cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Intuisi
ISSN : 25412965     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah is the scientific publication media to accommodate ideas and innovation research results of psychology academicians and other experts who are interested in the field of Psychology. Vision intuition is to encourage the development of science-based psychology, indigenous psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 3 (2017): November 2017" : 20 Documents clear
PROGRAM PSIKOEDUASI BULLYING UNTUK MENINGKATKAN EFIKASI DIRI GURU DALAM MENANGANI BULLYING DI SEKOLAH DASAR Amawidyati, Sukma Adi Galuh; Muhammad, Amrihana; Purwanto, Edy
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14117

Abstract

Abstrak. Fenomena bullying semakin mudah dijumpai di banyak tempat, tak terkecuali di dalam lingkungan sekolah.Hal ini semakin memprihatinkan tatkala pihak-pihak yang idealnya bisa berperan penting untuk menanggulangi atau mencegah kemunculan fenomena bullying disekolah tampak tidak paham, tidak peduli, atau pun tidak mampu melakukan tindakan yang ideal. Program Psikoedukasi bullying pada guru diharapkan bisa menjadi salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki kondisi yang ada. Penelitan ini menggunakan penelitian eksperimen kuasi dengan desain The one group pretest – posttest. Subjek penelitian ini adalah 14 orang guru di salah satu SD Negeri di daerah Gunungpati Semarang. Materi program psikoedukasi bullying pada penelitian ini mencakup definisi dan prevalensi bullying di Indonesia, bentuk-bentuk bullying, karakteristik korban, karakteristik pelaku, dampak bullying, dan penanganan bullying. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program psikoedukasi bullying efektif untuk meningkatkan efikasi guru dalam menangani bullying (Z=-2,138;  p=0,033; p<0,05). Disarankan kegiatan psikoedukasi bullying semacam ini bisa dilaksanakan secara berkala dilokasi yang sama dan atau digandakan penyelenggaraannya di lokasi lain yang membutuhkan.Kata Kunci: bullying, program psikoedukasi, efikasi guru  Abstract.Bullyinghas become serious problem in school. Evidence from number of studies shows that teachers has no sufficient and effective skill in handling bullying. Teachers’ self – efficacy influences effective intervention in handling bullying. The purpose of this study was to examine the effectiveness of Bullying Psychoeducation Program to improve teachers’ self-efficacy in dealing with bullying. This research used quasi experimental design with the one group pretest-posttest design. The subjects of this research are 14 teachers in one of Elementary School in Gunungpati Semarang. The results showed that the Bullying Psychoeducation Program was effective to improve teachers’ self–efficacy in dealing with bullying (Z = -2.138; p = 0.033; p <0.05). It is suggested that such Bullying Psychoeducation Program can be carried out periodically at the same location and / or duplicated in other locations where needed.
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI REMAJA Aridhona, Julia
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14113

Abstract

Abstrak. Remaja merupakan masa dimana mengalami banyak masalah, juga merupakan masa transisi dari anak-anak kemasa selanjutnya. Pada masa remaja ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilewati oleh remaja antara lain penyesuaian diri remaja, tidak semua remaja mampu menyesuaikan diri sesuai dengan yang diharapkan, penyesuiaan diri remaja juga memiliki hubungan dengan kecerdasan spiritual dan kematangan emosi yang mampu mempengaruhi penyesuaian diri remaja. Penelitian ini untuk menguji hubungan antara kecerdasan spiritual dan kematangan emosi dengan penyesuaian diri remaja.  Subjek penelitian adalah 59 remaja kelas IX SMP Ahmad Yani. Data  dikumpulkan melalui angket yang terdiri dari penyesuaian diri, kecerdasan spiritual dan kematangan emosi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitaf. Teknik yang digunakan kuota samplingdan pengumpulan datanya menggunakan skala Likert, diteliti  menggunakan teknik korelasi pearson. Hasil analisis menunjukan hubungan positif antara kecerdasan spiritual dan kematangan emosi dengan penyesuaian diri yang artinya semakin tinggi spiritualitas dan kematangan emosi maka semakin tinggi pula penyesuaian diri yang dimiliki remaja.Kata Kunci : Penyesuaian diri, spiritual, kematangan emosi, remaja Abstract. Adolescence is a time when there are many problems, also a transition period from the next childhood. In adolescence there are developmental tasks that must be passed by adolescents such as adolescent adjustment, not all adolescents are able to adapt in accordance with the expected, adolescent self-adaptation also has a relationship with spiritual intelligence and emotional maturity that can affect adolescent adjustment. This study to examine the relationship between spiritual intelligence and emotional maturity with adolescent adjustment. The subjects were 59 junior high school students of SMP Ahmad Yani. Data were collected through a questionnaire consisting of self-adjustment, spiritual intelligence and emotional maturity. This research uses quantitative research method. The technique used quota sampling and data collection using Likert scale, examined using pearson correlation technique. The results of the analysis show a positive relationship between spiritual intelligence and emotional maturity with self-adjustment which means the higher the spirituality and emotional maturity then the higher the adaptability of teens.
PERAN THE BIG FIVE PERSONALITY TRAITS TERHADAP ACADEMIC DISHONESTY PADA MAHASISWA Sugiariyanti, Sugiariyanti; Swaraswati, Yogi; Sari, Woro Apriliana
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14118

Abstract

Abstrak. Fakta mengenai ketidakjujuran akademik (academic dishonesty) yang semakin marak terjadi, berbanding terbalik dengan harapan-harapan sosial masyarakat terhadap mahasiswa. Banyak penelitian mengkaji permasalahan ini, tetapi academic dishonesty telah menjadi gangguan serius dalam pendidikan tinggi yang hingga saat ini belum berhasil diberantas, meskipun telah banyak usaha yang dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peran the Big Five personality traits terhadap academic dishonesty pada mahasiswa. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 320 mahasiswa (140 laki-laki dan 180 perempuan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa the Big Five personality traits secara simultan memprediksi academic dishonesty (R= 0,480, F=18,483, p<0,00). Analisis korelasi mengungkap bahwa tiga trait yaitu agreeableness, conscientiousness dan openness muncul sebagai prediktor dari academic dishonesty mahasiswa. Masing-masing memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan dengan academic dishonesty. Artinya, semakin rendahagreeableness, conscientiousness dan openness, maka semakin tinggi tingkat academic dishonesty pada mahasiswa. Demikian pula sebaliknya. Sementara itu, berdasarkan data empirik, trait neuroticism tidak memiliki hubungan dengan academic dishonesty, sedangkan trait extraversion berkorelasi negatif dengan academic dishonesty sehingga tidak mendukung hipotesis.Implikasi dari the Big Five personality traits dalam memprediksi academic dishonesty pada mahasiswa akan dibahas pada bab hasil dan pembahasan. Kata Kunci: Academic dishonesty, the Big Five Personality Traits  Abstract. The facts of academic dishonesty are inverse to the social expectations of the society towards students. Many studies have examined this issue, but academic dishonesty has become a serious disruption on higher education, which has not been resolved in recent years, despite much effort being made.The current study aimed to examined the role of the Big Five personality traits (extraversion, agreeableness, conscientiousness, neuroticism, and openness) to academic dishonesty among undergraduate students. Third hundred and twenty undergraduate students were participated in this study. A hundred and forty were male and 180 were female. The result revealed that the Big Five personality traits predicted academic dishonesty significantly (R= 0,480, F=18,483, p<0,00). Correlation analyses showed that the three of the Big Five traits i.e. agreeableness, conscientiousness, and openness emerged as the predictors of academic dishonesty among undergraduate students. Each had a negative significant association. Academic dishonesty thus increases as agreeableness, conscientiousness, and openness decreases. Furthermore, based on empirical data, the hypotheses about relationship between other personality (neuroticism and extraversion) with academic dishonesty were not supported. Neuroticism were not related to academic dishonesty, while extraversion had a negative correlation. Implications of the Big Five personality traits measures to the predictions of academic dishonesty among undergraduate students are discussed.
PENERIMAAN DIRI DAN KECEMASAN TERHADAP STATUS NARAPIDANA Kusumaningsih, Luh Putu Shanti
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14114

Abstract

Abstrak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara penerimaan diri dan kecemasan terhadap status narapidana. Tujuannya adalah untuk mengetahui hubungan antara penerimaan diri dengan kecmasan terhadap status Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang negatif antara penerimaan diri dengan kecemasan terhadap status narapidana. Populasinya adalah seluruh narapidana di Lapas Brebes dengan teknik pengambilan sampel yaitu Simple Random Sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 orang untuk try out dan 57 orang untuk penelitian. Pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik Korelasi Product Moment setelah sebelumnya dilakukan uji normalitas dan linieritas. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa diperoleh harga rxy = -0,433 dengan p < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan kecemasan terhadap status sebagai narapidana. Artinya, semakin tinggi penerimaan diri, maka makin rendah kecemasan terhadap status sebagai narapidana, dan sebaliknya. Kata Kunci : Penerimaan Diri, Kecemasan, Narapidana  Abstract. The Problem of this research is there is correlation between self acceptance with anxiety of the prisoner status. The purpose is to understanding the corelation between self acceptance with anxiety of the prisoner status. The hypothesis in this research is there is a negative relationship between self-acceptance with anxiety about the prisoner status. Its population is all prisoners in Lapas Brebes with sampling technique that is Simple Random Sampling. The number of samples in this study as many as 50 people to try out and 57 people for research. Hypothesis testing is analysis by Product Moment Correlation technique after previously tested normality and linearity. The result of the calculation shows that the obtained price of rxy = -0.433 with p<0,05 indicates that there is negative relation between self-acceptance with status as prisoner anxiety. That is, the higher of the self-acceptance, can make the status as the prisoner anxiety lower, and vice versa.
TERAPI KOGNITIF PERILAKU PADA REMAJA DENGAN GANGGUAN KOMORBID PERILAKU MENENTANG DAN DEPRESI YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN Syafitri, Diany Ufieta
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14110

Abstract

Abstrak.Pengasuhan dan kondisi panti asuhan seringkali dianggap kurang kondusif untuk perkembangan anak serta remaja yang ada di dalamnya. Hal ini kemudian dibuktikan oleh banyaknya penelitian yang menyebutkan banyaknya permasalahan anak dan remaja di panti asuhan. Salah satu gangguan yang paling banyak terjadi adalah Gangguan Perilaku (GP), terutama yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Gangguan Perilaku Menentang (GPM). Subjek dalam penelitian ini adalah seorang remaja laki-laki usia 15 tahun yang dirujuk kepada psikolog karena menunjukkan gejala GPM. Penelitian ini menggunakan studi kasus di mana proses pengumpulan data menggunakan multi sumber yaitu wawancara kepada orang di sekitar subjek, observasi, dan asesmen psikologi. Hasilnya menunjukkan bahwa selain gejala GPM subjek juga menunjukkan depresi yang tinggi. Ini menunjukkan bahwa subjek mengalami gangguan komorbid. Penanganan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kognitif perilaku sebanyak delapan pertemuan, yang terdiri atas penanganan komponen kognitif, emosi, dan perilaku. Hasilnya, subjek mengalami peningkatan dalam berpikir secara seimbang tentang dirinya yang berpengaruh terhadap kondisi emosi dan perilakunya. Di dalam artikel ini juga didiskusikan tentang dimensi gejala dalam GPM yang memprediksi terjadinya komorbiditas dengan gangguan afektif.Kata kunci: gangguan perilaku menentang, remaja, terapi kognitif perilaku, panti asuhan Abstract. Parenting and orphanage are often considered less conducive to the development of children and adolescents. This is evidenced by many studies that mention many problems of children and adolescentsot orphanages. One of the most common disruptions is Behavioral Disorder (GP), those discussed in this study are Behavioral Disorder (GPM). Subjects in this study were a 15-year-old male teenager who is showing symptoms of GPM. This study uses case studies and the process of collecting data using multiple sources of interviews to people around the subject, observation, and psychological assessment. The results showed that in addition to symptoms GPM subjects also showed high depression. This indicates that the subject has comorbid disorders. Handling is done through the cognitive approach to the behavior of eight meetings, which consists of handling cognitive, emotional, and behavioral components. To sum up, the subject has increased in thinking in a balanced about himself that affects his emotional state and behavior. In this article is also discussed about the dimensions of symptoms in GPM that predict the occurrence of comorbidities with affective disorders.
OPERANT CONDITIONING: SHAPING DANPOSITIVE REINFORCEMENT CONTINGENCIES “DARI PERILAKU OFF-TASK MENJADI ON-TASK” Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14119

Abstract

Abstrak. Pendidikan informal pada jenjang taman kanak-kanak menjadi latihan bagi anak untuk belajar berbagai hal melalui kegiatan bermain. Perilaku off-task kerap muncul pada anak-anak tertentu pada proses tersebut. Perbedaan individu yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal masing-masing anak menjadi penyebab perilaku off-task.Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas metode Operant Conditioning dengan teknik Shaping dan Positive Reinforcement Contingenciesdalam meningkatkan perilaku On-task pada anak TK.Subjek penelitian adalah seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 7 bulan dengan ditentukan secara purposif berdasarkan hasil observasi awal pada kegiatan inti di TK. Subjek adalah siswa di kelas TK A dan belum pernah mengikuti kelompok bermain sebelum TK. Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan subjek tunggal (single case experiment).Pengukuran menggunakan observasi dengan menghitung jumlah tugas yang berhasil diselesaikan pada kegiatan inti. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata jumlah ketuntasan tugas yang dilakukan subjek pada kegiata inti. Rata-rata fase baseline 2 tugas terselesaikan, dua minggu pertama pelaksanaan intervensi rata-rata  4 tugas terselesaikan, dua minggu terakhir pelaksanaan intervensi 4 tugas terselesaikan, dan mampu bertahan pada rata-rata 4 tugas terselesaikan pada saat follow up. Kata kunci: operant conditioning, shaping, positive reinforcement contingencies, off-task, on-task Abstract.Informal education at the kindergarten level becomes an exercise for children to learn various things through play activities. Off-task behavior often appears in certain children in the process. The individual differences that are influenced by the internal and external factors of each child become the cause of the off-task behavior. The purpose of this research is to test the effectiveness of Operant Conditioning method with Shaping technique and Positive Reinforcement Contingencies in improving On-task behavior in kindergarten children. The subject of the study was a boy aged 4 years and 7 months determined purposively based on preliminary observations on core activities in kindergarten. Subjects are students in kindergarten class A and have never attended play group before kindergarten. The research design used was experiment with single subject (single case experiment). Measurement used was observation by counting the number of tasks completed successfully in the core activities. The results showed an increase in the average number of tasks done by subjects on the core activities. Two On-task behaviour showed by subjek in baseline phase, Four on-task behaviour was completed in the first two weeks intervention phase, Four on-task behaviour was completed in the last two weeks intervention phase, and able to withstand an average of 4 on-taskbehaviour completed during follow-up.
HUBUNGAN KUALITAS MANAJEMEN WAKTU DAN WORK FAMILY BALANCE PADA PEKERJA WANITA Maulana, Muhammad Afiz
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14115

Abstract

Abstrak. Terlepas dari hal apa yang melatar belakangi wanita bekerja, ada konsekuensi yang sering kali muncul. Konsekuensi tersebut adalah adanya second shift yang berpotensi menimbulkan role-overload pada wanita. Padahal jika role-overload ini muncul akan berpotensi mengganggu work family balance yang dimiliki. Berdasar studi awal dijumpai pandangan bahwa kualitas manajemen waktu berpotensi memainkan peran pentingnya dalam mempengaruhi work family balance. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui gambaran kualitas manajemen waktu pekerja wanita, 2) mengetahui gambaran work family balance pekerja wanita, 3) mengetahui hubungan kualitas manajemen waktu dan work family balance pada pekerja wanita; yang sudah menikah di PT. Sai Apparel Industries Semarang. Penelitian ini dilakukan pada 183 orang pekerja wanita PT. Sai Apparel Industries bagian produksi. Sampel dimbil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan dua buah skala psikologi, yaitu skala work family balance (30 aitem) dan skala kualitas manajemen waktu (26 aitem). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gambaran kualitas manajemen waktu dan work family balance pekerja wanita berada pada kategori sedang. Koefisien korelasi rxy = -0,109 dengan p = 0,140 (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ditolak. Ditolaknya hipotesis penelitian ini diduga disebabkan besarnya alokasi waktu yang digunakan untuk bekerja di luar rumah dan waktu pelaksanaan kerja yang berkesinambungan menjadikan sebagian besar waktu (selain digunakan untuk tidur) digunakan untuk bekerja di luar rumah . Sebaik apapun kualitas manajemen waktu apabila sebagian besar waktu telah tersita untuk pekerjaan maka tetap akan sulit untuk mengatur waktu guna menjalankan tugas lainnya di dalam setting rumah tangga. Kata kunci: kualitas manajemen waktu, work family balance, pekerja wanitaAbstract. Being a housewife who also works is a phenomenon commonly encountered today. This is done to help the family economy and as a means of self-actualization. Regardless of what the background of working women, there are consequences that must be lived. The consequence is the existence of secondshift that potentially lead to role overload. It takes a strategy to allow every activity to get all work done. Work family balance is the degree or level of achievement of balance in the role of work and family. This study aims to: 1) find out the description of the quality of time management of women workers, 2) description of work family balance of female workers, 3) to know the relation between time management quality and work family balance on married women workers at PT. Sai Apparel Industries Semarang. This research was conducted on 183 female workers of PT. Sai Apparel Industries parts production. Samples were taken by using purposive sampling technique. Data collection used two psychological scales, namely work family balance scale (30 valid aitem) and time quality management scale (26 valid items). The results of this study indicate that the description of quality management time and work family balance of female workers are in the medium category. Coefficient of correlation rxy = -0.109 with p = 0,140 (p> 0,05). These results indicate that the hypothesis proposed by the researcher is rejected. The rejection of the hypothesis of this study is suspected to be due to the dense working hours and sustainable working system. No matter how good the quality of time management is when most of the time has been consumed for the job it will still be difficult to manage the time for other tasks.
ANALISIS GAMBARAN SUBJECTIVE WELL-BEING KORBAN KEJAHATAN PENCURIAN DAN PENCULIKAN Nathania, Felicia; Husna, Nursadhrina; Selvia, Amira; Kevin, Laurentius; Audrey, Cresentia; Hutapea, Bonar
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14111

Abstract

Abstrak.Ketatnya persaingan di daerah perkotaan mendorong orang melakukan tindak kejahatan untuk bertahan hidup. Tindak kejahatan yang dialami para korbannya mampu mempengaruhi kesejahteraan mereka.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa gambaran subjective well-being korban tindak kejahatan pencurian dan penculikan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode wawancara dan observasi terhadap dua orang korban kejahatan di kota Jakarta. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Metode triangulasi dan member check digunakan untuk mengecek konsistensi hasil wawancara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah secara umum tindak kejahatan mempengaruhi subjective well-being para korbannya.Perasaan takut dan trauma merupakan dampak yang paling terlihat meskipun tingkat keparahannya berbeda pada kedua subyek berdasarkan tipe kejahatan yang dialami.Subyek pertama merasa takut setelah mengalami perampokan walaupun pada akhirnya dapat melakukan aktivitas seperti biasa.Subyek kedua mengalami trauma berkepanjangan hingga saat ini setelah mengalami tindak penculikan dengan indikasi perdagangan manusia (human trafficking). Kata kunci: Kriminal, Subjective Well-being, Korban.  Abstract. Tight competitions in urban area urge people to do crimes to survive. Crimes that experienced by the victims could affect their subjective well-being. The aim of this study is to analys the representation of subjective well-being victims of thievery and kidnapping. This study is a qualitative research with an interview and observation method to two crime victims in Jakarta. The data analysis techniques uses in this study is model of Miles and Huberman of data reduction, data display, and coclusion drawing/verifying. Triangulation theory method and member check used to verify the consistency of interviews. Results obtained in the study were generally crimes affecting the subjective well-being of the victims. Feelings of afraid and traumatic are the most visible effects although the severiry is different in both subjects depend on type of crimes experinced. First subject feel afraid after experienced thievery even eventually she can do her daily activity just like normal. Second subject experienced long term trauma after the kidnapping crime win indication of human trafficking.
PERBEDAAN KECERDASAN INTERPERSONAL ANTARA SISWA COEDUCATIONAL SCHOOL DAN SINGLE SEX SCHOOL DI KOTA SEMARANG Tama, Adhy Putra; Hendriyani, Rulita
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14116

Abstract

Abstrak. Sekolah berdasarkan sistem pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu coeducational school dan single sex school.Data studi awal memperoleh hasil bahwa siswa coeducational school dan single sex school memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang berbeda.Penelitian ini bertujuan membuktikan apakah ada perbedaan kecerdasan interpersonal pada dua jenis sekolah.Jenis dan desain penelitian adalah kuantitatif komparasi. Populasi penelitian yaitu siswa kelas XII coeducational school dan single sex school. Teknik sampling pada coeducational school menggunakan total sampling dengan jumlah yaitu 65 siswa.Sedangkan pada single sex school digunakan teknik sampling kuota dengan jumlah 65 siswa.Alat ukur penelitian adalah skala kecerdasan interpersonal dan dianalisa secara inferensial menggunakan independent sample t-test.Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan kecerdasan interpersonal antara siswa coeducational school dan single sex school. Uji hipotesis diperoleh hasil nilai signifikansi 0,281 > 0,05. Hipotesis penelitian ini ditolak, siswa coeducational school dan single sex school mempunyai tingkat kecerdasan interpersonal pada kategori sedang s/d tinggi.Peneliti memperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan kecerdasan interpersonal antara siswa coeducational school dan single sex school.Saran penelitian yaitu sekolah yang memiliki siswa dengan kecerdasan interpersonal dalam kategori tinggi diharapkan dapat mengembangkan program yang bertujuan meciptakan generasi muda dengan kecerdasan interpersonal yang lebih baik. Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal; Single sex school; Coeducational school Abstract.School based on learning system can be divided into two namely coeducational school and single sex school. Early study data obtained results that students of coeducational school and single sex school had different levels of interpersonal intelligence. This study aims to prove whether there are differences in interpersonal intelligence in two types of schools.The type and design of the study is quantitative comparison. The study population is the students of class XII coeducational school and single sex school. The sampling technique in coeducational school using total sampling with the amount of 65 students. While the single sex school used quota sampling technique with the number of 65 students. The research tool is the scale of interpersonal intelligence and analyzed inferential using independent samplet-test.The results showed no differences in interpersonal intelligence between students coeducational school and single sex school. Hypothesis test results obtained value of significance of 0.281> 0.05. The hypothesis of this study was rejected, coeducational school students and single sex school had interpersonal intelligence level in medium to high category.The researchers concluded that there was no difference in interpersonal intelligence between coeducational schoolgirls and single sex schools. The research suggestion is that schools that have students with interpersonal intelligence in the high category are expected to develop a program that aims to create a younger generation with better interpersonalintelligence.
STRATEGI SELF REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI AKADEMIK Saraswati, Putri
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14112

Abstract

Abstrak.  Prokrastinasi (menunda pekerjaan untuk melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan pekerjaan atau tugas yang harusnya diselesaikan) dapat berdampak pada beberapa masalah psikologis seperti tertekan, stres, dan juga depresi. Dalam setting pendidikan, prokrastinasi biasa disebut dengan prokrastinasi akademik dan hal tersebut dapat diminimalkan dengan menggunakan strategi self regulated learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan strategi self regulated learning, prokrastinasi dan prestasi akademik, serta mencari sumbangan masing-masing terhadap variabel Y. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif, dengan teknik pemilihan sampel berupa stratified random sampling. Subjek pada penelitian ini sebanyak 222 orang terdiri dari 66 laki-laki dan 156 perempuan. Data penelitian ini, dianalisa dengan menggunakan teknik statistik regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif dan sumbangan antara prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik (r=-0,199; r2=0,039). Strategi SLR tidak berhubungan dengan prestasi akademik namun berhubungan dengan prokrastinasi akademik (r=0,479 dan r2= 0,229) selain itu, penelitian ini menemukan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan dan sumbangan terhadap prestasi akademik (r=0,267; r2=0,071). Kata Kunci : Strategi Self Regulated Learning, Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Abstract. Procrastination (delaying tasks to doing other tasks does not correlation with tasks that have to done) can be impact to several psychological problems such as feeling intention, stress, depression. In educational setting, procrastination usually called as academic procrastionation. this is can be solved by self regulated learning strategy. This research to aim knows the relation of self regulated learning, procrastination and academic achievement, and to find the contribution each X variables to Y variable. Method of this research  is quantitative, with stratified random sampling. Sample of the research is 222 collages (66 men, and 156 woman). The Data analysis by regression statistic technique. The result shows negative correlation and contribution academic procrastination and academic achievement (r=-0,199; r2=0,039). There is no relation self regulation learning strategy and academic achievement, but positive correlation self regulation learning strategy and academic procrastination (r=0,479, r2= 0,229). Additional, there is positive correlation and contribution, gender and academic achievement (r=0,267; r2=0,071).

Page 1 of 2 | Total Record : 20