to voice their rights in government life. Abstrak Kitab Ester merupakan salah satu kitab yang memiliki beragam interpretasi, terutama dalam menafsirkan minoritas yang dihadapkan dengan genosida di tengah kebisuan Tuhan. Ada yang menafsirkan perlakuan diskriminatif yang diterima perempuan, ulah Ratu Wasti yang berani mengambil langkah berani menolak permintaan raja dalam budaya patriarki. Ada yang menafsirkan bahwa dalam budaya patriarki, istri yang ideal adalah istri yang patuh dan menghormati suaminya, namun tidak demikian halnya dengan Wasti. Demikian juga, ada yang memaknai tindakan Wasti yang menunjukkan keberanian, integritas, dan kepercayaan diri. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menemukan perjuangan melawan dominasi Xerxes di tengah budaya patriarki. Metode Metode yang digunakan adalah analisis gramatikal dari struktur kiastis. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pertolongan dari Tuhan, integritas perempuan dalam komunitas patriarki, dan partisipasi perempuan untuk menyuarakan hak-haknya dalam kehidupan pemerintahan.
Memaknai Akun Media Sosial Satire Kristen dalam Perspektif Etis-Teologis Senopati Salomo Olimbovo; Martina Novalina
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.115

Abstract

This research is motivated by several irregularities that often occur in the church. This problem results in harmony in the church; for example, the relationship between the congregation and the Pastor becomes tenuous due to irregular teaching. Satire is valuable to satirize someone so that the person being ridiculed makes improvements and thinks more broadly. You can often find satirical sentences on social media accounts, both satire and sarcasm. But this time, many social media accounts are displaying satirical language-style forms of satire about the church, both in terms of order and teachings in the church. This article raises issues that exist on the social media account @gerejapalsu. This account can be a consideration regarding Pastors who are considered to emphasize their physical appearance rather than the truth of the Word that will be conveyed and teachings that are "considered" wrong by the account manager. This research aims to examine this phenomenon from an ethical and theological perspective so that the congregation can consider the positive side of the topic raised by the social media account @gerejapalsu. The method used in the article is a qualitative approach, and the study is in descriptive form using the literature study method. The results of the study show that the existence of this Christian satirical account has a good and functional purpose. Having a party that oversees the church and God's servants will minimize the possibility of damage to the church system. In addition, this phenomenon is helpful as a driving force or trigger for the congregation to think critically and be sensitive to existing problems. Abstrak Di akun media sosial seringkali ditemukan kalimat sindiran baik bersifat satire maupun sarkasme. Namun kali ini, banyak akun media sosial yang menampilkan bentuk sindiran bergaya bahasa satire mengenai gereja, baik secara tatanan maupun ajaran-ajaran dalam gereja. Artikel ini mengangkat permasalahan yang ada di akun media sosial @gerejapalsu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji fenomena ini dari kacamata etika dan teologis agar jemaat mampu mempertimbangkan sisi positif dari topik yang diangkat oleh akun media sosial @gerejapalsu. Pendekatan yang digunakan dalam artikel adalah pendekatan kualitatif serta kajian dalam bentuk deskriptif dengan metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukan bahwa keberadaan akun satire Kristen ini sebenarnya memiliki tujuan yang baik dan bermanfaat. Dengan adanya pihak yang mengawasi gereja dan para pelayan gereja akan mengecilkan kemungkinan terjadinya kerusakan di dalam sistem gereja. Selain itu fenomena ini berguna sebagai pendorong atau pemicu jemaat untuk mampu berfikir secara kritis dan peka terhadap permasa-lahan yang ada.
Pengorbanan Zoroaster bagi Sang Mesias: Penelusuran Identitas orang Majus yang Menghampiri Bayi Yesus Andreas Budi Setyobekti; Valentino Wariki; Andreas Christanto; Amos Hosea
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.97

Abstract

The book of Matthew records the virgin birth of Jesus and then turns to the coming of the Magi from the East to see Jesus being born in Bethlehem. The Magi came from a faraway land guided by a bright star different from the other stars. They are synonymous with people who have knowledge of nature and can interpret the stars. Another view states that they are priests from Persia who work as interpreters of dreams. Examining these characteristics, it is suspected that they are Zoroastrians. This research aims to reveal the identity of the Magi, who brought gifts of gold, frankincense, and myrrh to Jesus. The method used is descriptive qualitative with a historical research approach. The results of the research show that there is a relationship between the Zoroastrians and the birth of Jesus. The birth of Jesus was written in non-Jewish treatises so that the news of human salvation has spread to nations, not just Jews. Abstrak Kitab Matius mencatat kelahiran Yesus dari seorang perawan, dan kemudian beralih kepada kedatangan dari orang Majus dari Timur untuk melihat Yesus yang lahir di Betlehem. Orang Majus datang dari negeri jauh dituntun oleh bintang terang yang berbeda dengan bintang lainnya. Mereka identik dengan orang yang memiliki pengetahuan tentang alam dan mampu menafsirkan bintang. Pandangan lain menyatakan mereka sebagai imam dari Persia yang berprofesi sebagai penafsir mimpi. Menelisik kepada ciri-ciri tersebut, maka diduga mereka adalah kaum Zoroaster. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan identitas orang Majus yang membawa persembahan emas, kemenyan, dan mur kepada Yesus. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan penelitian sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kaum Zoroaster dengan kelahiran Yesus. Kelahiran Yesus sudah ditulis dalam risalah-risalah non-Yahudi, sehingga kabar keselamatan manusia sudah tersebar di bangsa-bangsa, bukan hanya Yahudi.
Memaknai Frasa “Menggenapkan Apa yang Kurang pada Penderitaan Kristus”: Studi Teks Kolose 1:24 Paulus Kunto Baskoro; Yemima Setiasih
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.110

Abstract

Paul's statement in Colossians 1:24 is interesting to analyze. The words "completing what is lacking in the afflictions of Christ" present believers with some difficulties. At first, these words reveal indirectly that there is a lack in the sufferings of Christ, that the effectiveness of our Lord's sufferings is limited, and that the purpose of redemption must be completed or accomplished through Paul's sufferings. The sufferings of Christ are perfect, sufficient to atone for the sins of mankind, and do not need to be completed. What needs to be completed or fulfilled is suffering to preach the Gospel about Christ, who died and was raised, so that many will know Him and the power of His Resurrection. This research will be studied by the descriptive qualitative method. First, this study aims to provide a theological answer to the meaning of “fulfilling what is lacking in the sufferings of Christ.” Second, it is given an essential meaning for every believer to live more and more earnestly in Christ because of the perfect atonement that Jesus made. Abstrak Pernyataan Paulus dalam Kolose 1:24 menjadi hal yang menarik untuk di analisis. Perkataan "melengkapkan apa yang kurang dalam penderitaan Kristus” menghadapkan orang percaya pada beberapa diskusi Nas. Sepintas nampaknya perkataan ini mengungkapkan secara tidak langsung bahwa ada kekurangan dalam penderitaan Kristus, bahwa keefektifan penderitaan Kristus itu terbatas dan tujuan penebusan harus dilengkapi atau diselesaikan melalui penderitaan Paulus. Penderitaan Kristus sudah sempurna, sudah cukup untuk menebus dosa manusia dan tidak perlu digenapkan lagi. Hal yang perlu digenapkan atau dipenuhkan adalah penderitaan demi mengabarkan Injil, tentang Kristus yang berinkarnasi menjadi manusia, mati menjadi korban tebusan dan telah dibangkitkan dari antara orang mati. sehingga banyak orang akan mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya. Penelitian ini akan dikaji secara metode kualitatif deskritif. Tujuan dari penelitian ini adalah Pertama, memberikan jawaban teologis terhadap makna “menggenapkan apa yang kurang pada penderitaan Kristus.” Kedua, memberikan makna penting bagi setiap orang percaya untuk hidup makin lebih sungguh-sungguh dalam Kristus, karena penebusan yang sempurna yang dilakukan Yesus.

Page 1 of 1 | Total Record : 6