cover
Contact Name
Nungki Hapsari Suryaningtyas
Contact Email
nungkihapsari36@gmail.com
Phone
+62735322774
Journal Mail Official
buletin.spirakel@gmail.com
Editorial Address
Balai Litbangkes Baturaja Jalan Jenderal Ahmad Yani km. 7 Kemelak Baturaja, Sumatera Selatan
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Spirakel
ISSN : 20861346     EISSN : 23548819     DOI : https://doi.org/10.22435/spirakel
Core Subject : Health,
SPIRAKEL is a media for researchers / academics / students / practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service Center, to obtain or disseminate scientific information on tropical infectious diseases.
Articles 50 Documents
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN DETEKSI DINI DI KABUPATEN BANDUNG Wawan Ridwan; Andri Ruliansyah; Firda Yanuar; Asep Jajang
SPIRAKEL Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.380

Abstract

Demam Berdarah Dengue (DBD) diketahui merupakan masalah kesehatan di Indonesia sejak tahun 1968 dan terjadi peningkatan kematian di beberapa daerah. Tren kasus dan angka kematian bervariasi di Kabupaten Bandung selama periode tahun 2012-2016. Pada tahun 2012 ada 1.124 kasus dengan 11 kematian dan meningkat pada 2016 dengan 3.470 kasus dan 10 kematian. Salah satu penyebab peningkatan ini adalah minimnya sistem deteksi dini untuk mencegah wabah DBD. Penelitian ini bertujuan untuk membangun sistem informasi kesehatan yang dapat mempercepat pengolahan data dan bisa mendeteksi KLB DBD. Penelitian dilakukan menggunakan desain kualitatif dengan menerapkan pendekatan model prototyping untuk membangun model sistem informasi kesehatan. Data didapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung dan desain prototipe dari sistem informasi kesehatan penyakit DBD dengan deteksi dini KLB DBD dilakukan di institusi yang sama. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sistem yang digunakan selama ini masih menggunakan entri manual dan pembangunan sistem informasi kesehatan bisa diterapkan dengan sempurna. Penelitian ini berhasil membangun konsep sistem informasi kesehatan yang bisa mempercepat entri data untuk mendeteksi KLB DBD. Sistem Informasi Kesehatan yang sedang dikembangkan ini bisa diterapkan di semua Dinas Kesehatan seluruh Indonesia untuk mempercepat pengolahan data DBD juga mendeteksi KLB DBD lebih dini.
PERILAKU HIGIENE PRIBADI TERHADAP KECACINGAN PADA MURID SDN MUARA PAGATAN UJUNG, KECAMATAN KUSAN HILIR KABUPATEN TANAH BUMBU Budi Hairani; Annida Annida; Erly Hariyati; Dicky Andiarsa; Juhairiyah Juhairiyah
SPIRAKEL Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.2168

Abstract

Penularan kecacingan pada anak usia sekolah dasar dapat terjadi dikarenakan perilaku higiene pribadi yang kurang baik. Salah satu kunci keberhasilan penanggulangan kecacingan adalah dengan memperbaiki perilaku higiene pribadi pada masyarakat terutama pada kelompok yang paling rentan tertular yaitu anak usia sekolah dasar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat prevalensi kecacingan pada murid SDN Muara Pagatan Ujung serta mengidentifikasi faktor perilaku anak dalam menjaga kebersihan pribadi yang diduga berisiko terhadap penularan kecacingan. Penelitian dengan desain potong lintang dilakukan di SDN Muara Pagatan Ujung, Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu pada bulan Desember tahun 2016. Sampel merupakan total sampling dari seluruh populasi siswa SDN Muara Pagatan Ujung. Data yang dikumpulkan berupa hasil pemeriksaan feses dan hasil wawancara pada siswa. Diketahui prevalensi kecacingan sebesar 13%. Hasil wawancara beberapa faktor perilaku higiene siswa terhadap kecacingan yang masih cukup tinggi yaitu tidak menggunakan alas kaki setiap keluar rumah (54%), tidak mencuci tangan dan kaki setelah bermain di tanah (47%) dan tidak mencuci tangan pakai sabun sebelum makan (50%). Perlu dilakukan edukasi pada siswa secara intensif mengenai pentingnya menjaga kebersihan pribadi terutama kebiasaan mencuci tangan dan kaki yang diiringi dengan pengadaan fasilitas pendukung kebersihan di sekolah seperti tempat cuci tangan dengan sabun dan adanya peraturan yang mengharuskan siswa untuk selalu memakai alas kaki.
PERILAKU SANTRIWAN YANG BARU MONDOK DI PESANTREN K-K KECAMATAN SAKO TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT KULIT SKABIES Ahmad Ghiffari; Lucille Annisa Suardin; Raden Pamudji; Zadi Oktariansyah
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.2704

Abstract

Sekitar 300 juta kasus skabies per tahunnya dilaporkan di seluruh dunia dan di Indonesia 3,9-9% penduduk. Faktor-faktor yang berhubungan dengan risiko infestasi tungau antara lain higienitas pribadi yang buruk, kontak dengan penderita, kelembapan, kepadatan hunian yang tinggi dan pengetahuan yang rendah. Faktor risiko tersebut tinggi pada santri penghuni asrama pesantren. Kegiatan penelitian bertujuan untuk menentukan faktor risiko dan hubungannya penyakit kulit kudis pada Pondok Pesantren K-K di Kecamatan Sako Kota Palembang. Penelitian dilakukan melalui metode observasi dengan menggunakan pendekatan desain potong lintang pada 114 santri dengan prosedur pemeriksaan klinis (cardinal sign) gejala skabies dan mikroskopis serta kuesioner. Hasil menunjukkan bahwa subjek penelitian yang terkena skabies sebanyak 37% didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (53%), berada pada tingkat tsanawiyah (63%) kelas VII (40%), memiliki tingkat pengetahuan sedang (49%), tingkat sikap sedang (48%), tingkat perilaku baik (52%). Analisis bivariat dan logistik regresi multivariat menunjukkan hubungan antara kejadian skabies dengan pengetahuan, sikap, perilaku, dengan pengaruh paling besar pada perilaku (OR 8,24). Disarankan untuk tidak menggunakan barang pribadi secara bersama. Penyuluhan terutama pada santri yang baru masuk asrama harus lebih digalakkan dengan melibatkan pihak puskesmas untuk sosialisasi penyakit terutama bagi santriwan kelas VII tsanawiyah.
HUBUNGAN SUMBER AIR MINUM DENGAN KEJADIAN DIARE DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Marini Marini; Dheli Ofarimawan; Lasbudi P Ambarita
SPIRAKEL Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3130

Abstract

Penyakit diare merupakan penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah usia lima tahun di dunia dengan angka kematian sekitar 525.000 anak setiap tahunnya. Menurut data Riskesdas 2018 diketahui bahwa prevalensi diare berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah sebesar 6,8%. Hal ini menunjukkan kenaikan 2,3% jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 yaitu hanya 4,5%. Prevalensi diare untuk Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2018 sebesar 5,5%. Analisis ini bertujuan untuk melihat hubungan sumber air minum yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat dengan angka kejadian diare di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan hasil olah data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2018. Analisis yang digunakan adalah bivariat dengan korelasi pearson. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara sumber air minum air ledeng dengan kejadian diare dengan nilai R square sebesar 0,712 dan menunjukkan arah hubungan yang positif. Kesimpulan analisis ini menunjukkan bahwa angka kejadian diare berhubungan dengan penggunaan air ledeng sebagai sumber air minum. Promosi kesehatan berupa komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang pengelolaan sumber air untuk di konsumsi perlu terus digalangkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
KARAKTERISTIK DISTRIBUSI DAN HABITAT Anopheles spp. DI KELURAHAN KEMELAK BINDUNG LANGIT, KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2018 Rika Mayasari; Amlarrasit Amlarrasit; Hotnida Sitorus; Santoso Santoso
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.3168

Abstract

Banyak faktor dapat mempengaruhi kejadian malaria. Faktor tersebut berasal dari perubahan kondisi lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan mempengaruhi kepadatan Anopheles spp. di dalam rumah yang kontak dengan manusia. Kondisi tersebut berupa suhu udara. Suhu udara yang hangat mempercepat siklus hidup nyamuk sehingga meningkatkan kepadatan nyamuk di dalam rumah. Besarnya kepadatan nyamuk per orang per jam akan meningkatkan frekuensi kontak antara vektor dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serta memetakan habitat perkembangbiakan potensial larva Anopheles. Penelitian dilakukan secara potong lintang di Kelurahan Kemelak Bindung Langit Kecamatan Baturaja Timur pada bulan Agustus 2018. Sebagai populasi adalah habitat perkembangbiakan larva Anopheles yang potensial seperti sawah, kolam, rawa, aliran sungai yang tidak deras dan parit. Pengumpulan data dilakukan dengan mengamati habitat potensial larva Anopheles yang terdiri dari jumlah larva dan mengamati lingkungan fisik biologinya. Pengamatan larva Anopheles dilakukan dengan metode pencidukan larva. Hasil dari penelitian ini adalah jenis habitat perkembangbiakan larva Anopheles di Kelurahan Kemelak Bindung Langit adalah rawa dan kolam dengan kepadatan larva berkisar 30-110 ekor. Suhu air pada habitat perkembangbiakan berkisar 29oC-30oC. Seluruh habitat perkembangbiakan larva Anopheles tidak terkena paparan sinar matahari langsung. Kadar garam pada habitat perkembangbiakan yaitu 0‰. Luas habitat berkisar 21m2-2400m2, dengan memiliki pH masing- masing pada habitat yaitu 6.
PERAN KADER SEBAGAI TENAGA PELAKSANA ELIMINASI PROGRAM PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL LIMFATIK FILARIASIS TAHAP III DI KABUPATEN BANYUASIN Indah Margarethy; Reni Oktarina
SPIRAKEL Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3313

Abstract

Kabupaten Banyuasin merupakan daerah endemis filariasis di Provinsi Sumatera Selatan dengan jumlah kasus kronis yang dilaporkan pada tahun 2014 sebanyak 89 kasus dan pada tahun 2018 mengalami penurunan menjadi 46 kasus. Koordinasi strategi serta kerjasama yang baik dari berbagai pihak diperlukan untuk mencapai tujuan eliminasi filariasis, salah satunya dengan melibatkan kader sebagai Tenaga Pelaksana Eliminasi (TPE) dalam pengobatan massal filariasis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran TPE dalam pelaksanaan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) filariasis Tahap III di Kabupaten Banyuasin. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dengan informan terpilih yaitu: Pengelola Pogram Filariasis Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuasin, Pengelola Program Filariasis Puskesmas di Kabupaten Banyuasin, bidan desa, dan kader. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka jumlah informan disesuaikan dengan kebutuhan data. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis konten. Hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan POPM filariasis tahap III di Kabupaten Banyuasin belum berjalan sesuai dengan prosedur. Pada pelaksanaannya, TPE berperan membantu petugas kesehatan melakukan pendataan penduduk sasaran dan penduduk yang mendapatkan obat, mensosialisasikan kegiatan POPM ke masyarakat serta membagikan obat massal filariasis di pos pengobatan maupun rumah ke rumah. Kendala di lapangan yaitu penduduk yang tidak minum obat filariasis tidak tercatat, pengawasan terhadap efek samping obat tidak dilakukan karena minimnya jumlah TPE, anggaran untuk TPE masih minim baik untuk mobilisasi dan pelatihan khusus untuk TPE.
GAMBARAN DISTRIBUSI SPESIES Anopheles DAN PERANNYA SEBAGAI VEKTOR MALARIA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR, PAPUA DAN PAPUA BARAT Vivin Mahdalena; Tri Wurisastuti
SPIRAKEL Vol 12 No 1 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3441

Abstract

Malaria merupakan penyakit tular nyamuk yang masih menjadi penyebab utama kematian di negara berkembang. Malaria juga masih endemis di sebagian besar wilayah Indonesia, terutama di daerah Indonesia bagian Timur. Tiga provinsi di Indonesia dengan annual parasite incidence (API) tertinggi per 1000 penduduk pada tahun 2018 yaitu Nusa Tenggara Timur (NTT), Papua dan Papua Barat. Pengetahuan dan pemahaman mengenai nyamuk Anopheles sebagai vektor malaria di lokasi penyebarannya sangat penting dalam program intervensi pengendalian vektor malaria yang optimal. Artikel ini merupakan studi literatur dimana informasi diperoleh dari buku, artikel penelitian atau jurnal ilmiah, dan laporan hasil penelitian dari rentang tahun 2003 sampai tahun 2019. Anopheles yang ditemukan di Provinsi NTT, Papua dan Papua Barat yaitu An. vagus, An. barbirostris, An. subpictus, An. sundaicus, An. indefinitus, An. tesselatus, An. maculatus, An. aconitus, An. kochi, An. minimus, An. annularis, An. flavirostris, An. umbrosus, An. annulipes, An. farauti, An. barbumbrosus, An. ludlowae, An. punctulatus, An. aitkenii, An. longirostris, An. peditaeniatus, An. koliensis, An. bancrofti, An. hinesorum, dan An. meraukensis. Anopheles yang sudah terkonfirmasi sebagai vektor malaria yaitu An. barbirostris, An. subpictus, An. sundaicus, An. flavirostris, An. minimus, An. farauti, An. punctulatus dan An. longirostris. Perilaku kesukaan mengisap darah dari beberapa Anopheles yang menjadi vektor malaria lebih cenderung bersifat antropofilik.
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MINUM OBAT DALAM PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN BANYUASIN TAHUN 2015 Ritawati Ritawati; Reni Oktarina; Indah Margarethy
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.3442

Abstract

Filariasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori, yang menyebabkan cairan getah bening tersumbat dan bengkak pada kaki dan lengan. Eliminasi filariasis dilakukan melalui program pemberian obat pencegahan massal kepada seluruh penduduk di daerah endemis setahun sekali selama lima tahun. Kabupaten Banyuasin telah mengalami penurunan angka prevalensi mikrofilaria. Namun risiko penularan masih terjadi karena kasus baru ditemukan setelah periode ketiga pemberian obat massal (POPM) di lokasi sentinel dengan kepadatan mikrofilaria yang tinggi dalam sampel darah. Keberhasilan program eliminasi filariasis membutuhkan tingkat kepatuhan POPM yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku minum obat dalam pemberian obat massal. Jenis penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan desain cross sectional ini dilaksanakan pada tahun 2015 di Kabupaten Banyuasin. Wawancara menggunakan kuesioner dilakukan kepada 302 responden dengan pengambilan sampel secara acak sistematis. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku penggunaan obat adalah tingkat persepsi efek samping obat, pengetahuan masyarakat, metode distribusi obat, dan penyuluhan. Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku pengambilan obat adalah penyuluhan, sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan kepada masyarakat dengan penyuluhan bahwa efek samping obat adalah respon tubuh terhadap kematian parasit.
PEMBERIAN OBAT PENCEGAHAN SECARA MASSAL (POPM) DALAM PENANGGULANGAN FILARIASIS DI KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN, TAHUN 2013 – 2017 Rizki Nurmaliani; Maya Arisanti
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i1.3444

Abstract

Filariasis merupakan salah satu masalah kesehatan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Penyelenggaraan penanggulangan filariasis dilaksanakan baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan melibatkan peran serta dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan memutus rantai penularan melalui Pemberian Obat Pencegahan secara Massal (POPM) filariasis. POPM dilaksanakan melalui pemberian obat yang bertujuan untuk mematikan mikrofilaria secara serentak kepada semua penduduk sasaran. Sejak tahun 2013 hingga tahun 2017, pemerintah Kabupaten OKI melaksanakan kegiatan POPM untuk eliminasi filariasis. Tulisan ini bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan POPM di Kabupaten OKI selama lima tahun. Data yang digunakan adalah data sekunder dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKI dan dianalisis secara deskriptif. Dari data yang telah dikumpulkan didapatkan hasil bahwa pelaksanaan POPM dilakukan secara serentak pada semua desa yang ada di wilayah Kabupaten OKI. Cakupan POPM filariasis pada kelompok sasaran tahun 2013 hingga tahun 2017 berturut-turut adalah 90%, 91%, 91%, 94%, dan 95%. Angka ini sudah mencapai target minimal 65% yang telah ditetapkan sebagai target eliminasi filariasis. Selain itu, angka cakupan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cakupan pelaksanaan POPM filariasis di Kabupaten OKI sudah baik.
KRITERIA HUJAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN MALARIA DI KABUPATEN OKU SELATAN TAHUN 2019 Maya Arisanti; Rizki Nurmaliani
SPIRAKEL Vol 12 No 2 (2020)
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Baturaja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/spirakel.v12i2.3445

Abstract

Malaria masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi masalah malaria pemerintah telah mencanangkan tentang program eliminasi malaria. Masih tingginya kasus malaria berkaitan dengan adanya perubahan lingkungan dan iklim dimana musim penghujan menjadi lebih panjang. Hujan menyebabkan bertambahnya tempat perkembangbiakan nyamuk vektor malaria. Data dalam penulisan ini merupakan data dari Dinas Kesehatan dan Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU Selatan tahun 2019. Data dianalisis menggunakan pengujian statistik untuk mengetahui hubungan kriteria hujan dengan kejadian malaria di Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2019. Kejadian malaria, curah hujan, dan jumlah hari hujan paling tinggi terjadi pada Bulan Februari yaitu 60 kasus dengan curah hujan 409,23 mm dan 18 hari hujan. Hasil analisis data menunjukkan kriteria banyak hujan dan lama memiliki angka mean rank yang paling tinggi dibandingkan dengan kriteria hujan lainnya. Nilai kemaknaan menunjukkan angka dibawah 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa ada hubungan antara kejadian malaria dengan kriteria hujan di Kabupaten OKU Selatan.