cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia" : 7 Documents clear
UJI AKTIVITAS ANTI-DERMATITIS RAMUAN SEMBUNG, JAHE, RUMPUT TEKI, DAN CABE JAWA PADA TIKUS MODEL INDUKSI OVALBUMIN DAN UJI TOKSISITAS AKUTNYA Galuh Ratnawati; Ika Yanti M.S; Nuning Rahmawati; Asri Wuryani
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.2595

Abstract

ABSTRACT Atopic dermatitis or eczema is a chronic inflammatory skin disease characterized by pruritic inflamed skin lesions and dry skin (xerosis). The effectiveness of currently available treatments is considered insufficient. Medicinal plants are one of the potential alternatives to be developed in the treatment of eczema. This study aimed to investigate the anti-dermatitis activity and acute toxicity of herbal medicine formulation consisting of sembung (Blumea balsamifera), ginger (Zingiber officinale), rumput teki (Cyperus rotundus), and cabe jawa (Piper retrofractum). The herbs was prepared in the form of infusion 10% w/v. The activity assay was carried out on rat model of atopic dermatitis induced with ovalbumin. Measurement of IL-4 and IgE levels was carried out by spectrophotometric method. The skin tissue histology was examined to count the number of mast cells. The acute toxicity test was performed to determine LD50 of the herbs and its effect on urea levels, creatinine, SGOT, and SGPT blood samples. The herbs 1.350 and 10.800 mg/kg bw significantly reduced IL-4 levels, but did not affect IgE levels. All doses of the herbs decreased the number of mast cells in the rat skin tissue. The acute toxicity test showed that the herbs did not cause clinical symptoms and death in rats. Jamu ingredients significantly reduce SGOT levels but do not affect the levels of urea, creatinine, and SGPT. As a result, the herbs applied in this study could be developed further for the treatment of atopic dermatitis. Keywords: atopic dermatitis, IL-4, IgE, mast cell, jamu ingredients ABSTRAK Dermatitis atopik atau eksim adalah penyakit kulit kronis, ditandai dengan inflamasi lesi kulit pruritus dan kulit kering (xerosis). Efikasi pengobatan yang tersedia saat ini dipandang belum memuaskan. Tanaman obat merupakan salah satu alternatif yang potensial dikembangkan dalam pengobatan eksim. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas anti-dermatitis dan toksisitas akut ramuan jamu sembung (Blumea balsamifera), jahe (Zingiber officinale), rumput teki (Cyperus rotundus), dan cabe jawa (Piper retrofractum). Ramuan jamu disiapkan dalam bentuk infusa 10% b/v. Uji aktivitas dilakukan pada tikus model dermatitis atopik dengan induksi ovalbumin. Kadar IL-4 dan IgE diukur dengan spektrofotometri. Histologi jaringan kulit diperiksa untuk menghitung jumlah sel mast. Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui LD50, kadar ureum, kreatinin, SGOT, dan SGPT. Ramuan jamu dosis 1350 dan 10800 mg/kg BB secara signifikan menurunkan level IL-4, namun tidak mempengaruhi level IgE. Ramuan jamu semua dosis menurunkan jumlah sel mast dalam jaringan kulit tikus uji. Uji toksisitas akut menunjukkan ramuan jamu tidak menyebabkan gejala klinis dan kematian hewan uji. Ramuan jamu signifikan menurunkan kadar SGOT, namun tidak berpengaruh pada kadar ureum, kreatinin, dan SGPT. Dengan demikian, ramuan jamu yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi dermatitis atopik. Kata kunci: dermatitis atopik, IL-4, IgE, sel mast, ramuan jamu
AKTIVITAS PENURUNAN TEKANAN INTRAOKULAR KOMBINASI EKSTRAK ETANOL BUAH DELIMA DAN LIDAH BUAYA Novi Irwan Fauzi; Irma Mardiah
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.4120

Abstract

ABSTRACT Glaucoma is the second leading cause of blindness in the world. One of many strategies for controlling intraocular pressure to prevent blindness due to glaucoma is by inhibiting the production and/or increasing drainage of fluid in the eyeball. One of the potential natural remedies for such control is pomegranate (Punica granatum L.) and aloe vera (Aloe vera L.). This study aimed to evaluate the activity of lowering intraocular pressure of pomegranate and Aloe vera combination ethanol extracts in rats with ocular hypertension. Pomegranate and aloe vera were extracted by maceration method using 70% ethanol. Thirty rats were randomly divided into six groups, namely normal control group, rats with ocular hypertension control, drug control (acetazolamide 25 mg/kg BW p.o), pomegranate extract 500 mg/kg BW p.o, Aloe vera extract 500 mg/kg BW p.o, and extract combination p.o (each extract 500 mg/kg BW). Induction of ocular hypertension was performed by administering twelvedrops of 1% prednisolone acetate to the right eye. Intraocular pressure was measured using the schiotz tonometer before induction, after induction, and one hour after treatment. The combination of pomegranate and aloe vera extract given to rats with ocular hypertension showed a better potential to reduce intraocular pressure than a single administration of each extract, the percentage of reduction in intraocular pressure was 33.6±9.1%, 28.2±13.8%, and 29.9±8.1%, respectively. However, the combination of the two extracts did not show additive or synergistic effects and the potential of reducing intraocular pressure was lower than the acetazolamide drug. Keywords: Intraocular pressure, pomegranate, Aloe vera ABSTRAK Glaukoma merupakan penyebab kebutaan terbanyak ke dua di dunia. Strategi pengendalian tekanan intraokular untuk mencegah kebutaan akibat glaukoma dapat dilakukan dengan cara menghambat produksi dan atau melancarkan drainase cairan dalam bola mata. Salah satu sumber bahan baku alami yang potensial untuk pengendalian tersebut adalah buah delima (Punica granatum L.) dan lidah buaya (Aloe vera L.). Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi efek penurunan tekanan intraokular kombinasi buah delima dan lidah buaya pada tikus yang mengalami hipertensi okular. Buah delima dan lidah buaya diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 70%. Secara acak, 30 ekor tikus dibagi kedalam 6 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, kontrol tikus yang mengalami hipertensi okular, kontrol obat (asetazolamid 25 mg/kgBB p.o), ekstrak buah delima 500 mg/kgBB p.o, ekstrak lidah buaya 500 mg/kgBB p.o., kombinasi ekstrak p.o (masing – masing ekstrak 500 mg/kgBB). Induksi hipertensi okular dilakukan dengan pemberian 12 tetes prednisolon asetat 1% pada mata kanan. Tekanan intraokular diukur menggunakan tonomoter schiotz sebelum induksi, setelah induksi dan satu jam setelah pemberian perlakuan. Kombinasi ekstrak buah delima dan lidah buaya yang diberikan pada tikus yang mengalami hipertensi okular menunjukkan potensi yang lebih baik dalam menurunkan tekanan intraokular dibandingkan pemberian tunggal masing–masing ekstrak, persentase penurunan tekanan intra okular berturut-turut 33,6±9,1%, 28,2±13,8% dan 29,9±8,1%. Namun, pemberian kombinasi kedua ekstrak tersebut tidak menunjukkan efek aditif ataupun sinergis serta potensi dalam menurunkan tekanan intraokular masih dibawah obat asetazolamid. Kata kunci: Tekanan intraokular, buah delima, lidah buaya
PENDEKATAN ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT UNTUK PERMASALAHAN SEKSUAL SUKU TENGGER DI DESA ARGOSARI, LUMAJANG, INDONESIA Weka Sidha Bhagawan; Ubaidillah Abdel Barsyaif; Mochammad Amrun Hidayat
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.4169

Abstract

ABSTRACT The people of Tengger in Argosari village receive their knowledge of traditional medicine from their ancestors. This traditional knowledge is inherited and subsequently preserved across generations. This ethnobotanical medicinal plant study began with the participation observatory method and interviewed 28 local Tenggerese people who were selected by purposive and snowball sampling. Ethnobotanical data were analyzed to understand the proportion of cited plants. The analysis was calculated to obtain species use-value (SUV), family use-value (FUV), and fidelity level (FL). We have inventoried 16 species of plants belonging to 9 families to treat five types of sexual problems. The result showed that Piper betle L. had the highest SUV (1.21). Zingiberaceae was recorded as the largest family (6 plant species) with high FUV (0.69). Rhizome (47,06%) and leaves (41.18%) are the most dominant parts used as ingredients in traditional medicine. The majority of Argosari villagers prepare medicinal plants by decoction techniques (94.12%), then use them orally (94.12%). Pimpinella pruatjan Molkenb. (purwoceng) that is used for aphrodisiac has the highest FL value (78.57%). So it has the potential to be developed related to its pharmacological effects and the content of its active secondary metabolites. Since P. pruatjan is categorized as rare and protected species, so it requires a policy on its use as raw material for traditional medicines. Keywords: Ethnobotany, Medicinal plants, Sexual problems, Tengger tribe, Argosari Village. ABSTRAK Masyarakat suku Tengger di desa Argosari mendapatkan ilmu pengobatan tradisional dari nenek moyang mereka. Pengetahuan tumbuhan obat ini diwariskan dan selanjutnya dilestarikan dari generasi ke generasi. Pendekatan etnobotani tumbuhan obat ini dimulai dengan metode participation observatory dan mewawancarai 28 masyarakat lokal suku Tengger yang diseleksi secara purposive dan snowball sampling. Analisis data etnobotani digunakan untuk memahami proposi tumbuhan yang tersitasi, yaitu: species use-value (SUV), family use-value (FUV), dan fidelity level (FL). Studi ini telah berhasil menginventarisasi 16 spesies tumbuhan yang termasuk dalam 9 famili untuk pengobatan 5 jenis penyakit permasalahan seksual. Sirih (Piper betle L.) memiliki SUV tertinggi yaitu 1,21, sedangkan Zingiberaceae terdata sebagai famili terbanyak (6 spesies tumbuhan) dengan FUV tertinggi (0,69). Rimpang (47,06%) dan daun (41,18%) merupakan bagian yang dominan digunakan sebagai bahan obat tradisional. Mayoritas masyarakat desa Argosari mempreparasi tumbuhan obat tersebut dengan tehnik dekokta (94,12%), selanjutnya menggunakannya secara oral (94,12%). Pimpinella pruatjan Molkenb. (purwoceng) yang berfungsi sebagai tumbuhan afrodisiak memiliki nilai FL tertinggi (78,57%), sehingga sangat berpotensi dikembangkan terkait efek farmakologis dan kandungan metabolit sekunder aktifnya. P. pruatjan termasuk dalam spesies langka dan dilindungi sehingga memerlukan kebijakan dalam pemanfaatannya sebagai bahan baku ramuan obat tradisional. Kata kunci: Etnobotani, Tumbuhan obat, Permasalahan seksual, Suku Tengger, Desa Argosari.
BIOTRANSFORMASI KANDUNGAN SENYAWA KIMIA MINYAK GURJUN BALSAM MENGGUNAKAN Aspergillus niger Khoirun Nisyak; A'yunil Hisbiyah; Lilik Nurfadlilah
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.4778

Abstract

ABSTRACT Gurjun balsam oil is one of the essential oils from Indonesia isolated from Dipterocarpus turbinatus resin. Gurjun balsam oil has a fragrant aroma and benefits as a traditional medicine in the Indochina region. The main chemical content of balsam gurjun oil is alfa-copaena and several other sesquiterpenes (C15H24) class compounds. In this study, biotransformation of the gurjun balsam oil with Aspergillus niger was carried out at room temperature with an agitation speed of 130 rpm and avariation of the incubation time of 24, 48, 72, and 96 hours. The biotransformation of balsam gurjun oil produced some main products as follows: alfa-copaene (60.53%), beta-caryophyllene (22.76%), humulene (3.87%), and alpha-cadinene (12.83%). The optimum incubation time with the highest copaena product was 72 hours. Biotransformation of gurjun balsam oil by Aspergillus niger does not produce new derivatives but increases the yield of the alpha-copaena. Αlpha-copaena in gurjun balsam oil has strong potential as anti-eczematic in treating skin problems. Keywords: biotransformation, gurjun balsam oil, alpha-copaena, and Aspergillus niger ABSTRAK Minyak gurjun balsam merupakan salah satu minyak atsiri asal Indonesia yang diisolasi dari resin tanaman Dipterocarpus turbinatus. Minyak gurjun balsam memiliki aroma yang harum dan digunakan sebagai obat tradisional di daerah Indocina. Kandungan kimia utama minyak balsam gurjun adalah alfa-kopaena dan beberapa senyawa golongan seskuiterpen (C15H24) lainnya. Pada penelitian ini dilakukan biotransformasi minyak gurjun balsam dengan Aspergillus niger. Proses biotransformasi dilakukan pada suhu kamar dengan kecepatan agitasi 130 rpm dan variasi waktu inkubasi 24, 48, 72, dan 96 jam. Produk yang ditransformasi kemudian dianalisis dengan Gas Chromatography-Mass Spectrometer (GC-MS). Produk utama yang dihasilkan dari biotransformasi minyak balsam gurjun adalah alfa-kopaena (60,53%), beta-karyofilena (22,76%), humulena (3,87%), dan alfa-kadinena (12,83%). Waktu inkubasi optimum dengan produk kopaene tertinggi adalah 72 jam. Biotransformasi minyak gurjun balsam oleh Aspergillus niger tidak menghasilkan turunan baru tetapi meningkatkan rendemen alfa-kopaena. Alfa kopaena memiliki potensi sebagai anti eksim yang kuat untuk mengatasi masalah kulit. Kata kunci: biotransformasi, minyak gurjun balsam, alfa-copaena, dan Aspergillus niger
VALIDATION OF SPECTROPHOTOMETRY METHOD FOR DETERMINATION OF (+)-CATECHIN IN ETHYL ACETATE FRACTION OF GAMBIR EXTRACT (Uncaria gambir Roxb.) Nanang Yunarto; Uud Nourma Reswandaru; Indah Sulistyowati; Indhira Oliffia Prameswari; Qotrunnada Linggar Pinanditi; Tri Madesa Patadungan
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.4846

Abstract

ABSTRACT Gambir leaves (Uncaria gambir Roxb.) is a plant that has been widely used by people for traditional medicine. The main compound of gambir extract is a (+)-catechin that has been proven as anti-dental plaque, antioxidant, antibacterial, and antihyperlipidemic. This study aims to validate a method for the quantitative determination of catechin in ethyl acetate fraction of gambir extract based on spectrophotometry. The validation was conducted by measuring the linearity, accuracy, and ruggedness of the method that fulfills the requirements along with the limit of detection (LoD) and limit of quantification (LoQ) determination. Determining the precision (based on %RSD and CV), 100 ppm of catechin were made to 7 replicates while accuracy was evaluated by calculating the recovery. The ruggedness of the method is determined by analyzing it on a different day. The linearity was determined by assessing the r-value on the relation between the absorbance curve and standard series concentration. The LoD and LoQ could be calculated based on the standard curve equation. The results showed the method fulfilled the linearity requirement with R 0.9996; had precision in 1.23% RSD; had accuracy in the range of 100.80% to 101.64%; the method ruggedness was not significantly different; had 3.85 ppm of LoD and 12.84 ppm of LoQ. The validation method showed a valid result, and the method can be used for routine analysis on the measurement of catechin in ethyl acetate fraction of gambir extract. Keywords: Catechin, Uncaria gambir, Method Validation, Spectrophotometry ABSTRAK Daun gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan tanaman yang telah banyak dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional. Senyawa utama ekstrak gambir adalah (+)-katekin yang telah terbukti sebagai anti plak gigi, antioksidan, antibakteri, dan antihiperlipidemia. Penelitian ini bertujuan untuk memvalidasi suatu metode penentuan kuantitatif katekin dalam fraksi etil asetat ekstrak gambir secara spektrofotometri. Validasi dilakukan dengan mengukur linearitas, akurasi, dan kekasaran metode yang memenuhi persyaratan beserta penetapan Limit of Detection (LoD) dan Limit of Quantification (LoQ). Penentuan presisi (berdasarkan %RSD dan CV), 100 ppm katekin dibuat 7 ulangan sedangkan akurasi dievaluasi dengan menghitung perolehan kembali. Kekasaran metode ditentukan dengan menganalisisnya pada hari yang berbeda. Linearitas ditentukan dengan mengukur nilai r pada hubungan antara kurva absorbansi dan konsentrasi seri standar. Berdasarkan persamaan kurva standar, maka LoD dan LoQ dapat dihitung. Hasil penelitian menunjukkan metode memenuhi syarat linearitas dengan R 0,9996; memiliki presisi di 1,23% RSD; memiliki akurasi pada kisaran 100,80% sampai dengan 101,64%; kekasaran metode tidak berbeda nyata; memiliki 3,85 ppm LoD; dan 12,84 ppm LoQ. Validasi menunjukkan hasil yang valid, dan metode tersebut dapat digunakan untuk analisis rutin pada pengukuran katekin dalam fraksi etil asetat ekstrak gambir. Kata kunci: Catechin, Uncaria gambir, Validasi Metode, Spektrofotometri
PHYTOCHEMISTRY PROFILE, EFFICACY, AND SAFETY OF GREEN TEA (Camellia sinensis (L.) Kuntze) FOR BREAST CANCER CHEMOPREVENTION: A SYSTEMATIC REVIEW Dwi Hartanti; Siti Rofida
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.4994

Abstract

ABSTRACT The consumption of tea (Camellia sinensis (L.) Kuntze), mainly green tea, is famous for various health benefits. This review summarizes the potential use of green tea and epigallocatechin gallate (EGCG) for breast cancer chemoprevention. The data were retrieved from the online publication on the Pubmed database and covered the phytochemistry, preclinical study, and clinical trial of green tea related to its use as a breast cancer chemopreventive agent. Catechins, particularly EGCG, are the chemopreventive bioactive constituents of green tea. Preclinical studies demonstrated that the anti-proliferative and induction of apoptosis potentials of green tea are mediated through several different mechanisms. However, no association between green tea intake and a lowered breast cancer risk in human studies, but it might be favorable for secondary cancer prevention. Keywords: green tea, epigallocatechin gallate, chemopreventive, breast cancer. ABSTRAK Konsumsi teh (Camellia sinensis (L.) Kuntze), terutama teh hijau, terkenal dengan berbagai manfaat kesehatannya. Ulasan ini merangkum potensi penggunaan teh hijau dan epigallocatechin gallate (EGCG) untuk kemoprevensi kanker payudara. Data diambil dari publikasi online di database Pubmed dan mencakup fitokimia, studi praklinis, dan uji klinis teh hijau terkait dengan penggunaannya sebagai agen kemopreventif kanker payudara. Katekin, terutama EGCG, adalah konstituen bioaktif kemopreventif teh hijau. Studi praklinis menunjukkan bahwa anti-proliferatif dan induksi potensi apoptosis teh hijau dimediasi melalui beberapa mekanisme yang berbeda. Namun, tidak ada hubungan antara asupan teh hijau dan penurunan risiko kanker payudara dalam penelitian pada manusia, tetapi mungkin menguntungkan untuk pencegahan kanker sekunder. Kata kunci: teh hijau, epigallocatechin gallate, kemopreventif, kanker payudara.
KARAKTERISASI FISIOLOGI BENIH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN ROSELA (HIBISCUS SABDARIFFA L.) KOMERSIAL Sri Hartati; Enung Sri Mulyaningsih; Hartati Hartati; Nurhamidar Rahman; yuliana Galih Dyan Anggraheni; Enny Sudarmonowati
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i2.5182

Abstract

ABSTRACT Roselle flower petals are plant organs that are popularly used as herbal drinks and natural dyes. As a raw material for herbal medicine, dried roselle flower petals contain vitamin C and antioxidants. The primary pigment of hibiscine was identified as daphniphylline, which is used to treat hypertension, pyrexia, and liver damage. To obtain high quality herbal raw materials, it is necessary to use characterized seeds sources. In addition, information on the tolerance of roselle plants to abiotic environmental stresses is also needed to develop roselle cultivation on marginal land. Seed physiology studies by stress induction at seed level, and the growth of roselle plants from commercial germplasm were carried out. The aim of this study was to determine the best method for breaking seed dormancy, tolerance level to stimulated abiotic stress on seeds, and to determine plant growth character in the field. Based on the rapid test, the viability of the seeds used was 98%, whilst significant different in breaking the dormancy in terms of vigor index character with the highest index value obtained by immersion in water at 50oC for 10 minutes and 250 ppm GA3 (85.33%). The dormancy of roselle seed breaking could be carried out chemically (250 ppm GA3 and 0.3% KNO3) or physically (wound, hot and cold water). There were significant differences in the characters of hypocotyl length, root length, and wet weight of sprouts depending on the dormancy seed breaking treatments. The results of the abiotic stress test on roselle seeds sprouts showed significant differences on the germination rate, hypocotyl length, and root length. Tested roselle seeds were tolerant to Al3+ and NaCl stresses that are potential to be developed in acid soil due to aluminum and in saline soil. Based on the results of field observations, in general, each individual plant had different growth character and yield. The results of the principal component analysis showed that the six observed characters i.e plant height, branch number, stem diameter, leaves number, early fruit bolls number and fresh fruit weight contributed to the total variability. Based on the total fresh fruit weight, ten plants were then selected for further study. Keywords: Roselle, seeds, physiology, stresses, growth ABSTRAK Kelopak bunga rosela populer digunakan sebagai minuman herbal dan pewarna alami. Kelopak bunga rosela memiliki kandungan vitamin C dan antioksidan yang bermanfaat sebagai bahan baku obat herbal. Pigmen utama hibiscine diidentifikasi sebagai daphniphylline yang digunakan untuk obat hipertensi, pireksia dan kerusakan hati. Untuk mendapatkan bahan baku obat herbal berkualitas perlu digunakan sumber benih bermutu. Untuk mengetahui potensi budidaya pada lahan sub optimal, tingkat toleransi tanaman rosela terhadap cekaman lingkungan abiotik perlu diketahui. Studi fisiologi benih, perlakuan cekaman pada tingkat benih dan pertumbuhan tanaman rosela dari plasma nutfah komersial telah dilakukan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui teknik pematahan dormasi benih, toleransi terhadap cekaman abiotik yang distimulasi pada benih serta mengetahui karakter pertumbuhan tanaman di lahan. Hasil uji viabilitas cepat, benih yang digunakan memiliki viabilitas lebih dari 98%, sedangkan metoda pematahan dormasi menghasilkan perbedaan nyata pada karakter indeks vigor dengan nilai indeks tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman air 50oC selama 10 menit dan 250 ppm GA3 (85,33%). Pemecahan dormansi rosela dapat dilakukan secara kimia (250 ppm GA3 dan 0,3% KNO3) maupun fisik (pelukaan, air panas dan dingin). Terdapat perbedaan nyata pada karakter panjang hipokotil, panjang akar, dan bobot basah kecambah berdasarkan perbedaan perlakukan pemecahan dormansi. Hasil uji cekaman abiotik pada kecambah rosela menunjukkan perbedaan nyata untuk daya berkecambah, panjang hipokotil, dan panjang akar. Benih rosela yang diuji memiliki toleransi terhadap cekaman Al3+ dan NaCl sehingga potensial dikembangkan pada lahan masam akibat aluminium dan salin. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, setiap individu yang diamati umumnya memiliki karakter pertumbuhan dan daya hasil berbeda. Hasil analisis komponen utama diketahui bahwa enam karakter yang diamati berkontribusi terhadap keragaman yaitu tinggi tanaman, jumlah cabang, diameter batang, jumlah daun, jumlah bakal buah dan bobot basah buah. Berdasarkan bobot basah buah total, berhasil diseleksi 10 tanaman yang dapat diuji lebih lanjut. Kata kunci: Rosela, benih, fisiologi, ,cekaman, pertumbuhan

Page 1 of 1 | Total Record : 7