cover
Contact Name
Avi Meilawati
Contact Email
avimeilawati@uny.ac.id
Phone
+6285820103395
Journal Mail Official
avimeilawati@uny.ac.id
Editorial Address
Jl. Colombo no 1 Yogyakarta
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Ikadbudi : Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra, dan Budaya Daerah
ISSN : 20897537     EISSN : 26858282     DOI : https://doi.org/10.21831/ikadbudi.v13i1
Ikadbudi journal is a journal belonging to the professional organization IKADBUDI (Indonesian cultural lecturer association) which accommodates thoughts and research on language, literature, regional culture and learning.
Articles 108 Documents
DINAMIKA KEHIDUPAN TAYUB ATAU TAYUBAN DALAM MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN INDONESIA - JAWA - Darmoko
JURNAL IKADBUDI Vol 2, No 12 (2013): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v2i12.12095

Abstract

Tayub or tayuban widespread until at least four provinces, namely Central Java, East Java, West Java, and Yogyakarta Special Region. Based on the type of rhythm, nuance, or character, consisting of  tayub grengseng (angkleng), tayub grengseng (arum manis), tayub grengseng (kijing miring), tayub grengseng (ketawang puspawarna),  tayub jepon (gunungsri),  tayub jepon (wolu-wolu), tayub jepon (cao glethak), tayub si Kucing, tayub Surobayan, tayub tawang mangu, and  tayub suwe ora jamu. This article trying outlines how the dynamics of life tayub or tayuban in Indonesia especially Java today.The art of dance in tayub regarding how a character speaks, being, and acting in conjunction with another character in a performance. Space dimensions concerning symmetry, asymmetry, balance, variety, contrast, and protrusion while the time dimension    associated with rhythm, aritme, tempo, and also balance, variety, contrast, and protrusion. As well as the dance performances, tayub or tayuban require reference aesthetic value: sem, nges, greget, and banyol. Arrangement of makeup and fashion shaped in such a way that the actor can portray a certain character in art tayub. Structuring the lights and the stage is a unity that creativity coordinated with other aspects of the firm, so that the stage had been set in accordance with the scene shown (right background).The results of the discussion of  "Dynamics of Life Tayub or Tayuban  in Society and Culture of Indonesia - Java" can be formulated as follows: ( 1 ) Art tayub or tayuban still has powerful functions, positive, constructive towards Indonesian society, especially in Java; (2 ) Art tayub up now has a function, either as a means of ritual ( ceremony ), vows or nadar, togetherness, education, communication, and entertainment; ( 3 ) Necessary raising funds good effort from central and local government as well as private sectors to support conservation efforts tayub or tayuban the art performed both at the sanggar and perwadahan; ( 4 ) the existence tayub or tayuban art scattered in various provinces, both in West Java, Central Java, East Java, and Yogyakarta Special Region is the wealth of local arts flourish in Indonesia. Keywords : dynamics, tayuban, Java
GAYA BAHASA PERBANDINGAN DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM PISUNGSUNG ANTOLOGI GEGURITAN LAN CERKAK Annisa Septiana; Eko Santosa; Aris Aryanto
JURNAL IKADBUDI Vol 8 (2019): JURNAL IKADBUDI
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v8i0.38869

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan macam-macam gaya bahasa perbandingan geguritan karya Muhammad Yamin MS dalam Pisungsung antologi geguritan lan cerkak, (2) mengetahui nilai pendidikan pada geguritan karya Muhammad Yamin MS dalam Pisungsung antologi geguritan lan cerkak. Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian berupa geguritan karya Muhammad Yamin MS dalam pisungsung antologi geguritan lan cerkak tahun 1997. Objek penelitian berupa gaya bahasa perbandingan dan nilai-nilai pendidikan dalam geguritan karya Muhammad Yamin MS. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Analisis data menggunakan analisis isi. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dibantu buku-buku yang sesuai dengan fokus penelitian serta kartu pencatat data. Teknik keabsahan data menggunakan ketekunan. Penyajian hasil analisis menggunakan metode informal. Hasil penelitian: (1) gaya bahasa perbandingan geguritan karya Muhammad Yamin MS dalam Pisungsung antologi geguritan lan cerkak meliputi: metafora, personifikasi, perumpamaan epos, sinekdoke, dan allegori. Metafora terdapat 17 indikator, personifikasi terdapat 11 indikator, perumpamaan epos terdapat 13 indikator, sinekdoke terdapat 24 indikator, dan allegori terdapat 8 indikator. (2) Nilai-nilai pendidikan dalam geguritan karya Muhammad Yamin MS meliputi: nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, nilai pendidikan budaya. Nilai pendidikan religius terdapat 3 indikator, nilai pendidikan moral terdapat 10 indikator, nilai pendidikan sosial terdapat 8 indikator, dan nilai pendidikan budaya terdapat 1 indikator Kata-kata kunci: gaya bahasa, nilai pendidikan. ABSTRACT This study aims to: (1) describe the kinds of comparative language styles of Muhammad Yamin MS in Pisungsung geguritan and cerkak anthology, (2) determine the value of education in geguritan by Muhammad Yamin MS in Pisungsung geguritan and lan cerkak anthology. This type of research is descriptive qualitative. The subject of research is in the form of geguritan by Muhammad Yamin MS in the 1997 anthology of geguritan and cerkak. The object of research is in the form of comparative language style and educational values in geguritan by Muhammad Yamin MS. The data collection technique used the observation and note technique. Data analysis using content analysis. The research instrument was the researcher himself assisted by books that were in accordance with the research focus and data recording cards. The data validity technique uses persistence. Presentation of analysis results using informal methods. The results of the study: (1) the comparative language style of Geguritan by Muhammad Yamin MS in Pisungsung geguritan and cerkak anthology includes: metaphor, personification, parable of epics, synekdoke, and allegories Metaphors have 17 indicators, personification there are 11 indicators, epic parables have 13 indicators, sinekdoke has 24 indicators, and allegories have 8 indicators. (2) The values of education in Geguritan by Muhammad Yamin MS include: the value of religious education, the value of moral education, the value of social education, the value of cultural education. There are 3 indicators of religious education value, 10 indicators of moral education, 8 indicators of social education, and 1 indicator of cultural education.
Depresi sosial tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen Jurig Paséa Jeung Nyi Karsih karya Tini Kartini (kajian sosiologi sastra Ian Watt) Gita Kurnia Dewi; Dedi Koswara
Jurnal IKADBUDI Vol 12, No 1 (2023)
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v12i1.58401

Abstract

This study aims to analyze and describe: 1) the social background of Tini Kartini as a representative of the community group, 2) the social situation of depression that occurred in the community when the work was published, 3) the content of the text of the Jurig Paséa jeung Nyi Karsih short story collection which reflects the idea of depression, and 4) a social mirror from Jurig Paséa jeung Nyi Karsih's short story collection. The method used in this research is descriptive method. The results of this study, firstly, Tini Kartini's social background as a representative of community groups, meaning how the author's social background is related to the publication of the literary work. Second, the depressed social situation that occurred in society when the work was published, clearly existed during the Soekarno era. Third, there are four ideas of depression that occur in female characters in the short story "Nyi Karsih". Fourth, the social mirror associated with the state of society. In conclusion, Jurig Paséa jeung Nyi Karsih's short story collection has a social depression of female characters with depressive ideas that influence them.
UNSUR KEBUDAYAAN JAWA DALAM TEKS PAMORIPUN SARÉNGAT, TARÉKAT, KAKÉKAT, LAN MAKRIFAT Hesti Mulyani
JURNAL IKADBUDI Vol 3, No 10 (2014): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v3i10.12036

Abstract

Teks Pamoripun Saréngat, Tarékat, Kakékat, lan Makrifat adalah salah satu teks yang dimuat di dalam naskah Sêrat Suluk Rasa Sêjati. Teks tersebut termasuk di dalam pengelompokan teks sastra jenis suluk atau piwulang. Teks jenis suluk atau piwulang berisi uraian tentang ajaran manunggal-nya hamba dengan Tuhannya (manunggaling kawula Gusti), yakni perjalanan batin manusia dalam mencapai kesempurnaan hidup.  Untuk menggali, mengungkapkan, dan memaknai ajaran manunggaling kawula Gusti yang terdapat di dalam teks PSTKM, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat dilakukan dengan mendeskripsikan bentuk gubahan, membuat alih tulis, dan menganalisis isinya secara deskriptif. Analisis isi teks dilakukan berdasarkan tujuh unsur kebudayaan dengan penekanan pada unsur kebahasaan, kesusastraan, dan kebudayaan.Hasil dan pembahasan bentuk dan isi yang terkandung dalam teks PSTKM meliputi: (1) unsur kebahasaan: aksara yang digunakan untuk menuliskan teks, memahami rangkaian kata-kata puitis, membuat parafrase, dan terjemahan teks; (2) unsur kesusastraan: bentuk gubahan yang dipergunakan adalah puisi tradisional Jawa (têmbang macapat) dengan matra tunggal Dhandhanggula yang berwatak fleksibel dan menyenangkan, konvensi têmbang Dhandhanggula; dan (3) unsur kebudayaan: konsep manunggaling kawula Gusti, yakni syariat, tarekat, hakikat, dan makrifat sebagai sarana menuju insan kamil atau manusia berada sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Kata kunci: unsur kebudayaan Jawa, naskah - teksAbstrakText Pamoripun Saréngat, Tarékat, Kakékat, lan Makrifat are some of texts in Sêrat Suluk Rasa Sêjati literature, as suluk or piwulang literature. The Suluk literature contains the doctrine of the unity of man into their God. It is like the journey to reach the perfection of life.The data were analyzed descriptively based on the description of literary work, translation. This study also analyzed the content based on seven culture elements. The results of content analysis are found in the 1) linguistic aspect: the alphabets which were used to write the text, knowing the poem, paraphrasing, and translating; 2) literary aspects: the literature genre used were Javanese traditional poems with one matra Dhandhanggula, and 3) cultural aspects: manunggaling kawula Gusti concepts: syariat, tarekat, hakikat, and makrifat which were used as a guidance to know their God.Keywords: Javanese culture, text
FALSAFAH HIDUP BHAKTI MARGA YOGA DALAM NASKAH SÊRAT BHAGAWAD GITA Doni Dwi Hartanto; Endang Nurhayati
JURNAL IKADBUDI Vol 6, No 1 (2017): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v6i1.18197

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk melakukan interpretasi falsafah hidup Bhakti Marga Yoga dan interpretasi ajaran Bhakti Marga Yoga dalam naskah Sêrat Bhagawad Gita. Metode penelitian meliputi dua tahap, yaitu metode filologi dan metode kualitatif. Metode filologi dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu transliterasi, suntingan, dan terjemahan teks. Metode penelitian kualitatif digunakan dalam interpretasi ajaran dan falsafah hidup teks. Sumber data penelitian ialah naskah berjudul Sêrat Bhagawad Gita. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Validitas dan reliabilitas yang digunakan ialah validitas semantik dan reliabilitas (intrarater dan interrater). Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) falsafah hidup Bhakti Marga Yoga yaitu (a) Yogi yang baik, (b) prinsip Bhakti Yoga, (c) cinta kepada Tuhan; dan (2) Bhakti Marga Yoga merupakan jalan yang ditempuh untuk mencapai kesempurnaan hidup dengan cara berbakti dan cinta kepada Tuhan.Kata kunci: falsafah hidup, Bhakti Marga Yoga, Sêrat Bhagawad Gita AbstractThis research aimed to interpretate Bhakti Marga Yoga philosophy of life and interpretate the doctrine of Bhakti Marga Yoga in the manuscript of Sêrat Bhagawad Gita. The research used philology and qualitative methods. Philological method was carried out in three stages, namely the transliteration, editing, and translation of text. Qualitative method was used to interpretate the philosophy of life and the value of the theaching of the text. The source of the data was a manuscript of Sêrat Bhagawad Gita. Data was analyzed using qualitative descriptive analysis. Validation of data used semantic validity and reliability (intrarater and interrater). The result of this research are as follows. (1) The philosophy of life from Bhakti Marga Yoga is (a) the good Yogi, (b) the principle of Bhakti Yoga, (c) loving the Lord. (2) Bhkati Marga Yoga is the way to achieve the perfection of life by devoting and loving the God.Keywords: philosophy of life, Bhakti Marga Yoga, Sêrat Bhagawad Gita
MAKNA SIMBOLIK DALAM GEGURITAN “SENGKUNI MBAYI” KARYA SETYAWATI DWI DIJAMAN SEKARANG (KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA) Atif Nur Cahyani
Jurnal IKADBUDI Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v11i1.52674

Abstract

Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra menyimpan banyak misteri dan makna yang dalam. Tidak hanya kata yang indah, puisi juga menjadi medium ekspresi dan juga konservasi khususnya bidang karya sastra. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan makna didalam puisi “Sengkuni Mbayi” dalam penggambaran kehidupan manusia jaman sekarang. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi sastra. Dalam menganalisis unsur budaya tokoh pewayangan yang dimaknai dalam kehidupan yang sekarang, maka peneliti menggunakan metode deskriptif interpretatif yakni memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat, kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan antropologi sastra dengan model analisis konten. Analisis konten dilakukan melalui tahap inferensi, analisis, validitas dan reliabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna didalam puisi atau geguritan Jawa yang berjudul “Sengkuni Mbayi” yang menggambarkan watak manusia jaman sekarang yang penuh keserakahan dan ambisi, sama dengan yang digambarkan dalam penokohan pewayangan yang ada di Mahabarata dalam tokoh Sengkuni.
Nilai Edukasi Metafora Teks-teks Seksual dalam Serat Centhini Karya Pakubuwana V - Nurnaningsih
JURNAL IKADBUDI Vol 5, No 12 (2016): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v5i12.12311

Abstract

Tema mengenai ajaran seks yang termuat dalam SC karya Pakubuwana V banyak dituangkan dalam bentuk bahasa-bahasa metafora. Masyarakat Jawa masih menganggap tabu masalah seks. Pembicaraan tentang seks dianggap tidak senonoh. Akan tetapi di dalam SC penulis mampu menampilkan model penyampaian pendidikan seks secara baik dan santun. Penulis SC berkomunikasi  tidak hanya menggunakan ungkapan harfiah (literal meaning) saja, melainkan terkadang juga menggunakan ungkapan yang bermakna figuratif (metaphorical meaning). Pemahaman hakikat seks yang benar akan menjadikan seseorang mengerti pada sangkan ‘asal usul’ dan paran ‘tujuan akhir hidup’ yang akan dilalui oleh setiap manusia. Pemahaman sangkan paraning dumadi ini akan lebih mudah diajarkan jika mempergunakan gaya bahasa metafora.Kata kunci: Pakubuwana V, Serat Centhini, metafora, seks. AbstractThe theme of the teaching of sex contained in the SC's work poured Pakubuwana V many languages in the form of a metaphor. Java community is still taboo subject of sex. Talks about sex are considered indecent. But in SC authors were able to show a model of delivering good sex education and manners. Author SC communicates not only use literal expression (literal meaning) only, but sometimes also used the phrase meaningful figurative (metaphorical meaning). Understanding the nature of sex are really going to make someone understand the sangkan 'origin' and famine 'the ultimate goal of life' which will be passed by every human being. Sangkan paraning dumadi understanding of being taught this will be easier if you use the metaphor language style.Keywords: Pakubuwana V, Serat Centhini, metaphor, sex.
AJARAN YANG TERKANDUNG DALAM SERAT BAWARASA OLEH R. TANOYO Aji Tulus Prasetyo
JURNAL IKADBUDI Vol 9, No 2 (2020): JURNAL IKADBUDI VOL 9 NO 2, DESEMBER 2020
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v9i2.42992

Abstract

Penelitian yang berjudul “Ajaran yang Terkandung dalam Serat Bawarasa Oleh R.Tanoyo” berlatar belakang minimnya minat dalam mengkaji naskah kuno. Naskah hanya tersimpan sebagai arsip di perpustakaan daerah. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “apakah ajaran yang terkandung dalam Serat Bawarasa?”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguak ajaran yang terkandung dalam SB. SB termasuk serat murtatuli yang ditulis tangan atau manuskrip beraksara jawa dengan penulisan dalam bentuk prosa. Serat bawarasa tersimpan di perpustakaan Sonobudaya Yogyakarta diberi kode PB C.161 12 Bhs Jawa Aks Jawa Prosa Rol 136 no. 19. PB artinya Panti Budaya yang berarti naskah aslinya tersimpan di Panti Budaya, Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan kajian filologi. Ajaran yang ada dalam SB adalah Seperti pepatah pohon besar dan kecil. Menjadi manusia harus hidup rukun dan saling membantu. Meskipun sebagai pejabat juga harus menerima gagasan dari rakyat kecil dan semua pekerjaan tidak bisa hanya dikerjakan pejabat sendiri, pejabat dan rakyat harus hidup rukun dan saling menolong. Apabila ada rakyat menyuarakan pendapat, pejabat harus menerima dengan ikhlas dan sadar, sadar akan diri sendiri atau instropeksi. Semua itu agar tidak terjadi kesalahan. Kata Kunci : Ajaran, Serat, Bawarasa
LATAR SOSIAL DAN POLITIK PENGGUNAAN BUSANA ADAT DAN TATAKRAMA DI SURAKARTA DALAM SERAT TATAKRAMA KEDHATON Sri Harti Widyastuti
JURNAL IKADBUDI Vol 4, No 10 (2015): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v4i10.12017

Abstract

AbstrakBusana adat adalah harta kultural yang dimiliki suatu bangsa.Seiring dengan perkembangan zaman, busana adat mengalami kemunduran dalam hal pemakaian. Hal itu akan mengancam kelestariannya.Di beberapa wilayah Jawa  Tengah dan DIY busana adat mulai diperhatikan untuk dilestarikan pemakaiannya. Namun demikian, pakem busana adat itu sendiri masih belum begitu jelas.Salah satu pakem yang dapat digunakan untuk merunut dan menjadi acuan adalah manuskrip.Serat Tatakrama Kedhaton. Serat ini merupakan salah satu manuskrip beraksara dan berbahasa Jawa krama alus yang ditulis oleh Pakubuwana IV dari Keraton Surakarta.Deskripsi busana adat dan perbedaan pemakaian atribut serta busana untuk para pejabat di Keraton menunjukkan adanya pemilahan stratifikasi sosial dan ekonomi yang cukup baik.Demikian pula perbedaan tatakrama yang diatur untuk para pejabat di keraton Surakarta menunjukkan adanya perhatian yang tinggi terkait dengan kedisiplinan.Penghilangan tatakrama dengan melakukan sembah dari pejabat keraton yang lebih rendah kepada pejabat yang lebih tinggi, menunjukkan adanya upaya Pakubuwana IV untuk mengembalikan pandangan pejabat keraton tentang hakiki kesetiaan dan upaya meluruskan pada siapa manusia menyembah.Hal ini disebabkan Pakubuwana IV merupakan seorang raja Surakarta yang sangat taat dalam ajaran agama Islam.Kata Kunci: social, politik, adat, tata karma, Serat Tatakrama Kedhaton AbstractThe traditional clothes is the assets of nation. In several region of Central Java and Yogyakarta, the people begin to pay attention on it.  But, the standard of its usage wa not explicit. One of the instruction was used as the sources is  Serat Tatakrama Kedhaton. This letter was written in Javanese script by Pakubuwana IV from Keraton Surakarta. This research will descrbe how the usage of  traditional clothes, from the history of the name, the usage, who used it, and the meaning of the traditional clothes.Keywords: tradition, Serat Tatakrama Kedhaton
THE COMMITMENT BHISMA’S IN ORDER POLITENESS - Hardiyanto
JURNAL IKADBUDI Vol 2, No 12 (2013): Jurnal Ikadbudi
Publisher : Fakultas Bahasa Seni dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ikadbudi.v2i12.12100

Abstract

      The Bhisma is a puppet character who remained faithful to uphold their oath spoken. That, of course, can reflect to its executive officers, legislative, and judicial branches of the organizers of the state in Indonesia. With that reflection, the organizers must hold fast to the vows that have been spoken before assuming his job. Remain faithful to uphold the words of the oath or affirmation is a hallmark of the Javanese community. This value is as a reflection of ethnic identity in question to hold, because the value is regarded by Javanese contain values that can reconcile the communities, especially communities that have multiculturalism. A plural society we need to keep his peace, if the mutual interaction uphold their oath spoken. Those values are potential local knowledge needed to be conserved, and its conservation through learning in school. Keywords: value of politeness in politics to the characters Bhisma’s

Page 1 of 11 | Total Record : 108