cover
Contact Name
Chrest Thessy Tupamahu
Contact Email
jurnalmakarios@gmail.com
Phone
+6282334056053
Journal Mail Official
i3jurnal@gmail.com
Editorial Address
Jl. Indragiri No.5
Location
Kota batu,
Jawa timur
INDONESIA
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual
ISSN : 28299124     EISSN : 28299132     DOI : https://doi.org/10.52157/mak
Jurnal Makarios merupakan wadah publikasi ilmiah dari hasil penelitian Teologi Kontekstual yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M), Institut Injil Indonesia. Jurnal Makarios menerima artikel dari semua dosen, mahasiswa, dan alumni di lingkungan Sekolah Tinggi Teologi, maupun institusi lain yang memiliki bidang kajian yang sama. Artikel yang dikirim haruslah belum pernah atau tidak sedang dalam proses dimuat dalam jurnal lainnya. Artikel yang masuk harus sesuai dengan petunjuk penulisan atau format yang telah ditetapkan. Editor akan menolak artikel yang tidak memenuhi persyaratan tanpa proses lebih lanjut. Artikel yang telah memenuhi persyaratan akan dinilai kelayakannya oleh reviewer melalui proses blind-review. Focus dan Scope Jurnal Makarios, yaitu: Teologi Kontekstual, Teologi Penginjilan, Teologi Kontemporer, Kontekstualisasi Misi, Antropologi Budaya, dan Sosiologi Agama. Jurnal Makarios terbit dua kali dalam setahun, yaitu pada bulan Mei dan November, serta menyediakan akses terbuka langsung ke isinya (content).
Articles 18 Documents
Budaya Bantengan: Pemuridan Komunitas Remaja Pemuda Kristen Sitiarjo (Kompas) Rajokiaman Sinaga
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.160

Abstract

Pemuridan merupakan bagian yang sangat penting dalam kekirstenan. Pemuridan sebagai langkah membina anggota komunitas untuk bertumbuh secara rohani maupun secara doktrinal. Komunitas remaja pemuda Kristen Sitiarjo memiliki kerinduan dan beban untuk membangun spiritualitas anggota komunitasnya. Namun, tidak sedikit dari anak remaja pemuda di Sitiarjo yang terlibat dalam kesenian Bantengan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti sejauhmana pemuridan Kristen memiliki pengaruh positif dalam spiritualitas anggota komunitas remaja pemuda Kristen, sehingga mereka tidak lagi terlibat dalam kegiatan Bantengan. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pengumpulan data uji dan statistik, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan penyebaran angket melalui googleform. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, ditemukan bahwa: 1) Pemuridan Kristen memiliki dampak yang signifikan, karena berhasil mengingatkan dan membimbing anggota komunitas untuk tidak terlibat dengan kesenian bantengan. 2) Pembina rohani perlu memberikan pemahaman yang Alkitabiah sehingga anggota komunitas betul-betul memahami dampak kesenian Bantengan dari keterikatan dengan Okultisme. 3) Pembina rohani perlu meningkatkan dan bekerjasama dengan gereja-gereja dimana anggota komunitas berjemaat supaya mulai melibatkan anggota komunitas melayani. 4) Sebagian anggota komunitas masih belum dapat membedakan, bagian mana dalam Kesenian Bantengan yang bisa dilakukan dan dibagian mana yang tidak bisa dilakukan. Hal ini disebabkan minimnya pemahaman doktrinal dalam proses pembinaan, mengingat pembinapun tidak memiliki latarbelakang teologi.
Peran Yusuf Dalam Misi: Implementasinya Bagi Kaum Profesional Di Gereja Protestan Indonesia (GPI) Jemaat Diaspora Sorong Rio Janto Pardede; Elri Masniari Saragih; Jeane Martha Marlessy
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.161

Abstract

Pelaksanaan misi Allah tidak hanya menjadi tugas seorang Pendeta tetapi juga menjadi tugas jemaat dengan profesi masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana kaumprofesional di Gereja Protestan Indonesia Jemaat Diaspora Sorong memahami misi dan terlibat didalamnya. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Metode merupakan cara kerja ilmiah, yang secara teknis dipergunakan sebagai alat atau sarana dalam suatu penelitian. Metode lebih menekankan pada aspek teknis penelitian, sehingga fungsinya sangat penting dalam suatu pelaksanaan penelitian. Untuk itu metode menunjuk pada teknik yang digunakan dalam penelitian seperti survey, wawancara, dan observasi. Metode penelitian adalah suatu teknik atau prosedur yang digunakan sebagai sarana untuk memahami dan mengerti serta mendapatkan pengetahuan yang benar atas suatu masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menemukan bahwa Jemaat GPI Diaspora Sorong sudah memiliki pemahaman yang benar dan sudah mengajarkan kepada kaum profesi mengenai peran Yusuf sebagai orang percaya dalam misi. Tetapi yang menjadi permasalahannya adalah gembala mengakui bahwa belum menyeluruh dalam memberikan penjelasan mengenai misi yang dapat dilakukan oleh kaum profesi melalui pekerjaan yang dimiliki seperti yang dilakukan Yusuf dalam Alkitab.
Perspektif Kristen Mengenai Hakikat Tanggungjawab Manusia Wilianus Illu; Olivia Masihoru
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.163

Abstract

Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya. Karena manusia memiliki keunikan dalam hal intelektual, sosial, fisik dan spiritual. Tentu keunikan tersebut mengandung tanggungjawab terhadap diri sendiri, sesama, alam dan kepada Tuhan. Namun pada faktanya bahwa manusia telah gagal dalam hal tanggungjawab. Kegagalan itu melalui dan di dalam keserakahan dan bertindak semau-maunya. Untuk menjawab permasalahan tersebut, penulis menggunakan metode literatur sebagai teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, jurnal dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Dan hasilnya adalah manusia tetap bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri yakni bertanggungjawab terhadap akalnya, hatinya dan fisiknya. Bertanggungjawab terhadap sesama karena memiliki sifat sosial yang berbeda dengan ciptaan Tuhan lainnya. Bertanggungjawab terhadap alam secara utuh karena sebagai mandat Tuhan yang permanen. Sebagai akhir dari tulisan ini adalah semua hal yang telah, kini dan akan dilakukan oleh manusia baik itu berhubungan dengan dirinya sendiri, sesama dan alam. Secara perspektif kristen akan bertanggungjawab kepada Tuhan.
Air Bah Nuh: “Bukti-Bukti Yang Masih Terus Dicari” Iwan Setiawan; Hotman P. Simanjuntak; Elvin Paende; Yuliana Lu
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.164

Abstract

Air Bah adalah peristiwa yang mengundang banyak kontroversi, terutama antara pandangan para teolog dan ilmuwan, apakah Air Bah itu global atau lokal dan apakah itu mitos atau fakta? Banyak pendapat yang memberikan alasan terjadinya peristiwa Air Bah menurut versinya masing-masing. Pendapat terkadang bertentangan tetapi terkadang mendukung. Diakui untuk menyatukan dua pendapat ini tidak mudah, karena masing-masing punya alasan tersendiri. Para teolog menjelaskan pendapat mereka atas dasar Biblika sebagai sumber utama mereka, sementara para ilmuwan mendasarkan bukti empiris mereka pada fakta-fakta yang mereka temukan. Tidak mudah untuk mencapai titik temu. Oleh karena itu, untuk melihat permasalahan apa yang akan dicari dari perbedaan banjir ini, maka harus dicari sumber yang kompeten dari masing-masing pendapat. Baik dari sudut pandang para teolog maupun dari sudut pandang para ilmuwan, akan terlihat di mana tepatnya perbedaan pandangan itu terjadi dan di mana kesamaan pandangan tersebut. Baik penemuan dari sudut teologi (Alkitab) maupun dari sudut geologi, arkeologi, sehingga dapat disimpulkan bahwa keduanya memiliki persamaan dan perbedaan penemuan masing-masing berdasarkan perspektif masing-masing.
Pendekatan Kotekstualisasi Misi Bagi Kaum Milenial Manintiro Uling; Yatmini Yatmini; Leniwan Darmawati Gea
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.166

Abstract

Topik kontektualisasi misi selalu relevan untuk dibahas, karena setiap era memiliki budaya masing-masing, termasuk era Milenial sudah pasti di dalamnya terdapat generasi di era tersebut. Ini penting untuk dipahami oleh gereja sebagai agen misi Allah bagi dunia. Kontekstualisasi juga merupakan upaya untuk memahami cara-cara komunitas Kristen menghayati Injil di tengah budaya non-Kristen dan tentang bagaimana menyeberangkan Injil ditengah-tengah konteks. Karena itu, tujuan artikel ini, adalah mengusulkan atau mengupayakan pendekatan kontekstualisasi yang relevan bagi generasi milenial. Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini menggunakan studi lieratur. Penelitian studi literatur adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mengidentifikasi sumber-sumber primer dan sekunder baik berupa buku, skripsi, tesis dan artikel-artikel terkini. Untuk memfokuskan pembahasan maka penulis membuat dua pertanyaan untuk mengarahkan pembahasan: apa yang dimaksud dengan kaum milenial atau generasi milenial? dan pendekatan kontekstualisasi misi apa yang akan diusulkan? Berdasarkan kajian yang sudah dilakukan maka temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa generasi milenial memiliki karakteristik yang unik, karena pengaruh kemajuan teknologi dan informasi dunia digital, sehingga masyarakatnya pun disebut sebagai masyarakat nitizen dengan budaya popular yang berkembang. Disamping itu juga, pandangan dunia yang mereka miliki inheren dengan pengaruh dunia maya sebagai tempat mengaktualisasi diri. Itulah sebabnya diperlukan pendekatan relasionalitas, inkarnatif dan eklesiastik, termasuk memanfaatkan media teknologi informasi untuk memberitakan Injil keselamatan.
Kontekstualisasi Misi Terhadap Budaya Bakar Batu Suku Lani dan Implementasinya bagi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Jemaat Jigunikime Puncak Jaya Papua Debertje Setriani Manafe; Tekies Morib; Risart Pelamonia
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 1 (2022): Mei
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i1.170

Abstract

Bakar Batu merupakan adat istiadat memasak makanan  menggunakan batu panas. Bakar Batu berfungsi sebagai tradisi makan bersama, berkumpul, mengungkapkan rasa syukur, saling berbagi, dan damai. Bakar Batu merupakan warisan nenek moyang suku Lani yang dilakukan apabila merasa bingung, takut, lemah dan sakit. Ritual ini dilakukan untuk`  mencari petunjuk sehingga mereka terlibat dalam kuasa gelap. Kontekstualisasi misi tehadap budaya Bakar Batu Suku Lani bukanlah Bakar Batu yang bertujuan makan bersama melainkan Bakar Batu yang mengadakan ritual gaib yang bertentangan dengan Alkitab. Rumusan masalahnya adalah Bagaimana implementasi kontekstualisasi misi terhadap budaya Bakar Batu Suku Lani bagi jemaat Jigunikime? Tujuan penelitian untuk menjelaskan bahwa dengan memakai model kontekstualisasi misi yang tepat, maka jemaat Jigunikime dapat memberitakan Injil melalui kontekstualisasi budaya Bakar Batu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dan analisis isi dengan pendekatan kualitatif. Respondennya adalah 60 jemaat dari usia 25 tahun ke atas. Dari 60 jemaat yang aktif ke gereja hanya 35 orang, Jadi, sampel yang diambil 35 orang jemaat. Instrumen pengumpulan informasi yang dipakai dalam riset ini adalah angket dan wawancara. Hasil yang didapat dalam riset ini yaitu jemaat Jigunikime dapat memakai 3 model kontekstualisasi misi yakni transformasi: Melalui kebudayaan, Allah berhubungan dengan seseorang saat seseorang diperbaharui Allah, hingga budayanya pula diperbaharui (2 kor 5:17). dan model akomodasi: tindakan menghormati serta keterbukaan kepada budaya asli yang dilakukan di dalam tindakan, sikap, dan pendekatan praktis kontekstualisasi misi. Serta model transendental, menjadi tekanan utamanya adalah pengalaman individu sehingga praktisi kontekstualisasi harus orang dari budaya itu sendiri.
Tantangan dan Peluang Budaya Lokal Dalam Misi Pemberitaan Injil Sicilia Sima; Jepriadi Jepriadi; Sulianus Susanto
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 2 (2022): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i2.210

Abstract

Culture is something that cannot be separated from human life. On the other hand, culture is an inseparable part of humans in their totality. There are various cultures in the world and they are local to certain communities. This is the fact that Christians face in carrying out their mission of preaching the Gospel with various difficulties. However, there are opportunities that can become a way of spreading the Gospel, because cultures have points of contact that can be a way of connecting one another. In that case opportunities for preaching the Gospel can be made possible. The method used in this research is the library research method. The results of this research are that, to carry out the mission of preaching the Gospel in local culture, a Gospel preacher must be able to understand the local language and culture, and be able to contextualize it with the social life of the local community.
Membangun Iman Kristen di Kalangan Suku Dayak Kanayatn Melalui Pendekatan Kontekstual Upacara Adat Kamang Tariu Nianda Nianda; Theodorus Theodorus; Giri Krispambudi; Yuliawati S.
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 2 (2022): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i2.211

Abstract

In general, the customs, traditions and culture of each ethnic group differ depending on the geographical location and the way of life of each. Almost all customs and cultural traditions of each ethnic group become a benchmark for ethics, morals and habits that occur and are always positive according to their ethnicity, although there are some other cultural views that consider it not necessarily positive. For the Dayak Kanayatn tribe, traditions, customs and culture are the most important things in managing daily life. Dayak Kanayatn is very thick with tradition and culture. One of the most feared Dayak traditions is the "baparang or bakayo (cut the enemy head)" tradition, because it is related to supernatural powers. The tradition of “baparang or bakayo (cut the enemy head)” for the Dayak Kanayatn tribe cannot be separated from “Kamang Tariu Traditional Ceremony”. It is said that the story of “Kamang Tariu” can give supernatural powers to Dayak people who are going to “baparang or bakayo (cut the enemy head)”, so that they are immune to machetes, fire, rifles and others. In order for this paper to be accurate, the author discusses it using a descriptive method sourced from the existing literature and also from the results of interviews related to the discussion of this article. Then it will look for correlations from a biblical point of view, with contextual approach using the “Kamang Tariu Tradisional Ceremony”, so that the expected results can contribute to building Christian faith among the Kanayatn Dayak tribe.
Menilik Gerakan Misioner dalam Kepemimpinan Petrus Octavianus, serta Kontribusinya Terhadap Gereja dan Bangsa Nico Pabayo Gading; Sugihyarto Sugihyarto; Romelus Blegur
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 2 (2022): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i2.212

Abstract

Not a few people hold leadership positions, but only a handful of people take part as leaders in missionary movements, even though the church has a missionary call that must be fulfilled. It was at this point that Petrus Octavianus appeared in his life and works to show himself as one of the few people whose figure reflects a missionary movement. With his missionary movement, Petrus Octavianus moved across borders to proclaim Christ. The research method used is a qualitative method with a narrative study approach. The results of this research show that a missionary leader can produce works that tend to be unexpected. This is reflected in the experience of Petrus Octavianus as a religious and national figure with a multitude of achievements that have received much appreciation as a manifestation of his theological life journey which was made possible by the grace of the Lord Jesus Christ.
Tanggung Jawab Misioner Guru Kristen Dalam Dunia Pendidikan Kana Kana; Leniwan Darmawati Gea; Sri Ernawati; Wike Mary Agmy
Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual Vol 1 No 2 (2022): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52157/mak.v1i2.217

Abstract

Education is an important part of the Christian mission because the Lord Jesus himself emphasized it in the Great Commission as a command that must be carried out. This task is for all Christians who are responsible for transmitting God's truth from generation to generation through teaching. The aim of this research is to focus on Christian teachers as a profession and part of all God's people, who are allowed to be preachers and teachers of God's truth to sinners. The hope is that Christian teachers will not only act as professional workers, but more than that they must carry out their missionary duties as a manifestation of God's call to them. The research method used is the library method. The results of this research are that teachers are a noble task because they carry out the main responsibility of the church, namely education as part of the mission. In this regard, the status as a Christian teacher is God's call which confirms his missionary function and responsibility, namely bringing students or students to the knowledge of the Lord Jesus Christ.

Page 1 of 2 | Total Record : 18