cover
Contact Name
Vida P.R. Kusmartono
Contact Email
jurnal.naditirawidya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.naditirawidya@gmail.com
Editorial Address
Jalan Gotong Royong II, RT 03 RW 06, Banjarbaru 70714, Kalimantan Selatan
Location
Kota banjarbaru,
Kalimantan selatan
INDONESIA
Naditira Widya
ISSN : 14100932     EISSN : 25484125     DOI : https://doi.org/10.55981/nw
Naditira Widya aims to be a peer-reviewed platform and a reliable source of information. Scientific papers published consist of research, reviews, studies, and conceptual or theoretical thinking with regard to Indonesian and/or world archaeology and culture. All papers are double-blind reviewed by at least two peer reviewers. Naditira Widya is issued biannually and publishes articles on archaeology and cultural studies, including using anthropological, ethnographic, historical, language, geological, geographical, biological and other relevant approaches.
Arjuna Subject : Ilmu Sosial - Arkeologi
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019" : 9 Documents clear
ANALISIS STRUKTURAL PADA MUKHALINGGA DI NANGA SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Imam Hindarto
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebudayaan Hindu-Buddha di Nusantara mewariskan artefak-artefak arkeologi yang tersebar di seluruh pelosokkepulauan ini. Salah satu artefak tersebut berupa mukhalingga yang ditemukan di Nanga Sepauk, Kalimantan Barat.Mukhalingga mengandung simbol religi agama Hindu. Simbol tersebut dilatarbelakangi oleh struktur budaya masyarakatyang menciptakan artefak tersebut. Selama ini penelitian arkeologi terhadap mukhalingga membahas hanya kronologibudaya tanpa meneliti aspek struktur budayanya. Penelitian kali ini berupaya mengungkap struktur budaya yangmelatarbelakangi pendirian mukhalingga. Tujuan penelitian ini adalah memahami sejarah budaya masyarakat masa lalu diNanga Sepauk. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan analisis struktural. Analisis dilakukan denganmenguraikan aspek asosiatif dan paradigmatif mukhalingga. Hasil analisis struktural menunjukkan bahwa mukhalinggamerupakan wujud dari tiga aspek, yaitu kekuatan Siwa, siklus kehidupan, dan dualisme gagasan. Pada konteks sejarahbudaya di Nanga Sepauk keberadaan mukhalingga menunjukkan adanya Siwaisme, kultus dewarâja, dan keberadaanmandala. The Hindu-Buddhist culture in Nusantara bequeaths archaeological artefacts scattered throughout the archipelago.One of such artefacts is the mukhalingga found in Nanga Sepauk, West Kalimantan. A mukhalingga contains religioussymbols of Hinduism which is formed by the cultural structure of a community who created the artefact. Until today,archaeological studies of mukhalingga discuss only its cultural chronology without examining the structural aspects of theculture. This research attempts to disclose the cultural structure underlying the establishment of a mukhalingga. Theobjective of this study is to understand the cultural history of the past in Nanga Sepauk. The research method used isqualitative with structural analysis. The analysis is carried out by breaking down the associative and paradigmative aspectsof a mukhalingga. The results of structural analysis suggest that a mukhalingga is a manifestation three aspects, i.e. thepower of Siwa, life cycle, and dualism of ideas. Regarding the context of cultural history in Nanga Sepauk the existence ofmukhalingga suggests the presence of Siwaisme, dewarâja cult, and the mandalas.
TAMAN SÎMA PADA PRÂSÂDA DI GUNUNG HYANG (JAWA ABAD IX MASEHI) Mimi Savitri
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian tentang taman dari masa Hindu-Buddha pada abad IX Masehi selama ini belum banyak dilakukan. Hal ini karena jarang ditemukannya tinggalan arkeologis berupa taman dari masa tersebut. Namun, prasasti Jurungan berangka tahun 798 Saka (876 Masehi) membuktikan bahwa ada taman dari abad IX Masehi dengan status sîma bagi prâsâda diGunung Hyang. Penelitian ini penting dilakukan untuk memahami karakterisktik taman di Jawa pada abad IX Masehi danhubungan taman sîma dengan prâsâda. Selain itu, tujuan penelitian ini adalah melengkapi pengetahuan mengenai lanskaptaman pada wilayah Mataram Hindu abad IX Masehi dan merekonstruksi budaya masyarakat Jawa pada masa itu. Penelitianini menggunakan pendekatan sejarah, dan dilakukan dengan teknik pengumpulan data melalui studi pustaka dari buku-buku,laporan penelitian, artikel ilmiah, dan naskah kesastraan. Pembacaan prasasti Jurungan dilakukan secara langsung danterhadap hasil alih aksara prasasti. Analisis prasasti didukung pula oleh pengamatan relief pada Candi Borobudur danPrambanan, serta pengamatan lanskap taman Keraton Boko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa taman sîma pada prasasti Jurungan memiliki unsur penting berupa tanaman dan air yang mendukung kelangsungan prâsâda sebagai bangunan sucidi Gunung Hyang. Lebih lanjut, disebutkan pula tentang pemenuhan kebutuhan akan buah atau bunga persembahan untukprâsâda ataupun kebutuhan ekonomi masyarakat sekitar yang mengelola prâsâda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa taman sîma, prâsâda, dan Gunung Hyang secara konseptual merupakan lanskap sakral yang dibentuk menjadi satu kesatuan sebagai perwujudan konsep kosmologi masyarakat Hindu di Jawa pada abad IX Masehi. Little researches on gardens from the ninth century Hindu-Buddhist period are conducted due to the few discoveries of archaeological remains that indicate gardens. However, the Jurungan inscription dated 798 Saka (876 CE)proves the existence of a garden from the ninth century with a status of sîma for a prâsâda on Gunung Hyang. Thesignificance of this research is to understand the characteristics of a garden in Java during the ninth century and therelationship between a sîma garden and prâsâda. Additionally, the objective of this study is to obtain a comprehensiveknowledge of a garden landscape in the ninth century Hindu Mataram region and reconstruct the culture of the Javanesesociety then. This study uses a historical approach, and data collection is carried out by literature studies from books,research reports, scientific articles, and literary texts. Reading the Jurungan inscription was conducted both from the script and its transliteration. The inscription analysis was also supported by a study of the reliefs on the temples Borobudur andPrambanan, as well as landscape observations of the Boko palace garden. Research results suggest that the sîma garden mentioned in the Jurungan inscription has important elements of plants and water that support the continuity of a prâsâdaas a sacred structure on Gunung Hyang. Further, the inscription also mentioned about fulfilling the needs for fruit or flowerofferings for the prâsâda or the economic demands of the surrounding communities who maintained the prâsâda. Conclusively,the research suggests the sîma garden, prâsâda, and Gunung Hyang are conceptually sacred landscapes that are formed into a single entity as a manifestation of the cosmological concept of Hindu society in Java during the ninth century.
AN ECO-MATERIAL CULTURAL STUDY ON BIRD TRAPS AMONG THE PALAWAN OF THE PHILIPPINES Takashi Tsuji
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study clarifies how eco-material culture is exemplified in bird traps and the use in the environment in terms of:1) the ecological aspects and material culture of bird traps; 2) the practicality of trapping techniques; and 3) the relationshipsamong bird traps, birds, and people from an ethno-archaeological viewpoint. The research target is the Palawan, anindigenous people of Palawan Island, the Philippines. The research methods are interviews and participant observation. Theresearch suggests that current bird traps are made of plant materials with nylon for convenience, but plant materials remainfundamental. Further, since Palawan bird-trapping technology is unrefined, and as traps are sometimes unsuccessful,trapping is likely done for enjoyment and as a challenge. Thus, bird traps connect humans to nature, as reflected in thePalawan’s eco-material culture. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan perangkap burung yang menggunakan bahan-bahan dari tanamandan penggunaannya di lingkungan, serta membahas tentang: 1) aspek budaya ekologi dan material dari perangkapburung; 2) teknologi perangkap burung; dan 3) hubungan antara burung, perangkap burung, dan manusia dari sudutpandang etnoarkeologi. Metode penelitian ini adalah wawancara dan observasi partisipan. Target penelitian adalah penduduk asli Pulau Palawan di Filipina. Penulis memastikan bahwa perangkap burung yang biasa digunakan pada masa kini dibuat dari bahan tanaman dan plastik nilon untuk kemudahan. Sementara itu, masyarakat Palawan masih menggunakan bahan-bahan tanaman sebagai bahan utama dalam membuat perangkap burung, dan teknologi yang digunakan merupakanperkembangan dari metode perangkap tradisional. Tujuan masyarakat Palawan menggunakan perangkap bukan semata-mata untuk menangkap burung, tetapi untuk menakut-nakutinya juga agar penduduk dapat hidup berdampingan dengan burung di lingkungannya. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perangkap burung merupakan alat yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk hidup berdampingan dengan burung dan merefleksikan prinsip hidup masyarakat alami yang hidup berpusat pada budaya ekosistem dan material.
MANTRA PENGOBATAN DALAM NASKAH BANJAR Dede Hidayatullah
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sedikitnya studi naskah pengobatan ini karena keberadaan naskah pengobatan sulit ditemukan. Naskah pengobatanadalah naskah rahasia yang disembunyikan dari orang lain karena bacaannya bersifat magis, dan tidak semua orang dapatmembacanya. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lain yang membahas tentang mantra pengobatan yang bersumber dari naskah lama. Selain itu, penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan manuskrip lama yang memuat informasi tentang kehidupan dan budaya masa lampau, melestarikan tradisi lisan mantra dan pengobatantradisional Banjar yang mulai punah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menerapkan kodikologidan menganalisis isi teks mantra pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa naskah mantra pengobatan ditulisdengan bahasa Banjar berbentuk prosa dan beraksara Arab Melayu. Naskah ini memuat keterangan tentang kumpulanobat-obatan herbal, termasuk bacaan, mantra, wafak, isim, dan azimat. Lebih lanjut, bacaan dalam naskah ini diklasifikasikan dalam empat bentuk, yaitu doa, ayat Alquran, selawat, dan syahadat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Banjar sejak zaman dulu sudah menggunakan berbagai media dalam melakukan pengobatan. The lack of study on healing manuscripts is due to the difficulties in finding such texts. A healing manuscript is a secret text that is kept hidden from others because it contains magic script, and not everyone is able to read it. This research is proposed as basis for other studies on healing mantra originating from old manuscripts. Further, this research isconducted as an effort to preserve old manuscripts that contain information concerning life and culture of the past, preserve the oral traditions of mantra, and traditional Banjarese healings that are becoming extinct. The research method used was descriptive by applying codicology and analyzing the contents of healing mantra. Results of this research indicate that thetexts of healing mantra was written as proses in Banjarese using Arabic-Malay letters. The text contains information of a collection of herbal concoctions, including scripts, incantations, wafak, isim, and amulets. Furthermore, the literatures in thismanuscript are classified into four structures, i.e. prayer, verses of the Koran, selawat, and shahada. Results of this study indicate that the Banjar community has used various media to conduct healing treatment since ancient times.
POTENSI TINGGALAN ARKEOLOGI DAN PARIWISATA DI KEPULAUAN SANGIHE, PROVINSI SULAWESI UTARA Dwi K. Sandy; Natasha D. Dhanwani; Alem P. Arma; Sandy M. Yusuf; Fuad Anshori; Sultan K. A. Bagagasyah; Muhammad Destrianto; Sheila A. Rachmadiena; Mahardika Budiansyah; Muslim D. Khoir; Fairus Aziz; Nurdin N.Gusfa; Arsyananda Rabbani
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sebagai daerah terdepan negara Indonesia, Sangihe menyajikan sumber daya arkeologi yang belum banyak diketahui masyarakat. Hal ini wajar karena para peneliti yang fokus pada kebudayaan jarang memperhatikan tinggalantinggalanarkeologis yang ditemukan di kawasan perbatasan. Tulisan ini memaparkan potensi tinggalan arkeologis diKabupaten Kepulauan Sangihe yang berada di kawasan utara Pulau Sulawesi yang berbatasan dengan kawasan selatannegara Filipina. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan arkeologis dengan mengkaji tinggalan-tinggalan bendawiseperti kapal karam, rumah kuno, makam, dan keramik kuno, serta didukung pendekatan etnohistoris yang menekankanpada data etnografi dan arsip sejarah. Penelitian ini bersifat eksploratif dan pengumpulan data dilakukan dengan penyelaman di perairan Sangihe. Hasil penelitian adalah identifikasi dan deskripsi tinggalan arkeologis di kawasan kepulauan Sangiheyang menunjukkan kawasan tersebut adalah pintu gerbang utara dalam konteks penyebaran kebudayaan ke kepulauanNusantara, serta pemanfaatan potensi tinggalan arkeologis untuk pariwisata. Selanjutnya, diharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian. As the frontier region of Indonesia, Sangihe presents archaeological resources that have not yet known by the public. Such circumstance is understandable since researchers who focus on culture rarely pay attention on archaeological remains discovered in the border regions. This paper describes the potential of archaeological remains in Kabupaten Kepulauan Sangihe on the northern region of Island Sulawesi that borders with the southern region of the Philippines. Thisresearch was conducted using an archaeological approach by examining material remains such as shipwrecks, ancient houses, tombs, and ancient ceramics, and supported by an ethnistorical approach emphasising on the study of ethnographyand historical archives. This is an explorative research and data collection is carried out by diving in Sangihe waters. Theresults of this investigation are identifications and descriptions of archaeological remains in the Sangihe archipelago that suggest the region as the northern gate in the context of culture distribution into Nusantara, as well as the use of potential archaeological remains for tourism. Further, this present study is expected to be a reference for future projections.
COVER DEPAN NADITIRA WIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL TAHUN 2019 Naditira Widya
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
PREFACE NADITIRA WIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL TAHUN 2019 Naditira Widya
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
APPENDIX NADITIRA WIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL TAHUN 2019 Naditira Widya
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
COVER BELAKANG NADITIRA WIDYA VOLUME 13 NOMOR 1 APRIL TAHUN 2019 Naditira Widya
Naditira Widya Vol. 13 No. 1 (2019): Naditira Widya Volume 13 Nomor 1 April Tahun 2019
Publisher : National Research and Innovation Agency (BRIN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-

Page 1 of 1 | Total Record : 9