cover
Contact Name
Putra Afriadi
Contact Email
putraafriadi12@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal_imaji@uny.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Imaji: Jurnal Seni dan Pendidikan Seni
ISSN : 16930479     EISSN : 25800175     DOI : -
IMAJI is a journal containing the results of research/non-research studies related to arts and arts education, including fine arts and performing arts (dance, music, puppetry, and karawitan). IMAJI is published twice a year in April and October by the Faculty of Languages and Arts of Universitas Negeri Yogyakarta in cooperation with AP2SENI (Asosiasi Program Studi Pendidikan Seni Drama, Tari, dan Musik se-Indonesia/Association of Drama, Dance, and Music Education Study Programs in Indonesia).
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL" : 10 Documents clear
“REPUBLIKEN” MENYATU DALAM PERBEDAAN Muhammad Afdhal
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2021.217 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25736

Abstract

Republiken adalah penganut ketatanegaraan yang berbentuk republik. Istilah  Republiken menunjukkan suatu kesatuan masyarakat yang berbangsa dan berdaulat. Republiken dalam kaitannya dengan karya seni ini adalah suatu bentuk semangat berbangsa melalui seni, dalam hal ini musik, menunjukkan bahwa perbedaan ras atau suku bukanlah masalah untuk bangsa Indonesia menjadi semangat yang satu. Karya komposisi musik yang berjudul “Republiken”, diharapkan dapat menunjukkan semangat berbangsa melalui beberapa karakteristik musik-musik nusantara yang diekspresikan melalui EDM atau Elektronik Dance Music yang merupakan sebuah rumah besar untuk genre-genre musik, seperti disco, dupstep dan sebagainya, karena sebagian alat musiknya menggunakan alat-alat elektronik seperti gitar elektrik, keyboard, synthesiezer dan lauchpad yang dewasa ini menjadi alat musik yang banyak digunakan dalam penciptaan musik EDM “REPUBLIKEN” UNITES IN DIFFERENCESAbstractRepubliken are followers of republic constitutions. The term Republiken shows a united nation and sovereign community. In relation to this work of art, Republiken is a form of nationalism spirit through art—in this case music—showing that racial or ethnic differences are not a problem for Indonesian people to be one spirit. The music composition works entitled "Republiken", are expected to show the spirit of nationalism through several characteristics of archipelago music expressed through EDM or Electronic Dance Music which is a big house for music genres, such as disco, dupstep and so on, because some of the music tools uses electronic devices like electric guitars, keyboards, synthesizers and lauchpads which today are a musical instrument that is widely used in EDM music creation
CIRI-CIRI MUSIKAL LAGU ANAK KARYA A. T. MAHMUD Heni Kusumawati; G. R. Lono Simatupang; Victor Ganap
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.862 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.24820

Abstract

Abstrak Kebertahanan lagu-lagu AT. Mahmud yang hingga saat ini masih dinyanyikan di sekolah maupun di luar sekolah memiliki daya tarik untuk dianalisis secara musikal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-ciri musikal lagu anak karya AT Mahmud. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Analisis data menggunakan 5 lagu anak ciptaan AT. Mahmud yaitu lagu Cemara, Pemandangan, Ruri Abangku, Kereta Apiku, dan Burung Layang-layang dengan fokus ciri-ciri musikal lagu-lagu ciptaan AT Mahmud. Hasil analisis menunjukkan bahwa ciri-ciri musikal lagu-lagu AT. Mahmud adalah: 1) gerakan melodi lebih banyak menggunakan gerakan melangkah (interval M2 dan m2), 2) Teknik pengolahan motif menggunakan teknik sekuens dan harafiah, 3) Progresi akor menggunakan akor pokok I, IV dan V (mayor/minor), serta kadens, 4) tanda birama yang digunakan 2/4, 3/4, dan 4/4, dan 5) lagu-lagu AT. Mahmud masuk dalam kategori lagu bentuk 2 bagian.Kata Kunci: lagu anak, ciri-ciri musikal Abstract        Defense of AT. Mahmud songs, who until now is still sung at school and outside of school, has the attraction to be analyzed musikally. The purpose of this study was to find out the musikal characteristics of AT Mahmud's children's songs. This research uses a descriptive method. Data analysis uses 5 children's songs created by AT. Mahmud is a song called Cemara, Pemandangan, Ruri Abangku, Kereta Apiku, and Burung Layang-layang with a focus on the musikal characteristics of the song created by AT Mahmud. The results of the analysis show that the musikal characteristics of AT songs. Mahmud is: 1) more melodic movements using step movements (M2 and m2 intervals), 2) Motif processing techniques using sequence and Harafiah techniques, 3) Chord progressions using the main chords I, IV and V (major / minor), and kadens , 4) the sign of the times used 2/4, 3/4, and 4/4, and 5) AT. Mahmud songs is included in the category of two-part songs.Keywords: children's songs, musikal characteristics
MAKNA DAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL BUGIS (BOLA) Laente, Hendra
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.852 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25733

Abstract

Suku Bugis merupakan kelompok etnik dengan wilayah asal Sulawesi Selatan. Kebudayaan dan kesenian yang ada di dalam Suku Bugis memiliki ciri dan karakter yang dapat membedakannya dengan suku-suku lain yang ada di Indonesia. Salah satu ciri khas suku Bugis, yaitu rumah adat tradisionalnya. Rumah adat tradisional suku bugis memilki makna dan nilai-niali kearifan lokal. Ada tiga bagian rumah yang memiliki nilai filosofis yang dipercaya oleh Suku Bugis. Rakkeang (bagian atas rumah) merupakan bagian tertinggi sebuah rumah. Suku Bugis menganggap rakkeang merupakan bagian suci. Bagian rumah selanjutnya adalah alle bola atau bagian tengah. Suku Bugis menganggap bagian ini merupakan cerminan kehidupan manusia. Bagian terakhir, yakni yawa bola (bagian bawah). Bagian ini, menurut pandangan mitologi Bugis, merupakan tempat bersemayamnya Dewa Uwae dan dianggap sebagai dunia bawah dan tempat segala sesuatu yang kurang baik dan tidak suci. Kata Kunci: nilai, kearifan lokal, rumah tradisional, suku bugis TITLE SHOULD BE CONDENSED, DESCRIBING THE CONTENT AND NOT MORE THAN THIRTEEN WORDS Abstract        Abstract should be written in both English and Indonesian in a single paragraph, 100-120 words, highlighting the key messages from the research like research goals, methods, and findings, and shows how the paper contributes to the field of education as a whole. Key words should be written under the abstract in bold italic and should reflect the substance of the paper as also mentioned in the title. Format of the writing of abstract and key words, as well as the body of the article must follow this template. Keywords: abstract, bold, italic, maximum five words/phrases, template
MITOS DALAM PERTUNJUKAN TARI WANARA PARISUKA PADA RITUAL SESAJI REWANDA DI GOA KREO SEMARANG Ekowati, Yunik; Sunarto, Sunarto
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.169 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.24901

Abstract

Indonesia merupakan Negara yang sangat kaya dengan budaya, salah satunya adalah seni tari yang ada di daerah Semarang. Seni tari Wanara Parisuka merupakan salah satu kesenian yang terdapat di dalam rangkaian ritual sesaji Rewanda di Goa Kreo Semarang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yang bersifat deskriptif dengan pendekatan etnografis dan teknik observasi, wawancara, dokumen belajar serta pengumpulan data. Tulisan ini membahas permasalahan tentang mitos dalam pertunjukan tari Wanara Parisuka pada ritual sesaji Rewanda di Goa Kreo Semarang, dengan pendekatan teori mitos Mircea Eliade sebagai pisau analisis. Hasil yang diperoleh dalam studi ini menunjukkan bahwa; pertama, tari Wanara Parisuka di Goa Kreo adalah jenis tarian sakral dengan estetika mistis religious. Kedua, tari Wanara Parisuka adalah bagian terpenting di akhir seluruh rangkaian Ritual Sesaji Rewanda, karena merupakan puncak ritual dalam masyarakat dusun Talunkacang Goa Kreo. Ketiga dari rangkaian acara ritual sesaji Rewanda, tari Wanara Parisuka adalah mewakili lima tipe mitos yaitu: 1) mitos kosmogoni, 2) mitos asal-usul, 3) mitos tentang dewa-dewa dan makhluk Illahi, 4) mitos androgoni, 5) mitos akhir dunia. Berdasarkan hasil penelitian, menempatkan meneruskan saran bahwa, pertama-tama, Departemen Pendidikan dan Budaya perlu memasukan seni tari Wanara Parisuka dalam pembelajaran di sekolah. Kedua, seniman perlu memperkenalkan lebih dalam tari Wanara Parisuka melalui studi. Ketiga, masyarakat Goa Kreo yang perlu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pentingnya mempertahankan, dan melestarikan tari Wanara Parisuka sebagai destinasi wisata unggulan di Semarang. Kata kunci: tari Wanara Parisuka, mitos, ritual sesaji Rewada
TARI KIPAS ASRI Feri Catur Harjanto
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.861 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25735

Abstract

Penelitian ini bertujuan agar 1) masyarakat mengenal Angguk Kipas 2) agar angguk kipas menjadi lebih menarik 3) agar Tari Kipas asri bisa menjadi bahan ajar di sekolah 4) agar Tari kipas asri mampu menjadi magnet generasi muda untuk berkarya. Metode penelitian yang digunakan adalah etnokoreologi, yaitu Etnokoreologi itu sendiri merupakan istilah yang masih sangat muda. Di Amerika istilah ini identik dengan dance ethnology. Sebelum ada istilah etnokoreologi, pertama-tama muncul istilah ethnochoreography atau etnokoreografi di awal tahun 1960-an. Hasil penelitian adalah Proses penciptaan karya tari Kipas Asri tentu mengalami berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi. Terkadang sesuatu yang telah direncanakan faktanya berbeda ketika berada di lapangan, salah satu contoh seperti kesepakatan jadwal latihan dengan pemusik, mengatur jadwal dengan pemusik tidak semudah yang direncanakan karena pemusik memiliki jadwal lain yang sama dengan jadwal latihan karya tari Kipas Aari. Banyak hal yang dialami dalam realisasi proses penciptaan yang justru lebih banyak mengajarkan tentang proses kerja kelompok dalam mencipta sebuah karya tari seperti mengatur emosi ketika para penari atau pemusik sedang bercanda gurau, atau terlambat saat datang latihan. Kata Kunci: Tari kipas asri, penciptaan, etnokoerologi KIPAS ARI DANCEThis study aims to 1) let people know Angguk Kipas 2) make Angguk Kipas more attractive 3) make Asri Fan Dance be one of the teaching material in school 4) make Asri Fan Dance become a magnet for young generations to perform. The research method used is ethochoreology, which it itself is a new term. In America this term is synonymous with dance ethnology. Before the term ethnocoreology, the term ethnochoreography or ethnocoreography first appeared in the early 1960s. The results of the study show that there are obstacles in the creation process of Kipas Asri dance. Sometimes, something that has been planned turned to be different when in the field, one of the examples is the agreement on a training schedule with musicians, arranging a schedule with musicians is not as easy as it seemed because musicians have other schedules that are similar to the Kipas Aari dance practice’s schedule. Many things are experienced in the realization of the creation process which actually teaches more about group work in creating a dance work such as controlling emotions when dancers or musicians are joking or late when coming to practice. Keywords: Kipas Ari dance, creation, ethnokoerology
Selera Keindahan Warga Tionghoa di Semarang: Studi Kasus Transformasi Fungsi Musik Hiburan ke Ritual Teguh Hartono Patriantoro
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (163.493 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.23478

Abstract

Artikel ini menganalisa tentang selera keindaan yang mendapatkan intervensi dari politik praktis. Kondisi politik yang dimaksudkan adalah adanya INPRES no. 14 tahun 1967 yang berisi tentang larangan bagi Masyarakat Tionghoa di Indonesia untuk menggelar acara budaya di depan umum. Munculnya Inpres tersebut mempengaruhi eksistensi Masyarakat Tionghoa dan menyebabkan para pelaku seni untuk merubah fungsi musik yang awalnya bersifat hiburan menjadi pseudo ritual. Proses perpindahan fungsi tersebut juga berdampak pada letak keindahan, dimana  ungkapan spontan seperti “ciamik”, perasaan kagum, dan gesture bahagia tereduksi secara politis. Pemeliharan pola dari pemerintah dengan adanya INPRES serta tuduhan subversif bagi warga negara yang melanggar, menyebabkan struktur kultural musik menjadi berubah pula. Seperti pemilihan lagu yang harus menghilangkan syair duniawi, pemilihan tempo musik dengan irama dinamis, dan genre musik. Hal ini menyebabkan letak citarasa keindahan dalam bermusik tidak bersifat universal, dikarenakan adanya kerinduan dari masyarakat setelah terbebas dari INPRES. Tujuan dari artikel ini adalah menganalisa bentuk pembelajaran/penularan ilmu kepada generasi berikutnya dengan penyesuaian kondisi eksternal seperti faktor sosial, politik, dan ekonomi. Metode yang digunakan adalah pendekatan antar bidang dengan payung utama etnomusikologi.Kata Kunci:ciamik, estetika Tionghoa, transformasi musik, ritual Chinese’s Taste of Beauty in Semarang:Case Study on the Transformational Function of Music from Entertainment into Rituals ABSTRACTThis article analyzes the sense of desire that gets intervention from practical politics. The intended political condition is the existence of INPRES no. 14 of 1967 which contained a prohibition on Chinese Communities in Indonesia to hold cultural events in public. The emergence of the INPRES influenced the existence of the Chinese community and caused the perpetrators of the arts to change the function of music which was originally as an entertainment into a pseudo ritual. The process of transferring this function also affects the aesthetics location, where spontaneous expressions such as "ciamik", feelings of awe, and gesture of happiness are reduced politically. The pattern maintenance from the government with the INPRES and allegations of subversion for citizens who violate causes the change of music cultural structure as well. Like the selection of songs that must eliminate worldly lyrics, using dynamic rhythms as the tempo, and musical genres. This causes the aesthetics of music cannot be enjoyed universally, due to the longing of the community after being freed from the INPRES. The purpose of this study is to analyze the form of learning or transmission of knowledge for the future generations with adjustments to the conditions of social, political, and economic factors. The method used is the integrated approach concerning in ethnomusicology.Keywords: ciamik, Chinese aesthetics, musical transformation, pseudo ritual.
SIMFONI KECAPI MASYARAKAT BUGIS DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN: KAJIAN MAKNA SIMBOLIK DAN NILAI Fitri Pagga
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.879 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25734

Abstract

Tulisan ini berusaha utuk  membahas makna simbolik dan nilai simponi kecapi masyarakat Bugis di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan. Hasil studi ini menunjukkan. Simponi Kecapi merupakan pertunjukan musik yang terdiri dari alat musik seperti kecapi, gendang, suling, lea-lea, anak beccing dan gong. Format pertunjukan Simponi Kecapi selalu didominasi oleh kecapi, yang menjadi instrumen pokok dalam permainan ini sehingga disebut dengan Simponi Kecapi. Kesenian tidak hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi di dalamnya terkandung berbagai kegunaan serta ekspresi budaya masyarakat Bugis. Nilai kehidupan serta berbagai simbol disampaikan melalui pertunjukan Simponi Kecapi, yang kehadiran pertunjukan musik tradisional ini menjadi milik semua masyarakat masyarakat sekitar di Kabupaten Sidenreng Rappang, Sulawesi Selatan, artinya kesenian ini akan tetap  hidup dan berkembang apabila masyarakatnya mau memelihara, mengembangkan, dan mengapresiasi dalam setiap pementasannya.Kata kunci: nilai, simbol, simponi, kecapi, BugisBUGIS’ HARP SYMPHONY IN SIDENRENG RAPPANG DISTRICT, SULAWESI SELATAN: STUDY OF THE SYMBOLIC MEANING AND VALUEThis paper seeks to discuss the symbolic meaning and value of Bugis’ Harp symphony in Sidenreng Rappang District, South Sulawesi. The results of this study show that the harp symphony is a musical performance consisting of musical instruments such as harp, drum, flute, lea-lea, kid beccing and gong. The format of the show is always dominated by the harp, which is the main instrument in this game, so-called harp symphony. Art does not only function as entertainment but it contains various uses and cultural expressions of Bugis people. The values of life and various symbols are conveyed through the show, where the presence of traditional music performances belongs to all the surrounding communities in Sidenreng Rappang District, South Sulawesi, meaning that this art will survive and develop if the people want to maintain, develop and appreciate it.Keywords: values, symbols, symphonies, harps, Bugis
MAKNA SIMBOLIK TOPENG TARIAN HUDOQ PADA UPACARA PANEN MASYARAKAT SUKU DAYAK Nur Hikmah Yanti
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (840.613 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25728

Abstract

Paper ini disusun dengan tujuan untuk menegtahui latar belakang terciptanya upacara panen masyarakat Dayak, mengetahui fungsi dari tarian Hudoq pada upacara panen masyarakat suku Dayak, makna simbolik apa saja yang ada di dalam topeng hudoq yang digunakan saat upacara panen masyarakat suku Dayak. Hasil penelusuran dinyatakan bahwa, terjadinya upacara panen masyarakat Dayak dilatar belakangi oleh rasa rindu Heleang Hebeung kepada istri dan anaknya yang telah berpisah, Tari Hudoq berfungsi sebagai tari upacara untuk menghadirkan kekuatan serta  pengaruh alam yang merupakan  tradisi dan kepercayaan Dayak Ga’ay  pada musim panen, terdapat tiga jenis topeng Hudoq yang digunakan, yaitu: Hudoq nyam’ake, yang melambangkan pemuda yang gagah berani yang bertugas sebagai prajurit; Hudoq urung pakau, dikenakan oleh orang yang dituakan di kampung, yaitu pemimpin kelas menengah yang memberikan komando kepada prajurit saat perang; Hudoq ba'kap, yaitu dikenakan oleh pemimpin adat yang sekaligus mengepalai tarian Hudoq.Kata kunci: Makna symbolic, hudoq, upacara panenTHE SYMBOLIC MEANING OF THE HUDOQ DANCE MASK IN THE DAYAK PEOPLE HARVEST CEREMONYABSTRACTThis peper was arranged with the aim of tense the background of the creation of the Dayak community harvest ceremony, to understand the function of the Hudoq dance at the Dayak tribe harvest ceremony, any symbolic meaning in the hudoq mask used during the Dayak tribe reception ceremony. The search results announced, the reception ceremony of the Dayak community was motivated by a longing for Heleang Hebeung to his wife and participants who had separated, Hudoq Dance held a ceremony to enhance leadership that helped Ga'ay's Dayak tradition in the harvest season, There were three types of Hudoq masks used , namely: Hudoq nyam'ake, which represents the brave young man who was transferred as a soldier; Hudoq failed, worn by people in the village, namely middle class leaders who gave command to soldiers during the war; Hudoq ba'kap, which is given by a traditional leader who also heads the Hudoq dance.Keywords: Symbolic meaning, hudoq, harvest ceremony
LUKISAN CAT AIR DENGAN ESTETIKA CLOSURE Deni Junaedi; Satrio Hari Wicaksono
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.861 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25730

Abstract

Estetika closure merupakan nilai estetis yang diambil dari psikologi persepsi. Kaidahnya menyatakan bahwa persepsi seseorang akan menutup kekurangan bentuk agar menjadi bentuk utuh sebagaimana yang biasa dikenali. Nilai estetis ini dapat diaplikasikan untuk penciptaan lukisan cat air dengan efek-efeknya. Penelitian ini dijalankan dengan mempraktikkan penciptaan lukisan cat air di luar studio menggunakan estetika closure. Objek lukisan digolongkan menjadi dua jenis, yaitu objek terintegrasi dan objek disintegratif. Objek terintegrasi merupakan objek yang unsurnya merupakan satu kesatuan yang cenderung tidak terpisahkan; objek disintegratif adalah kebalikannya. Penghilangan elemen pada objek integratif dilakuakan dengan cara tidak melukiskan bagian tertentu dari kesatuan objek yang dipilih; sementara pada objek disintegratif dapat dilakukan dengan menghilangkan bagian tertentu dari tiap elemen yang ada. Bagian yang dihilangkan dapat diisi dengan efek cat air, baik efek wet on wet, cipratan, lelehan, maupun efek yang lain. Penelitian ini penting untuk pendidikan seni pada tingkat institut. Kata Kunci: Lukisan, cat air, estetika closure WATERCOLOR PAINTING ON CLOSURE AESTHETICSAbstract: Closure aesthetics is an aesthetic value based on perceptual psychology. The principle is perception will close reduced shapes for completing the whole shapes as they usually appear. This aesthetic value can be applied for creating watercolor paintings, especially on watercolor effects. This study is conducted by practicing outdoor paintings based on closure aesthetics. There are two kinds of painting objects, i.e. integrated objects and disintegrated objects. Elements of integrated objects tend uniting so cannot separate; contrary, the ones of disintegrated objects are easily to distract. Hiding of elements in integrated objects is by ignoring some sides of the objects; meanwhile, for disintegrated objects, it is by ignoring some side of elements of the objects. The hidden elements or hided sides are applied by watercolor effects, such as wet on wet, splashing, melting, and other effects. This research is important for education in an institute of art. Keywords: painting, watercolor, closure aesthetics
ULASAN SINGKAT MENGENAI “CHAMARREO”—TARIAN RAKYAT DARI MEXICO Angela María Vela Hernández
Imaji Vol 17, No 1 (2019): IMAJI APRIL
Publisher : FBS UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2020.87 KB) | DOI: 10.21831/imaji.v17i1.25727

Abstract

Makalah ini membahas tentang tarian rakyat tradisional dari Meksiko yang bernama "Chamarreo". Untuk memahami dari mana tarian Chamarreo berasal, karya ini menjelaskan latar belakang sejarah tarian Meksiko. Terdapat juga ulasan singkat tentang beberapa tarian tradisional rakyat dari utara, tengah dan selatan Meksiko. Ini adalah ringkasan untuk memahami beberapa karakteristik tarian Chamarreo seperti: koreografi, kostum, objek, musik, bentuk dan ketika pertunjukan tariannya berlangsung. Kata Kunci: abstrak, bold, italic, maksimal lima kata/frase, tata tulis  A SHORT REVIEW OF “CHAMARREO” FOLK DANCE FROM MEXICO Abstract        This paper talks about the traditional-folk dance from Mexico which name is “Chamarreo”. In order to understand where the Chamarreo dance comes from, this work explained the historical background of Mexican dances. Also is a short review of some folk-traditional dances from north, central and southern Mexico. It is a summary to understand some of the characteristics of the Chamarreo dance such as: choreography, costume, object, music, form and when its dance performances take place. Keywords: abstract, bold, italic, maximum five words/phrases, template

Page 1 of 1 | Total Record : 10