Claim Missing Document
Check
Articles

Found 29 Documents
Search

EFIKASI GURU DALAM MENGAJAR PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK Mahanani, Fatma Kusuma; Paramastri, Ira
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 3 (2016): November 2016
Publisher : Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak. Semua anak berisiko mengalami Kekerasan Seksual Anak (KSA).Pencegahan berbasis sekolah yang melibatkan guru sekolah dasar merupakan salah satu upaya strategis dalam mencegah KSA.Namun, guru sekolah dasar negeri di Kota Yogyakarta mengalami kesulitan untuk menjadi agen pencegahan KSA karena keterbatasan pengetahuan dan merasa kurang yakin akan kemampuannya mengajarkan pencegahan KSA. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi mengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri melalui Program “Jari Peri” (Guru Ajari Perlindungan Diri).Metode yang digunakan adalah Metode Kuantitatif dengan The Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest.Subjek penelitian adalah 18 guru sekolah dasar negeri, 9 guru sebagai kelompok eksperimen dan 9 lainnya sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pengetahuan program “Jari Peri” dan skala efikasi mengajarkan pencegahan KSA. Analisis data menggunakan disain Anava Mix.Hipotesis penelitian ini adalah program “Jari Peri” dapat meningkatkan efikasimengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program “Jari Peri” efektif meningkatkan efikasi mengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri dengan p<0,05. Efikasi mengajar pencegahan KSA kelompok eksperimen p<0,05 lebih tinggi daripada kelompok kontrol p>0,05.Abstract. Every child is prone to Child Sexual Abuse (CSA). The school-based prevention involving elementary school teachers is one of the strategic efforts to prevent CSA. However, teachers of public elementary school in the City of Yogyakarta found it difficult to be the agents of CSA prevention due to their insufficiency in terms of knowledge and confidence to teach CSA prevention. This study was aimed at improving efficacy in teaching child sexual abuse prevention for teachers of public elementary school through “Jari Peri” (Guru Ajari Perlindungan Diri – Self Protection Instructed by Teachers) program. The method used was a Quantitative Method using Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest. The subjects were 18 teachers of public elementary school; 9 of them in experiment group and 9 others in the control group. The instrument used in this study was the test on the knowledge about “Jari Peri” and efficacy scales in CSA teaching. The researcher used Anava Mix design to analyse the data. The hypothesis of this study was that the “Jari Peri” program can improve the efficacy in teaching the prevention of CSA for teachers of public elementary school. The results showed that “Jari Peri” program was effective in improving the teaching efficacy on the prevention of CSA for teachers of public elementary school p<0,05. The efficacy in teaching of CSA in the experiment group p<0,05 was higher than the one in the control group p>0,05.
OPERANT CONDITIONING: SHAPING DANPOSITIVE REINFORCEMENT CONTINGENCIES “DARI PERILAKU OFF-TASK MENJADI ON-TASK” Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 9, No 3 (2017): November 2017
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v9i3.14119

Abstract

Abstrak. Pendidikan informal pada jenjang taman kanak-kanak menjadi latihan bagi anak untuk belajar berbagai hal melalui kegiatan bermain. Perilaku off-task kerap muncul pada anak-anak tertentu pada proses tersebut. Perbedaan individu yang dipengaruhi faktor internal dan eksternal masing-masing anak menjadi penyebab perilaku off-task.Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas metode Operant Conditioning dengan teknik Shaping dan Positive Reinforcement Contingenciesdalam meningkatkan perilaku On-task pada anak TK.Subjek penelitian adalah seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 7 bulan dengan ditentukan secara purposif berdasarkan hasil observasi awal pada kegiatan inti di TK. Subjek adalah siswa di kelas TK A dan belum pernah mengikuti kelompok bermain sebelum TK. Rancangan penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan subjek tunggal (single case experiment).Pengukuran menggunakan observasi dengan menghitung jumlah tugas yang berhasil diselesaikan pada kegiatan inti. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan rata-rata jumlah ketuntasan tugas yang dilakukan subjek pada kegiata inti. Rata-rata fase baseline 2 tugas terselesaikan, dua minggu pertama pelaksanaan intervensi rata-rata  4 tugas terselesaikan, dua minggu terakhir pelaksanaan intervensi 4 tugas terselesaikan, dan mampu bertahan pada rata-rata 4 tugas terselesaikan pada saat follow up. Kata kunci: operant conditioning, shaping, positive reinforcement contingencies, off-task, on-task Abstract.Informal education at the kindergarten level becomes an exercise for children to learn various things through play activities. Off-task behavior often appears in certain children in the process. The individual differences that are influenced by the internal and external factors of each child become the cause of the off-task behavior. The purpose of this research is to test the effectiveness of Operant Conditioning method with Shaping technique and Positive Reinforcement Contingencies in improving On-task behavior in kindergarten children. The subject of the study was a boy aged 4 years and 7 months determined purposively based on preliminary observations on core activities in kindergarten. Subjects are students in kindergarten class A and have never attended play group before kindergarten. The research design used was experiment with single subject (single case experiment). Measurement used was observation by counting the number of tasks completed successfully in the core activities. The results showed an increase in the average number of tasks done by subjects on the core activities. Two On-task behaviour showed by subjek in baseline phase, Four on-task behaviour was completed in the first two weeks intervention phase, Four on-task behaviour was completed in the last two weeks intervention phase, and able to withstand an average of 4 on-taskbehaviour completed during follow-up.
Violence Awareness dan Partisipasi Guru dalam Pengembangan Sekolah Ramah Anak Liftiah, Liftiah; Mahanani, Fatma Kusuma; Amawidyati, Sukma Adi Galuh
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 10, No 3 (2018): November 2018
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v10i3.18869

Abstract

Abstrak. Rentetan kasus kekerasan terhadap anak silih berganti menjadi berita di berbagai media massa. Kekerasan tersebut dapat terjadi di berbagai tempat, termasuk di sekolah.Sekolah sebagai lembaga pendidikan idealnya menjadi tempat yang aman untuk mengembangan berbagai ketrampilan dan nilai, serta bebas dari bermacam kekerasan. Oleh karenanya lembaga pendidikan dituntut untuk memberiperhatian terhadap pengembangan nilai-nilai ideal dalam kehidupan. Lembaga pendidikan juga diharapkan mampu memberi kontribusi nyata dan bermakna dalam mendukung strategi pencegahan kekerasan.Dalam hal ini, salah satu upaya pemerintah terkait dengan optimalisasi fungsi lembaga pendidikan dalam mencegah kekerasan terhadap anak adalah melalui pengembangan Sekolah Ramah Anak (SRA). Pengembangan SRA ini membutuhkan kesadaran dan partisipasi guru sebagai agen pengembangan SRA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran violence awareness dan partisipasi guru terhadap pengembangan SRA pada guru sekolah dasar di Kota Semarang, serta untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara violence awareness dan partisipasi guru terhadap pengembangan SRA pada guru sekolah dasar di Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional melibatkan 184 guru Sekolah Dasar di Kota Semarang sebagai respondennya.  Alat ukur yang digunakan adalah skala violence awareness dan skala partisipasi guru terhadap pengembangan SRA. Dalam penelitian ini, data dianalisis menggunakan prinsip-prinsip statistic deskriptif dan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan tingkat violence awarenessberada pada kategori tinggi, partisipasi guru berada pada kategori tinggi serta ada hubungan positif yang signifikan antara violence awareness dengan partisipasi guru dalam pengembangan sekolah ramah anak, Violence awareness memberikan kontribusi sebesar 7,8% pada partisipasi guru dalam pengembangan sekolah ramah anak. Kata Kunci :violence awareness, partisipasi guru terhadap pengembangan SRA, guru, sekolah dasar.  Abstract. A series of cases of violence against children alternately became news in various mass media. Violence can occur in various places, including at school. Schools as educational institutions should ideally be a safe place to develop a variety of skills and values, and free from various violence. Therefore educational institutions are required to pay attention to the development of ideal values in life. Educational institutions are also expected to be able to make real and meaningful contributions in supporting violence prevention strategies. In this case, one of the government's efforts related to the optimization of the function of educational institutions in preventing violence against children is through the development of Child-Friendly Schools (CFS). The development of CFS requires teacher awareness and participation as agents of CFS development. This study aims to describe violence awareness and teacher participation in the development of CFS on elementary school teachers in the city of Semarang, and to determine whether there is a relationship between violence awareness and teacher participation in the development of CFS on elementary school teachers in Semarang City. This research is a correlational study involving 184 elementary school teachers in Semarang City as the respondents. The measuring instrument used was the scale of violence awareness and the scale of teacher participation in the development of CFS. In this study, data were analyzed using descriptive statistical principles and regression analysis. The results showed that the level of violence awareness was in the high category, teacher participation was in the high category and there was a significant positive relationship between violence awareness and teacher participation in the development of CFS. Violence awareness contributed 7.8% to teacher participation in school development of CFS.
EFIKASI GURU DALAM MENGAJAR PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL ANAK Mahanani, Fatma Kusuma; Paramastri, Ira
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 8, No 3 (2016): November 2016
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v8i3.8668

Abstract

Abstrak. Semua anak berisiko mengalami Kekerasan Seksual Anak (KSA).Pencegahan berbasis sekolah yang melibatkan guru sekolah dasar merupakan salah satu upaya strategis dalam mencegah KSA.Namun, guru sekolah dasar negeri di Kota Yogyakarta mengalami kesulitan untuk menjadi agen pencegahan KSA karena keterbatasan pengetahuan dan merasa kurang yakin akan kemampuannya mengajarkan pencegahan KSA. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan efikasi mengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri melalui Program “Jari Peri” (Guru Ajari Perlindungan Diri).Metode yang digunakan adalah Metode Kuantitatif dengan The Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest.Subjek penelitian adalah 18 guru sekolah dasar negeri, 9 guru sebagai kelompok eksperimen dan 9 lainnya sebagai kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pengetahuan program “Jari Peri” dan skala efikasi mengajarkan pencegahan KSA. Analisis data menggunakan disain Anava Mix.Hipotesis penelitian ini adalah program “Jari Peri” dapat meningkatkan efikasimengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program “Jari Peri” efektif meningkatkan efikasi mengajar pencegahan KSA pada guru sekolah dasar negeri dengan p<0,05. Efikasi mengajar pencegahan KSA kelompok eksperimen p<0,05 lebih tinggi daripada kelompok kontrol p>0,05.Abstract. Every child is prone to Child Sexual Abuse (CSA). The school-based prevention involving elementary school teachers is one of the strategic efforts to prevent CSA. However, teachers of public elementary school in the City of Yogyakarta found it difficult to be the agents of CSA prevention due to their insufficiency in terms of knowledge and confidence to teach CSA prevention. This study was aimed at improving efficacy in teaching child sexual abuse prevention for teachers of public elementary school through “Jari Peri” (Guru Ajari Perlindungan Diri – Self Protection Instructed by Teachers) program. The method used was a Quantitative Method using Untreated Control Group Design with Pretest and Posttest. The subjects were 18 teachers of public elementary school; 9 of them in experiment group and 9 others in the control group. The instrument used in this study was the test on the knowledge about “Jari Peri” and efficacy scales in CSA teaching. The researcher used Anava Mix design to analyse the data. The hypothesis of this study was that the “Jari Peri” program can improve the efficacy in teaching the prevention of CSA for teachers of public elementary school. The results showed that “Jari Peri” program was effective in improving the teaching efficacy on the prevention of CSA for teachers of public elementary school p<0,05. The efficacy in teaching of CSA in the experiment group p<0,05 was higher than the one in the control group p>0,05.
Terapi Kesurupan “Tepak Sirih” untuk Menurunkan Tingkat Depresi Noury, Adebba Ramadhanti; Asih, Triana Gusti; Amalia, Putri; Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 11, No 2 (2019): Juli 2019
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v11i2.22572

Abstract

Kesurupan sering dikaitkan dengan spiritual individu maupun hal-hal gaib yang masih dipercaya oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Biasanya, orang yang mengalami kesurupan menjadi lain dalam bertindak, berbicara, dan dapat mempengaruhi sifatnya. Dalam perspektif psikologi, kesurupan digolongkan dalam gangguan identitas yang dipaparkan dalam DSM-5. Gangguan ini disebut dengan Dissociative Identity Disorder(DID). Psikologi menganggap kesurupan sebagai reaksi kejiwaan yang mneyebabkan individu kehilangan kendali atau kesadaran atas dirinya sendiri. Hal tersebut dikarenakan oleh indikasi periode depresi yang dialami individu. Terapi pasca kesurupan TEPAK SIRIH menjadi salah satu upaya yang digunakan untuk mengurangi tingkat depresi, sehingga diharapkan mampu mengurangi intensitas kesurupan. Penelitian ini menggunakan teknik kuasi-eksperimen dengan desain single group pretest – posttest. Subjek penelitian ini berjumlah 5 orang mahasiswa yang berada pada populasi Universitas di Semarang. Penerapan terapi ini menggunakan dasar teknik terapi psikoanalisis yang dikombinasikan dengan teknik relaksasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat penurunan tingkat depresi secara signifikan yang ditunjukkan oleh nilai t = 2,841 dengan signifikansi sebesar 0,047 (p < 0,05). Trance is often associated with individual spiritualism because majority people’sbelieve in Indonesia culture. Someone whose experiencing this phenomenon often capturing different behaviour, talking, or maybe affect their personalities. On psychological perspective, trance usually described in DSM-5 as identity disorder. This disorder clasifically described as Dissociative Identity Disorder (DID). Psychologyconsiders possession as a psychological reaction that causes by individual’s losecontrol or self-consciousness. This is due to indications of depression period. Post- theraphy named TEPAK SIRIH is one of the efforts to reduce depression leve, so as to reduce the intensity of trance. This research used quasi-experimental research with single group pretest – posttest design. The subject of this research are 5 college students whose in the range of population on University in Semarang. This theraphy uses basic psychoanalytical theraphy techniques combined with relaxations. The result shows a depression level decrease significally which proved by t score = 2,841 with sig. score was 0,047 (p < 0,05).
Callous Unemotional Traits dan Perundungan Maya pada Remaja (Callous Unemotional Traits and Cyberbullying In Adolescents) Sarifa, Aprilia Wira; Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 1 (2020): Maret 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i1.20458

Abstract

Perundungan maya menjadi masalah global yang terjadi salah satunya pada remaja. Faktor kepribadian menjadi salah satu penentu terjadinya hal tersebut, termasuk callous unemotional traits. Tujuan dalam penelitian ini untuk menjelaskan hubungan antara callous unemotional traits dan cyberbullying pada remaja di SMA Negeri Kota Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional. Penelitian ini dilakukan di 6 SMA Negeri Kota Semarang yang terpilih sebagai sampel. Responden berjumlah 188 remaja (usia 15-18 tahun). Penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Skala cyberbullying terdiri dari 38 item dengan koefisien reliabilits 0,883. Skala callous unemotional traits terdiri dari 28 item dengan koefisien reliabilitas 0,894. Uji hipotesis menggunakan teknik rank Spearman. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa cyberbullying pada 188 remaja di SMA Negeri Kota Semarang tergolong sangat rendah (89,4%). Pada callou unemotional traits, callousness tergolong sangat rendah (53,2%), uncaring tergolong sangat rendah (65,4%) dan unemotional tergolong sedang (52,1%). Berdasarkan hasil analisis inferensial diketahui bahwa callous unemotional traits dan cyberbullying memiliki hubungan yang signifikan sebesar 0,000 (p<0,05) dengan koefisien korelasi sebesar 0,469. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi tingkat callous unemotional traits maka semakin tinggi pula tingkat cyberbullying pada remaja dan sebaliknya, semakin rendah callous unemotional traits maka akan rendah pula cyberbullying pada remaja.  Cyberbullying is a global problem that occurs among adolescents. Personality factors become one of the determinants of this, including callous unemotional traits. The aim of the present study was to examine the association between callous unemotional traits and cyberbullying in adolescents in State Senior High School of Semarang City. The research methods used are correlational research. The present study held in six State Senior High School of Semarang City that chosen as the sample. Participants included 188 adolescents (aged 15-18). It used cluster random sampling. The cyberbullying scale included 38 items with coefficient reliability 0,883. Callous unemotional traits scale included 28 items with coefficient reliability 0,894. Hypothesis test in the present study used rank spearman. The descriptive analyses result showed cyberbullying in 188 adolescents at state senior high school of Semarang city was very low (89,4%). On callous unemotional traits, callousness was very low (53,2%), uncaring was very low (65,4%) and unemotional was moderate (52,1%). Based on inferential analyses result, callous unemotional traits and cyberbullying had significance of 0,000 (p<0,05) with coefficient correlation of 0,469. This means that the higher levels of callous unemotional traits, the higher levels of cyberbullying in adolescents and the lower levels of the callous unemotional traits, the lower levels of the cyberbullying in adolescents.
Validasi Platform Rising Life untuk Meningkatkan Mental Health First Aid Retreival Knowledge pada Remaja Amalia, Putri; Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 12, No 3 (2020): November 2020
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v12i3.24489

Abstract

Salah satu penyebab rendahnya mental health first aid retrieval knowledge pada remaja yaitu belum adanya media informasi kesehatan mental yang tervalidasi secara empirik dan fungsional untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui validitas isi dan fungsional platform Rising Life untuk meningkatkan mental health first aid retrieval knowledge. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimen kuasi Nonrandomized Pretest-Postest Control Group Design. Subjek penelitian ini merupakan siswa SMA Negeri 12 Semarang yang memiliki kategori mental health first aid retrieval knowledge rendah. Subjek terbagi dalam kelompok eksperimen (10 orang) dan kelompok kontrol (10 orang). Penelitian ini menggunakan instrumen mental health fist aid retrieval knowledge test. Penelitian validasi dilakukan melalui uji validitas isi dan validitas fungsional. Validitas isi menggunakan teknik Aiken’s V. Hasil validitas isi menunjukkan kisaran antara 0,75 hingga 0,86 yang berarti bahwa platform Rising Life memiliki validitas isi yang berkisar antara kategori sedang hingga sangat valid. Validitas fungsional diperoleh melalui uji empirik dengan metode eksperimen. Data penelitian diolah menggunakan teknik Wilcoxon Rank Test dan Mann Whitney U Test dengan bantuan software pengolahan data. Hasil uji validitas fungsional menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor pre-test dan post-test pada kelompok eksperimen, dengan hasil uji beda sebesar -2,807 dan taraf signifikansi 0,005 (p<0,05). Selain itu, skor post-test pada kelompok eksperimen lebih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan hasil uji beda sebesar -3,797 dengan taraf signifikansi 0,000 (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa platform Rising Life valid untuk meningkatkan mental health first aid retrieval knowledge pada siswa SMA Negeri 12 Semarang.One cause of low mental health first aid knowledge acquisition in adolescents is there is no mental health information media which empirically and functionally validated to improve mental health knowledgement. The purpose of this study is to find out content and functionally validity of Rising Life platform to improve mental health first aid. This research used quantitative approach with quasi experimental design Nonrandomized Pretest-Postest Control Group Design. Subjects in this study were students of SMA Negeri 12 Semarang who had low mental health first aid retrieval knowledge category. Subjects were divided into the experimental group (10 subject) and the control group (10 subject). This study used a mental health test instrument. This validation research is counted by content validity and functional validity test. The content validity used Aiken’s V technique. The result of validity shows a range between 0,75 until 0,86 which means that the Rising Life platform has a content validity in a rangesfrom moderate to strong validity categories. Functional validity was obtained throught empirical tests with experimental methods. Researh data was processed using Wilcoxon Rank Test and Mann Whitney U Test in data processing software. Functional validity test results shows there were differences on the pretest and posttest scores in the experimental group with different -2,807 and significance level 0,005 (p<0,05). In addition, the posttest score in the experimental group was superior compared to the control group with difference result is -3,797 and the significant level is 0,000 (p<0,05). Based on this baseline, it can be concluded that Rising Life plaform is valid to improve the mental health first aid retrieval knowledge for students of Senior High School 12 Semarang.
The Effectiveness of The Hello, Me! Program to Increase Teengaers’ Self-Awareness Ulya, Laila Listiana; Stanislaus, Sugiyarta; Amawidyati, Sukma Galuh Adi; Mahanani, Fatma Kusuma; Arinata, Firdian Setiya
Edukasi Vol 15, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/edukasi.v15i2.33622

Abstract

During the Covid-19 pandemic, unemployment increased to 9.77 million. Youth competition in the world of work will be more challenging if they do not have soft and hard skills. Teenagers who grow up in an environment with complex social problems such as Tikungbaru, where poverty, crime, and juvenile delinquency rates are high, actually need it. Teenagers need self-awareness to select the right career. The purpose of the research was to determine the "Hello, Me!" by searching for interests and talents to increase teenagers' self-awareness. The research method uses an experimental pre-post test design with teenagers aged 12-13 years in RW 08 Tikungbaru. The intervention is the "Hello, Me!" program in tracking interests and talents through CFIT and RMIB, self-awareness training, and group counselling. The data collection uses a self-awareness scale before and after the program. Data analysis used the Parametric Paired-Samples T-test. The results show that sig (2-tailed) value of 0.000 0.05 means a significant difference in self-awareness in teenagers before and after the program. The conclusion is that "Hello, Me!" can increase teenagers' self-awareness in Tikungbaru. This research can provide literature references and program solutions to increase teenagers' self-awareness.
Komunitas Kawan Dengar: Acquiring Online Counseling Microskills Mahanani, Fatma Kusuma; Rizki, Binta Mu’tiya; Pratiwi, Pradipta Christy; Mabruri, Moh Iqbal; Galuh Amawidyati, Sukma Adi
Edukasi Vol 14, No 2 (2020): November 2020
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/edukasi.v14i2.27202

Abstract

Keluhan psikis semakin meningkat selama pandemic covid-19. Berbagai pihak semakin genjar memberikan layanan konseling secara daring. Hanya saja, tidak semua pihak memiliki keterampilan dasar konseling terutama secara daring yang mumpuni, salah satu pemberi layanan konseling gratis adalah komunitas kawan dengar. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah melakukan pemberdayaan komunitas kawan dengar untuk mendapatkan keterampilan dasar konseling secara daring. Metode yang digunakan adalah eksperimen, menggunakan desain One Group Pretest-Posttest Design. Analisis data menggunakan uji beda paired sample t-test. Hasil menunjukkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada hasil pretes dibandingkan postes setelah perlakuan. Hasil tersebut menyajikan informasi baru di tengah minimnya hasil riset tentang keterampilan mikro dalam konseling secara daring sekaligus memberikan manfaat bagi masyarakat yang mendapatkan layanan konseling daring melalui komunitas kawan dengar.Psychological complaints increased during the covid-19 pandemic. Various parties are increasingly active in providing online counseling services. It's just that, not all parties have basic counseling skills, especially those who are qualified, one of the free counseling service providers is a community of listeners. The purpose of this service activity is to empower the community of listeners to gain basic counseling skills in a bold manner. The method used was experimental, using the One Group Pretest-Posttest Design design. Data analysis using different test Paired Sample T-Test. The results showed that there was a significant increase in pretest compared to posttest results after treatment. These results provide new information in the midst of the lack of research results on micro skills in counseling as well as providing benefits to people who get counseling services through the peer-to-peer community.
Self Compassion dan Subjective Well-Being pada Calon Tenaga Kerja Wanita (TKW) Prastiwi, Shyam Bella; Mahanani, Fatma Kusuma
Intuisi : Jurnal Psikologi Ilmiah Vol 13, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Jurusan Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/intuisi.v13i2.25756

Abstract

Menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) dalam praktiknya tidak semudah yang dibayangkan. Banyaknya kesulitan yang dihadapi TKW tidak sejalan dengan tujuan mereka bekerja untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya. Kebahagiaan dan kesejahteraan hidup adalah konsep dari subjective well-being. Salah satu upaya yang dapat meningkatkan subjective well-being adalah dengan mengasihi diri sendiri yang biasa disebut dengan self compassion. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self compassion dengan subjective well-being pada calon TKW di Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Sampel yang digunakan berjumlah 75 orang dengan menggunakan teknik sampling Convenien Sampling. Data penelitian diambil menggunakan tiga skala, yaitu skala modifikasi Satisfaction With Life Scale (SWLS) yang terdiri dari 5 aitem, skala adaptasi Scale of Positive Negative Experience (SPANE) terdiri dari 12 aitem, dan modifikasi skala Self Compassion Scale (SCS) terdiri dari 26 aitem. Koefisien reliabilitas skala SWLS sebesar 0,637, koefisien relialibitas skala SPANE positif sebesar 0,733 dan SPANE negatif sebesar 0,682 serta koefisien reliabilitas skala SCS sebesar 0,846. Metode analisis yang digunakan yaitu correlation product moment spearman’s rho dengan menggunakan software statistik. Hasil olah data menunjukan terdapat hubungan antara self compassion dengan subjective well-being dengan r hitung sebesar 0,380 taraf signifikansi 0,001 (p0,05). Artinya, terdapat hubungan positif antara self compassion dengan subjective well-being pada calon TKW di Semarang. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa self compassion mempengaruhi subjective well-being sebesar 14% dan sisanya sebanyak 86% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini. Becoming a Female Worker (TKW) in practice is not as easy. The many difficulties faced by TKW are not in accordance with their goals. Happiness and well-being are concepts of subjective well-being. One of the efforts that can increase subjective well-being is to love oneself, which is commonly known as self-compassion. This study aims to determine the relationship between self-compassion and subjective well-being in prospective migrant workers in Semarang. This research is a correlational quantitative research. The sample used is 75 people using the Convenien Sampling sampling technique. Research data were taken using three scales, namely the modified Satisfaction With Life Scale (SWLS) which consisted of 5 items, the adaptation scale of the Scale of Positive Negative Experience (SPANE) consisted of 12 items, and the modified Self Compassion Scale (SCS) consisted of 26 item. The SWLS scale reliability coefficient is 0.637, the positive SPANE scale reliability coefficient is 0.733 and the negative SPANE scale is 0.682 and the SCS scale reliability coefficient is 0.846. The analytical method used is Spearman's Rho product moment correlation using statistical software. The results of data processing showed that there was a relationship between self-compassion and subjective well-being with an r-count of 0.380 with a significance level of 0.001 (p0.05). There is a positive relationship between self- compassion and subjective well-being in prospective TKW in Semarang. Based on this, it can be concluded that self-compassion affects subjective well-being by 14% and the remaining 86% is influenced by other variables not disclosed in this study.