cover
Contact Name
Maria Evvy Yanti
Contact Email
jurnalefata@gmail.com
Phone
+6281312414725
Journal Mail Official
jurnalefata@gmail.com
Editorial Address
Jl. Wijaya I No.29-31, RT.2/RW.4, Petogogan, Kec. Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12170
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Efata: Jurnal Teologi dan Pelayanan
ISSN : 24771333     EISSN : 27228215     DOI : https://doi.org/10.47543
Jurnal EFATA merupakan wadah publikasi online hasil penelitian para dosen di Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta, pada bidang teologi dan pelayanan Kristiani. Jurnal EFATA diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Iman Jakarta, dengan Focus and Scope adalah: 1. Teologi Sistematika 2. Teologi Biblika 3. Teologi Pastoral 4. Misiologi 5. Pelayanan Kristiani
Articles 40 Documents
Tinjauan Teologis Ke-Bapa-an Allah dan Relevansinya terhadap Peran Ayah dalam Sistem Keluarga Surya Leung
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 7, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v7i1.34

Abstract

The biggest obstacle to the failure of the father to represent the Fatherhood of God is the fall of man into sin and the loss of the image of the perfect Father in man.  Humans fail to follow His will, including in living out their fatherly role as a father. The Father provided His only begotten Son, Christ for fathers.  Thus, only through Christ, the Father returns His perfect image to fathers. When a father exemplifies Christ’s relationship with His Father in heaven, he can represent the image of the Fatherhood of God to His children.  Only through Christ, fathers can play their part in the family system according to the will of their Father in heaven. This study uses an exposition method to several passages in the Bible that represent theological views of the Fatherhood of God towards His chosen people.  This theological study is the basis for implementing paternity in Christian families today. AbstrakPenghalang terbesar kegagalan ayah merepresentasikan ke-Bapa-an Allah adalah kejatuhan manusia dalam dosa, dan hilangnya citra Bapa yang sempurna dalam diri manusia. Manusia gagal mengikuti kehendak-Nya termasuk dalam menghidupi peran ke-bapa-an mereka sebagai ayah. Bapa menyediakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus, bagi para ayah, sehingga hanya melalui Kristus, Bapa mengembalikan citra-Nya yang sempurna bagi para ayah. Ketika seorang ayah yang meneladani relasi Kristus dengan Bapa-Nya di surga, ia dapat merepresentasikan citra ke-Bapa-an Allah kepada anak-Nya. Hanya melalui Kristus, ayah dapat menjalankan peranannya dalam sistem keluarga sesuai kehendak Bapa di surga. Penelitian ini menggunakan metode eksposisi terhadap beberapa bagian dalam Alkitab yang merepresentasikan pandangan teologis tentang ke-Bapa-an Allah kepada umat pilihan-Nya. Kajian teologis inilah yang menjadi dasar dalam mengimplementasikan ke-bapa-an ayah dalam keluarga Kristen masa kini.
Gambaran Compassion (For Others) Remaja Kristen di Jakarta Hizkia Augustinus; Joshua Ong; Kartika C. Kirana
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 6, No 2: Juni 2020 (Print in September)
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v6i2.27

Abstract

This study aims for understanding compassion among Christian adolescents in Jakarta since it interested in the levels to which participants can be compassionate to others. By then, compassion in this study is defined as a sensitivity to suffering in others (engagement) with a commitment to try to alleviate and prevent it (action). The sample consists of 102 Christian adolescents in Jakarta, aged between 16 and 24 years (Mage = 20). Participants were asked to fill out an Indonesian adaptation questionnaire of The Compassion Engagement and Action Scales. The results confirm that compassion levels of Christian adolescents in Jakarta are considerably medium, with a mean value of 70.81. Additional analyses using demographic data and single questions indicated that compassion levels are related to the adolescents’ perception of parental and community compassion, life satisfaction, and birth order.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran compassion (for others) remaja Kristen di Jakarta, yaitu untuk melihat sejauh mana partisipan dapat berperilaku compassionate kepada orang lain. Karena itu, compassion didefinisikan sebagai perasaan tersentuh yang timbul dari kesadaran yang mendalam terhadap penderitaan orang lain (engagement) serta keinginan untuk meringankan penderitaan tersebut (action). Sample dalam penelitian ini terdiri dari 102 orang remaja Kristen di Jakarta berusia antara 16 sampai 24 tahun (Mage = 20). Untuk mengukur tingkat compassion, partisipan diminta untuk mengisi kuesioner adaptasi bahasa Indonesia dari The Compassion Engagement and Action Scales. Hasil penelitian menemukan bahwa tingkat compassion remaja Kristen di Jakarta tergolong menengah, yaitu dengan nilai mean sebesar 70.81. Uji tambahan juga menemukan bahwa compassion remaja terkait dengan penilaian atas besaran compassion orangtua, compassion lingkungan, dan kepuasan hidup, serta bahwa terdapat perbedaan tingkat compassion, khususnya dimensi engagement pada anak sulung dengan anak tunggal maupun anak tengah.
Implementasi Doktrin Sola Gratia dalam Menuntaskan Amanat Agung Andreas Sese Sunarko
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 1: Desember 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i1.94

Abstract

The Great Commission is a command given by the Lord Jesus to His disciples before HE ascended to heaven and is now the duty of believers. This Great Commission is an urgent thing to do because it concerns the safety of human beings. The essence of the Great Commission is to deliver the news of salvation sourced from the Grace of Allah (Sola Gratia), which distinguishes it from other sources of salvation. Through this article, the author wants to convey the implementation of the doctrine of Sola Gratia in completing the Great Commission. The author uses a descriptive qualitative method with a research library approach that uses various sources, including books and journal articles related to this article. The author finally concludes that an effective way to complete the Great Commission is to convey the gospel, which is a gift of God (Sola Gratia) to man given through the atoning sacrifice of the Lord Jesus Christ, not by human effort alone.  AbstrakAmanat Agung adalah perintah yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada para murid-muridNya sebelum DIA naik ke sorga dan sekarang menjadi tugas orang- orang percaya. Amanat Agung ini merupakan hal yang urgent untuk dilakukan karena menyangkut keselamatan manusia. Essensi dari Amanat Agung adalah menyampaikan berita keselamatan yang bersumber pada Anugerah Allah (Sola Gratia), hal inilah yang menjadi pembeda dari sumber keselamatan lainnya. Melalui artikel ini penulis ingin menyampaikan implementasi doktrin Sola Gratia dalam menuntaskan Amanat Agung. Metode yang penulis gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan library riset yang menggunakan berbagai sumber -sumber diantaranya buku-buku dan artikel jurnal yang berkaitan dengan artikel ini. Penulis akhirnya menemukan kesimpulan bahwa cara yang efektif untuk menuntaskan Amanat Agung itu adalah menyampaikan Injil yang merupakan anugerah Allah (Sola Grattia) bagi manusia yang di berikan lewat korban penebusan Tuhan Yesus Kristus, bukan karena usaha manusia semata.   
Tradisi Hombo Batu dalam Masyarakat Suku Nias: Sebuah Perspektif Alkitab tentang Pelestarian Budaya Yunida Bawamenewi; Yonatan Alex Arifianto
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 2: Juni 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v8i2.63

Abstract

Each tribe and belief adopted from various regions has its own way of expressing its culture and beliefs, which can be seen from the way the community performs ritual events as a tradition in each tribe regarding the culture and beliefs they hold. The writing in this paper uses literature research where the research method is carried out with a descriptive qualitative approach and hopes that the people on Nias Island view every tradition that exists on Nias Island from a Christian point of view and can provide an understanding that every tradition on Nias Island, has a very beautiful and unique meaning, and invites the people of Nias to always maintain, develop and preserve the existing culture based on Bible truth.  AbstrakSetiap suku dan kepercayaan yang dianut dari berbagai daerah memiliki tata cara tersendiri dalam mengungkapkan kebudayaan dan kepercayaannya yang dapat dilihat dari cara masyarakat melakukan acara ritual sebagai tradisi di setiap suku yang menyangkut  kebudayaan dan kepercayaan yang dianut. Penulisan dalam paper ini, dengan menggunakan penelitian pustaka dimana metode penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dan berharap masyarakat di Pulau Nias memandang setiap tradisi yang ada di Pulau Nias dari sudut pandang ke Kristenan serta dapat memberikan pemahaman bahwa setiap tradisi yang ada di Pulau Nias, memiliki makna yang sangat indah dan unik, serta mengajak masyarakat Nias untuk selau menjaga, mengembangkan dan melestarikan budaya yang ada berdasarkan pada kebenaran Alkitab. 
Rekonstruksi Paradigma dan Implementasi Misi Gereja Masa Kini di Indonesia Kalis Stevanus
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 7, No 2: Juni 2021
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v7i2.45

Abstract

The relationship between evangelism and social care is a hot topic that is still being debated. Some argue that the Church should only work on evangelism, that is, on eternal salvation (spiritual matters), not on social issues. Others are of the view that working on social issues is a means for the purpose of evangelizing. By using a descriptive qualitative approach, this article is intended: firstly to show that the mission of the Church is an integrative-holistic mission covering the field of evangelism and social service. The two are united in Missio Dei. Second, in order to attract reflections for churches everywhere, it is necessary to reconstruct the paradigm and implementation of the Church's mission in the present. The results of the discussion conclude that the Church's mission should be integrative-holistic. This means that the Church does not separate (dualism) between evangelism and social care. The integrative-holistic mission is considered very relevant and needed as an answer to bring the gospel of Jesus Christ into reality and at the same time can alleviate the problems or conditions of the society in which the Church is located.
How to Read Genesis (Resensi Buku) Aldi Darmawan Sie
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 6, No 2: Juni 2020 (Print in September)
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v6i2.32

Abstract

Judul    : How to Read GenesisPenulis  : Tremper Longman IIIPenerbit: InterVarsity Press.Tahun   : 2005 (cetakan pertama)Tebal    : 192 halaman 
Makna kata “Sepadan” dalam Kejadian 2:18 sebagai Pedoman bagi Relasi Suami-Istri dalam Keluarga Kristen Agustina Pasang; Ronald Samuel Wuisan
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 1: Desember 2022
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i1.81

Abstract

 Issues around men and women, husband and wife, are not something new because it has occurred since the fall of man into sin, as explained in Genesis 3; that is why it is important to understand the meaning of the word commensurate so that both men and woman, husband or the wife can place herself in carrying out her duties and functions in accordance with the mandate given by God. This study aims to find the meaning of “comparable” in Genesis 2:18 as a guide for conjugal relations in Christian families. In reviewing this topic, the research method used is qualitative research with a literature study approach and exegesis of the text of Genesis 2:18. Conclusion: being “equal” does not only depend on one particular person but requires the role of all aspects in it both as a husband (male), woman (wife) and children, so that it becomes a fully integrated family, especially in the context of a Christian family. AbstrakPersoalan di seputar laki-laki dan perempuan, suami dan istri bukanlah sesuatu yang baru karena telah terjadi sejak kejatuhan manusia dalam dosa sebagaimana dijelaskan dalam Kejadian 3, itu sebabnya penting untuk memahami arti kata sepadan sehingga baik laki-laki atau perempuan, baik suami atau istri dapat menempatkan diri dalam menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan amanat yang diberikan Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan makna kata “sepadan” dalam Kejadian 2:18 sebagai pedoman bagi relasi suami-istri dalam keluarga Kristen. Dalam mengkaji topik ini metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi literature dan terhadap teks Kejadian 2:18 dengan pendekatan eksegese dan eksposisi. Kesimpulan: menjadi “Sepadan” tidak hanya bergantung pada satu pribadi tertentu saja melainkan memerlukan peranan dari semua aspek yang ada di dalamnya baik sebagai seorang suami (laki-laki), perempuan (istri) dan anak-anak, sehingga menjadi satu keluarga yang utuh secara khusus dalam konteks sebagai keluarga Kristen. 
Misiologi untuk Mengupayakan Kelestarian Ekologis Paulus Eko Kristianto
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 9, No 2 (2022): Juni 2023
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v9i2.125

Abstract

Amid an increasing ecological crisis, ecological sustainability is certainly a hope that needs to be pursued. One of the steps that can be done is through missiology reconstruction. Missiology here does not only mean evangelism and inviting people to embrace Christianity but proclaiming the Bible in a context, especially ecological sustainability. Thus, this article tries to examine missiology to strive for ecological sustainability. This effort is a theoretical analysis in which the author traces and builds missiology to that context. In practice, the research method used is library research methods on related books and journals. The research results show that missiology can be constructed to promote ecological sustainability. This construction is expected to add scientific discussion and implementation proposals to practice. Abstrak Di tengah krisis ekologi yang semakin meningkat, kelestarian ekologis tentu menjadi harapan yang perlu diupayakan. Salah satu langkah yang bisa dilakukan yaitu melalui merekonstruksi misiologi. Misiologi di sini tidak hanya dimaksud sekedar penginjilan dan mengajak orang memeluk agama Kristen, melainkan mewartakan Injil secara nyata dalam konteks, khususnya kelestarian ekologis. Dengan demikian, artikel ini mencoba meneropong misiologi untuk mengupayakan kelestarian ekologis. Usaha ini bersifat analisis teoritis di mana penulis menelusuri dan membangun misiologi ke konteks tersebut. Dalam praktiknya, metode penelitian yang dilakukan yaitu menggunakan metode penelitian pustaka terhadap buku dan jurnal terkait. Hasil penelitian diperoleh bahwa misiologi bisa dikonstruksi untuk mengupayakan kelestarian ekologis. Konstruksi ini diharapkan menambah diskusi keilmuan dan usulan implementasi ke praksis.
Gereja Menyikapi Arus Globalisasi Digital Desti Samarenna
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 8, No 1: Desember 2021
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v8i1.54

Abstract

This article focuses on the situation that occurred in the current of globalization from the beginning of its development and attitudes towards the situation. The influence of digital globalization has provided a lot of progress and convenience for many people, especially the church. This article is a literature review with a qualitative approach to churches responding to digital globalization. The purpose of writing is to understand the development of the church situation in the era of digital globalization and find solutions for how the church responds to the flow of digital globalization. The method used in this research is library research, namely research conducted through collecting scientific data aimed at the object of research or data collection that is a library in nature, or studies carried out to solve a problem which is basically focused on critical and in-depth study. to relevant library materials. Therefore there are several things that the church does as follows: First, the church needs to “show up” on the internet. A digital church presence requires a simple website that has a legible sign and a name so that it can be found on Google Maps, Facebook, and Instagram showing where people are looking. Second, the church incorporates a digital strategy into all levels of ministry.AbstrakArtikel ini berfokus pada sitausi yang terjadi dalam arus globalisasi dari awal perkembangannya dan sikap terhadap situasi tersebut. Pengaruh globalisasi digital telah memberikan banyak kemajuan dan kemudahan bagi banyak orang terlebih gereja. Artikel ini merupakan kajian literatur dengan pendekatan kualitatif tentang gereja menyikapi arus globalisasi digital. Tujuan penulisan adalah memahami perkembangan situasi gereja di era globalisasi digital dan menemukan solusi bagaimana gereja menyikapi arus globalisasi digital. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan atau library research, yakni penelitian yang dilakukan melalui mengum-pulkan data ilmiah yang bertujuan dengan obyek penelitian atau pengumpulan data yang bersifat kepustakaan, atau telaah yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu masalah yang pada dasarnya tertumpu pada penelaahan kritis dan mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan. Oleh karena itu ada beberapa hal yang dilakukan oleh gereja sebagai berikut: Pertama, gereja perlu “muncul” di internet. Kehadiran gereja digital membutuhkan website sederhana yang memiliki tanda yang dapat dibaca dan nama sehingga dapat ditemukan di Google Map, facebook, Instagram yang menunjukkan tempat yang dilihat orang. Kedua, gereja memasukkan strategi digital ke dalam semua tingkat pelayanan.
Penghukuman dan keselamatan dalam Kitab Obaja sebagai Pengajaran Allah di tengah Problematik Edom-Israel Maria Evvy Yanti
Jurnal EFATA: Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 7, No 1 (2020): Desember 2020
Publisher : STT Iman Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47543/efata.v7i1.36

Abstract

The research methodology used in this article uses a qualitative approach to the text by paying attention to the context of social periods that result in the analysis of the theological message from the book of Obadiah. There is a reconstruction of the theme of the texts from the material of the book of Obadiah 1:1-14 and 16-21 which is intertwined in verse 15. The first section writes about Yahweh's judgment of Edom. While the second part writes about the salvation of Israel and Zion. In addition, the texts 1-14 and 15b as the beginning of prophetic news against the background of the history of provisional condemnation verses 15a and 16-21 concerning eschatology, Differences in these themes are based on the historical period of Israel's salvation. The results of this study showed the existence of different social periods as the background of the text so as to give a different theological message.AbstrakMetodologi penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif terhadap teks dengan memerhatikan konteks periode sosial yang menghasilkan analisis pesan teologi dari kitab Obaja. Terdapat rekonstruksi tema teks-teks dari materi kitab Obaja 1:1-14 dan 16-21 yang dijalin pada ayat 15. Bagian pertama menuliskan mengenai peng-hakiman Yahwe terhadap Edom. Sementara bagian kedua menuliskan mengenai keselamatan bagi Israel dan Sion. Selain  itu teks 1-14 dan 15b sebagai bagian awal berita kenabian dengan latar belakang sejarah penghukuman sementara ayat 15a dan 16-21 mengenai eskatologi, Perbedaan tema-tema tersebut berdasarkan pada periode sejarah keselamatan Israel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya periode sosial yang berbeda sebagai latar belakang teks sehingga memberikan pesan teologi yang berbeda pula. 

Page 1 of 4 | Total Record : 40